PIDANA TAMBAHAN
Oleh:
H1A119149
Kelas I
Penyusun
2
Daftar Isi
Halaman Judul.................................................................................................. 1
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 6
A. Hukum Penitensier................................................................................ 7
B. Pidana Tambahan.................................................................................. 9
BAB IV ............................................................................................................ 17
Kesimpulan.................................................................................................. 17
Daftar Pustaka................................................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
yang dimaksud dengan hukum penitensier adalah segala peraturan positif
mengenai sistem hukuman (strafstelsel) dan sistem tindakan (maatregel stelsel).
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan pidana tambahan di KUHP?
2. Apa saja perbedaan pidana tambahan dalam KUHP dan RKUHP?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pidana tambahan dalam KUHP
2. Untuk mengetahui perbedaan pidana tambahan dalam KUHP dengan
RKUHP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Penitensier
7
Penulis lain, P.A.F. Lamintang, memberikan pengertian berikut: “Hukum
Penitensier adalah keseluruhan dari norma-norma yang mengatur lembaga-
lembaga pidana atau pemidanaan, lembagalembaga penindakan dan lembaga-
lembaga kebijaksanaan yang te-lah diatur oleh pembentuk undang-undang di
dalam hukum pidana material.
8
suatu bidang usaha harus melalui badan peme-rintah, dan berkaitan dengan pidana
apabila terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan, dapat dilakukan
penyelidikan, penyidikan, pe-nuntutan hingga pemeriksaan di sidang pengadilan
B. Pidana Tambahan
Pidana tambahan adalah pidana yang bersifat menambah pidana pokok yang
dijatuhkan, tidaklah dapat berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam
perampasan barang-barang tertentu.Pidana tambahan ini bersifat fakultatif artinya
dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Pencabutan
10
Istilah pencabutan tidak sama dengan pemberhentian, demi-kian juga
dengan istilah pemecatan. Pencabutan hanya me-nyatakan tidak adanya hak
seseorang. Sedang pemecatan atau pemberhentian merupakan hak atau tugas dari
atasan atau pimpinan terpidana yang bersangkutan (vide: Pasal 227 KUHP).
Perampasan
Putusan Hakim
Istilah ini tidak sama dengan keputusan hakim. Putusan atau vonis adalah
dapat berupa pemidanaan, pembebasan pelepasan. Sedangkan keputusan
(beschikking/schikking) ada-lah pernyataan tidak berwenang, tidak dapat
diterima, daluwarsa, batal surat dakwaan, adanya hubungan kekeluargaan, dan
sebagainya.
11
Undang aturan Pidana telah diberlakukan secara nasional tidak berarti bahwa
upaya buat menghasilkan sistem aturan pidana yang baru terhenti.
Ada banyak ketentuan baru yang diatur dalam RUU KUHP atau Rancangan
KUHP (RKUHP). Mulai dari membedakan kategori Kejahatan dan Pelanggaran;
asas legalitas dengan mengakui living law; tujuan pemidanaan; jenis pidana;
12
alasan pemaaf dan pemberat pidana; Pemaafan Peradilan (Judicial Pardon);
alternatif pidana penjara; denda; pidana tambahan; dan tindakan. Mengenai pidana
tambahan, Rancangan KUHP (RKUP) tetap mempertahankan jenisjenis pidana
tambahan seperti yang ada dalam KUHP sekarang, hanya ditambah dengan dua
jenis lagi, yaitu:
Pencabutan hak-hak tertentu merupakan pidana tambahan yang diatur dalam Pasal
35 ayat (1) KUHP Hak-hak yang dapat dicabut itu, antara lain:
13
4. hak untuk menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan
pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu, atau pengampu
pengawas, atas orang yang bukan anak sendiri;
5. hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian, atau
pengampuan atas anak sendiri;
6. hak menjalankan mata pencaharian tertentu.
2. Penyitaan Benda-benda tertentu
Menurut Pasal 39 KUHP, ada dua jenis barang yang dapat dirampas, yaitu sebagai
berikut:
1. Barang yang dirampas dari suatu kejahatan Misal: uang palsu yang
diperoleh karena kejahatan. Barang-barang ini disebut dengan corpora
deliari.
2. Barang yang digunakan untuk suatu kejahatan Misal: pisau/senpi yang
digunakan untuk membunuh. Barang barang ini disebut dengan intrumenta
deliari
Dengan demikian, Pasal 39 KUHP ini memiliki tiga petunjuk data. yaitu sebagai
berikut:
1. Barang yang dapat dirampas adalah barang yang diperoleh dari kejahatan
dan barang yang digunakan untuk kejahatan.
2. Hanya untuk kejahatan saja tidak untuk pelanggaran.
3. Barang yang dirampas milik yang terpidana saja
14
putusan hakim. Pidana kurungan ini dapat diperpanjang paling lama 6 bulan,
sedangkan pidana kurungan pengganti barang tidak dapat diperpanjang dari batas
maksimum 6 bulan.
15
Pengumuman dari Putusan Hakim
1. televisi;
2. radio;
3. surat kabar, dan lain-lain.
Semuanya itu atas biaya orang yang dihukum yang dapat dipandang sebagai
suatu pengecualian karena pada umumnya penyelenggaraan hukuman itu harus
dipikul oleh negara.
16
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Buku:
Widyawati, Anis dan Ade Adhari. 2020. Hukum Penitensier di Indonesia: Konsep
dan Perkembangannya. Depok: Rajawali Pers.
Ulfah, Maria. “SANKSI PIDANA POKOK DALAM KUHP DAN RKUHP 2019
Sub Tema Tulisan : Sistem Perumusan Sanksi Pidana Dalam RKUHP,”
2019, 247–70.
Peraturan Perundang-Undangan:
18
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
19