Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PENDIDIKAN GURU PROFESIONAL

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan dan kependidikan

Dosen Pengampu: Lulu Tunjung Biru M.Pd

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

Novi Safitri (2289200019)

Siti Patonah (2289200015)

Siti Jaoharotul Kholishoh (2289200029)

Bustomi Azhari (2289190052)

Dian Noviana (2289200007)

Muhamad Alfi Syahri (2289200024)

Mohammad Tegar Anugrah (2289200022)

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan


hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Pendidikan Guru Profesional” ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Profesi Pendidik dan Kependidikan.
Terima kasih kepada Ibu Tunjung Biru, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pofesi Pendidik dan Kependidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sehingga kami dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak


kelemahan dan kekurangan dari segi sistematika penulisan maupun substansi
makalah. Untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini kedepannya kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini memberi manfaat
pembelajaran bagi kita semua.

Serang, 04 Oktober 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang....................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................

1.3. Tujuan Penulisan................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Sistem Pendidikan Guru


Profesional.............................................................................................

2.2. Komponen Sistem Pendidikan Guru


Profesional.............................................................................................

BAB III KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan.....................................................................................

3.2. Saran............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan dalam alenia ke-4 adalah sebuah mandat yang memang
harus dilaksankan oleh negara sebagai penaung masyarakat maka dari
sana perlunya sebuah sistematika yang terstruktural dan sistematis untuk
penunjang menuju cita cita tersebut, dalam pendidikan yang berlandaskan
sebuah keilmiah dan demokratis diperlukan sebuah konklusi untuk
pengembangan disektoral pendidikan salah satunya ialah sistem
pendidikan.
“Sistem pendidikan yang memang jika di bedah merupakan sebuah
ketersusunan dari subsektoral-subsektoral, premis-premis, element-
element serta komponen yang menjadi sebuah kesatuan yang saling
berkorelasi”. (J.Peter Khasendant). Sistem pendidikan yang memang
menjadi sebuah acuan dalam bagaimana pola pencerdasan bangsa haruslah
menginfiltrasi keperluan yang memang materil dan staratak yang memang
di canangkan ini tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang stelsel
pendidikan nasional. Elemen elemen dasar yang tertuang di UU No. 20
Tahun 2003 salah satunya ialah Keprofesionalitasan Guru yang memang
menjadi Elemen penunjang dalam pendidikan.
Keprofesionalismean guru menjadi komponen yang kuat untuk
membuat stelsel pendidikan yang baik, "Karakteristik keprofesionalisan
guru terdapat ciri responsif dalam melaksanakan tugas,efektifitas dalam
bersosial, dan Rejuvenatif materi.
Menurut Ahmad Dahlan "Pendidikan yang maju berasal dari tenaga
pendidik yang layak pula", maka sudah seharusnya tenaga pendidik
menjadi garda terdepan dalam pendidikan di Indonesia, sehingga cita cita
yang memang di mandatkan bisa terealistiskan. Pada tahun 2022 sudah
dicanangkan tentang bagaimana system pendidikan yang terbaru dalam
RUU Sisdiknas yang menggantikan UU No. 20 tahun 2003.
Jika di lihat isi dari bagaimana RUU Sisdiknas ini bagaimana
Profesionalitas guru menjadi indicator sekunder, pendidik harus bisa
memahami setiap psychologist peserta didik, padahal jika di telisik dalam
lapangan masih banyak pendidik yang gagap dalam memahami kerangka
berpikir peserta didiknya. Permasalahan tersebut yang memang masih
menjadi bola panas dalam dunia pendidikan, dari probelmatika tersebut
akhirnya kami membuat makalah ini sebagai salah satu konklusi ataupun
pencerdasan massa agar memahami system pendidikan keprofesionalan
guru.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan guru profesional?
b. komponen sistem pendidikan guru profesional?
c. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana system pendidikan guru profesional
b. Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Pendidikan Guru Profesional

Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kerjasama
yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian guru profesional menurut
para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung
jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di
sekolah atau di luar sekolah.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian.kemahiran.
atau kecakapan yang memiliki standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen). Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekeriaan yang
dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

Guru yang profesional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang
baik yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap
aktivitas dan proses pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat diraih dengan hasil yang memuaskan.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat


apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan
atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari. Sasaran sikap profesional
keguruan, meliputi sikap terhadap peraturan perundang-undangan, organisasi
profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan
masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam
bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan
tugasnya. Pengembangan sikap professional ini dapat dilakukan, baik selagi
dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
2.2 Komponen Sistem Pendidikan Guru Profesional

Komponen-komponen pendidikan meliputi:

1) tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam
akifitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman
kepada tujuan, sehingga efektifitas proses pendidikannya selalu diukur
apakah dapat mencapai tujuan atau tidak.14 Tujuan pendidikan merupakan
masalah sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa perumusan yang jelas
tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah,
bahkan bisa sesat atau salah langkah. Oleh karena itu perumusan tujuan
dengan jelas dan tegas, menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan
perenungan filosofis.

2) pendidik
Pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan
pengetahuan, sikap dan tingkahlaku peserta didik.22 Terdapat dua
kategori pendidik yaitu pendidik menurut kodrat (orang tua) dan pendidik
menurut jabatan (guru). Abudin Nata menjelaskan bahwa “dari
komponen-komponen pendidikan, guru merupakan komponen pendidikan
terpenting, terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan.”
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari
tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari
orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu
memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan
siswa.25 Dalam lembaga pendidikan formal seorang pendidik dikatakan
baik jika memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.26 Menurut Mustaqim dalam
Psikologi pendidikan, ada tiga bagian utama kompetensi yang harus
dikuasai seorang guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan materi ajar, dan
kompetensi cara mengajar.27 Penguasaan materi pelajaran diperlukan agar
peserta didik dibimbing untuk mampu menguasai penyampaian informasi
dalam bentuk ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan baik. Kompetensi
cara mengajar sangat dibutuhkan agar guru terampil dalam perencanaan
pembelajaran, merancang strategi pembelajaran yang tepat, mampu
melaksanakan dengan baik, dan mengevaluasinya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Sementara itu, menurut peraturan Pemerintah No 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa guru
wajib memiliki empat kompetensi, yaitu 1) kompetensi pedagogik, 2)
kompetensi profesional, 3) kompetensi kepribadian, 4) kompetensi sosial.
Kometensi kepribadian penting dikuasai seorang guru karena dengan
kompetensi kepribadian inilah memungkinkan guru meramu berbagai
potensi yang dimilikinya sehingga pembelajaran menjadi efektif.
3) siswa
Siswa/ peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik secara formal adalah orang
yang sedang ada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara
fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari
seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik:
1) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki
dunianya sendiri.

2) Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan


pertumbuhan.

3) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan


individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada.

4) Peserta didik merupakan unsur utama jasmani dan rohani.

5) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat


dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk


membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan
perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat
dari segala kegiatan. Dalam proses pendidikan peserta didik di
samping sebagai objek juga sebagai subjek. Oleh karena itu agar
seorang pendidik berhasil dalam proses pendidikan, maka ia harus
memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya.

4) isi/materi,
Salah satu konsep yang harus dikuasai oleh guru untuk menunjang
kompetensi adalah kurikulum.30 Secara etimologis, kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti
tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada
zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. 31
Membicarakan masalah kurikulum pendidikan yang dikaitkan dengan
madrasah diniyah sebenarnya merupakan sesuatu hal yang tabu
dikalangan ini terutama madrasah diniyah yang berada dikawasan pondok
pesantren salaf/tradisional. Kata kurikulum tidak begitu populer, kalaupun
yang dimaksud dengan kurikulum adalah kegiatan baik yang berorientasi
pada pengembangan intelektual, keterampilan, maupun kegiatan-kegiatan
lain. Terlepas dari hal tersebut madrasah diniyah yang berada di pesantren
salaf menyebutnya dengan materi pelajaran. Dalam dunia pendidikan
kurikulum bisa diartikan secara sempit maupun secara luas. Secara sempit
kurikulum diartikan hanya sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di madrasah atau perguruan
tinggi. 32 Dari pengertian kurikulum secara sempit menurut Supiana
adalah sejumlah materi/isi pelajaran. Materi/isi pendidikan adalah segala
sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Crow and Crow mendefinisikan bahwa
“kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran
yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah.”
5) metode
metode adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi
pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan. Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi
edukatif. Agar interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan materi
pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam prakteknya ada dua macam alat pendidikan. Pertama
alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti
perangkat keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana
pembelajaran. Media pembelajaran memiliki peranan yang penting
sebagai salah satu komponen pembelajaran. Tanpa media pembelajaran,
proses pembelajaran sebagai proses komunikasi tidak dapat berlangsung
secara maksimal.

6) Situasi lingkungan.
Lingkungan pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang
mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu
lingkungan, baik lingkungan keluaga, lingkungan sekolah atau lingkungan
masyarakat. Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yakni suasana dan keadaan
berlangsungnya pendidikan. Lingkungan sosial yakni iklim dan suasana
kependidikan. Siswa dengan berbagai potensinya akan berkembang
maksimal jika berada dalam sebuah lingkungan yang kondusif. Iklim yang
kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan adalah merupakan kurikulum
tersembunyi bagi pencapaian tujuan pendidikan. Iklim lingkungan kelas
yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya
tarik bagi proses pembelajaran. Iklim belajar yang menyenangkan akan
membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas
peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan,
bersih, dan rapi berperan penting dalam menunjang efektifitas
pembelajaran.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem pendidikan keprofesionalan guru adalah sebuah indikator untuk
peningkatan sektor pendidikan, bagaimana guru adalah garda terdepan
dalam bagaimana peningkatan pendidikan di Indonesia. Dimana dalam
sebuah sistem pastilah dikerangka bentuk oleh sebuah komponen-
komponen vital yaitu, tujuan,pendidik,siswa,isi/materi,metode,Situasi
lingkungan.
Dalam bagaimana sistem pendidikan di Indonesia terlihat carut marut
tidak jelasnya Regulasi dan penderegulasian, lalu privatisasi, serta
liberisasi membuat sistem pendidikan di Indonesia tidak relevan dengan
Pancasila sebagai Pilosophie Grondslag dan Weltanschauung seharusnya
Sistem pendidikan Indonesia bisa lebih baik lagi melalui Elemen Setiap
sila.

3.2. Saran

Sebagai Manusia terdidik pastilah diperlukan sebuah silabus Pendidikan


yang memang relevan dan begitupula sebagai sistem, karena semua itu
adalah kesatuan yang penopang pendidikan menurut kami langkah awal
dari bagaimana ini adalah dilakukannya Reformasi Pendidikan dan
Rejuvenasi pendidikan dikarenakan degradasi ini terjadi berasal dari
bagaimana sumber belum siapnya calon pendidik untuk terjun kedalam
dunia pendidikan maka diperlukan sebuah perubahan yang kompleks
dimulai dari rejuvansi sistem

Anda mungkin juga menyukai