DALAM BELAJAR
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Adabul
OLEH :
KELOMPOK VI
MUTIARA JASMIN
862082021079
A.DHYNY AMINARTI
862082021085
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas terselesaikannya
makalah ini.Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga , para sahabat , dan para pengikutnya beliau
yang setia hingga akhir zaman .
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini.Terutama kepada Bapak H.Misbahuddin S.Pd, M.Pd sebagai
dosen pengampu dalam mata kuliah ini yang telah membina dan menuntun kami untuk bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari tiada gading yan tak retak,sehingga penulis berharap adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca adanya peningkatan dalam makalah kami
selanjutnya.
Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada,penulis berharap agar isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAAN 3
A. Kesimpulan 14
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling cerdas diantara makhluk lainya, karena
manusia dibekali akal. Akal merupakan pembeda manusia dengan ciptaan yang lain. Akal
berguna untuk membedakan antara yang benar dan yang salah sehingga manusia bisa selalu
bijaksana dalam segala hal. Manusia diberi akal untuk membuat permukaan bumi
berkembang dan lebih maju sehingga manusia dapat hidup lebih baik.
Akan tetapi tidak semua orang demikian karena nyatanya ada sebagian manusia yang
justru merusak lingkungan, merusak bumi ini. Agar akal manusia bisa berfungsi dengan baik,
manusia harus terus melatih akalnya dengan menjadikan segala hal yang manusia alami
adalah belajar.
Belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan pada pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Proses belajar bisa kita dapatkan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif dibutuhkan kemampuan
tentang manajemen waktu. Seluruh kehidupan manusia pada hakikatnya bergelut dalam
dimensi waktu. Manusia tidak hanya bergerak dalam lingkaran waktu, tetapi juga bernapas
dalam ruang lingkup waktu, karena manusia dalam siklus waktu, maka aktivitasnya
bermula dan berkesudahan dalam waktu.
Dalam Islam, untuk pelaku belajar tidak hanya terfokus pada siswa yang belajar di bangku
sekolah, seperti diungkapkan pada sebuah hadis bahwa setiap manusia, baik laki-laki,
perempuan, baik anak-anak, para remaja, tua maupun yang muda diwajibkan memperoleh
ilmu, ilmu dicari bukan hanya di masa kecil dan muda saja, tetapi sampai masa tua.
Dalam mengikuti kegiatan belajar seseorang tidak akan terlepas dari tata tertib yang telah
diberlakukan. Dan setiap siswa dituntut untuk dapat berprilaku sesuai dengan tata tertib yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memilihara prilaku siswa agar tidak menyimpang dan
dapat mendorong siswa untuk berprilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Saat ini banyak dari kita yang kurang mengerti usia dan waktu efektif dalam belajar serta
tata tertib dalam belajar. Kurangnya wawasan dalam menggunakan waktu efektif dalam
1
2
belajar dan kurangnya pengetahuan akan tata tertib dalam belajar menyebabkan banyak
orang menuntut ilmu tapi tidak sampai pada tujuan atau tidak berberkas ilmunya bahkan
menyebabkan masalah pada perkembangan otak karena terlalu berlarut-larut untuk banyak
hal yang kurang penting. Banyak juga yang berhenti belajar ketika kita sudah selesai
dari bangku pendidikan karena menganggap bahwa belajar itu hanya ada di Sekolah. Bahkan
ada banyak dari kita kurang beruntung yang tidak merasakan bangku pendidikan, apakah
karena tidak merasakan bangku pendidikan berarti kita tidak belajar sama sekali? Dan kami
rasa tidak begitu. Maka dari itu sangat penting memiliki kesadaran bahwa belajar itu bisa
dimana saja dan kapan saja dan sadar akan pentingnya tatatertib dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana waktu belajar yang baik?
2. Bagaimana tata tertib dalam belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui waktu belajar yang baik.
2. Untuk mengetahui tata tertib dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Indah Lestari, Pengwaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil BelajarMatematika, Jurnal
Formatif 3(2): 115-125 ISSN: 2088-351X, hlm. 119
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hlm. 1614.
3
4
5. Kita melakukan hal-hal yang telah dijadwalkan sebelum hal-hal yang tidak
terjadwalkan.
6. Kita kadang-kadang melakukan hal yang direncanakan sebelum hal yang tidak
direncanakan.
7. Kita mengurusi pekerjaan kecil sebelum mengerjakan pekerjaan besar.
8. Kita mengerjakan pekerjaan berdasarkan urutan datangnya pekerjaan tersebut.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar diartikan sebagai usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang
4
disebabkan oleh pengalaman.
Adapun pendapat beberapa ahli mengenai pengertian belajar sebagai berikut
1. Menurut Abdillah dalam buku Aunurrahman, mendefinisikan belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.5
2. Menurut Slameto dalam buku Belajar bahwa secara psikologi belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi siswa dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan- perubahan tersebut akan
nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.Belajar adalah suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya6.
Berdasarkan hal tersebut, jadi belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada pengetahuan, keterampilan,
atau sikap.
2. Waktu belajar
Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab
dengan adanya waktu kita dapat melaksanakan segala apa yang direncanakan. Apabila
suatu kegiatan berhasil baik itu tergantung dari keahlian kita dalam memanfaatkan waktu
3
David A. Whetten dan Kim S. Cameron, Pengembangan Keterampilan Manajemen, (Jakarta: Indeks,
2014), hlm. 176.
4
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 24.
5
Aunurrahman,Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 35.
6
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 2.
5
dengan baik pula. Sebagai penuntut ilmu seharusnya dalam setiap kesempatan senantiasa
memanfaatkan waktu belajar dengan baik.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim Syaikh Al-Zarnuji membagi dua jenis waktu;
1. Pertama, waktu dalam tanda kutip usia seseorang.
2. Kedua, waktu dalam kurun dua puluh empat jam.
Syaikh Al-Zarnuji menuliskan dalam kitabnya kisah tentang seseorang mufti
bernama Hasan bin Ziyad murid dari Imam Abu Hanifah. Hasan bin Ziyad memulai
belajar ilmu fiqh pada usia delapan puluh tahun, setelah itu selama empat puluh tahun
beliau tidak pernah tidur diatas kasur untuk belajar, lalu menjadi mufti selama empat puluh
tahun lamanya. Dengan itu Hasan bin Ziyad berusia seratus enam puluh, dari beliau kita
mendapatkan pembelajaran bahwa siapa yang bisa mengatur waktu tetap bisa menuntut
ilmu sekalipun telah memasuki lanjut usia.
Selanjutnya waktu tertentu yang paling efektif untuk belajar menurut Syaikh Al-
Zarnuji adalah waktu remaja, waktu sahur atau sepertiga malam, dan waktu diantara magrib
dan isya. Akan tetapi Syaikh Al-Zarnuji menganjurkan untuk selalu menyibukkan diri
untuk belajar.
Al-Qur’an al-Karim telah menerapkan prinsip pembagian waktu belajar empat belas
abad lebih awal dibandingkan teori yang ditawarkan oleh para psikolog modern. Sudah
sejak awal al-Qur’an menyebutkan urgensi cara belajar dengan pembagian waktu seperti itu.
Terbukti al-Qur’an sendiri diturunkan secara gradual sampai memakan waktu dua puluh
tiga tahun. Hal ini tidak lain bertujuan agar kaum muslimin mudah menghafal dan
menguasainya dengan baik. Al-Qur’anul Karim telah menyinggung target ini sebagaimana
yang tercerminkan dalam firman Allah Swt yang artinya “Dan al-Qur’an itu telah Kami
turunkan dengan barangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian dari bagian. QS. Al-Israa’ (17): 106”.
Rasulullah Saw juga telah menerapkan prinsip pembagian waktu belajar dalam
mendidik jiwa para sahabatnya atau ketika mengajarkan materi agama kepada mereka.
Rasulullah mengajari dan mengarahkan para sahabat dalam waktu yang terpisah-pisah
karena khawatir kalau merasa jemu atau bosan. ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: “Nabi
6
Saw senantiasa mencari waktu yang tepat untuk menasehati kami karena khawatir akan
menimbulkan rasa bosan pada diri kami”7.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim pembahasan mengenai waktu dan usia belajar terdapat
tiga fokus pembahasan, yaitu waktu-waktu utama untuk belajar, diusia berapa seseorang
tetap bisa belajar dan mengoptimalkan belajar pada waktunya. Dalam hal ini dijelaskan oleh
Syaikh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim sebagai berikut:
َ ْْوْ َين َبغِيْأَنْ َيست َغ ِرقَ ْأَوقَاتِهِْفَإِذَاْ َم َّل
َ عنْ ِعلَ ٍمْ َي
ُْشت َ ِغل َ َْو َبينَ ْال ِعشَا َءين َّ ْو َوقتُ ْال
َ س ُح ِر َ بِ ش َبا َ َْوأَف
َ ضلُْاآلَوقَاتِْشَرخُْال
Artinya :
Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan masa-masa muda, dan
pula di waktu sahur, serta di antara maghrib dan isya. Sebaiknya bagi seorang pelajar
menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar.
Dari matan di atas dijelaskan bahwa ada waktu-waktu yang ideal dan efektif untuk
belajar. Masa atau waktu yang awal disebutkan oleh Syaikh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim
Muta’alim adalah masa muda atau remaja. Menurut Syaikh al-Zarnuji masa muda adalah
masa yang cemerlang untuk belajar banyak hal, terkhusus ilmu agama.
8
As-Syabab memiliki makna secara bahasa yaitu anak muda atau pemuda. Adapun
syabab bentuk jamak dari kata syab dan terkadang juga jamak dari syababah atau syuban,
tak ada kata dengan pola fu’al selain kata ini. Makna dasar kata syab adalah gerakan dan
semangat. Kata ini juga digunakan untuk seseorang yang telah mencapai baligh hingga
9
mencapai usia 30 tahun.
Dalam matan pada kitab Ta’lim Muta’alim Syaikh al-Zarnujimenggunakan istilah
Syarkhu As-Syabab, jika dilihat dari kata As Syabab yang memiliki makna seseorang
yang telah mencapai baligh hingga usia 30 tahun maka Syarkhu As-Syabab sendiri
memiliki makna seseorang yang baru tumbuh besar menjadi pemuda yang artinya usia
7
Fadillah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
hlm. 98.
8
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progessif, 1997),
hlm. 688.
9
Ibnu Hajar al-Asyqolani, Fathul Bari Terjemahan Amirudin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008). Hlm. 19.
7
10
awal pemuda. Sebab Syarkhu memiliki arti tumbuh menjadi besar atau dewasa. 21
Syarkhu berarti istilah yang biasa dipakai jika seseorang baru memasuki tahap awal usia
perkembangan.
Masa muda sendiri adalah Fase segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Masa remaja atau adolescence berasal dari bahasa
latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Apabila diartikan dalam konteks
yang lebih luas, akan mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa
remaja menurut Hurlock diartikan sebagai suatu masa transisi atau peralihan, yaitu periode
dimana individu secara fisik maupun psikis berubah dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Monks membatasi masa remaja yang berkisar dari usia 12 sampai 21 tahun yakni
11
sampai selesainya pertumbuhan fisik.
Pada masa muda seseorang memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai agar
remaja dapat berkembang dengan optimal. Tugas perkembangan tersebut antara lain
berkaitan dengan perkembangan etika, nilai, kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual.
Seperti yang dikutip Khamim Zarkasih Putro dalam jurnalnya, Wirawan menjelaskan
bahwa untuk mendefinisikan remaja seharusnya disesuaikan dengan budaya setempat,
contohnya untuk di Indonesia digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a.Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda sekunder mulai nampak.
b.Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat
maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-
anak.
c.Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas ego (menurut Ericson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut
Piaget), maupun moral (menurut Kohlberg).
10
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, hlm 707.
11
Miftahul Jannah, Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam, Jurnal Psikoislamedia,
Volume 1, Nomor 1, April 2016, ISSN: 2503-3611, hlm. 245.
8
d.Batas usia 24 tahun adalah merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang
bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua,
12
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orangtua.
Dari pendapat di atas jelas mengapa masa remaja adalah masa yang cemerlang untuk
belajar. Karena pada masa remaja adalah masa perkembangan dan penentuan final
bagaimana seseorang itu bisa dikatakan berkembang atau tidak secara identitas ego,
perkembangan psikosexual dan perkembangan kognitif. Untuk memaksimalkan tugas
perkembangan masa remaja, seseorang juga harus maksimal dalam belajarnya. Maka
dari itu seyogyanya seorang penuntut ilmu harus menggunakan waktu mudanya untuk
terus dan selalu belajar dengan optimal.
Waktu efektif lain yang Syaikh al-Zarnuji tuliskan dalam kitab Ta’lim Muta’alim
adalah waktu sahur dan waktu di antara shalat magrib dan isya. Pada pasal lima dalam
pembahasan bersungguh-sungguh, kontinuitas dan cita-cita luhur di kitab Tal’lim
Muta’lim Syaikh al- Zarnuji juga menyebutkan jika waktu di antara isya dan sahur
merupakan waktu yang berkah.
Waktu belajar yang dianjurkan oleh Syaikh al-Zarnuji pada waktu sahur dan diantara
magrib dan isya jika diterapkan pada para penuntut ilmu yang mereka belajar di sekolah
umum non pesantren dari jenjang SD, SMP, SMA mungkin tidak begitu bisa diterapkan
kerena waktu sekolah sendiri sudah di tentukan. Akan tetapi bagi mereka yang menuntut
ilmu di pesantren masih bisa menerapkan anjuan waktu belajar dari Syaikh al-Zarnuji.
Selain dari waktu itu termasuk waktu berkah, dibeberapa pesantren masih ada yang belum
menggunakan waktu yang pasti untuk belajar seperti sekolah pada umumnya. Akan tetapi
anjuran waktu belajar dari Syaikh al-Zarnuji juga bisa digunakan oleh para mahasiswa
yang notabenenya tidak begitu terikat oleh waktu belajar yang berurutan dan cendrung
lebih banyak memiliki kebebasan dari segi kehidupan.
Allah telah berfirman agar manusia tidak menyia-nyiakan dan mengabaikan waktu
yang telah dianugerahkan oleh-Nya. Siapapun yang menggunakan kesempatan waktunya
untuk kebaikan, maka ia akan mendapatkankan kebaikan berupa pahala maupun
kemudahan dalam hidupnya. Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-‘Asr ayat 1-3, Allah
berfirman :
12
Khamim Zarkasih Putro, Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja, APLIKASIA: Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1, 2017, ISSN 1411-8777, hlm.26.
9
)3(صبْ ِر
َّ صواْبِال
َ ِْۙوت ََوا
َ قْەِ صواْبِال َح
َ ِْوت ََوا ّٰ ع ِملُواْال
َ ص ِلحٰ ت َ )ْا َِّْلْالَّذِينَ ْٰا َمنُو2(سانَ ْلَفِيْ ُخس ٍر
َ اْو ِ ْ)ا َِّن1(ࣖ َوالعَص ِۙ ِر
َ ْاْلن
Artinya :
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling
13
menasehati untuk kesabaran.”
Seyogyanya seorang penuntut ilmu selalu menggunakan waktunya untuk terus
belajar, baik di dalam atau di luar sekolah agar tidak merasa rugi dan selalu mendapatkan
Kata tata tertib berasal dari dua kata, yaitu kata “tata” yang artinya susunan,
peletakan, pemasangan. Dan kata yang kedua adalah kata “tertib” yang artinya teratur,
tidak acak-acakan, rapi. Dalam kosakata bahasa Indonesia kata “tata tertib” mempunyai
arti sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, dengan
tujuan semua orang yang melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-
Tata tertib merupakan salah satu bentuk aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh siswa sebagai suatu perwujudan kehidupan yang sadar akan hukum dan aturan. Tata
tertib adalah rambu-rambu kehidupan bagi siswa dalam melaksanakan kehidupan dalam
lingkungan sekolah.
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.601.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit. h., 97.
10
3. Siswa yang tidak hadir harus ada surat dari orang tua/ surat keterangan dokter jika
sakit.
4. Siswa berada di lingkungan sekolah:
a. Belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
b. Menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban.
c. Patuh dan hormat kepada guru.
d. Mengerjakan PR/ tugas yang diberikan guru.
e. Berkata sopan, jujur, dan berbudi pekerti.
f. Mengikuti kegiatan upacara, senam dan keagamaan.
g. Menjaga nama baik diri dan sekolah.
II. Berpakaian
1. Berpakaian harus menurut aturan sekolah/ rapi/ bersih.
2. Baju dimasukkan, pinggang celana/ rok tepat pada posisinya (dipinggang).
III.Larangan
1. Dilarang absen kecuali sakit (ada surat keterangan dokter).
2. Dilarang bolos dari sekolah.
3. Dilarang keluar kelas waktu pergantian jam pelajaran.
4. Dilarang berkelahi, membawa senjata tajam, mengkonsumsi narkoba, pornografi,
membawa perhiasan, coret moret, lompat pagar dan mengejek teman.
5. Dilarang merokok baik di dalam maupun di luar sekolah.
6. Dilarang membuang sampah sembarangan.
7. Dilarang berambut gondrong/ model (cat).
8. Dilarang mengganggu pelajaran di kelas sendiri atau di kelas lain.
9. Dilarang meminjam uang atau alat pelajaran kepada teman lain.
10. Dilarang membuat perkumpulan anak-anak nakal.
Menurut Kusmiati bahwa tujuan diadakannya tata tertib yaitu sesuai dengan yang
1) Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tenteram serta
11
bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga,
sebab jika antar individu tidak saling mengganggu maka akan melahirkan perasaan
2) Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa
keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan,
5) Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan yang baik antar
individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong royong, keterbukaan, saling
Keberadaan tata tertib dalam belajar memegang peran penting yaitu sebagai alat
untuk mengatur perilaku atau sikap siswa ketika belajar. Dengan adanya tata tertib itu
adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga kelangsungan hidup sosial
dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan
Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan baik apabila
keberadaannya di awasi dan dilaksanakan dengan baik, dalam hal ini Durkheim
15
Artini Kusmiati, Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain, ( Jakarta: Djambatan, 2004),
hlm. 22.
12
diri”.16
Tata tertib belajar berperan sebagai pedoman perilaku siswa. Di samping itu tata
tertib merupakan salah satu unsur disiplin dalam belajar. Konsep disiplin belajar berkaitan
dengan tata tertib, aturan atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang
banyak). Menurut Moeliono disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib,
Disiplin belajar adalah suatu perbuatan dan kegiatan belajar yang dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedisiplinan belajar sebagai
suatu keharusan yang harus ditaati oleh setiap siswa dalam suatu pembelajaran, dengan
1) Disiplin siswa dalam menentukan dan menggunakan cara atau strategi belajar.
menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Semua itu
dimaksudkan agar tercipta suasana belajar dengan baik dan mencapai apa yang dicita-
citakan.
Sikap disiplin dalam Islam sangat dianjurkan, sebagaimana manusia dalam kehidupan
sehari-hari memerlukan aturan-aturan atau tata tertib dengan tujuan segala tingkah lakunya
16
Emile Durkheim, Op.Cit. h., 107-108.
17
Moeliono,Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling dan Kedisiplinan Belajar Siswa, 2008, h.,
208.
18
Singgih Gunarsa, op.cit, h., 90.
13
berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Apabila seseorang tidak dapat menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya, maka waktu itu akan membuat kita sendiri sengsara, oleh karena
itu kita hendaknya dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu dengan baik, termasuk
siswa sebagai suatu perwujudan kehidupan yang sadar akan hukum dan aturan. Tata
tertib adalah rambu-rambu kehidupan bagi siswa dalam melaksanakan kehidupan dalam
lingkungan sekolah. Keberadaan tata tertib dalam belajar memegang peran penting yaitu
sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa ketika belajar. Dengan adanya
tata tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga
kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat
dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan
memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang
Tata tertib belajar berperan sebagai pedoman perilaku siswa. Di samping itu tata
tertib merupakan salah satu unsur disiplin dalam belajar. Konsep disiplin belajar
14
15
berkaitan dengan tata tertib, aturan atau norma dalam kehidupan bersama (yang
melibatkan orang banyak). Disiplin belajar adalah suatu perbuatan dan kegiatan belajar
Kedisiplinan belajar sebagai suatu keharusan yang harus ditaati oleh setiap siswa dalam
B. Saran
Dengan di susunnya makalah ini diharapkan seseorang mampu dan mau mengamalkan
tutunan belajar dalam mengoptimalkan waktu belajar pada usia berapapun, yang pada
akhirnya bisa menggapai manfaat dan buahnya ilmu yaitu aplikasi ilmu dan
pengembangannya serta tertib dalam belajar sehingga menciptakan sikap disiplin dalam
belajar.Alhamdulillah makalah ini telah selesai, namun karya ini masih banyak kekurangan
.Maka dari itu saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membanagun kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asyqolani, Ibnu Hajar. Fathul Bari Terjemahan Amirudin. Jakarta: Pustaka Azzam,
2008
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008.
Durkheim, Emile , Op.Cit.
16