Anda di halaman 1dari 4

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Alloh Robb seluruh alam, yang telah menciptakan
manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan segala bahasa pula. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat dan seluruh umat Islam yang setia dengan syariaat beliau.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Sayyidi, S.Pdi yang telah
membimbing kami dan memberikan bahan yang kami butuhkan untuk penyusunan
makalah ini. Akhirnya hanya kepada Alloh lah kami memohon rahmat dan
petunukNya.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini hanyak terdapat
kesalahan-kesalahan, maka kepada para pembaca, khususnya Bapak Sayyidi, S.Pdi
untuk memberikan penilaian dan masukan, baik berupa saran maupun
kritik yang membangun. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah ke
depan menjadi lebih baik dari sekarang.

Juni 2011

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................1

C. Tujuan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Pengertian Ta’wil.....................................................................................2

B. Syarat-syarat Ta’wil.................................................................................3

C. Bentuk-bentuk Ta’wil..............................................................................4

D. Macam-macam Ta’wil.............................................................................4

BAB III PENUTUP......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jadi makalah diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwasannya ta’wil adalah
mengalihkan ucapan dan mu’dunya kepada orang yang diperlukan untuk
menetapkan kepada dalil yang kalau tidak demikian, maka 2 harir lafad
tidak akan ditinggalkan.
2. Adapun syarat-syarat ta’wil adalah:
a. Lqfaz itu dapat menerima ta‘wil seperti lafaz zhabir dan lafaz hash
serta tidak berlaku untuk muhkam dan mufassar.
b. Lafaz itu mengandung kemungkinan untuk di-ta‘wil-kan karena lafaz
tersebut memiliki jangkauan yang luas dan dapat diartikan untuk di-
ta’wail. Serta tidak asing dengan pengalihan kepada makna lain
tersebut.
c. Ada hal-hal yang mendorong untuk ta’wil seperti:
1). Bentuk lahir lqfaz berlawanan dengan kaidah yang berlaku dan
diketahui secara dharuri, atau berlawanan dengan dalil yang lebih
tinggi dan dalil itu. Contohnya: suatu hadis menyalahi maksud
hadis yang lain, sedangkan hadis itu ada kemungkinan untuk di ta’
wil kan, maka hadis itu di ta‘wil kan saja ketimbang ditolak sama
sekali.
2). Nash itu menyalahi dalil lain yang lebih kuat dilalah-nya.
Contohnya: suatu lqfaz dalam bentuk zhabir diperuntukan untuk
suatu objek, tetapi ada makna menvalahinva dalam hentuk nash.
3). La/a: itu merupakan suatu nash untuk suatu objek tetapi
menyalahi lafadz lain yang mufassar.
Dalam semua bentuk itu berlakulah ta ‘wil.
d. Ta‘wil itu harus mempunyai sandaran kepada dalil dan tidak
bertentangan dengan dalil yang ada.
3. Dari segi diterima atau tidaknya suatu ta‘wil, ada dua betuk ta‘wil:
a. Ta’wi lmaqbul
b. Ta‘wil ghair al-m qbul
Dan segi dekat atau jauhnya pengalihan makna lafaz yang di ta’wil dan
makna zhahimnya, ta’wil di bagi kepada dua bentuk :
a. Ta’wilqarib
b. Ta’wilba’id
4. Secara garis besarnya, ada dua macam lapangan ta’wil:
Ta‘wil Al-Qur’an atau hadis Nabi yang diduga mengandung bentuk
penyamaan sifat Tuhan dengan apa yang berlaku di kalangan manusia,
padahal kita mengetahui bahwa Allah itu tidak ada yang menyamahi-Nya.

Anda mungkin juga menyukai