Anda di halaman 1dari 3

1.

Pertama-tama, dokter akan mencoba untuk mendiagnosis SARS dengan menanyakan


risiko penularan yang mungkin dialami dan menjadi penyebab keluhan. Beberapa di
antaranya seperti riwayat perjalanan ke mana Anda bepergian belakangan ini, dengan
siapa Anda melakukan kontak, dan lain-lain.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan mengukur
suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan.

Namun, pemeriksaan fisik tidak cukup memastikan diagnosis terhadap penyakit SARS.
Diagnosis akhir membutuhkan pemeriksaan lanjutan seperti:

 Tes darah untuk


 Pemeriksaan sampel kotoran
 Reverse polymerase chain reaction (RT-PCR)
 Kultur dahak di laboratorium
 Rontgen dada atau CT Scan

Tes darah, pemeriksaan sampel feses dan dahak, serta PCR dibutuhkan untuk mengetahui apakah
darah dan kotoran Anda benar-benar terinfeksi virus penyebab SARS. Tes ini juga dapat
menunjukkan apakah terdapat antigen dari infeksi virus tersebut.

Radiografi dan Tomografi (CT scan) juga biasanya dilakukan apabila dokter menduga terdapat
suatu bentuk komplikasi SARS dengan bronchitis dan pnumonia.

3..sampai saat ini belum ditemukan obat yang secara efektif menyembuhkan infeksi virus
penyebab SARS.

Meskipun penelitian terhadap penyakit ini terus dilakukan secara masif, para ilmuwan belum
menemukan pengobatan yang efektif untuk penyakit SARS. Obat antibiotik tidak bekerja
melawan virus dan obat antivirus belum menunjukkan banyak manfaat.

Pengobatan yang dilakukan masih berupa perawatan suportif untuk mengendalikan dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Cara ini dilakukan untuk menghambat infeksi virus menyebabkan kerusakan yang lebih parah
pada sistem pernapasan.

Untuk mengobati penyakit ini, Anda perlu mendapatkan perawatan medis. Upaya pengobatan
yang dilakukan untuk penyakit SARS adalah:

 Obat-obatan antivirus, tapi obat yang diberikan tidak akan langsung menghilangkan virus
SARS yang ada dalam tubuh.
 Alat bantu pernapasa seperti oksigen dan ventilator.
 Fisioterapi melalui latihan pernapasan dalam masa pemulihan.

Apabila anda mengalami gejala pneumonia, dokter juga biasanya akan memberikan resep
tambahan berupa steroid anti-inflamasi.

Perawatan pasien harus dilakukan di ruangan dengan sistem ventilasi yang optimal untuk
melancarkan sirkulasi udara.

4,beberapa perbedaan yang bisa Anda kenali terkait COVID-19 dengan SARS.

1. Gejala yang ditimbulkan

Walaupun gejala COVID-19 dengan SARS terlihat mirip dan sama-sama menyerang sistem
pernapasan, keduanya ternyata mempunyai sedikit perbedaan.

Menurut CDC, gejala umum yang dialami oleh pasien positif COVID-19 cukup mirip dengan
penyakit lainnya, seperti:

 demam lebih dari 38°C


 batuk kering
 sesak napas.

Sementara itu, pasien yang menderita SARS mengalami gejala yang lebih bervariasi, seperti:

 demam
 batuk
 badan terasa lemas dan nyeri
 sakit kepala
 sesak napas
 diare

2. Tingkat keparahan

Selain gejala, perbedaan lainnya yang cukup terlihat antara coronavirus COVID-19 dengan
SARS adalah tingkat keparahan. Angka kasus COVID-19 memang jauh lebih tinggi
dibandingkan SARS.

Namun, diperkirakan bahwa terdapat 20% pasien COVID-19 yang perlu dirawat di rumah sakit
dan sedikit beberapa diantara mereka membutuhkan alat bantu pernapasan, seperti ventilator. Hal
ini karena kebanyakan pasien mengembangkan penyakit yang cukup serius akibat infeksi virus,
seperti pneumonia.
Sementara itu, SARS menyebabkan kondisi yang lebih parah secara umum dibandingkan
COVID-19. Diperkirakan terdapat 20 sampai 30% pasien SARS yang membutuhkan ventilator
selama perawatan.

Walaupun demikian, perkiraan tingkat kematian COVID-19 akan bervariasi mengingat angkanya
masih terus bertambah dan tergantung pada faktor lainnya. Mulai dari kondisi negara yang
terinfeksi hingga karakteristik populas

Sampai saat ini persentase kematian COVID-19 diperkirakan antara 0.25 hingga 4 persen.
Namun, jumlah pasien yang sembuh jauh lebih banyak dibandingkan pasien yang meninggal
dunia, sehingga dapat dikatakan angka kematiannya lebih rendah dibandingkan SARS.

Hal ini dikarenakan SARS disebut-sebut lebih mematikan dibandingkan coronavirus COVID-19
dengan persentase kematian sekitar 10 persen dari jumlah keseluruhan kasus. Selain itu, efek
COVID-19 pada kelompok tertentu ternyata berbeda dibandingkan SARS.

3.penularan

Satu hal yang cukup membuat SARS dan coronavirus COVID-19 menjadi sangat berbeda adalah
tingkat penularan. Berbeda dengan SARS, COVID-19 memiliki jumlah kasus yang cukup tinggi
karena lebih mudah menginfeksi dari satu orang ke orang lainnya.

Hal ini mungkin dikarenakan jumlah virus pasien COVID-19 terdapat pada hidung dan
tenggorokan tak lama setelah gejala muncul.

Penularan ini cukup berbeda dengan SARS. Pada kasus SARS, jumlah virus akan terus
bertambah banyak saat virus sudah ‘tinggal’ di dalam tubuh selama beberapa hari.

Maka itu, penularan COVID-19 jauh lebih mudah karena ketika gejala awal baru saja terjadi,
virus dapat menyebar ke orang lain lebih awal sebelum kondisi pasien memburuk.

Bahkan, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pasien positif COVID-19 dapat
menularkan virus sebelum gejala muncul. Kasus yang seperti ini tidak ditemukan pada SARS,
sehingga penularan COVID-19 jauh lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai