Anda di halaman 1dari 1

SINOPSIS FILM “ TIRTAYASA THE SULTAN OF BANTEN”

Tirtayasa The Sultan of Banten merupakan film Indonesia tahun 2017 yang
disutradarai oleh Darwin Mahesa. Film ini menceritakan kisah biografi tokoh yang hidup di
pertengahan tahun 1600’an, dimana Ketika itu Kesultanan Banten sedang mencapai kejayaan
dibawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Tetapi pada masa kejayaannya, musuh demi
musuh berdatangan dari luar maupun dalam kerajaan.
Alur cerita ini bermula pada konflik dimana Kapten Tack Company Belanda
memblokade perairan Teluk Banten yang membuat pedagang dari mancanegara kesulitan
untuk masuk Pelabuhan. Belum lagi Sultan Haji yang juga bekerjasama dengan Kapten Tack
untuk melawan Sultan Ageng Tirtayasa.
Penentangan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC untuk memonopoli perdagangan
membuat Belanda memblokade perairan Teluk Banten. Sultan Ageng Tirtayasa pun berhasil
melakukan perlawanan terhadap Belanda dimana itu menjadi keberhasilan kepemimpinan
Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah itu, VOC bertekad menaklukkan Banten dengan membuat
politik adu domba antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anak-anaknya.
Sultan Haji yang merupakan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa Kembali dari Mekkah,
ia melihat kondisi dan situasi Banten yang banyak perubahan dan menduga Pangeran Purbaya
berperan besar terhadap pemerintahan Banten yang semestinya adalah hak dan tugasnya.
Akhirnya, Sultan haji dan Company belanda sudah membuat perjanjian (kebijakan) tanpa
sepengetahuan Sultan Ageng Tirtayasa dan kesultanan. Company Belanda sengaja
mempengaruhi Sultan Haji untuk mengkudeta Sultan Ageng Tirtayasa.
Akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa pun menenangkan diri dan berpindah dari Keraton
Surosowan dan membangun keraton baru di Tirtayasa. Inilah awal mula julukan Sultan
Abdul Fath Abdul Fatah menjadi Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah itu, Company Belanda
Bersama Sultan Haji melakukan genjatan senjata terhadap Rakyat Banten. Bukan hanya ingin
menguasai keraton Surosowan, Sultan Haji dan Company Belanda juga ingin menguasai
keraton Tirtayasa. Karena kekuatan senjata yang dimiliki Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
sangat kurang dibanding Company Belanda, guna menjaga Kesultanan Banten agar tidak
diambil alih oleh Company Belanda maka diputuskan untuk membakar Keraton Tirtayasa.
Walau keraton Tirtayasa sudah dibakar, Sultan Ageng Tirtayasa tidak meghentikan
perlawanannya sama sekali, sedangakan Sultan Haji pun rindu kepada ayahnya. Ia berusaha
keras agar ayahnya Kembali ke Keraton Surosowan. Disinilah Company Belanda
memanfaatkan situasi sebagai puncak politik adu domba. Sultan Haji pun mengirim surat
untuk menjebak ayahnya karena sudah bersekutu dengan Company belanda. Ia meminta
ayahnya untuk kembali ke Keraton Surosowan.
Akibat pengkhianatan putranya, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap di Keraton Surosowan dan
dipenjara di Batavia. Beliau pun wafat pada tahun 1962 di Batavia.

Anda mungkin juga menyukai