Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik

Oleh, Elok Dwi Oktaviana, 1806139973, Profesi Ners FIK UI 2022

1. Anatomi dan fisiologi Otak

Otak secara umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu cerebrum, batang otak, dan
cerebellum. Cerebrum terdiri dari dua hemisphere, talamus, hipotalamus dan
basal ganglia. Batang otak terdiri dari midbrain, pons dan medulla. Cerebellum
terletak di bawah cerebrum yang berada dibalik batang otak (Smeltzer, 2012).

a. Cerebrum (otak besar)


Pada bagian cerebrum terdapat banyak lekukan yang disebut dengan giri.
Cerebrum terbagi menjadi dua hemisphere yaitu hemisphere kiri dan kanan.
Hemisphere pada otak dibagi menjadi 4 lobus yaitu:

Lobus Fungsi
Frontal Konsentrasi, pemikiran abstrak,
penyimpanan informasi atau memory
dan fungsi motorik, kemampuan
berbicara, kemampuan mengenali
perasaan dan pengambilan keputusan
Parietal Lobus ini menganalisis informasi
sensori dan menginterpretasikan
informasi yang didapatkan sehingga
dapat mengetahui bentuk suatu benda
yang kita pegang, mengetahui
perbedaan halus & kasar, serta
mengetahui kanan dan kiri
Temporal Pada lobus ini terdapat reseptor
pendengaran, mengingat suara dan
memahami bahasa serta musik
Oksipital Lobus ini berfungsi sebagai
interpretasi visual dan memory

Otak besar juga terdiri dari corpus calossum, thalamus, hypotalamus dan
pitiutary. Corpus calossum merupakan serabut saraf tebal yang
menggabungkan dua hemisphere kiri dan kanan otak. Manusia memiliki sisi
yang dominan antara otak kiri dan kanan. Berikut adalah perbedaan dari fungsi
hemisfer kanan dan kiri (Tortora & Derrickson, 2012).
Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri
 Menerima sinyal sensorik  Menerima sinyal sensorik
somatik dari dan mengendalikan somatik dari dan mengendalikan
otot pada sisi kiri tubuh otot pada sisi kanan tubuh
 Kesadaran musik dan artistik  Pemikiran
 Persepsi ruang dan pola  Keterampilan numerik dan
 Pengakuan wajah dan emosi ilmiah
 Isi ekspresi wajah  Kemampuan untuk
 Menghasilkan isi emosional menggunakan dan memahami
bahasa tanda bahasa

 Memicu citra mental untuk  Bahasa lisan dan tulisan


membandingkan hubungan
spasial
 Mengidentifikasi dan
membedakan bau

Bagian otak besar yang lainnya adalah hipotalamus. Hipotalamus mempunyai


peran penting dalam sistem endokrin karena mengatur sekresi hormon dari
kelenjar pituitary yang mempengaruhi metabolisme, reproduksi, respons stress
dan produksi urine. Hipotalamus bekerja dengan pituitary untuk menjaga
keseimbangan cairan melalui pelepasan hormonal dan menjaga regulasi suhu
dengan melakukan vasokontriksi atau vasodilatasi. Hipotalamus juga merupakan
pusat yang mengatur rasa lapar dan nafsu makan. Hipotalamus juga mengatur
regulasi siklus tidur-bangun, tekanan darah, seksual dan emosional seperti malu,
marah, depresi, panik dan takut (Smeltzer, 2012).

b. Batang otak
Midbrain/Mesencephalon memiliki dua saraf oculomotors dan mengatur
pergerakan mata, serta merupakan stasiun penghubung untuk rangsangan
auditory dan visual. Pons varoli, menghubungkan serebrum dan cerebellum
serta mengontrol pernafasan. Medulla Oblongata, terdapat nuclei yang berfungsi
mengatur gerak tubuh tidak sadar seperti detak jantung (Tortora & Derrickson,
2012).
c. Cerebellum (otak kecil)
Cerebellum atau otak kecil merupakan bagian otak yang memiliki fungsi
mengintegrasikan informasi sensoris berhubungan dengan posisi bagian tubuh,
koordinasi gerakan otot skeletal, dan mengatur kekuatan otot yang penting untuk
keseimbangan dan postur tubuh. Kebanyakan traktus di cerebellum berjalan
melalui nuclei tanpa menyilang. Sehingga hemisfer kanan mengoordinasikan sisi
kanan tubuh, begitu sebaliknya (Tortora & Derrickson, 2012).

Suplai darah otak


Otak adalah organ yang sangat penting, sebagai organ penting yang mengatur
berbagai sistem dalam tubuh, pusat koordinasi, serta pusat berpikir. Otak
memperoleh 15% dari total aliran darah atau sekitar (750ml/ min) dan
menggunakan 20 % dari total oksigen dan glukosa tubuh. Seluruh suplai
darah dari otak dan sumsum tulang belakang tergantung pada dua set cabang
dari aorta dorsal (Smeltzer, 2012).

Otak menerima darah dari dua sumber yaitu arteri karotis internal yang timbul
dari dua titik di leher dan arteri vertebralis yang membentuk gabungan menjadi
arteri basiliaris. Arteri karotis interna dan cabang-cabangnya menyediakan 2/3
di area anterior hemisphere otak dan sisi otak (frontal, temporal, parietal dan
daerah otak). Sedangkan arteri vertebralis dan basiliaris beserta cabangnya
menyuplai darah di area posterior daerah medial hemisfer, sebagian besar
diencephalon, batang otak, otak kecil, dan sumsum tulang. Kedua rute aliran
darah ini membentak suatu siklus yang mengaliri otak yang disebut siklus wilis
(Smeltzer, 2012).

2. Definisi, faktor risiko dan etiologi penyakit


a. Definisi
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian
otak. Ketika pembuluh darah yang kaya akan oksigen tidak dapat menyuplai
oksigen ke sel-sel otak, jaringan otak akan mati dan menyebabkan kerusakan
serebrovaskular (Black, 2014).
Stroke hemoragik adalah kondisi dimana terjadi pecahnya pembuluh
darah di dalam otak yang menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subaraknoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial
yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak
dapat dikompensasi oleh tubuh dapat menimbulkan peningkatan Tekanan Intra
Kranial (TIK) yang apabila berlanjut dapat menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisma. Aneurisma
adalah pembengkakan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan terjadinya
ruptur (Black, 2014). Selain itu darah yang mengalir ke area subaracnoid dapat
menyebabkam edema serebral, spasme pembuluh darah otak, dan
penekanan pada daerah tersebut menyebabkan aliran darah berkurang sehingga
dapat terjadi nekrosis jaringan otak. (Corwin, 2009).

b. Faktor risiko
1) Faktor risiko yang dapat dikontrol
 Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke. karena hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak atau
menyebabkan penyempitan pembuluh darah otak. Pecahnya
pembuluh darah otak akan mengakibatkan perdarahan otak,
sedangkan jika terjadi penyempitan pembuluh darah otak akan
mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan
kematian sel-sel otak
 Diabetes melitus
Diabetes memberikan dampak yang tidak baik pada jaringan tubuh,
menyebabkan peningkatan deposit lemak atau pembekuan di bagian
dalam dinding pembuluh darah dan dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil maupun besar
termasuk pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak
 Kolesterol
Kolesterol LDL yang tinggi dalam darah membuat disfungsi dari
endotel sebagai proses awal pembentukan aterosklerosis yang
disebabkan oleh deposit kolesterol di pembuluh darah arteri. Proses
aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan
penyumbatan yang berhubungan dengan pembentukan emboli dan
trombus sebagai patomekanisme dari stroke iskemik
 Merokok
Karbon monoksida dan nikotin yang masuk ke dalam aliran dapat
mengurangi jumlah oksigen dalam darah dan membuat jantung
berdetak lebih cepat sehingga juga dapat meningkatkan tekanan
darah. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berkontribusi terhadap
kerusakan pada arteri, mempermudah arteri untuk menyempit, dan
secara signifikan meningkatkan risiko stroke
2) Faktor yang tidak dapat dikontrol
 Usia
Orang yang memiliki umur lebih tua lebih mudah untuk terkena
stroke iskemik dibandingkan dengan usia muda. Hal ini berkaitan
dengan teori degeneratif yang menyebabkan perubahan pada struktur
dan fungsi pembuluh darah seperti diameter lumen, ketebalan
dinding, kekuatan dinding dan fungsi endotel yang mendasari
aterosklerosis
 Jenis kelamin
Laki-laki memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk faktor risiko
seperti merokok, kolesterol tinggi, penyakit arteri koroner, dan
penyakit arteri perifer
 Ras
Orang Afrika-Amerika memiliki risiko kematian yang jauh lebih
tinggi akibat stroke daripada orang Kaukasia. Hal ini terjadi karena
orang kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi,
diabetes, dan obesitas
3) Etiologi penyakit
Penyebab umum yang paling sering terjadi pada stroke
hemoragik ialah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Hal ini dapat
disebabkan oleh atherosclerosis atau sebaliknya, yakni, pecahnya
pembuluh darah yang dapat menimbulkan thrombus yang akhirnya
menyebabkan terganggunya aliran darah cerebral. Penyebab selanjutnya
ialah aneurisma pembuluh darah serebral. Yakni kondisi adanya
kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada suatu tempat
yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan
maneuver tertentu dapat menyebabkan perdarahan (Kumar, et, al, 2010).
Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) akibatnya
adalah penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan kehilangan
sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi. 
Pada stroke hemoragik biasanya diakibatkan dengan hemoragi
serebral yang dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstradural atau
epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), di ruang
subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid) atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral) (Smeltzer & Bare, 2013).

Perbandingan jenis stroke (Smeltzer, 2012)

Item Iskemik Hemoragik


Penyebab Trombosis arteri Intracerebral hemoragik
Penetrasi arteri Subarachnoid hemoragik
Kardiogenik emboli Cerebral aneurysm
Gejala umum yang Mati rasa atau Sakit kepala seperti
terjadi kelemahan pada wajah, kepala ingin meledak
lengan, kaki khususnya Penurunan kesadaran
hanya pada salah satu
bagian tubuh

Functional recovery Biasanya menurun Lambat, biasanya


setelah 6 bulan menurun setelah 18 bulan

3. Manifestasi klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologic yang sangat tergantung pada
lokasi dimana penyumbatan terjadi. Berikut deficit neurologic yang biasa terjadi
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).

Defisit Neurologik Manifestasi


Defisit Lapang Penglihatan
Homonimus hemianopsia (kehilangan  Tidak menyadari orang atau objek
setengah lapang penglihatan) di tempat kehilangan penglihatan
 Mengabaikan salah satu sisi tubuh
Kehilangan penglihatan perifer Kesulitan menilai jarak
Diplopia  Kesulitan melihat pada malam
hari
 Tidak menyadari objek atau batas
objek
 Penglihatan ganda
Defisit Motorik
Hemiparesis Kelemahan wajah, tangan, dan kaki pada
sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer
yang berlawanan)
Hemiplegia Kelumpuhan wajah, tangan, dan kaki
pada sisi yang sama (karena lesi pada
hemisfer yang berlawanan)
Ataksia Langkah goyah
Tidak dapat menyatukan kaki
Disartria Kesulitan dalam membentuk kata
Disfagia Kesulitan dalam menelan
Defisit sensori
Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan  Kebas dan kesemutan pada bagian
dari lesi) tubuh
 Kesulitan dalam propriosepsi
Defisit verbal
Ataksia ekspresif Memahami maksud pembicaraan tetapi
tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami
Ataksia reseptif Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan; mampu bicara tapi tidak
masuk akal atau tidak koheren
Ataksia global Kombinasi baik ataksia ekspresif dan
reseptif
Defisit kognitif  Kehilangan memori jangka
pendek dan panjang
 Penurunan lapang perhatian
 Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi
 Alasan abstrak buruk
 Perubahan penilaian

Defisit Emosional  Kehilangan control diri


 Labilitas emosional
 Penurunan toleransi pada situasi
yang menimbulkan stress
 Depresi
 Menarik diri
 Rasa takut, bermusuhan dan
marah
 Perasaan isolasi

Perbandingan Stroke Hemisferik Kiri dan Kanan

Stroke Hemisfer Kiri Stroke Hemisfer Kanan


Paralisis pada tubuh kanan Paralisis pada sisi kiri tubuh
Defek lapang pandang kanan Defek lapang penglihatan kiri
Afasia Defisit persepsi – khusus
Perubahan kemampuan intelektual Peningkatan distraktibilitas
Perilaku lambat dan kewaspadaan Perilaku impulsif dan penilaian buruk

4. Patofisiologi (WOC)
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, diantaranya (Smeltzer, 2012):
a) Hipoksia serebri dan penurunan aliran darah
Penurunan oksigen pada jaringan otak dapat terjadi setelah stroke
hemoragik, yang mana perlu diberikannya oksigen yang adekuat untuk
meminimalisir hipoksia serebri. Selain itu itu hidrasi yang adekuat juga perlu
dipastikan untuk mengurangi viskositas darah dan memperbaiki aliran darah.
b) Vasopasme serebri adalah pelebaran lumen yang melibatkan pembuluh darah
kranial. Peningkatan jumlah darah dalam subarachnoid cistern dan fissure
serebri dapat divisualisasikan dengan CT scan. Vasospasme terjadi 3 hingga
14 hari setelah hemorragik terjadi, ketika pembekuan pecah dan perdarahan
kembali meningkat. Hal itu menyebabkan peningkatan resistensi vaskular
yang mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan iskemia dan infark.
c) Peningkatan tekanan intracranial
Peningkatan TIK biasa terjadi pada stroke iskemia atau hemoragik dan selalu
diikuti dengan subarachnoid hemoragik. Biasanya disebabkan karena adanya
gangguan sirkulasi cairan serebrospinal yang disebabkan adanya darah pada area
basal cistern.
6. Pengkajian
a. Riwayat
 Riwayat penyakit saat ini berfokus pada data berupa asalan klien masuk
rumah sakit, kapan timbulnya gejala dan lamanya serangan
 Riwayat penyakit terdahulu berfokus pada faktor risiko seperti diabetes
melitus, penyakit jantung, hipertensi, riwayat stroke, trauma kepala dan
riwayat merokok
 Riwayat penyakit keluarga, biasanya terdapat keluarga yang menderita
hipertensi, diabetes melitus dan adanya riwayat stroke pada keluarga
b. Kebiasaan hidup sehari
Faktor risiko seperti gaya hidup monoton, pola makan tinggi lemak dan
konsumsi alkohol
c. Pengetahuan klien dan keluarga
Pengetahuan terhadap pengertian, penyebab, tanda gejala stroke
d. Pemeriksaan fisik (Doenges, 2014)

Pengkajian Temuan
Aktivitas/istirahat Hal yang dilaporkan:
Kesulitan dalam menjalankan
aktivitas karena merasa lemah,
kehilangan sensasi, lumpuh, muda
lelah, sulit beristirahat karena
merasakan kedutan pada otot
Hal yang mungkin ditemukan:
Tonus otot melemah, paralysis,
tampak lemah, kerusakan
penglihatan dan penurunan
kesadaran
Sirkulasi Hal yang dilaporkan:
Riwayat hipotensi postural,
kelainan jantung
Hal yang ditemukan:
Hipertensi (merupakan faktor
risiko utama terjadinya stroke
emboli), hasil EKG abnormal,
bruit pada arteri karotis, femoral
atau arteri iliaca
Integritas ego Hal yang dilaporkan:
Merasa membutuhkan pertolongan
dan keputusasaan
Hal yang mungkin ditemukan:
Keadaan emosional yang berubah,
respons marah, sedih dan gembira
tidak sesuai dengan keadaan dan
kesulitan untuk mengekspresikan
diri
Eliminasi Perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia, anuria, distensi
bladder dan menurunnya bising
usus (paralytic ileus)
Makanan/cairan Hal yang dilaporkan:
Menurunnya nafsu makan, mual,
muntah, kehilangan sensasi pada
lidah, pipi dan kerongkongan,
disphagia, kenaikan serum lipid
dan riwayat diabetes
Hal yang mungkin ditemukan:
Kesulitan menelan dan obesitas
(faktor risiko stroke)
Neurosensory Hal yang dilaporkan:
Pusing, sakit kepala, sebagian
tubuh terasa mati rasa, tidak dapat
merasakan sentuhan, rasa dan
penciuman menurun
Hal yang mungkin ditemukan
Mengalami penurunan kesadaran,
kelemahan ekstremitas atau
kelumpuhan, wajah paralysis,
aphasia, sulit melakukan
koordinasi gerakan, dilatasi pupil
menurun pada sisi yang
mengalami kelemahan
Nyeri/ketidaknyamanan Hal yang mungkin dilaporkan:
Sakit kepala dengan intensitas
yang berbeda
Hal yang mungkin ditemukan:
Tampak lelah karena kurang
istirahat, mudah terdistraksi
Respirasi Hal yang mungkin dilaporkan:
Merokok (faktor risiko stroke)
Hal yang mungkin ditemukan:
Tidak mampu menelan dan batuk,
irregular respirasi, rhonchi
(penumpukan secret)
Keamanan Perubahan persepsi tubuh karena
salah satu tubuh mengalami
kelemahan, sulit untuk melihat
objek dengan jelas, sulit
menggenggam atau mengenali
benda, warna dan wajah orang lain
Menurunnya respons terhadap
regulasi seperti benda panas dan
dingin
Interaksi sosial Kesulitan berbicara dan
berkomunikasi

e. Pemeriksaan diagnostik (lab/radiologi) (Ignatavicius, 2013)


 Computed tomography (CT) scan
Menampilkan abnormalitas struktural dan edema, hematoma, iskemia
dan infraksi. Infrak iskemik kemungkinan tidak akan terlihat saat 8-12
jam setelah tanda dan gejala stroke terjadi. Adanya hemoragik dapat
terlihat segera pada hasil CT scan
 MRI
MRI menunjukkan adanya cedera otak iskemik, MRI dapat mendeteksi
adanya perubahan atau kerusakan aliran darah di otak
 EKG
Mengkaji penyebab stroke karena aktivitas jantung, health provider akan
menyarankan untuk menggunakan 12 lead EKG.
 EEG
Identifikasi masalah berdasarkan penurunan aktivitas kelistrikan pada
area yang mengalami infark di otak
 Tes laboratorium
Peningkatan hematokrit dan kadar hemoglobin diindikasikan sebagai
kompensasi tubuh akibat kekurangan oksigen di otak. Peningkatan
jumlah sel darah putih menunjukkan adanya infeksi, kemungkinan
disebabkan karena bakteri, respons terhadap stress fisiologis dan
peradangan
7. Masalah keperawatan dan diagnosis yang mungkin muncul (Doenges, 2014)
a) Perfusi jaringan serebral tidak efektif
b) Hambatan mobilitas fisik
c) Kerusakan komunikasi verbal
d) Kerusakan sensori persepsi
e) Defisit perawatan diri
f) Koping tidak efektif
g) Risiko gangguan menelan
h) Defisit pengetahuan
8. Rencana asuhan keperawatan (NCP)

Perfusi jaringan serebral tidak efektif


Berhubungan dengan:
Embolism, cerebral aneurysm, hypertensi, tumor otak
Kemungkinan data lain yang ditemukan:
Penurunan kesadaran, penurunan memory, kehilangan kemampuan bicara dan
defisit emosional

NOC:
Perfusi jaringan: cerebral
 Pertahankan dan tingkatkan kognisi dan fungsi sensori motorik
 TTV dalam rentang normal
 Tidak ada penurunan fungsi tubuh
NIC Rasional
Mandiri
Tentukan faktor-faktor yang Mempengaruhi penempatan
berhubungan dengan intervensi. Kerusakan/kemunduran
keadaan/penyebab khusus selama tanda dan gejala neurologis atau
penurunan perfusi serebral dan potensi kegagalan perbaikan setelah fase
terjadinya peningkatan tekanan awal hemoragik memerlukan
intrakranial tindakan komprehensif dan harus
dipindahkan ke ruangan perawatan
kritis (ICU) untuk melakukan
pemantauan terhadap peningkatan
TIK
pantau sesering mungkin status Mengetahui tingkat kesadaran dan
neorologis dan bandingkan dengan potensial peningkatan TIK dan
keadaan normal mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan kerusakan sistem saraf
pusat. Dapat menunjukkan adanya
tanda trombosis baru
Pantau tanda-tanda vital seperti Variasi mungkin terjadi karena
adanya hipotensi atau hipertensi, tekanan/trauma serebral pada daerah
bandingkan tekanan darah pada kedua vasomotor otak. Hipertensi atau
lengan hipotensi postrual dapat menjadi
faktor pencetus. Hipotensi dapat
terjadi karena syok (kolapsnya
sirkulasi vaskular). Peningkatan Tik
dapat terjadi karena edama dan
adanya formasi pembukuan darah.
Tersumbatnya arteri subklavia dapat
menyebabkan adanya perbedaan
tekanan di kedua lengan
Frekuensi dan irama jantung, Perubahan trauma adanya
auskultasi adanya suara mur-mur bradycardia dapat terjad sebagai
akibat adanya kerusakan otak.
Disritmia dan mur-mur mungkin
mencerminkan adanya penyakit
jantung yang menjadi pencetus
stroke
Catat pola dan irama pernapasan Ketidakteraturan pernapasan dapat
seperti adanya periode apnea setelah memberikan gambaran lokasi
pernapasan hiperventilasi kerusakan serebral dna kebutuhan
untuk intervensi selanjutnya
termasuk kemungkinan perlunya
dukungan terhadap pernapasan
Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial
kesamaan dan reaksinya terhadap oculomotor (III) berguna dalam
cahaya menentukan apakah batang otak
tersebut masih baik. Ukuran dan
kesamaan pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan
simpatis dan parasimpatas yang
mempersarafinya. Respons terhadap
refleks cahaya mengombinasikan
fungsi dari saraf kranial optikus (II)
dan saraf kranial okulomotro (III)
Catat perubahan dalam penglihatan Gangguan penglihatan yang spesifik
seperti adanya kebutaan, gangguan mencerminkan daerah otak yang
lapangan pandang terkena, mengindikasikan keamanan
yang harus mendapat perhatian dan
mempengaruhi intervensi yang akan
dilakukan
Letakkan kepala pada posisi agak Menurunkan tekanan arteri dengan
ditinggikan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi perfusi
serebral
Pertahanan keadaan tirah baring, Aktivitas yang kontinu dapat
ciptakan lingkungan yang tenang meningkatkan TIK, istirahat dan
batasi pengunjung pasien sesuai ketenangan mungkin diperlukan
indikasi. Berikan istirahat secara untuk pencegahan terhadap
periodik antara aktivitas perawatan perdarahan dalam kasus stroke
Kolaborasi
Berikan oksigen seusai indikasi Menurunkan hipoksia dan
menyebabkan vasodilitasi serebral
dan terbentuknya edema
Berikan obat sesuai indikasi
Antikoagulasi Dapat digunakan untuk
meningkatkan aliran dara h serebral
dan selanjutnya mencegah
pembekuan embolus/trombus.
Kontraindikasi pada pasien
hipertensi karena dapat
meningkatkan risiko perdarahan
Hipertensi kronis memerlukan
Antihipertensi
penanganan yang hati-hati sebab
penanganan yang berlebihan
meningkatkan risiko terjadinya
perlusan kerusakan jaringan.
Hipertensi sementara seringkali
terjadi selama fase stroke akut
Pelunak feses Mencegah proses mengejan selama
defekasi karena dapat meningkatkan
TIK

Diagnosa keperawatan: hambatan mobilitas fisik


Berhubungan dengan:
Keterlibatan neuromuskular dan kelemahan
Kemungkinan dibuktikan dengan:
Ketidakmampuan pergerakan motorik, kerusakan koordinasi dan penurunan
kekuatan otot

NOC:
Konsekuensi imobilitas: fisiologic
 Mempertahankan dna meningkatkan fungsi tubuh yang terkena stroke
 Pertahanan posisi optimal
 Menjaga integritas kulit
NIC Rasional
kaji kemampuan fungsional/luasnya Mengidentifikasi
kerusakan awal dengan cara yang kekuatan/kelemahan dan dapat
teratur. Klasifikasikan skala kekuatan memberikan informasi mengenai
otot klien pemulihan. Bantu dalam pemilihan
terhadap intervensi, sebab teknik
yang berbeda digunakan untuk
paralisis spesifik
Ubah posisi klien setip 2 jam Menurunkan risiko terjadinya
trauma/iskemi jaringan. Daerah yang
terkena mengalami perburukan yang
lebih buruk dan menurunkan risiko
dekubitus
Melakukan latihan rentang gerak pasif Meminimalkan atrofi otot,
an aktif pada semua ekstremitas meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktrur. Menurunkan
risiko terjadinya osteoporosis
Bantu untuk meningkatkan Meningkatkan respons motorik klien
keseimbangan duduk seperti
meninggikan bagian kepala tempat
tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat
tidur biarkan klien menggunakan
tangan dalam menyokong berat badan
Inspeksi kulit terutama daerah yang Titik-titik tekanan pada daerah yang
menonjol secara teratur. Lakukan menonjol paling berisiko terjadinya
masase secara hati-hati pada daerah penurunan perfusi. Memberikan
kemerahan dan berikan bantalan bantalan membantu mencegah
kerusakan kulit dan dekubitus
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli fisioterapi Program khusus dikembangkan
untuk meningkatkan keseimbangan,
koordinasi dan kekuatan oto klien
Berikan obat relaksasi otot, sesuai Untuk menghilangkan spastisitas
indikasi seperti baklofen, dantrolen pada ekstremitas yang terganggu

Diagnosa keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal


Berhubungan dengan:
 Penurunan sirkulasi ke otak
 Kelemahan sistem muskuloskeletal
Kemungkinan dibuktikan dengan:
 Sulit berbicara
 Sulit dalam membentuk kata
 Wajah tidak mampu berekspresi
 Tidak mampu mempertahankan pola komunikasi normal

NOC
Komunikasi
 Memahami masalah komunikasi
 Menggunakan metode komunikasi yang sesuai
 Menggunakan sumber daya
NIC Rasional
Mandiri
Kaji derajat disfungsi seperti pasien Membantu menentukan derajat
tidak tampak memahami kata atau kerusakan serebral yang terjadi dan
mengalami kesulitan berbicara kesulitan pasien dalam beberapa
atau seluruh tahap proses
komunikasi.
Berikan metode komunikasi alternatif Memberikan komunikasi mengenai
seperti menulis di papan tulis, berikan kebutuhan klien
petunjuk visual
Bicara dengan nada normal dan hindari Meninggikan suara dapat merusak
percakapan yang cepat. Berikan pasien pendengaran pasien dan pasien akan
jarak waktu untuk merespons. marah. Memfokuskan respons dapat
Bicaralah tanpa tekanan terhadap mengakibatkan frustrasi dan
sebuah respons mungkin menyebabkan pasien
terpaksa untuk berbicara
Anjurkan keluarga untuk tetap Mengurangi isolasi sosial dan
mengajak klien berkomunikasi meningkatkan penciptaan
komunikasi yang efektif
Kolaborasi
Konsultasikan atau rujuk kepada ahli Pengkajian secara individual,
terapi wicara kemampuan bicara dan sensoris,
motorik dan kognitif berfungsi
untuk mengidentifikasi kebutuhan
terapi

9. Treatment/pengobatan dan terapi/medikasi


a. Trombolitik intravena, seperti tissue plasminogen activator (tPA), alteplase
(Activase), recombinant prourokinase (Prourokinase). Medikasi tersebut
merupakan terapi untuk stroke akut. tPA berguna untuk meminimalkan
ukuran area infrk dengan membuka pembuluh darah yang terblok. Terapi tPA
harus dimulai dalam 3 jam dari gejala awal untuk meningkatkan hasil. Agen
ini kontraindikasi pada hemoragi intrakranial, paska pembedahan intrakranial,
trauma kepala yang serius, dan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat
meningkatkan risiko perburukan pembuluh darah dan mencegah terjadinya
risiko perdarahan. tPA bekerja dengan menstimulasi fibrolisis pada lesi
aterosklerosis. Dosis tPA adalah 0,9 mg/kg dengan dosis maksimum 90 mg.
10% dari dosis diberikan melalui bolus dan sisanya diberikan melalui infus.
b. Antikoagulan, seperti warfarin sodium (Coumadin), heparin molekul rendah
(Lovenox, Fragmin), trombin inhibitor (Exanta/Ximlagatran), agen
antipletelet (Aspirin, Ticlid, Plavix). Terapi ini digunakan untuk
meningkatkan aliran darah serebral dan mencegah bekuan lanjutan
c. Vasodilator perifer, seperti cyclospasmol, pavabid, vasodilan. Terapi ini
dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan menurunkan vasospasme
d. Agen neuroprotektif, seperti calcium channel blockers, excitatory amino acid
inhibitor. Agen ini dapat melindungi otak dengan menginterupsi kaskade
biokimia destruktif, misalnya influks kalsium ke sel, pelepasan
neurotransmitter, penumpukan asam laktat, untuk membatasi iskemi serebral.
Daftar Pustaka

Black, J. M. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi.

Doenges, M. E. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines (9ed). Philadelphia: Davis


Company.

Ignatavicius, D. D. (2013). Medical-Surgical nursing: Patient-centered collaborative


care. Missour: Elsevier.

Smeltzer, S. C. (2012). runner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing (12th
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Timby, B. K. (2010). Introductory Medical- Surgical Nursing. . Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology, 13th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Bentuk khas dari sirkulasi serebral yaitu aliran daran serebral secara dinamik disesuaikan untuk
melindungi aliran darah otak dari perubahan tekanan perfusi. Aliran darah cenderung tetap
konstan pada kisaran tekanan darah sistemik (autoregulasi serebral). Kedua mekanisme lokal
dan kontrol autonomik neural berperan pada autoregulasi serebral. Peningkatan dan
penurunan tekanan arterial CO2 (PaCO2) akan meningkatkan dan menurunkan aliran tekanan
darah serebral dengan vasodilatasi dan vasokonstriksi serebral yang tidak bergantung pada
autoregulasi serebral (reaktivitas CO2 serebral). Setelah cedera kepala, autoregulasi aliran
darah serebral mengalami gangguan kebanyakan pasien. Pada pasien dengan cedera kepala
berat terjadi gangguan reaktivitas CO2 pada stage awal trauma.

Anda mungkin juga menyukai