Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 1A

Anggota kelompok:
 Febe J. Suoth 19111101007
 Talita C. A. Lumempow 19111101011
 Graserio M.T. Barahamin 19111101105

1. Teori Domino Heinrich


Menurut penelitian yang dilakukan Heinrich, 98 persen kecelakaan disebabkan oleh tindakan
tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah
dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan
terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima
faktor yang saling berhubungan, yaitu:
 Kondisi kerja
Kondis kerja mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau
mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.

 Kelalaian manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan dengan
fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.

 Tindakan tidak aman


Tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri (ADP), tidak mematuhi rambu- rambu di tempat kerja, tidak
mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan resiko tinggi dan
berbahaya.

 Kecelakaan
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi karena
adanya kontak dengan sumber bahaya.

 Dampak kerugian
Dampak kerugian bisa berupa :
Pekerja : cedera, cacat, atau meninggal
Pengusaha : biaya langsung dan tidak langsung
Konsumen : ketersediaan produk

Kelima faktor ini layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu
ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip
dengan mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan
roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan
lain.
Contoh Teori Domino Heinrich
Adanya kasus pekerja yang meninggal di Du Pont Laporte Amerika Serikat. Du Pont
sebelumnya telah dikenal sangat komitmen dalam bidang keselamatan kerja bahkan banyak
konsep keselamatan kerja Du Pont yang diaplikasikan di tempat lain di seluruh dunia seperti
teori bahwa 96% kecelakaan kerja terjadi karena unsafe act yang kemudian dikembangkan ke
dalam program stop card. Apa yang terjadi pada kasus Du Pont Laporte justru berkebalikan
dari apa yang Du Pont selama ini kampanyekan. Sebanyak 24.000 pon gas mematikan metil
merkaptan harus terlepas ke udara setelah pekerja diminta untuk memperbaiki jalur pipa gas
tersebut. Gas ini kemudian membunuh 4 pekerja di tempat. Dalam investigasinya, Chemical
Safety Board (CSB) Amerika menemukan beberapa penemuan yang mengejutkan. CSB
mengatakan bahwa Du Pont tidak pernah memberikan instruksi kepada para pekerjanya
untuk menggunakan perlindungan pernafasan selama tugas perbaikan jalur pipa. Selain itu,
Du Pont juga tidak memberikan pendeteksi gas beracun dan juga sistem ventilasi yang baik.
Hal ini tidak hanya membahayakan pekerjanya tapi juga penduduk sekitar.
https://katigaku.top/2020/11/21/teori-domino-k3-heinrich/

2. Teori Bird and Germain’s Loss Causation


Teori Domino dilanjutkan oleh Bird dan Germain (1985) yang menyatakan bahwa urutan
teori domino Heinrich telah mendukung pemikiran keselamatan kerja selama 30 tahun.
Mereka menyadari kebutuhan dari manajemen untuk mencegah dan mengendalikan
kecelakaan di mana manajemen telah menjadi situasi yang kompleks disebabkan oleh
perkembangan tekhnologi. Mereka memperbaharui teori domino yang ditambahkan dengan
hubungan manajemen kepada penyebab dan efek kecelakaan. Teori ini dilengkapi dengan
tanda-tanda panah untuk menjelaskan interaksi multi linear dari penyebab dan efek dari
urutan. Model ini kemudian disebut dengan model loss causation yang dijelaskan juga dalam
garis lurus dari 5 domino yang dihubungkan satu sama lain dalam urutan linear.

Contoh teori Bird and Grrmain’s Loss Causation


Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian observasional karena peneliti melakukan
observasi pada sampel penelitian dan tidak memberikan perlakuan pada subyek penelitian.
Penelitian ini juga tergolong dalam penelitian deskriptif karena hanya melihat dan
menggambarkan penyebab dari terjadinya substandard practice pada pengelas di PT Bangun
Sarana Baja berdasarkan teori Loss Causation Model dari Bird dan Germain (1992). Bangun
Sarana Baja telah melaksanakan (85%) program dari daftar periksa menurut Bird dan
Germain (1992). Program yang tidak dijalankan oleh PT. Bangun Sarana Baja adalah
program mengenai pengamatan tugas/pekerjaan terencana, pengulasan peraturan tahunan
untuk pekerja, menjadi tim proyek pengendalian kerugian, menyelenggarakan pemeliharaan
APD, menggunakan teknik pelatihan dan pengajaran yang efektif.

The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-
April 2014: 1–14

3. Model energy – damage


Model energy – damage ini banyak disebutkan telah dibuat oleh Gibson (1961) tetapi Viner
(1991) mengerti bahwa model ini merupakan hasil diskusi dari Gibson, Haddon dan yang
lain. Model energy -damage ini berdasarkan pemikiran bahwa damage ( luka) merupakan
hasil dari energi kecelakaan yang menuju penerima (pekerja) dengan daya rusak yang tidak
bisa diterima oleh penerima energi

.
Pada model energy-damage, “the hazard” sebagai sumber energi potensial yang dapat
merusak dan menimbulkan kecelakaan yang merupakan hasil dari ketidakmampuan untuk
mengendalikan energi. Pengendalian energi ini dapat saja berupa penghalang fisik atau
struktural, pengaman, proses dan prosedur. Bagian “space transfer mechanism” adalah sarana
dimana energi dan penerima dibawa bersama dengan asumsi bahwa mereka pada awalnya
jauh dari satu sama lain. “Recipient boundary” adalah permukaan yang terpapar dan rawan
terhadap energi.

Contoh Model Energy – Damage


PT. X adalah cabang dari perusahaan multinasional yang memproduksi sepatu basket, sepatu
bola, sepatu multifungsi dan sepatu anak-anak. Pemakaian mesin alat kerja dan mekanisme
dalam industri dapat menimbulkan kebisingan di tempat kerja. Intensitas bising lingkungan
tempat kerja diatas 85 dB dtemukan di bagian sewing, assembling, pendengaran akibat bising
pada tenaga kerja yang terpajan bising diatas 85 dB sebesar 11,7%.

https://anakkatiga.blogspot.com/2018/04/contoh-studi-kasus-dan-aplikasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai