Anda di halaman 1dari 3

DINASTI UMAYYAH

Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur Rasyidin dalam sejarah
Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams atau Muawiyah bin Abu
Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi Muhammad, lalu menjadi khalifah yang
memimpin pada 661-680 Masehi. Secara garis besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas
dari dua periode utama, yakni tahun 661-750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah),
kemudian periode 756-1031 M di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol,
Andalusia.
Berdirinya Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. Dipaparkan
oleh Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani
Umayyah (2016), ini adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib,
khalifah ke-4 setelah wafatnya Nabi Muhammad. Perang Shiffin terjadi usai kematian khalifah
ketiga, Utsman bin Affan, pada 17 Juni 656, yang membuka peluang bagi Ali bin Abi Thalib,
menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari
661, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan, putra Ali dan cucu Nabi Muhammad, selama
beberapa bulan. Hasan kemudian melepaskan jabatannya. Usai Hasan bin Ali mundur,
Muawiyah I tampil sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan berbagai polemik di antara
umat Islam sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan Umayyah dimulai.
Secara garis besar, pemerintahan Dinasti Umayyah yang berlangsung selama hampir 90 tahun
terbagi dalam dua periode, yakni masa Kekhalifahan yang berpusat di Damaskus (Suriah) dan
era kejayaan di Spanyol, Andalusia, dengan pusatnya di Cordoba. Maka, wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Umayyah sangat luas. Dikutip dari History of Islamic Civilization (2017) karya
Muhammad Fathurrohman, wilayah tersebut meliputi sebagian besar Timur-Tengah, Asia
Selatan, Asia Tengah, pesisir Afrika Selatan hingga Andalusia, yakni kawasan yang kini
ditempati Portugal dan Spanyol. Luasnya wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah tidak lepas
dari serangkaian penaklukan yang secara bersambung dilakukan dan dikomandani oleh para
pemimpinnya, dengan seabrek dinamika yang terjadi di kalangan Bani Umayyah sendiri.
Rangkaian penaklukan ini merupakan embrio dari Perang Salib dalam misi melawan Eropa. Misi
tersebut dilakukan baik dari jalur timur menuju Konstantinopel maupun lewat jalur barat yang
akhirnya sampai di Spanyol. Dinasti Umayyah memiliki peran penting dalam perkembangan
Islam. Kekhalifahan ini pernah dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, di antaranya adalah Al-
Walid bin Abdul-Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Di masa pemerintahan Al Walid bin Abdul-
Malik (705-715), kekuasaan Kekhalifahan Umayyah meluas hingga ke Spanyol. Penaklukan
Andalusia terjadi pada 711 Masehi. Pembangunan diutamakan pada masa ini. Dibangunnya
rumah sakit dan Masjid Al Amawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di Yerussalem, perluasan
Masjid Nabawi di Madinah, merupakan sejarah penting dari peran Dinasti Umayyah. Ketika
Umar bin Abdul Aziz (717-720) menjadi khalifah, bidang keilmuan Islam merupakan prioritas
utama. Pengarsipan hadis, pengembangan bahasa Arab, ilmu qiraah (membaca Alquran), fikih,
hingga berbagai karya tulis maupun produk ilmiah berkembang pesat pada masa ini.
Kejayaan Dinasti Umayyah mulai menurun ketika kelompok yang tidak puas terhadap
pemerintahan mulai muncul. Bani Abbasiyyah memimpin upaya perlawanan ini dan pada
akhirnya melemahkan kekuasaan Bani Umayyah. Pertengahan abad ke-6 menjadi masa-masa
krusial Kekhalifahan Umayyah. Pada periode ini, Umayyah mulai mengalami kekalahan dari
pasukan Abbasiyyah. Hingga akhirnya, pada 750 M Damaskus berhasil direbut oleh Abbasiyyah
yang praktis membuat pemerintahan Umayyah jatuh. Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di
Damaskus, tulis Imam Subchi dalam Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam
(2015), adalah Marwan II bin Muhammad (744-750). Sejak itu, berakhirlah era Umayyah di
Damaskus dan dimulailah era baru di Andalusia dengan pusatnya di Cordoba, Spanyol.
Pemerintahan Kekhalifahan Umayyah di Cordoba berlangsung cukup lama. Namun, keruntuhan
mulai terlihat pada perjalanan awal abad ke-9. Mulai muncul intrik dan pergolakan di kalangan
sendiri. Wilayah kekuasaan Umayyah pun sedikit demi sedikit tercerai-berai. Pada 1031, Hisyam
III selaku Khalifah Umayyah di Cordoba saat itu, mengundurkan diri dari jabatannya. Situasi
semakin kacau lantaran mengalami krisis kepemimpinan. Tidak adanya pemimpin yang
mumpuni membuat dewan menteri terpaksa menghapus jabatan khalifah. Pemerintahan
Umayyah di Andalusia pun terpecah-belah menjadi negara-negara kecil hingga akhirnya
kekuasaan Islam di Cordoba benar-benar musnah.
Daftar Pemimpin Kekhalifahan Umayyah
Kekhalifahan Utama di Damaskus

 Muawiyah I bin Abu Sufyan, 661-680 M


 Yazid I bin Muawiyah, 680-683 M
 Muawiyah II bin Yazid, 683-684 M
 Marwan I bin al-Hakam, 684-685 M
 Abdullah bin Zubair bin Awwam, 685 M
 Abdul-Malik bin Marwan, 685-705 M
 Al-Walid I bin Abdul-Malik, 705-715 M
 Sulaiman bin Abdul-Malik, 715-717 M
 Umar II bin Abdul-Aziz, 717-720 M
 Yazid II bin Abdul-Malik, 720-724 M
 Hisyam bin Abdul-Malik, 724-743 M
 Al-Walid II bin Yazid II, 743-744 M
 Yazid III bin al-Walid, 744 M
 Ibrahim bin al-Walid, 744 M
 Marwan II bin Muhammad, 744-750 M

Keamiran di Cordoba
 Abdur-rahman I, 756-788 M
 Hisyam I, 788-796 M
 Al-Hakam I, 796-822 M
 Abdur-rahman II, 822-888 M
 Abdullah bin Muhammad, 888-912 M
 Abdur-rahman III, 912-929 M

Kekhalifahan di Cordoba

 Abdur-rahman III, 929-961 M


 Al-Hakam II, 961-976 M
 Hisyam II, 976-1008 M
 Muhammad II, 1008-1009 M
 Sulaiman, 1009-1010 M
 Hisyam II, 1010-1012 M
 Sulaiman, 1012-1017 M
 Abdur-rahman IV, 1021-1022 M
 Abdur-rahman V, 1022-1023 M
 Muhammad III, 1023-1024 M
 Hisyam III, 1027-1031 M

Anda mungkin juga menyukai