Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN IKTIOLOGI

PRAKTIKUM VI
SISTEM PERNAFASAN

OLEH :

NAMA : MUH. DARFIANTO. D


STAMBUK : I1A514058
JURUSAN : ABP B
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING : 1. HILDAYANTI SINAPOY
2. MARWATI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat

poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta

tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki

kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk

menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau

gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.

Pernafasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon

dioksida dalam suatu organisme hidup. Alat pernafasan pada ikan secara umum

adalah ingsang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai

alat pernafasan paru-paru selalu menggunakan ingsang. Belum berfungsinya

ingsang pada saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan menggunakan

kantung telur (Yusnaini, 2009).

Pernapasan juga bisa dikatakan proses pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya . Pernapasan merupakan

proses pengangkutan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui

permukaan organ pernapasan. Zat mutlak yang dibutuhukan oleh tubuh untuk

mengoksidasi makanan sehingga menghasikllkan energy adalah oksigen

(Burhanudin, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang

sistem pernapasan pada ikan Cakalang (K. pelamis) dan Ikan bandeng (C.chanos).

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian

alat yang yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta ada

atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa

jenis ikan tertentu.

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui secara langsung

bentuk ingsang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya

terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

1. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang.

Adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis

Gambar 1 : Ikan Cakalang (K.Pelamis)


(Sumber : dok. pribadi, 2015)
2. Ikan Bandeng ( chanos-chanos )
Klasifikasi ikan bandeng menurut Manik,N (2007) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Ostheichthyes
Order : Gonorynchiformes
Familiy :chanidae
Genus : chanus
Species : chanos-chano

Gambar 2 . ikan bandeng (C. chanos)


(Sumber : dok. Pribadi,2015)

B. Morfologi dan Anatomi

Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae., bentuk

tubuhnya memanjang seperti cerutu atau torpedo, berwarna kebiru-biruan atau

biru tua pada sisi belakang dan diatas tubuhnya dengan perut silver,

mempunyai dua sirip punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah

dari sirip belakang, serta mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di

belakang sirip punggung dan dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip

perut kecil, sirip ekor bercagak agak dalam dengan jari-jari penyokong

menutup seluruh ujung hypura (Fauzan, 2011)


Cakalang dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 1 m, dengan berat

lebih dari 18 kg. Cakalang banyak tertangkap berukuran panjangsekitar 50 cm.

Tubuh berbenruk memanjang agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung

yang terpisah.sirip punggung pertama terdiri dari 14-16 jari-jari tajam. Sirip

punggung kedua yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, didikuti oleh 7-9 sirip

tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, didikuti

oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek, dengan 26-27 jari-jari lunak. Diantar sirip perut

terdapat dua lipatan kulit yang di sebut taju interpelvis. (Boekoesoe, 2011)

Menutu (Jamal dkk., 2011) mengemukakan bahwa cakalang memiliki

tubuh yang padat, penampang bulat, lateral line melengkung ke bawah tepat di

bawah sirip punggung kedua, sirip dada pendek dan berbentuk segitiga. Warna

tubuh pada saat ikan masih hidup adalah biru baja (steel blue), tingled dengan

lustrous violet di sepanjang permukaan punggung dan intensitasnya menyusut di

sisi tubuh hingga ketinggian pada pangkal sirip dada. Sebagian dari badannya

termasuk bagian abdomen, berwarna putih hingga kuning muda, garis-garis

vetikal evanescent muda tampak di bagian sisi tubuhnya pada saat baru

tertangkap. Jenis ikan cakalang secara normal adalah heteroseksual yaitu dapat

dibedakan atas penentuan jenis kelamin jantan dan betina.

Ikan bandeng bentuk tubuhnya ramping,

muluttermina,tipesisikcycloid,Jari–jarisemuanya lunak, jumlah sirip punggung

antara 13 – 17, sirip anal 9 –11, sirip perut 11 – 12, sirip ekornya panjang dan

bercagak, jumlah sisik pada gurat sisi ada 75 – 80 keping, panjang maksimum 1,7

in biasanya 1,0 in (Mas’ud, 2011)


C. Habitat dan Penyebaran

Keberadaan ikan cakalang dapat ditemukan sepanjang tahun di perairan

Indonesia bagian timur, seperti Laut Banda, Flores, Arafura, Halmahera, Maluku,

Sulawesi, Aru, dan sebelah utara Papua. Seluruh daerah tersebut merupakan jalur

lintasan ikan cakalang yang beruaya menuju ke Kepulauan Philipina dan Jepang.

Ikan cakalang merupakan jenis omnivora yang makanan utamanya adalah ikan

pelagis kecil. Sebagian besar isi perut ikan cakalang adalah ikan pelagis kecil.

Jenisnya adalah teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi. Dengan demikian, jalur

migrasi ikan cakalang sangat tergantung pada pergerakan ikan pelagis kecil yang

menjadi makanannya (Puspito, 2010).

Daerah penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra

Hindia (Perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan

Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat

Makassar) dan Samudra Pasifik (Perairan Utara Irian Jaya). Jika dilihat dari

daerah sebaran ikan cakalang tersebut Selat Lombok merupakan salah satu daerah

tempat penyebaran ikan cakalang (Wibawa dkk., 2012)

Ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai komoditas budi daya telah banyak

dikenal masyarakat sejak lama (Prasetio & Erlania, 2009). Ikan ini dikenal

masyarakat umum yang hidup di air payau dan asin. Ikan bandeng termasuk jenis

ikan pemakan plankton, yang bersifat euryhaline sehingga, dapat hidup di air

tawar maupun asin. Ikan bandeng dikenal oleh masyarakat sebagai ikan yang

hidup di air payau atau ikan yang berasal dari tambak (Kartamiharja, 2009)

. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup

tersebar didaerah tropik Indo Pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi
perairan sekitar Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.

Indonesia merupakan daerah penyebaran bandeng yang telah diketahui

meliputi perairan pantai timur Sumatera, utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara (Vatria, 2010)

D. Fisiologi dan Reproduksi

Stomatopoda dan udang laut darifamili pandalidae (crustasea), cumi-cumi

(molusca), dan berbagai jenis larva/ juvenil ikan merupakan makannan utama.

Cakalang matang gonad selalu dujumpai dengan persentase tinggi. Indeks

kematangan gonad (GI) dijumpai pada bulan Juni baik untuk jantan dan betina.

Dari kedua nilai tersebut (TKG) dan (GI) , Diduga bahwa cakalang memijah

sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni. Fekunditas berkisar antar

186.000 Untuk cakalang dengan kisaran panjang 43-45 cm (rata-rata 43.4 cm)

dan 718.000 untuk panjang 65.5 cm. Hubungan yang erat diperoleh antara

panajang rata-rata ikan pangkat tiga (kubik) dan jumlah gonad rat-rata.Uji chi

square terhadap sex ratio secara keseluruhan tidak menunjukkan perbandingan

1:1. Ukuran cakalang pertama cakalang matang gonad adalah 42 cm dan 44 cm

(Wouthoyzen dkk., 2006)

Daya apung merupakan faktor penting dalam proses penyebaran dan

penetasan telur ikan bandeng. Daya apung ini disebabkan oleh adanya perbedaan

berat jenis telur dan air dan salah satu faktor penting yang mempengaruhinya

adalah salinitas. namun, hal ini tidak menjamin telur ikan bandeng juga memiliki

kemampuanadaptasi yang baik terhadap perubahan salinitas. Sampai saat ini

belumdiketahui berapa kisaran salinitas yang optimum untuk penetasan telur ikan

bandeng dan apakah telur yang tenggelam masih memiliki potensi untuk menetas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai salinitas media penetasan

dan daya apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng (Karina dkk., 2011)

E. Makanan dan Kebiasaan Makan

Hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan cakalang yang tertangkap di

perairan Laut Flores pada musim Timur terdiri atas ikan pelagis kecil, krustasea.

Bahwa makanan alami utama ikan cakalang yang tertangkap di perairan sebelah

selatan Pulau Seram dan sekitar Pulau Nusa Laut, laut Banda ialah krustasea,

moluska dan ikan terutama pada tahap juvenil. Ikan cakalang yang tertangkap di

perairan Laut Banda tidak selektif dalam memilih makanannya, akan memakan

apa saja yang dijumpai di perairan dan bahkan akan memakan sejenisnya. Ada

tiga komponen utama yang merupakan makanan ikan cakalang yaitu ikan,

krustasea dan moluska. Kelompok ikan terdiri dari ikan umpan (Stolephorus spp),

dan jenis ikan lainnya adalah dari famili Leiognathidae, Trichiudae, Stomatopoda

dan Amphipoda. Untuk kelompok moluska hanya cumi-cumi dari famili

Loliginidae. Selanjutnya dikatakan bahwa berdasarkan nilai IRP, setiap jenis

makanan yang dimakan komposisinya bervariasi setiap bulan, dan dapat diduga

bahwa ikan cakalang tidak mempunyai preferensi dalam kebiasaan makanan

(Mallawa dkk., 2014)

komposisi makanan ikan cakalang yang tertangkap di perairan Laut

Sulawesi berubah-ubah di mana di dalam isi lambungnya didapatkan berbagai

jenis ikan pelagis kecil seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.), ikan layang

malalugis (Decapterus macarellus), ikan sardine (Clupea sp.) dan kepiting

(Portunidae) di mana makanan yang dominan adalah ikan layang (57 %)

(Mardijah 2008)
pengamatan makanan pada 249 isi lambung didapat tiga komponen utama

makanan ikan cakalang yaitu ikan dari famili Leiognathidae, Trichiudae,

Exocoeetidae dan Mulidae, krustasea dari famili Pandalidae, Stomatopoda dan

Amphipoda, dan moluska dari famili Loliuginidae. Hasil analisis isi lambung ikan

cakalang di perairan Pasifik Barat bahwa makanan ikan tersebut terdiri atas

kepiting permukaan (59 %), ikan (37 %), dan cumi-cumi (3 %). Ada

kecenderungan bahwa ikan cakalang ukuran besar lambungnya berisi lebih

banyak jenis krustasea dan sedikit ikan. Rantai makanan ikan cakalang sangat

pendek yaitu plankton – ikan kecil – cakalang, yang berarti bahwa jenis ikan ini

memanfaatan energi secara efisien (Manik 2007)

Berdasarkan jenis makanan yang ada didalam lambung maka dapat

diprediksi rantai makanan ikan cakalang adalah: Phytoplankton – zooplankton –

berbagai ikan pelagis kecil – cakalang. Phytoplankton – zooplankton – krustasea –

ikan pelagis kecil – cakalang. Phytoplankton – zooplankton (crustacean) –ikan

pelagis kecil – cakalang. Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora,

kemudian pada ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke

dalam golongan herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa

makan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali

berubah menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos

lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).

F. Nilai Ekonomis
Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambahnya, ikan cakalang

dapat diolah menjadi tepung ikan. Pemanfaatan ikan cakalang dalam produk

pangan sebagai tepung ikan belum pernah dilakukan. Tepung ikan merupakan

sumber protein yang sangat baik karena dapat meningkatkan konsumsi

makana,Ikan cakalang merupakan hasil perikanan yang bersifat mudah rusak dan

membusuk (perishable) karena memiliki daging berwarna gelap atau merah dan

memiliki kandungan lemak yang tinggi (Litaay dan Joko, 2013)

Secara ekonomis ikan cakalang memberikan kontribusi besar yang di

tunjukan oleh sebagian besar masya-rakat pesisir memiliki pekerjaan seba-gai

nelayan baik pada usaha penang-kapan, pengolahan, perdagangan dan industri

penunjang. Keadaan ini dapat dilihat jelas di Provinsi Sulawesi Utara khususnya

di wilayah administrasi Kota Bitung, Ikan cakalang juga tercatat seba-gai

komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Dari kegiatan

ekspor tersebut negara Indonesia khususnya Sulawesi Utara mendapat tambahan

devisa yang penting bagi keseimbangan neraca perdaganganluar negeri. Devisa

yang masuk ke Sulawesi Utara akan menyebabkan peningkatan kesejahteraan

penduduk (Lumi dkk., 2013)

Ikan bandeng (Chanos-chanos forsskai) merupakan organisme perairan

yang hidup disekitar pesisir dan pulau-pulau dengan turumbu koral. Merupakan

salah satu ikan yang mempunyai nilai ekonomis dan merupakan komoditas ekspor

yang bernilai komoditas tinggi (Nofyan dkk., 2010)

Bandeng duri lunak selain lezat juga mempunyai kandungan gizi yang

cukup baik. Kandungan protein mencapai 26,5 %. Komponen protein merupakan

zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Lemak yang sangat rendah,
bahkan lebih rendah dari lemak hewani lainnya juga sangat menguntungkan

karena kandungan kolesterolnya pun relatif rendah (TM Kariada dkk., 2009)

G. Sistem Pencernaan

Pada alat pencernaan ikan terdiri dari 2 bagian yaitu saluran pencernaan

dan kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan yaitu lambung dan usus,

terdapat perbedaan antara lambung dan usus karnivora dengan herbivora.

Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat bergantung pada

kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan.

Perkembangan saluran pencernaan berlangsung secara bertahap dan setelah ikan

mencapai ukuran atau umur tertentu maka saluran pencernaannya akan mencapai

kesempurnaan. Perkembangan struktur pencernaan tersebut diikuti pula oleh

perkembangan enzim pencernaan (Ermiyanti, 2006) .


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikun ini dilaksanakan pada hari Minggu 27 Desember 2015 pada

pukul 07.00 - 09.00 Wita bertempat di laboratorium Produksi Fakultas Perikanan

dan ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sistem pernafasan dapat

di lihat pada tabel 1.

Tabel 1.Alat dan bahan beserta kegunaannya.


No Alat dan Bahan Kegunaan
.
1. Alat :
- Baki (Dissecting-pan) Wadah tempat meletakkan bahan
pengamatan
- Tissue Pengalas ikan pada saat pengamatan
- Pisau bedah Membedah ikan jika gunting tidak
memungkinkan
- Gunting bedah Membedah ikan
- Pinset Menjepit bagian tubuh yang hendak
diamati
- Sunlight Mencuci alat yang telah dipakai
- Mistar Mengukur tubuh ikan
- Lap kasar dan lap halus Membersihkan alat yang digunakan dan
membersihkan permukaan meja praktik
- Camera Dokumentasi
- Alat tulis menulis Menulis dan menggambar hasil
pengamatan
2. Bahan :
- Ikan Cakalang (K. Bahan pengamatan
Pelamis) Bahan pengamatan
- Ikan Bandeng Menyiram ikan
(C.chanos)
- Air panas
C. Prosedur Kerja
- Menusuk gunting bedah dengan bagian yang tumpul ke bagian anus,

kemudian digunting pada tubuh ikan ke arah rongga perut bagian atas.
- Setelah gunting mencapai bagian ujung rongga perut atas terdapat (belakang

kepala), gunting di arahkan kebagian bawah sampai kedasar perut, kemudian

bukalah daging yang telah terbuka tersebut menggunakan pisau bedah

sehingga organ-organ tubuh bagian dalam dapat terlihat, dan alat pencernaan

dapat dikelurkan dari dalam tubuh.


- Menggunting bagian kepala hingga terbelah dua, potong bagian terdepan

esofagus dan tariklah usus keluar kemudian potong ujung akhir anus.
- Mengambil usus ikan yang telah di belah, laulu ukur dan diamati, kemudian

digambar hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Jenis Ikan Praktikum
a. Ikan Cakalang (K. pelamis)

Gambar 3. Dokumentasi Ikan Cakalang (K. pelamis)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2015)

b. Ikan bandeng

Gambar 4 Dokumentasi Ikan Bandeng (C.chanos)


(sumber : dok.pribadi,2015)

2. Hasil Pengamatan Pada Sistem Pernapasan


Hasil pengamatan pada praktikum sistem pencernaan ikan disajikan pada
Tabel berikut ini :

Tabal 2. Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan


No Ikan dan organ Hasil pengamatan
1. Ikan Cakalang
Daun insang (gill filament) Terdapat 1132 daun
Tulang lengkung insang (gill arch) insang
Tapis insang (gill racker) Terdapat 8 lengkung
insang
Terdapat 216 tapis
insang
2. Ikan Bandeng
Daun insang (gill filament) Terdapat 600 gill
Tulang lengkung insang filament
Tapis Insang Terdapat 6 gill arch
Terdapat 224 gill racker

a. Ikan Cakalang (K. pelamis)

Keterangan :
1.Daun insang
2.Tulang lengkung insang
3.Tapis insanga

Gambar 5. Insang dan bagian-bagiannya


(sumber : dok.pribadi,2015)

b. Sistem pernapasan ikan bandeng

Keterangan :
1.Daun insang
2.Tulang lengkung insang
3.Tapis insang

Gambar 3. Insang dan bagian-bagiannya


(sumber : dok.pribadi,2015)
B. Pembahasan

Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O 2) dan karbon dioksida

(CO2) antara organism dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen

dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu oreganisme hal ini sesuai dengan

pendapat (Nadia, 2009) yang menyatakan bahwa Pernafasan adalah proses

pertukaran oksigen dan karbondioksida antara organisme dengan lingkungannya.

Bagaian-bagian pokok insang pada ikan ada tiga yaitu meliputi daun

insang (gill filament), tulang lenkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill

racker). Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah

dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses

pernafasan. Tulang lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan

darah dapat keluar dan masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya

daun insang dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan,

yang pada jenis ikan herbivora pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi

sebagai penyaring makanan dan relatif panjang dan rapat dibandingkan dengan

jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Nadia (2009) bahwa insang ikan herbivora

tapis insangnya dapat digunakan untuk menyaring makanan (plankton feeder).

Alat pernafasan ikan pada umumnya adalah insang walaupun ada beberapa

jenis ikan tertentu yang bernapas dengan paru-paru seperti ikan paus. Sebelum

berfungsinya ingsan, vase saat embrio masa pernapasan dilakukan dengan

menggunakan kantung telur.

Disamping ingsan sebagai alat pernapasan yang utama tetapi, pada ikan

tertentu ada yang mempunyai alat pernapasan tambahan seperti pada ikan gabus,

ikan lele dan ikan mujair, dan diferticula pada ikan gabus, pernapasan tambahan
disebut labirin, alat pernapasan tambahan ini berfungsi untuk membantu bernapas

saat okigen berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Alat yang

digunakan agak lama dan merupakan bidang penyimpanan oksigen untuk proses

pernapasan atau respirasi.

Ikan seperti halnya dengan mahluk hidup yang lain, harus mengambil

oksigen dan mengeluarkan CO2. Oksigen di perlukan tubuh ikan untuk

melepaskan energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepas bukan

saja dipergunakan untuk kegiatan tubuh seperti kontraksi otot, sekresi dan

kondugsi saraf, juga untuk membangun susunan komponen biokimia,

pemeliharaan struktur tubuh serta reproduksi. Jumlah oksigen yang digunakan

oleh ikan tidak konstan, melainkan bervariasi dengan umur dan berhubungan

dengan perubahan aktifitas ikan serta kondisi perairan. Pada pengamatan yang

dilakukan pada kelima jenis ikan kesemuanya mempunyai alat pernapasan yang

umumnya ada pada ikan lain yaitu ingsan. Ingsan yang masing-masing terletak

pada tiap sisi kepala di bawah tulang tutup ingsan yang terdiri dari beberapa

keping tulang (Nadia, 2009).

Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati meliputi dua tahap yakni fase

Inspirasi dan Ekspirasi. .Fase Inspirasi atau pengambilan udara/ pemasukan udara

dari air kedalam insang. kemudian fase ekspirasi atau pengeluaran karbondioksida

dan gas-gas lain dari insang ke air. pertukaran karbondioksida dan oksigen terjadi

pada fase ekspirasi


V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

simpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan dan pembahasan dalam

praktikum ini adalah sebagai sistem pernapasan yang digunakan pada Ikan

Cakalang dan Ikan Bandeng adalah insang yang terdiri dari tiga bagian yaitu daun

insang (gill filament), tulang lengkung insang (gill arch) dan tapis insang (gill

racker).

Proses pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran Oksigen terlarut

antara ikan dengan lingkungannya yang terjadi di dalam insang.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat dilaboratorium jurusan perikanan agar dilengkapi, dan

sebaliknya peralatan yang sudah ada lebih dipertahankan lagi agar praktikum

kedepannya lebih baik dari praktikum sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai