1
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V,
(Cirebon: Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2007), 179.
2
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 180.
Pada masa pemerintahan Sultah Sepuh I terjadi musim kemarau yang
sangat panjang sehingga kolam (balong—Sunda) yang berada di dalam keraton
mengalami kekeringan bahkan sampai berimbas pada masyarakat Cirebon.
Untuk mengatasi hal itu para abdi dalam dikumpulkan untuk mengadakan
musyawarah guna mencari suatu pemecahan untuk mengatasi kekeringan yang
berkepanjangan, karena air merupakan sumber kebutuhan yang sangat pokok.
Dari hasil musyawarah dan mufakat tersebut diambil keputusan untuk mencari
sumber mata air yang ada di wilayah Cirebon karena diyakini bumi Cirebon
banyak mengandung kekayaan alam yang berlimpah ruah asalkan mau berusaha
tanpa mengenal menyerah. Hasil keputusan masyarakat tersebut menjadikan
Sultah Sepuh menugaskan H. Mancur Jaya sebagai sesepuh yang dibantu oleh
beberapa rekannya. Tugas yang diemban tersebut diterima dengan penuh rasa
tanggung jawab.3
Saat H. Mancur Jaya dan rekannya tersebut istirahat disebuah pohon
yang rimbun dan melihat ada air yang keluar dari pohon tersebut, kemudian
mencari sumber air tersebut, namun tidak ditemukan. Baru diketahui
belakangan ini bahwa pohon rimbun tempat istirahat ketiga pangeran tersebut
adalah tempat istirahat dimana Pangeran Cakrabuana atau Pangeran
Walangsusngsang yang dikenal dengan sebutan mbah kuwu Cirebon Girang
pernah istirahat juga. Tanpa mengenal lelah mereka ke sana ke mari mencari
sumber mata air akan tetapi belum juga ditemukan, maka mereka memohon
kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan suatu petunjuk untuk mendapatkan
sumber mata air dengan jalan melaksanakan shalat, akan tetapi untuk
mengambil air wudhu setetes pun tidak ada air. Atas ridho-Nya, ketika tongkat
yang dibawa H. Mancur ditancapkan ke tanah maka keluarlah air yang sangat
deras dari tuk (sumber mata air), sehingga seluruh sumur yang berada di
sekelilingnya penuh dengan air. Akhirnya seluruh rakyat berduyun-duyun
untuk mengambil ar sebagai kebutuhan sehari-hari dari tuk tersebut. H. Mancur
selanjutnya membuat parit untuk mengalirkan air dari tuk ke Keraton
3
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 179.
Pakungwati. Dengan demikian kebutuhan air untuk keraton tersebut bisa
tercukupi.4
Di samping masyarakat, banyak pula orang Cina yang mengambil air
dari tuk tersebut. Terjadilah kesalahpahaman antara masyarakat setempat
dengan orang-orang Cina sehingga banyak orang Cina yang dibunuh/
disembelih dengan pakai landasan kayu, sehingga air yang mengalir dari tuk
sampai ke Keraton Pakungwari berwarna merah. Sedangkan kayu untuk
landasan tersebut dibungkus dengan kain putih lalu diarak, yang hingga
sekarang masih diperingati setiap tanggal 19-20 (Rabiul Awal) diiringi doa-doa
dan marhaban. Kemudian kayu tersebut dinamakan ‘Kayu Perbatang’ yang
artinya kayu penuh dengan darah. Pangeran Mancur Jaya menetap di daerah
dimana sumber air itu muncul. Lalu kayu tersebut dibungkus dengan kain putih
lalu diarak dan sampai sekarang masih diperingati setiap tanggal 19 – 20
Rabbiul Awwal dengan diringi do’a-do’a dan sholawatan. Setelah sumber air
tersebut ditemukan, H. Mancur Jaya menetap didaerah tersebut dan terpikat
oleh gadis yang bernama Nyai Gedheng Tuk. Kemudian daerah tersebut
menjadi Blok Pancuran dan bunyi ketukannya di beri nama kampung Tuk yang
sekarang menjadi Desa Tuk. Daerah tempat keluarnya sumber mata air/tuk
sekarang diabadikan menjadi sebuah nama Desa Tuk.5
Cerita yang beredar di masyarakat juga tidak begitu berbeda, nama desa
Tuk diambil dari cerita ketika H. Macur Jaya mengetukkan tongkat ke tanah.
Suara kayu yang diketukkan ke atas tanah berbunyi “tuk” dan akhirnya ketukan
kayu tersebut berhasil menyemburkan air yang sangat banyak. Sumber air ini
kemudian diberi nama Tuk. Keberadaan Balong Kramat Tuk tersebut masih
terawat dengan baik sampai saat ini dan menjadi cagar budaya berdasarkan
kententuan UU Nomor 05 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dengan
Juru Kunci Raden Suparja. Balong tersebut berlokasi di Jl. Pancuran Mas RT
01 RW 01 Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon. Balong
tersebut tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau panjang karena
sumber airnya tidak pernah habis.
4
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 180.
5
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 181.
B. Profil Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
1. Visi
Bersama menuju Desa Tuk yang bermartabat, sejahtera dan religius.
2. Misi
- Meningkatkan pelayanan yang Prima kepada masyarakat.
- Menciptakan pemerintahan desa yang cepat tanggap terhadap keadaan dan
aspirasi masyarakat dengan terjun langsung melihat kondisi masyarakat di
seluruh wilayah Desa Tuk.
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar berhasil dalam mendukung
kesejahteraan masyarakat.
- Meningkatkan sarana dan prasarana umum agar dapat mendukung
kelancaran perekonomian masyarakat.
- Pemerataan pembangunan pisik dan non pisik, sehingga tidak akan terjadi
kesenjangan social di seluruh masyarakat Desa Tuk.
- Meningkatkan sarana dan prasarana ibadah dan kegiatan keagamaan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta berakhlakul kharimah.
- Meningkatkan kapasitas pengetahuan bagi perangkat desa melalui pelatihan
dan pendidikan.
- Koordinasi dan bekerja sama dengan semua lembaga-lembaga desa agar
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di semua bidang.
3. Program Kerja
1) Bidang Pemerintahan Desa
- Menciptakan suasana pemerintah desa yang mengayomi, harmonis,
dinamis, transparan dan bebas dari praktek KKN.
- Memberikan pelayanan kepada masyarakat efektif dan efesien
- Memberdayakan semua unsur lembaga yang terkait dengan
pemerintahan desa.
- Memberdayakan semua organisasi keagamaan, social politik agar bisa
bekerja sama dengan pemerintahan desa.
- Meninjau kembali kebijakan-kebijakan pemerintahan desa yang tidak
sesuai dan tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat.
- Meningkatkan pengelolaan asset desa untuk pembangunan desa
- Menyempurnakan peraturan-peraturan desa yang ada demi kelancaran
pembangunan desa.
2) Bidang Ekonomi
- Meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan cara
membangun sarana perekonomian.
- Memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk membantu
meningkatkan pendapatan keluarga.
- Membangun dan memperbaiki jalan atau jembatan poros yang
menghubung antar desa ke desa lain.
3) Bidang Politik
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara berpolitik
yang baik.
- Memberikan pengayoman serta pelayanan yang sama kepada semua
masyarakat, ormas dan orpol.
4) Bidang Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
- Meningkatkan dan membina rasa kebersamaaan antar warga agar
tercipta keselarasan bermasyarakat yang baik dan bersikap gotong
royong.
- Menggalakan desa yang bersih dan religius.
- Mengaktifkan kembali organisasi kepemudaan khususnya Karang
Taruna sebagai sarana untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat,
minat dan kreatifitas pemuda dalam berbagai kegiatan yang positif.
- Pemberdayaan Kader PKK dengan segenap potensi dan sumber daya
yang ada.
- Peningkatan pelayanan dan prasarana kesehatan yang mudah dan
terjangkau seperti pelayanan mobil ambulan dan mengoptimalisai
Posyandu.
- Meningkatkan pelayanan social yang terbuka dan transparan terutama
dalam penyaluran beras raskin dan rasta, bantuan pendidikan, bantuan
kesehatan serta bantuan lainnya
- Pemberian santunan berupa 25 Kg dan kain kafan bagi setiap warga
yang meninggal dunia.
5) Bidang Olahraga
- Mengembangkan semua kegiatan cabang olahraga yang ada di
masyarakat agar tumbuh bakat dan berprestasi.
- Menyelenggarakan event-event kegiatan olahraga baik lokal maupun
regional.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kualitas
pemuda dan olahraga.
6) Bidang Seni Budaya
- Melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan
masyarakat yang ada.
- Mengadakan pentas atau lomba seni budaya bangsa khususnya dalam
peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.
7) Bidang Kamtibmas
- Memberikan pelayanan kenyamanan hidup bermasyarakat agar tidk
terjadi gangguan kemanan dan ketertiban yang dapat meresahkan
masyarakat.
- Memberdayakan anggota Linmas agar selalu siap siaga menanggulangi
gangguan kamtibmas.
- Meningkatkan koordinasi antara pemerintah desa dengan Muspika dan
aparat keamanan dari Polsek dan Koramil serta Polres.
8) Jumlah Bantuan Keuangan Tahun Anggaran 2016
- Alokasi Dana Desa (APBD II) : Rp. 391.613.700,-
- Dana Desa (APBN) : Rp. 686.353.300,-
- Bantuan Gubernur (APBD I) : Rp. 115.000.000,-
KUWU
SEKRETARIAT
DESA
URUSAN
KEUANGAN
SEKSI
PEMERINTAHAN URUSAN URUSAN
& PEMBINAAN UMUM PROGRAM
KEMASYARAKATAN
SEKSI SEKSI
PEREKONOMIAN PEMBERDAYAAN
& PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Jika melihat kondisi sekarang mungkin kita akan heran, karena jarang
terlihat pohon melinjo di Desa Tuk ini, lalu mengapa masyarakat mayoritas
memiliki usaha emping melinjo? Pohon-pohon melinjo tersebut ditebang untuk
kemudian dibangun rumah-rumah seperti yang terlihat sekarang. Adapun untuk
pasokan melinjo yang merupakan bahan baku utama emping, para pengrajin
mengambil dari luar Cirebon.
Dari data desa yang peneliti peroleh, home industry emping melinjo
mulai berdiri pada tahun 1980. Awalnya emping melinjo itu tidak untuk
diperjual-belikan melainkan untuk dimakan sendiri, namun lama kelamaan
6
https://www.kompasiana.com/alimahperempuan/menengok-produksi-emping-di-
kedawung-cirebon_55122cbda33311cb56ba8030 (diakses 31 Januari 2018 pukul 09.33)
munculah ide bisnis untuk memasarkan emping melinjo. Tidak diketahui pasti
siapa yang pertama kali mencetuskan ide ini, namun akhirnya diikuti oleh yang
lainnya untuk memasarkan emping melinjo.
Home industry emping melinjo merupakan usaha mayoritas yang
ditekuni masyarakat Desa Tuk dan menyerap tenaga kerja terbanyak. Home
industry emping melinjo setiap tahun terus berkembang. Menurut Kuwu, Desa
Tuk memang sudah terkenal dengan emping melinjonya, selain emping melinjo
banyak juga usaha home industry lainnya seperti rengginang, keripik pisang,
rempeyek, dan lain sebagainya.7 Tentu dengan banyaknya home industry di
suatu desa, berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi di desa tersebut.
Sepanjang perkembangannya dari tahun 1980, emping melinjo
mengalami pasang surut seperti usaha-usaha lainnya. Pada tahun sekitar 1990
sampai tahun 2000, emping melinjo bisa dikatakan menuju puncak
kejayaannya. Pada tahun tersebut masyarakat mulai menggandrungi bisnis
emping melinjo.
Usaha emping melinjo sendiri sudah menjadi usaha turun-temurun atau
bisa juga disebut bisnis keluarga. Home industry emping melinjo memiliki
peran yang besar bagi masyarakat Desa Tuk, karena dengan adanya home
industry ini mengurangi pengangguran dan membantu perekonomian.
Masyarakat Desa Tuk memang mayoritas pengusaha dan pedagang, namun
sayangnya belum ada koperasi yang dapat menunjang para pengusaha dan
pedagang dalam segi peminjaman dana agar dapat mengembangkan usahanya.
7
Wawancara dengan Kepala Desa Tuk pada tanggal 12 Januari 2018 pukul 09.33