1. Cari dan pelajari video di youtube mengenai Culture Shock (Gegar Budaya)! lampirkan link video tersebut! Jawaban : Link video : https://www.youtube.com/watch?v=OSu-CeCudTM
2. Buatlah review mengenai video tersebut!
Jawaban :
Culture Shock di Norway (Kuliah di Norwegia dan Seputar Norwegia)
Didalam video yang dipaparkan oleh Dessy Dhevantari menjelaskan budaya-
budaya apa saja yang ada di Norwegia berbeda dengan di Indonesia yang membuat culture shock sejak pertama kali datang ke Norwegia, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Personal space is a must Orang-orang di Norwegia sangat menjaga personal space maksudnya seperti no staring, no smiling, and no talking. Jika kita di Indonesia sudah terbiasa menatap orang lain, tersenyum atau menyapa orang lain jika berpapasan tapi jika di Norwegia tidak melakukan itu semua. Di publik space pun tidak ada satupun orang disana yang saling mengobrol dengan orang lain yang tidak saling mengenal, publik trasport disana selalu hening ketika sedang didalam perjalanan. Jadi orang-orang disana sangat menjaga personal space mereka dan tidak ada yang suka basa-basi. 2. Getting Outdoors Kapanpun mereka punya waktu pasti menyempatkan diri ke luar rumah / outdoors. Walaupun cuaca diluar hujan, salju, mereka pasti tetap pergi keluar seperti melakukan hiking, ke taman, dll. Pokoknya mereka akan melakukan aktivitas outdoor setiap harinya dan juga tidak perduli dengan kondisi cuaca seperti apa. Karena kalau menurut pepatahnya orang Norwegia “There is no bad weather, there is only bad clothes”. Disana ada budaya Hyttetur, Hytte = cabin Tur = trip. Hyttetur cabin trip or trip to the cabin. Norwegian usually goes to cabin in the weekend and most of them have family own cabin. If not, they can just rent it. Mereka mempunyai kabin dihutan yang pasti setiap minggu akan dikunjungi dan disaat hyttetur orang- orang bisa bebas saling menyapa. 3. Your Happiness Matters a Lot Kita dituntut untuk melakukan apapun yang bisa membuat bahagia, bukan apa orang lain atau orang tua kita bahagia. Lakukan apapun yang membuat kita senang dan bahagia karna disana orang tua, keluarga, lingkungan akan mensuport apapun keputusan yang kita ambil. Karena Norwegia adalah negara yang secular, secular state is a country where the state is keep separate from religion, and the state does not discriminate or favor persons based on their religions beliefs. Jadi antara kehidupan sosial dan kehidupan agamanya terpisah jauh, makin lama generasi muda pun mulai meninggalkan nilai-nilai agamanya. 4. Norwegians love to get drunk. Orang Norwegia sangat suka minum alkohol, setiap bulan atau minggu pasti akan minum atau party. Budaya disana ada vorspiel = pre-party dan nachspiel = after party. Pre-party adalah sebelum ke club atau bar pasti minum dulu dirumah. After party adalah selesai minum dirumah atau di bar mereka biasanya mengobrol dan main games. Dan diparty ini bisa dimanfaatkan untuk sosialisai untuk lebih mendapatkan teman karena selain diparty dan dikabin mereka tidak akan berbaur dengan bebas menyapa satu sama lain. 5. Snus Orang-orang dinorwegia memasukkan snus ke mulut diatas gigi, mengemut snus tersebut. Jadi snus is moist powder smokeless tobacco product originating from a variant of dry snuff in early 18th century sweden. It placed in upper lip for extended periods. Mereka menggunakan snus untuk mengganti rokok, karena harga rokok di Norwegia sangat mahal oleh karena itu mereka menggunakan snus. 6. People Drive On The Left Di Norwegia menyetir mobil, posisi setir disebelah kiri bukan seperti di Indonesia posisi setir itu disebelah kanan. 7. Waste Management Memilah dan mengatur sampah yang ribet di Norwegia, sampai bungkus sampah pun harus dicuci sebelum dibuang. 8. No Cash Pembayaran apapun memakai kartu dan tidak memakai uang cash. 9. Everything Close on Sunday Jam operasional mall yang berbeda dengan Indonesia. Di Norwegia hari Senin- Jumat mall dibuka dari jam 10.00 am – 8 pm, hari Sabtu dibuka jam 10.00 am- 6 pm dan di hari Minggu mall tutup, semua toko tutup. Hanya beberapa toko yang buka di hari Minngu. Rata-rata toko yang buka dihari Minggu itu mereka punya toko yang khusus dibuka hanya hari Minggu saja. Di Norwegia setiap toko yang buka hari Minggu harus menggaji karyawan double, pembagian gaji yaitu ada gaji standar / normal, gaji lembur dan gaji weekend.
3. Tulislah pendapat anda perihal video tersebut!
Jawaban : Menurut pendapat saya berdasarkan video tersebut, budaya di Norwegia sangat berbeda sekali dengan di Indonesia. Sering kali orang Indonesia yang bersekolah diluar negeri akan mengalami culture shock karena budaya juga bahasa yang sangat berbeda. Sekarang ini di zaman yang semakin maju teknologi atau disebut pada era globalisasi saat ini, kita diharapkan memiliki kemampuan untuk mengejar perkembangan tersebut untuk meningkatkan kemampuan yang memungkinkan masyarakat mendatangi atau berpindah ke daerah lain yang mampu mendukung mereka dari segala aspek. Berpindahnya masyarakat dari daerah asal ke daerah baru menimbulkan pergeseran budaya yang dikarenakan adanya perbedaan bahasa, pola kehidupan serta agama. Perubahan seperti ini dapat memicu timbulnya stressor psikososial seperti adanya hambatan dalam berkomunikasi, timbulnya perasaan terasingkan hingga mampu memunculkan kecemasan pada diri individu, hal seperti inilah yang disebut dengan gegar budaya (culture shock). Gegar budaya dapat diatasi bila seorang individu mampu beradaptasi dan meyesuaikan diri dengan budaya tempat individu berada, sehingga terjalin komunikasi yang efektif dan lancar, perasaan lebih nyaman, serta permasalahan ketegangan akibat perbedaan budaya dapat terselesaikan (Samovar et al., 2011). Berdasarkan hasil penelitian Hasibullah (2020), upaya yang paling utama dalam mengatasi gegar budaya yaitu dengan cara melakukan penyesuaian diri terhadap bahasa setempat, sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat daerah. Penyesuaian diri merupakan salah satu syarat penting dalam terciptanya kesehatan mental individu. Ketika seorang individu mengalami ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, maka tidak jarang pula individu tersebut akan mengalami stres atau depresi. Akan tetapi, jika individu tersebut mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya maka akan tercipta individu yang mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan individu maupun lingkungan. Sejalan dengan teori yang disampaikan oleh (Tallent, 1978) setiap tahap kehidupan, individu dituntut agar mampu menyesuaikan diri di lingkungan sekitarnya, bagi individu yang berhasil dalam penyesuaian diri akan mendapatkan kepuasan dalam hidupnya, tapi jika sebaliknya individu tersebut akan mengalami hambatan dalam setiap tahap kehidupan berikutnya. Hasil penelitian (Winkelman, 1994) menjelaskan bahwa, memiliki kemampuan interaksi dan penyesuaian diri yang baik dengan memahami serta senantiasa mengamalkan budaya baru tersebut kedalam kehidupan sehari hari mampu mengatasi gegar budaya pada individu. (Gudykunst & Kim, 2003) berpendapat sebagai makhluk sosial selayaknya memiliki interaksi di antara masyarakat, akan tetapi kemampuan individu untuk berkomunikasi sesuai dengan norma dan nilai budaya lokal tergantung dari proses penyesuaian diri atau adaptasi pendatang. Oleh sebab itu, (Hutapea, 2014) memaparkan bahwa penyesuaian diri sangat berperan dalam menurunkan stres kehidupan mahasiswa International yang bersekolah di luar negri. Sehingga, tujuan dari dibuatnya literatur review ini adalah untuk mendeskripsikan fenomena gegar budaya, dan memberikan referensi teori yang lebih banyak lagi kepada peneliti berikutnya, yangmana pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan sedikit teori gegar budaya (culture shock) sehingga pembaca kurang mampu untuk mendapatka informasi yang kaya mengenai teori dari gegar budaya (culture shock).