Anda di halaman 1dari 13

BAB III

KONDISI OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon


Apabila kita menengok pada masa silam sebelum adanya Keraton
Pakungwati, maka kita akan teringat sebuah nama desa yang sangat harum pada
masa itu yaitu Desa Mertasinga yang letaknya di sebelah utara kira-kira 3,5 km
dari Amparanjati atau lebih populernya Astana Gunung Jati di sisi kiri dar
Sungai Bondet yang berada di wilayah Kecamatan Cirebon Utara, di situ
terdapat Benda Cagar Budaya (BCB) Lawanggede atau Lawang Si Blawong.
Dahulu adalah merupakan bekas peninggalan nama Kerajaan Singapura,
adapun batas-batasnya dapat diperkirakan sebelah utara dengan Nagari
Surantaka yang sekarang berada di wilayah Kapetakan, di sebelah selatan
dengan Nagari Wanagiri yang sekarang Kecamatan Cirebon Selatan dan dengan
Nagari Japura yang menjadi raja di Singapura yaitu Ki Gedeng Sura Wijaya
Sakti. Setelah kakeknya meninggal, Pangeran Cakrabuana tidak bersedia
menggantikan kedudukanya. Pangeran Cakrabuana mendapatkan warisan harta
benda kakeknya, lalu ia gunakan untuk membangun sebuah istana yang diberi
nama Pakungwati (Keraton Kasepuhan) nama tersebut diambil dari nama puteri
kesayangannya.1
Istana Keraton Pakungwati mengalami perkembangan yang sangat
pesat di segala bidang, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan menjalin
hubungan kerja sama dengan negara-negara lain seperti Cina, India, Mesir.
Antara tahun 1445-1462 Cirebon mengalami kemajuan yang sangat luar biasa,
karena dasar-dasar dalam menjalankan roda pemerintahan yaitu akhlak aqidah
Islam, yang ditanamkan oleh Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati
sebagai penerusnya, sehingga Sunan Gunung Jati ditetapkan sebagai
Penatagama.2

1
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V,
(Cirebon: Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2007), 179.
2
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 180.
Pada masa pemerintahan Sultah Sepuh I terjadi musim kemarau yang
sangat panjang sehingga kolam (balong—Sunda) yang berada di dalam keraton
mengalami kekeringan bahkan sampai berimbas pada masyarakat Cirebon.
Untuk mengatasi hal itu para abdi dalam dikumpulkan untuk mengadakan
musyawarah guna mencari suatu pemecahan untuk mengatasi kekeringan yang
berkepanjangan, karena air merupakan sumber kebutuhan yang sangat pokok.
Dari hasil musyawarah dan mufakat tersebut diambil keputusan untuk mencari
sumber mata air yang ada di wilayah Cirebon karena diyakini bumi Cirebon
banyak mengandung kekayaan alam yang berlimpah ruah asalkan mau berusaha
tanpa mengenal menyerah. Hasil keputusan masyarakat tersebut menjadikan
Sultah Sepuh menugaskan H. Mancur Jaya sebagai sesepuh yang dibantu oleh
beberapa rekannya. Tugas yang diemban tersebut diterima dengan penuh rasa
tanggung jawab.3
Saat H. Mancur Jaya dan rekannya tersebut istirahat disebuah pohon
yang rimbun dan melihat ada air yang keluar dari pohon tersebut, kemudian
mencari sumber air tersebut, namun tidak ditemukan. Baru diketahui
belakangan ini bahwa pohon rimbun tempat istirahat ketiga pangeran tersebut
adalah tempat istirahat dimana Pangeran Cakrabuana atau Pangeran
Walangsusngsang yang dikenal dengan sebutan mbah kuwu Cirebon Girang
pernah istirahat juga. Tanpa mengenal lelah mereka ke sana ke mari mencari
sumber mata air akan tetapi belum juga ditemukan, maka mereka memohon
kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan suatu petunjuk untuk mendapatkan
sumber mata air dengan jalan melaksanakan shalat, akan tetapi untuk
mengambil air wudhu setetes pun tidak ada air. Atas ridho-Nya, ketika tongkat
yang dibawa H. Mancur ditancapkan ke tanah maka keluarlah air yang sangat
deras dari tuk (sumber mata air), sehingga seluruh sumur yang berada di
sekelilingnya penuh dengan air. Akhirnya seluruh rakyat berduyun-duyun
untuk mengambil ar sebagai kebutuhan sehari-hari dari tuk tersebut. H. Mancur
selanjutnya membuat parit untuk mengalirkan air dari tuk ke Keraton

3
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 179.
Pakungwati. Dengan demikian kebutuhan air untuk keraton tersebut bisa
tercukupi.4
Di samping masyarakat, banyak pula orang Cina yang mengambil air
dari tuk tersebut. Terjadilah kesalahpahaman antara masyarakat setempat
dengan orang-orang Cina sehingga banyak orang Cina yang dibunuh/
disembelih dengan pakai landasan kayu, sehingga air yang mengalir dari tuk
sampai ke Keraton Pakungwari berwarna merah. Sedangkan kayu untuk
landasan tersebut dibungkus dengan kain putih lalu diarak, yang hingga
sekarang masih diperingati setiap tanggal 19-20 (Rabiul Awal) diiringi doa-doa
dan marhaban. Kemudian kayu tersebut dinamakan ‘Kayu Perbatang’ yang
artinya kayu penuh dengan darah. Pangeran Mancur Jaya menetap di daerah
dimana sumber air itu muncul. Lalu kayu tersebut dibungkus dengan kain putih
lalu diarak dan sampai sekarang masih diperingati setiap tanggal 19 – 20
Rabbiul Awwal dengan diringi do’a-do’a dan sholawatan. Setelah sumber air
tersebut ditemukan, H. Mancur Jaya menetap didaerah tersebut dan terpikat
oleh gadis yang bernama Nyai Gedheng Tuk. Kemudian daerah tersebut
menjadi Blok Pancuran dan bunyi ketukannya di beri nama kampung Tuk yang
sekarang menjadi Desa Tuk. Daerah tempat keluarnya sumber mata air/tuk
sekarang diabadikan menjadi sebuah nama Desa Tuk.5
Cerita yang beredar di masyarakat juga tidak begitu berbeda, nama desa
Tuk diambil dari cerita ketika H. Macur Jaya mengetukkan tongkat ke tanah.
Suara kayu yang diketukkan ke atas tanah berbunyi “tuk” dan akhirnya ketukan
kayu tersebut berhasil menyemburkan air yang sangat banyak. Sumber air ini
kemudian diberi nama Tuk. Keberadaan Balong Kramat Tuk tersebut masih
terawat dengan baik sampai saat ini dan menjadi cagar budaya berdasarkan
kententuan UU Nomor 05 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dengan
Juru Kunci Raden Suparja. Balong tersebut berlokasi di Jl. Pancuran Mas RT
01 RW 01 Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon. Balong
tersebut tidak pernah kering walaupun pada musim kemarau panjang karena
sumber airnya tidak pernah habis.

4
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 180.
5
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Asal-usul Desa di Kabupaten Cirebon Bagian V, 181.
B. Profil Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
1. Visi
Bersama menuju Desa Tuk yang bermartabat, sejahtera dan religius.
2. Misi
- Meningkatkan pelayanan yang Prima kepada masyarakat.
- Menciptakan pemerintahan desa yang cepat tanggap terhadap keadaan dan
aspirasi masyarakat dengan terjun langsung melihat kondisi masyarakat di
seluruh wilayah Desa Tuk.
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar berhasil dalam mendukung
kesejahteraan masyarakat.
- Meningkatkan sarana dan prasarana umum agar dapat mendukung
kelancaran perekonomian masyarakat.
- Pemerataan pembangunan pisik dan non pisik, sehingga tidak akan terjadi
kesenjangan social di seluruh masyarakat Desa Tuk.
- Meningkatkan sarana dan prasarana ibadah dan kegiatan keagamaan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta berakhlakul kharimah.
- Meningkatkan kapasitas pengetahuan bagi perangkat desa melalui pelatihan
dan pendidikan.
- Koordinasi dan bekerja sama dengan semua lembaga-lembaga desa agar
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di semua bidang.
3. Program Kerja
1) Bidang Pemerintahan Desa
- Menciptakan suasana pemerintah desa yang mengayomi, harmonis,
dinamis, transparan dan bebas dari praktek KKN.
- Memberikan pelayanan kepada masyarakat efektif dan efesien
- Memberdayakan semua unsur lembaga yang terkait dengan
pemerintahan desa.
- Memberdayakan semua organisasi keagamaan, social politik agar bisa
bekerja sama dengan pemerintahan desa.
- Meninjau kembali kebijakan-kebijakan pemerintahan desa yang tidak
sesuai dan tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat.
- Meningkatkan pengelolaan asset desa untuk pembangunan desa
- Menyempurnakan peraturan-peraturan desa yang ada demi kelancaran
pembangunan desa.
2) Bidang Ekonomi
- Meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan cara
membangun sarana perekonomian.
- Memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk membantu
meningkatkan pendapatan keluarga.
- Membangun dan memperbaiki jalan atau jembatan poros yang
menghubung antar desa ke desa lain.
3) Bidang Politik
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara berpolitik
yang baik.
- Memberikan pengayoman serta pelayanan yang sama kepada semua
masyarakat, ormas dan orpol.
4) Bidang Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
- Meningkatkan dan membina rasa kebersamaaan antar warga agar
tercipta keselarasan bermasyarakat yang baik dan bersikap gotong
royong.
- Menggalakan desa yang bersih dan religius.
- Mengaktifkan kembali organisasi kepemudaan khususnya Karang
Taruna sebagai sarana untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat,
minat dan kreatifitas pemuda dalam berbagai kegiatan yang positif.
- Pemberdayaan Kader PKK dengan segenap potensi dan sumber daya
yang ada.
- Peningkatan pelayanan dan prasarana kesehatan yang mudah dan
terjangkau seperti pelayanan mobil ambulan dan mengoptimalisai
Posyandu.
- Meningkatkan pelayanan social yang terbuka dan transparan terutama
dalam penyaluran beras raskin dan rasta, bantuan pendidikan, bantuan
kesehatan serta bantuan lainnya
- Pemberian santunan berupa 25 Kg dan kain kafan bagi setiap warga
yang meninggal dunia.
5) Bidang Olahraga
- Mengembangkan semua kegiatan cabang olahraga yang ada di
masyarakat agar tumbuh bakat dan berprestasi.
- Menyelenggarakan event-event kegiatan olahraga baik lokal maupun
regional.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kualitas
pemuda dan olahraga.
6) Bidang Seni Budaya
- Melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan
masyarakat yang ada.
- Mengadakan pentas atau lomba seni budaya bangsa khususnya dalam
peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.
7) Bidang Kamtibmas
- Memberikan pelayanan kenyamanan hidup bermasyarakat agar tidk
terjadi gangguan kemanan dan ketertiban yang dapat meresahkan
masyarakat.
- Memberdayakan anggota Linmas agar selalu siap siaga menanggulangi
gangguan kamtibmas.
- Meningkatkan koordinasi antara pemerintah desa dengan Muspika dan
aparat keamanan dari Polsek dan Koramil serta Polres.
8) Jumlah Bantuan Keuangan Tahun Anggaran 2016
- Alokasi Dana Desa (APBD II) : Rp. 391.613.700,-
- Dana Desa (APBN) : Rp. 686.353.300,-
- Bantuan Gubernur (APBD I) : Rp. 115.000.000,-

Jumlah : Rp. 1.192.967.000,-


(Sumber: Data Desa Tuk, 2106)
4. Letak Geografis Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
Desa Tuk berada di Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon dengan
luas wilayah 120 KM2. Adapun batas wilayahnya sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Kertawinangun
b. Sebelah Timur : Kota Cirebon
c. Sebelah Barat : Desa Kedungdawa
d. Sebelah Selatan : Desa Kalikoa
5. Nama Kepala Desa dan Masa Jabatan di Desa Tuk Kecamatan Kedawung
Kabupaten Cirebon
Tabel 3.1

Nama Kepala Desa dan Masa Jabatan


MASA
NO NAMA LENGKAP KETERANGAN
JABATAN
1 SAWAR 1930 – 1940 10 TAHUN
2 IMAN 1940 – 1945 5 TAHUN
3 PEJABAT MA’AR 1945 – 1950 5 TAHUN
4 MINUT 1950 – 1959 9 TAHUN
5 DULAKMID 1959 – 1965 6 TAHUN
6 TARBI 1965 – 1978 13 TAHUN
7 PEJABAT BADAWI 1978 – 1979 1 TAHUN
8 H. SABIL 1979 – 1983 4 TAHUN
9 H. SABIL 1983 – 1986 3 TAHUN
10 MA. SANIKA 1986 – 1994 8 TAHUN
11 PEJABAT MULYADI 1994 – 1995 1 TAHUN
12 MA. SANIKA 1995 – 2003 8 TAHUN
13 SUHERMAN 2003 – 2006 3 TAHUN
PEJABAT NE.
14 2006 – 2007 1 TAHUN
ANDRIYANTO
15 PEJABAT TABRONI 2007 – 2008 1 TAHUN
16 PEJABAT MULYA 2008 – 2009 1 TAHUN
17 MULYA 2009 – 2015 6 TAHUN
18 PEJABAT SUTA JUNI – DES 2015 6 BULAN
2015 -
19 PATUROHIM WIJAYA
SEKARANG
(Sumber : Data Desa Tuk, 2016)
6. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Tuk

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA TUK


KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN CIREBON

KUWU

SEKRETARIAT
DESA

URUSAN
KEUANGAN
SEKSI
PEMERINTAHAN URUSAN URUSAN
& PEMBINAAN UMUM PROGRAM
KEMASYARAKATAN

SEKSI SEKSI
PEREKONOMIAN PEMBERDAYAAN
& PEMBANGUNAN MASYARAKAT

KEPALA DUSUN I KEPALA DUSUN II

7. Jumlah dan Keadaan Penduduk Desa Tuk Kecamatan Kedawung


Kabupaten Cirebon
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 3.896
2. Perempuan 3.477
Jumlah 7.373
Tabel 3.3
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
1. PNS 262 orang
2. TNI/ POLRI 45 orang
3. Pengusaha 235 orang
4. Buruh 456 orang
5. Petani 37 orang
7. Pedagang 726 orang
8. Lainnya 586 orang
Tabel 3.4
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. SD 1.147 orang
2. SMP 1.434 orang
3. SMU 1.347 orang
4. DIPLOMA 215 orang
5. SARJANA 125orang
(Sumber : Data Desa Tuk, 2016)
1. Nama Pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
1) Ketua : Nasrudin
2) Wakil Ketua : Salim
3) Sekretaris : Kasa
4) Anggota : Samudi
5) Anggota : Suyanto
6) Anggota : Ibrohim
7) Anggota : Brohim
8) Anggota : Abdul Aziz Sujana
9) Anggota : Munawar
2. Nama Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
1) Ketua : Ruslani
2) Sekretaris : Enda
3) Bendahara : Sopari
4) Anggota : H. Hadi
5) Anggota : H. Jajuli
6) Anggota : Masradi
7) Anggota : Mahbub
8) Anggota : Azis
9) Anggota : Jono
3. Nama Pengurus Majelis Ulama Desa (MUD)
1) Ketua : Makbul
2) Sekretaris : Misja
3) Bendahara : Juli
4) Anggota : H. Ridwan
5) Anggota : Tabroni
4. Nama Pengurus Karang Taruna
1) Ketua : Aji Jurokim
2) Sekretaris : Asroni
3) Bendahara : Robianto
4) Anggota : Tohana
5) Anggota : Saekhu
6) Anggota : Imam
7) Anggota : Budi
8) Anggota : Ruanto
9) Anggota : Gunawan
10) Anggota : Naufal Rifqi
11) Anggota : Nana Misyana
12) Anggota : Sory Abdullah
13) Anggota : Yudi Wahyudi
8. Daftar Sarana Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
Tabel 3.5
Sarana Peribadatan
No. Nama Jumlah
1. Masjid 2 unit
2. Musholah 14 unit
3. Gereja 1 unit
Tabel 3.6
Sarana Pendidikan
No. Nama Jumlah
1. TPQ/TKQ/MD 3 unit
2. TK 1 unit
3. SD 2 unit
Tabel 3.7
Sarana Kesehatan
No. Nama Jumlah
1. Polindes 1 unit
2. Posyandu 8 unit
Tabel 3.8
Sarana Olahraga
No. Nama Jumlah
1. Lapangan Bola 2 unit
2. Lapangan Volly 1 unit
3. Lapangan Bulu Tangkis 1 unit
(Sumber : Data Desa Tuk, 2016)
C. Sejarah Home Industry Emping Melinjo Desa Tuk
Tanah yang kini telah dipadati rumah warga, dulunya adalah sebuah
hutan pohon melinjo. Memang tak jelas kapan tepatnya. Yang pasti, hutan itu
sudah tak terlihat laiknya sebuah hutan, alias pepohonan melinjo itu telah
berkurang jumlahnya. Kini, yang ada hanya semangat para perajin emping
melinjo mengembangkan usahanya. Apalagi pemandangan di sekitar rumah
warga, hampir semuanya terpajang emping melinjo yang masih dijemur di
sekitar rumah.6
Tabel 3.9

Data Home Industry Emping Melinjo Desa Tuk

No Nama Pemilik Berdiri Skala Kemampuan


Home Industry Produksi (Hari)
1 Barokah Akim 1990 Besar 400 Kg
2 Sari Manalagi Subadi 1980 Sedang 75 Kg
3 Santi Jaya H. Yali 1990 Sedang 100 Kg
4 Dua Bintang Sobana 1995 Sedang 75 Kg
5 Haluma H. Faozi 1998 Sedang 100 Kg
6 Simanalagi Ruslani 1990 Sedang 75 Kg
7 Rizki Titin Aziz 2007 Kecil 60 Kg
8 H. Sobari H. Sobari 1982 Sedang 100 Kg
9 H. Maksudi H. Maksudi 1987 Sedang 120 Kg
10 Anasih Anasih 2000 Kecil 60 Kg
11 Hj. Jaetun Hj. Jaetun 1987 Sedang 75 Kg
12 Maus Maus 1998 Sedang 75 Kg
13 Hj. Tunisah Hj. Tunisah 1980 Sedang 150 Kg
(Sumber : Data Desa Tuk, 2016)

Jika melihat kondisi sekarang mungkin kita akan heran, karena jarang
terlihat pohon melinjo di Desa Tuk ini, lalu mengapa masyarakat mayoritas
memiliki usaha emping melinjo? Pohon-pohon melinjo tersebut ditebang untuk
kemudian dibangun rumah-rumah seperti yang terlihat sekarang. Adapun untuk
pasokan melinjo yang merupakan bahan baku utama emping, para pengrajin
mengambil dari luar Cirebon.
Dari data desa yang peneliti peroleh, home industry emping melinjo
mulai berdiri pada tahun 1980. Awalnya emping melinjo itu tidak untuk
diperjual-belikan melainkan untuk dimakan sendiri, namun lama kelamaan

6
https://www.kompasiana.com/alimahperempuan/menengok-produksi-emping-di-
kedawung-cirebon_55122cbda33311cb56ba8030 (diakses 31 Januari 2018 pukul 09.33)
munculah ide bisnis untuk memasarkan emping melinjo. Tidak diketahui pasti
siapa yang pertama kali mencetuskan ide ini, namun akhirnya diikuti oleh yang
lainnya untuk memasarkan emping melinjo.
Home industry emping melinjo merupakan usaha mayoritas yang
ditekuni masyarakat Desa Tuk dan menyerap tenaga kerja terbanyak. Home
industry emping melinjo setiap tahun terus berkembang. Menurut Kuwu, Desa
Tuk memang sudah terkenal dengan emping melinjonya, selain emping melinjo
banyak juga usaha home industry lainnya seperti rengginang, keripik pisang,
rempeyek, dan lain sebagainya.7 Tentu dengan banyaknya home industry di
suatu desa, berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat dan pertumbuhan
ekonomi di desa tersebut.
Sepanjang perkembangannya dari tahun 1980, emping melinjo
mengalami pasang surut seperti usaha-usaha lainnya. Pada tahun sekitar 1990
sampai tahun 2000, emping melinjo bisa dikatakan menuju puncak
kejayaannya. Pada tahun tersebut masyarakat mulai menggandrungi bisnis
emping melinjo.
Usaha emping melinjo sendiri sudah menjadi usaha turun-temurun atau
bisa juga disebut bisnis keluarga. Home industry emping melinjo memiliki
peran yang besar bagi masyarakat Desa Tuk, karena dengan adanya home
industry ini mengurangi pengangguran dan membantu perekonomian.
Masyarakat Desa Tuk memang mayoritas pengusaha dan pedagang, namun
sayangnya belum ada koperasi yang dapat menunjang para pengusaha dan
pedagang dalam segi peminjaman dana agar dapat mengembangkan usahanya.

7
Wawancara dengan Kepala Desa Tuk pada tanggal 12 Januari 2018 pukul 09.33

Anda mungkin juga menyukai