Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

PADA SISWA RETARDASI MENTAL

Dewi Mayangsari
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
email: mayangsarie@gmail.com

Abstract : Enhancement of Fine Motor Skills in Students With Mental Retardation.Every


child has the right to education and teaching in the context of personal development and the level
of intelligence in accordance with their interests and latents, whereearly childhood is a time of
preparation of the child to gain higher knowledge. When making observations and preliminary
interviews as TK, there is one student whoTK A experiencing a fundamental difficulty is writing.
After being given a series of tests, observations and interviews the results of the students have
difficulty writing due to poor fine motor skills are developmentally appropriate and cognitive
abilities including mild mental retardation category. Then, the students are given a fine motor skill
development activites during meetings. The result is an increase in the fine motor skills in
students.

Key words:Fine Motor Skills, Mental Retardation, Early Childhood

Abstrak : Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Pada siswa Retardasi Mental. Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dimana pendidikan anak usia dini
merupakan masa persiapan anak untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Ketika
melakukan observasi dan wawancara pendahuluan di TK, terdapat 1 siswa TK A yang mengalami
kesulitan mendasar yaitu menulis. Setelah diberikan serangkaian tes, observasi dan wawancara
hasilnya siswa tersebut mengalami kesulitan menulis dikarenakan kemampuan motorik halus yang
kurang sesuai dengan tahapan perkembangan serta kemampuan kognitif yang termasuk kategori
retardasi mental ringan. Kemudian, siswa tersebut diberikan kegiatan pengembangan ketrampilan
motorik halus selama enam kali pertemuan. Hasilnya terjadi peningkatan motorik halus pada siswa
tersebut.

Kata kunci: Motorik halus, Retardasi mental

Pendidikan merupakan aset penting bagi disertai dengan pemahaman mengenai


kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan
warga Negara harus dan wajib mengikuti perkembangannya akan sangat membantu
jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan dengan usia, kebutuhan, dan kondisi siswa
menengah maupun tinggi. masing-masing.

Dalam bidang pendidikan seorang anak Menurut UUD 1945 pasal 28B ayat 2
dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas
dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang

54
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 55

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan siswa tersebut lebih mendalam dan spesifik
& diskriminasi” (www.dpr.go.id). Setiap anak terutama terkait dengan motorik halusnya
juga berhak memperoleh pendidikan dan sehingga proses pemelajaran dirinya tidak
pengajaran dalam rangka pengembangan terganggu. Motorik halus merupakan modal
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dasar dalam menulis secara tepat dan luwes.
dengan minat dan bakatnya yang mana
tertuang dalam UU No. 23 tahun 2002 pasal 9 Menurut Triton dan Lilienthal
ayat 1 tentang perlindungan anak (Sisdiknas, (Hildebrand, 1986) tugas-tugas perkembangan
2003). Hurlock (2006) mengemukakan bahwa anak pada masa kanak-kanak awal yang harus
masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dijalani adalah:
dalam rentang kehidupan, dimana pada masa
ini adalah masa individu tidak berdaya dan a. Berkembang menjadi pribadi yang
tergantung pada lingkungan. Sehingga usia mandiri
masa kanak-kanak awal atau yang biasa b. Belajar memberi, membagi, berbagi,
disebut sebagai usia pra sekolah merupakan dan memperoleh kasih sayang
masa persiapan. Masa prasekolah ini c. Belajar bergaul dengan anak lain
merupakan masa persiapan bagi kehidupan d. Mengembangkan pengendalian diri
sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk e. Belajar bermacam-macam peran orang
penyesuaian diri pada waktu mereka masuk dalam masyarakat
kelas satu sekolah dasar. Hurlock (2006) juga f. Belajar untuk mengenal tubuh masing-
mengemukakan bahwa awal masa kanak-kanak masing
merupakan masa yang ideal untuk mengajari g. Belajar menguasai ketrampilan
ketrampilan tertentu. motorik halus dan kasar
h. Belajar mengenali lingkungan fisik
Berdasarkan landasan yang telah dan mengendalikan
dikemukakan diatas, penulis melakukan i. Belajar untuk merasakan pengalaman
observasi di salah satu sekolah. Dimana di yang diperoleh dari lingkungan yang
sekolah tersebut terdapat siswa kelas TK A baik bagi dirinya
yang terlihat berbeda dengan teman-temannya.
Ia duduk di bangku belakang. Penglihatannya Ketrampilan motorik sangat diperlukan
juling, dan kondisi kaki kurang bisa berjalan untuk mengendalikan tubuh. Gerakan motorik
normal. Beberapa kali ia memukul meja, dapat diartikan sebagai proses yang memonitor
mengganggu teman, menjawab dengan dan menginterpretasi terhadap data sensorik
berteriak, dan berkeliling kelas. Saat pelajaran dan mengadakan respon terhadap informasi
menulis, ia tidak bisa memegang pensil sendiri. (Sugiyanto, 1984; Garbard, 1987).
Ia masih meminta bantuan guru kelas maupun Ada dua macam ketrampilan motorik
pengasuhnya yang biasa ia panggil mak untuk yaitu ketrampilan koordinasi otot halus dan
membantunya menulis. Mulai dari awal masuk ketrampilan koordinasi otot kasar. Ketrampilan
TK hingga sekarang, mak tersebut yang selalu koordinasi otot halus biasanya dipergunakan
mendampingi dan membantunya mengerjakan dalam kegiatan belajar anak di dalam ruangan.
tugas. Kemudian, penulis melakukan Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatan
wawancara ke guru kelas. Menurut mereka gerak seluruh tubuh atau bagian besar tubuh.
memang siswa tersebut mengalami kesulitan Dengan menggunakan bermacam koordinasi
menulis, hal tersebut yang menjadi kendala kelompok otot-otot tertentu anak dapat belajar
proses belajar mengajarnya. Padahal menurut melempar, meloncat, dan lain sebagainya.
Undang-undang yang berlaku setiap anak Koordinasi keseimbangan, ketangkasan,
berhak mendapatkan pengajaran pendidikan kelenturan, kekuatan, kecepatan dan ketahanan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan juga merupakan kegiatan motorik kasar
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai (Gordon & Browne, 1985).
dengan minat dan bakatnya serta disesuaikan
dengan tahap perkembangan dirinya. Namun Sedangkan motorik halus merupakan
jika guru kelas hanya fokus pada pengajaran kegiatan yang menggunakan otot halus pada
siswa tersebut saja, proses pembelajaran di kaki dan tangan. Gerakan ini memerlukan
kelas secara keseluruhan akan terganggu. Oleh kecepatan, ketepatan, dan ketrampilan
karena itu, penulis tertarik mengetahui kondisi menggerakkan. Perkembangan gerakan
56 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75

motorik anak banyak dilakukan dengan cara b. Minat dan motivasi belajar semakin
bermain dan melalui permainan-permainan. meningkat
Karena bermain sering dikatakan sebagai suatu c. Rasa bertanggungjawab semakin besar
fenomena yang paling alamiah dan luas serta d. Senang mengunjungi rumah teman
memegang peranan penting dalam proses e. Lebih mandiri
perkembangan anak. Manfaat bermain f. Senang bermain dengan gambar
mempunyai arti bagi anak, antara lain: g. Senang bermain dengan huruf
h. Mengenal banyak warna, dapat
1. Sesuatu yang menyenangkan dan membedakan bentuk
memiliki nilai positif bagi anak
2. Tiak memiliki tujuan ekstrinsik, namun Stimulasi yang dapat dilakukan:
motivasinya lebih bersifat intrinsik
3. Bersifat spontan dan sukarela a. Permainan dengan menggunting-
4. Melibatkan peran serta aktif anak gunting
b. Buku-buku cerita
Memiliki hubungan sistematik yang c. Boneka jari atau sejenisnya
khususdengan sesuatu yang bukan bermain d. Kartu angka, kartu huruf, kartu warna
seperti misalnya kemampuan kreativitas, e. Permainan mencocokkan bentuk
kemampuan memecahkan masalah, belajar f. Permainan yang membentuk atau
bahasa, perkembangan sosial, disiplin, dan mencetak
mengendalikan emosi. Jika hal tersebut kurang g. Permainan yang membutuhkan
terpenuhi ketrampilan motoriknya, anak persaingan
mengalami gangguan perkembangan motorik.
Urutan perkembangan gerak motorik
Gangguan perkembangan motorik kasar dan halus mengutip tabel Milestone
sangat terkait dengan perkembangan fungsi (dalam Berk, 2000) sebagai berikut :
neuron di otak. Dengan sensori dan persepsi
yang berkembang dengan baik maka intregasi Tabel 1. Perkembangan Gerak Motor Kasar
fungsi sensori persepsi akan memberikan kita Dan Halus
informasi mengenai kondisi fisik di sekitar
No Motor Skill Dicapai
kita. Otak harus dapat mengorganisir semua Pada Usia
informasi yang di dapat melalui indera agar 1. Ketika bayi dipegang dalam 6 minggu
manusia dapat bergerak dan berjalan serta posisi tegak lurus, ia akan
melakukan sesuatu secara normal. Contohnya menjaga kepala dalam posisi
tegak pula.
otak menentukan letak, macam dan perintah
2. Pada posisi tengkurap, 2 bulan
yang di tangkap melalui sensori ketika seorang mengangkat tubuhnya sendiri
polisi mengatur lalu lintaskendaraan. Jika dengan lengan
aliran sensasi terorganisir atau terintegrasi 3. Berguling dari posisi terlentang 2 bulan
dengan baik, otak dapat menggunakan sensori ke posisi tengkurap
4. Memegang kubus 3 bulan 3
untuk membentuk persepsi, perilaku dan
minggu
belajar. 5. Berguling dari posisi tengkurap 4,5 bulan
ke posisi terlentang
Menurut Larner (dalam Abdurrahman, 6. Duduk sendiri 7 bulan
2003) gangguan pada perkembangan 7. Merangkak 7 bulan
keterampilan motorik sering diperlihatkan 8. Mengangkat badan ke posisi 8 bulan
dalam bentuk gerakan melimpah, kurang berdiri dengan berpegangan
9. Bermain tepuk tangan 9 bulan 3
koordinasi dalam aktifitas motorik, kesulitan minggu
dalam koordinasi motorik halus, kurang dalam 10. Berdiri sendiri 11 bulan
penghayatan tubuh, dan kurang paham 11. Berjalan sendiri 9-17 bulan
hubungan keruangan dan bingung lateralisasi.
12. Membangun gedung dengan 2 13 bulan 3
Perkembangan gerakan motorik anak usia 5-6 balok minggu
tahun 13. Corat-coret 14 bulan
14. Berjalan di tangga dengan 16 bulan
bantuan
a. Mulai tumbuh rasa percaya diri dan 15. Melompat di tempat 23 bulan 3
merasa mampu mengerjakan sesuatu minggu
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 57

16. Berjalan berjinjit 25 bulan Tujuan Penelitian Untuk menganalisa kesulitan


17.  Berjalan dengan lebih 2-3 tahun menulis yang dialami DW serta memberikan
teratur, berjalan cepat Pada usia
sampai dengan berlari ini kontrol
rancangan kegiatan yang sesuai.
 Melompat, loncat-loncat, motorik
melempar dan menangkap kasar dan
dengan kaku di atas badan halus,
 Bersepeda dengan pendengara METODE
mendorong dengan kaki, n dan
sedikit menyetir pengelihata Penelitian ini menggunakan pendekatan
n sudah kualitatif dengan metode studi kasus. Neuman
terbentuk.
Anak sudah
(2000:23) menjelaskan bahwa dari penelitian
mampu kualitatif akan diperoleh data yang berupa
melakukan penyebab dan alasan-alasan sesuatu hal dapat
koordinasi terjadi. Ada beberapa macam tipe penelitian
gerakannya. kualitatif, diantaranya seperti yang disebutkan
18. Berjalan menaiki tangga, 3-4 tahun
bertukar-tukar kaki, menuruni Anak Poerwandari (2007), yaitu studi kasus. Yang
tangga, berdiri dengan satu tumbuh didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena
kaki, melompat dan berloncatan lebih tinggi khusus yang hadir dalam suatu konteks yang
dengan lentur. Melempar dan dan kurus, terbatasi (bounded context), meski batas-batas
menangkap dengan gerakan dengan
yang enteng, tetap menangkap koordinasi
antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya
dengan membenturkan bola ke motorik jelas. Kasus dapat berupa individu, peran,
dada, mengayuh sepeda roda yang lebih kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau
tiga. baik. bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa
19. Berjalan turun naik tangga, 4-5 tahun suatu keputusan, kebijakan, proses, atau suatu
berganti-ganti kaki dan berlari
dengan lebih halus.
peristiwa khusus tertentu.
Berlari dan melompat dengan
satu kaki. Beberapa tipe unit yang dapat diteliti
Melempar bola dengan sedikit dalam bentuk studi kasus: individu-individu,
memutar tubuh, memindahkan karakteristik atau atribut dari individu-
berat badan ke kaki dan individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau
menangkap dengan tangan
Mengayuh sepeda roda tiga artefak perilaku, setting, serta peristiwa atau
dengan cepat dan menyetir insiden tertentu (Punch, 1998). Pendekatan
dengan lebih luwes studi kasus membuat peneliti dapat
20. Kecepatan lari meningkat. 5-6 tahun memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi
Melompat dengan satu kaki Pada usia
mengenai interrelasi berbagai fakta dan
bergantian, seperti gerakan ini anak
skipping. banyak dimensi dari kasus khusus tersebut.
Memperlihatkan kematangan, mempraktek (Poerwandari, 2007). Selain itu, studi kasus
pada gerakan tubuh saat kan dapat juga diartikan sebagai suatu
melempar dan menangkap, keterampila penggambaran pendapat kausal tentang
meningkatkan gerakan n dasar
melempar. motorik, bagaimana bentuk sosial secara umum yang
Mengayuh sepeda dengan roda persepsi, diteliti dalam setting sebenarnya (Neuman,
untuk latihan. dan 2000).Penelitian kualitatif yang digunakan
emosional merupakan studi kasus deskriptif.
21. Mengayuh sepeda dengan 7-12 tahun
cepat. Koordinasi Penelitian ini mengambil subjek dengan
Menunjukkan gerakan yang gerak
kesinambungan dan gerakan motorik melihat fenomena yang di lapangan,
yang luwes dalam melompat sudah berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dan melangkah. mencapai pendahuluan yang telah dilakukan. Penulis
Gerakan melompat ke atas dan tahap terjun langsung ke lapangan dengan
melebar, lompatan yang akurat kematangan
melompat-lompat dari satu atau
menentukan sampel sekolah secara random.
tempat ketempat yang lain. penguasaan Kemudian sekolah memberikan memberikan
Meningkatnya akurasi, yang sangat waktu pada penulis untuk observasi di kelas
kecepatan dan jauh pada saat baik langsung dan wawancara dengan guru kelas.
melempar dan menangkap. Dari kegiatan tersebut, penulis mendapat
Menggiring bola dengan
gerakan yang aneh/janggal seorang siswa TK A yang hendak diangkat
menjadi luwes dan kontinu. dalam studi kasus. Subjek dalam hal ini
58 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75

dianonimkan dengan DW, usia 5 tahun 8 Kemudian hingga pukul 13.00 DW


bulan, siswa TK A yang mengalami kesulitan bermain dengan anak mak. Pukul 13.00-
menulis di kelas sehingga mengganggu proses 14.00, istirahat dan makan siang. Pukul
pembelajaran bagi dirinya maupun kelas secara 14.00-15.00 bermain lagi, pukul 15.00-
umum. 15.30 mandi sore, pukul 15.30-17.00
bermain PS sambil menunggu orang tua
Instrumen pengumpulan data yang pulang. Kemudian pukul 18.00-19.00 les
digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengaji atau calistung. Setelah itu baru
observasi, wawancara dan tes. Observasi bercanda dan bermain dengan orang tua.
dilakukan secara informal tidak terstruktur DW saat ini sudah bisa mengenal huruf
terkait dengan fasilitas pembelajaran di kelas, A-Z, bercerita, menyanyi lagu-lagu
kegiatan belajar mengajar, respon dan sekolah, mewarnai, menggambar tidak
kemampuan siswa saat proses belajar beraturan, berhitung 1-10 (bahasa
mengajar. Wawancara dilakukan pada orang Indonesia dan Inggris), mengenal warna
tua, perangkat sekolah (wakil kepala sekolah (bahasa Indonesia dan Inggris), namun
dan guru). Tes yang diberikan berupa tes belum bisa menulis sendiri.
inteligensi binet, CPM, KPM dan Gestalt.
Pelaksanaan Asesmen

1. Bahasa dan komunikasi


HASIL DAN PEMBAHASAN Komunikasi DW lancar, walaupun
Informasi Latar Belakang Kasus terkadang disela menjawab pertanyaan
dari penulis atau mengerjakan
1. Riwayat perkembangan dan kesehatan penugasan air liurnya refleks menetes.
DW lahir saat usia kandungan 7 bulan. DW juga terkadang menggigit giginya
Ia masuk inkubator selama sebulan. (gemas) ketika ia tidak mengerti
Panjang saat lahir 25 cm dengan berat instruksi maupun melaksanakan tes yang
badan 2 kilogram. Mulai bicara usia 2 dimaksud. Ketika ia tidak mau
tahun dan jalan 3 tahun. Saat usia 7 menjawab tes, matanya melihat ke atas
bulan, DW pernah sakit panas hingga langit-langit.
step dan opname di rumah sakit selama
10 hari. Setelah diinfus di bagian kaki 2. Sikap terhadap pelaksanaan asesmen
sebelah kanan, perkembangan DW Selama pelaksanaan asesmen, DW
menjadi bermasalah. Matanya menjadi mengikuti instruksi ketika moodnya
kurang fokus (juling), dan kedua senang, sudah bermain PS, dan ada
kakinya menjadi lemas. pendampingan dari orang tua.
Terkadang jika DW rewel dan mogok
2. Riwayat keluarga & lingkungan tempat tidak mau melaksanakan asesmen,
tinggal penulis menunggu hingga waktu yang
DW tinggal dengan kedua orangtuanya tepat. Biasanya DW senang jika proses
dan om tante nya di rumah tipe 36. Ibu asesmen diselingi mengajaknya
dan ayahnya pegawai PD Pasar. Setiap bernyanyi dan bercerita.
pagi sampai sore, DW diasuh oleh mak
(panggilan DW ke pengasuhnya). Orang Asesmen dilakukan di beberapa tempat,
tua DW baru datang sekitar pukul 17.00. diantaranya adalah Laboratorium Fakultas
Setelah itu mereka menemani DW Psikologi Universitas Airlangga. Tempat
belajar dan bermain di samping kondusif dan suhu sejuk. Terdapat dua bangku
kesibukannya membuka warung nasi dan sebuah meja dilengkapi dengan
penyetan dan rental PS di ruang tamu. penerangan yang cukup. Di tempat ini penulis
melakukan serangkaian tes baik formal
3. Riwayat Pendidikan & Sekolah maupun informal.
Sebelum TK, DW bersekolah di PAUD.
Ia masuk TK usia 5 tahun dan atas Rumah DW
keinginan sendiri. Setiap Senin-Sabtu, ia
bersekolah mulai pukul 07.00-09.30. Di ruang tamu berukuran lebih kurang 3x5
meter tanpa kursi dengan penerangan cukup.
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 59

Tes dilakukan di rumah DW terkait Berdasarkan pengetesan didapatkan


penyesuaian jadwal dengan orang tua. hasil umur kronologis (CA) DW yaitu 5 tahun
8 bulan, sedangkan umur mental (MA) DW
Hasil Wawancara yaitu 4 tahun. Sehingga IQ DW 67 termasuk
retardation mental mild. Tester memulai di
Wawancara dengan guru kelas DW tahun ke V dengan pertimbangan umur
DW termasuk anak yang memiliki ingatan kronologis DW. Pada tahun ini, DW mampu
baik, ia juga cepat menangkap materi terutama menjawab tiga sub tes sehingga tester
yang berhubungan dengan lagu dan cerita. melanjutkan ke tahun VI. Di tes ini, DW gagal
Namun ketika diajarkan menulis, untuk menjawab keseluruhan tes. Sedangkan seluruh
menggenggam pensil saja masih sulit. subtes bisa dijawab di tahun II-6. Terlihat
dalam binetgram, kemampuan language,
Wawancara dengan guru les calistung DW memory, conceptual thinking, dan numerical
listening termasuk rata-rata anak seusianya.
DW memerlukan bantuan ketika menulis. Ia Kemampuan social intelligence setara anak
belum bisa menulis tegak maupun miring. usia di bawah 4 tahun, kemampuan listening
Kalau menulis titik, garis strip, ia masih bisa. setara anak usia 3 tahun, dan kemampuan
Tapi jika sudah mulai menggambar, ia hanya visual motor setara anak usia di bawah 3 tahun.
bisa menggambarkan lingkaran, itupun tidak
berbentuk bulat. Jari DW juga masih kaku, Gestalt
yang bisa digerakkan secara lentur baru ibu Hari/tanggal : Selasa/23-11-2010
jari. Pukul : 20.15-20.30 WIB
Tempat : Rumah DW
Wawancara dengan orang tua DW
Analisa
Kalau belajar, DW lebih senang dan cepat jika
didampingi. Biasanya minta belajar huruf dan Dari sembilan nomor yang diberikan, DW
bahasa Inggris dengan ibunya menggunakan tidak bisa membuat satupun gambar yang
kaset. Ia minta diputarkan kaset, kemudian sesuai dengan contoh. Lingkaran tidak bisa
mendengarkan dan mengulangi isi kaset digambar penuh. DW juga mengalami
tersebut. Karena keterbatasan tangan dan kesulitan menggambar garis tegak (lurus),
kakinya yang masih kaku digerakkan, sehingga garis miring maupun berupa titik. Hal ini
untuk menulis ia masih memerlukan bantuan. mengindikasikan terdapat gangguan pada
integrasi ketrampilan visual motoriknya, dan
Kesimpulan hasil wawancara ketrampilan pengorganisasian.
DW memiliki kesulitan untuk menulis dan CPM (Coloured Raven’s Progressive
kegiatan yang berhubungan khususnya dengan Matrices Test for Children)
(kelenturan) tangan, seperti mewarna,
menggambar, dan lain sebagainya. Hari/tanggal : Selasa/23-11-2010
Pukul : 19.50-20.15 WIB
Hasil Observasi Tempat : Rumah DW

Jari tangan DW masih kaku dan belum bisa Analisa


digerakkan secara lentur sehingga ia
mengalami kesulitan memegang pensil. Hal itu Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan,
membuat kegiatan yang berhubungan dengan pemahaman dan penalaran logika DW cukup
motorik halusnya terhambat. baik. Dari 12 soal SET A, DW berhasil
menjawab dengan benar 5soal. 3 soal yang
Hasil Tes Formal dijawab benar untuk SET B, dan 4 soal
dijawab benar untuk SET ab. Hasil tes DW
Tes Inteligensi Binet termasuk persentil 25, yaitu golongan III-
(rata-rata bawah). KPSP (Kuesioner Pra
Hari/tanggal : Jumat/19-11-2010
Skrining Perkembangan) umur 66 bulan.
Pukul : 08.45-10.30 WIB
Hari/tanggal : Selasa/23-11-2010, Pukul:
Tempat : Laboratorium Fakultas
19.15-19.30 WIB, Tempat: Rumah DW
Psikologi Universitas Airlangga
60 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75

Tabel 2. Kuesioner pra skrining Tabel 3. Tes daya dengar (Umur lebih dari
perkembangan 3 tahun)
No Kegiatan Aspek Keteran No. Kegiatan Ya Tidak
Perkembangan gan
1. Menggambar tanda Gerak halus Tidak 1. Menyebutkan nama-nama benda, V
tambah seperti seperti sendok, cangkir, bola,
contoh. bunga.
2. Mengikuti perintah: Bicara dan Ya
a. Letakkan kertas bahasa 2. Apakah anak dapat mengulangi V
ini di lantai atau menirukan ucapan Anda?
b. Letakkan kertas
ini di bawah
kursi Tes Daya Lihat
c. Letakkan kertas
ini di depan
kamu
Dari keseluruhan tes, DW tidak bisa
d. Letakkan kertas menggunakan alat tes dengan posisi yang
ini di belakang benar. Tester sudah memberikan contoh
kamu penggunaan alat tes hingga 3 kali, namun DW
3. Apakah anak Sosialisasi dan Ya gagal mengikuti contoh dan instruksi.
bereaksi dengan kemandirian
tenang dan tidak
rewel saat Deteksi Dini Masalah Mental Emosional
ditinggalkan?
4. Dapatkah anak Bicara dan Ya Dari 12 pertanyaan yang diajukan, 1
menunjukkan warna bahasa pertanyaan dijawab ya oleh orang tua DW
merah, kuning, biru, yaitu mengenai konsentrasi DW yang mudah
dan hijau dengan teralih. Konsentrasi pada suatu hal paling lama
benar?
5. Anak diperintahkan Gerak kasar Tidak,
kurang dari 10 detik.
melompat dengan karena
satu kaki 2-3 kali keterbat Gangguan Pemusatan dan Hiperaktivitas
tanpa berpegangan? asan (GPPH)
fisik
(kaki) Total nilai keseluruhan 18 poin, sehingga
6. Dapatkah anak Sosialisasi dan Tidak masuk kategori yang perlu mendapat perhatian
sepenuhnya kemandirian
berpakaian sendiri
khusus mengenai gangguan pemusatan dan
tanpa bantuan? hiperaktivitas.
7. Dapatkah anak Gerak halus Tidak
sedikitnya Analisa
menggambar 3
bagian tubuh? Berdasarkan KPSP (Kuesioner Skrining Pra
8. Dapatkah anak Gerak halus Tidak Perkembangan) untuk mendeteksi dini tumbuh
menggambar
sedikitnya 6 bagian
kembang anak, DW mengalami hambatan pada
tubuh? keterampilan gerak halus dan kasar (motorik
9. Apakah anak bisa Bicara dan Tidak, halus dan kasar). Pendengaran, berat dan tinggi
menjawab padanan bahasa satu badan tidak mengalami masalah. Namun perlu
kata dengan benar? pernyata mendapat perhatian khusus pada gangguan
an yang
salah
pemusatan dan hiperaktivitas serta mental
jawab emosional.

10. Apakah anak dapat Gerak kasar Tidak, Tes Informal, Tes Daya Lihat
menangkap bola? kalau Hari/tanggal : Kamis/16-12-2010
melemp Pukul : 19.00-19.30 WIB
ar bisa
Tempat : Rumah DW

Analisa

DW sudah dapat mengenal huruf vokal, a, i, u,


e, o sehingga tester menggunakan flash card
yang bertuliskan huruf tersebut sebagai alat
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 61

tes. Dalam jarak 1 hingga 3 meter, DW bisa dari guru, ia marah dan mengganggu teman
menyebutkan huruf a, i, u, e, o dengan benar yang lain.
walaupun diberikan secara acak. DW tidak
mengalami masalah penglihatan minus. Aspek penyesuaian psikoedukasional

Gambaran Kepribadian DW paling senang pelajaran menyanyi,


ia mengikutinya sambil menirukan gerakan.
Aspek fisik/kesehatan dan sensori-motorik Ketika pelajaran mewarnai, ia mengikutinya
walaupun hasilnya masih banyak yang keluar
DW sering sakit dan masuk rumah sakit garis. Kesulitan terjadi ketika pelajaran
karena sakit panas (step). Infus yang menulis dan berhitung. Untuk pelajaran
berlebihan di kakinya saat opname membuat berhitung, ia mampu mengenal konsepnya
kaki DW menjadi lemas sehingga tidak bisa namun jari tangannya yang kaku membuat
berjalan optimal. Kedua kakinya berjalan jarinya tidak bisa digunakan sebagai alat bantu
nyeret. Selain itu, matanya juling walaupun hitung. Demikian pula saat menulis, DW sudah
setelah di tes penglihatannya normal. mengetahui huruf A-Z tapi ketika disuruh
Masalahnya pada visual motorik. Motorik menulis, ia cukup lama mengerjakan. Huruf
kasar dan halus mengalami gangguan. yang bisa ia kerjakan sendiri tanpa bantuan,
Keterbatasan fisik DW membuatnya tidak bisa hanya huruf l. Jika dipaksakan untuk menulis,
melompat dan menangkap bola. Berjalan, jarinya terlihat kaku untuk digerakkan, air liur
berlari dan melempar (bola) masih bisa. DW menetes refleks serta ia mengatakan jika
Sedangkan untuk motorik halus, seperti jari-jarinya terasa berat.
menulis, mewarnai, meronce, tidak bisa
dilakukan dengan baik.

Aspek kognisi dan persepsi HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan inteligensi DW termasuk DW mengalami keterbatasan fisik,


RM mild (binet), namun setelah di crosscheck diantaranya kaki dan tangan. Padahal kegiatan
dengan CPM hasilnya rata-rata bawah. Terlihat sekolah memerlukan proses mandiri, tanpa
di binetgram, bahwa aspek motorik yang di pendamping. DW mengalami kesulitan
bawah rata-rata anak seusianya membuat melakukan kegiatan belajar mengajar yang
kognitif DW kurang berkembang optimal. DW berhubungan dengan motorik, seperti menulis.
tidak termasuk RM mild, karena ia mampu Hal tersebut juga dikeluhkan guru karena jika
memahami dan menjalankan instruksi, dan bisa DW tidak mendapat perhatian ketika ia tidak
berinteraksi serta menjawab pertanyaan dengan bisa melaksanakan tugas, DW mengganggu
baik. teman dan berbuat keributan. Untuk
keterbatasan kaki DW tidak terlalu
Aspek afektif/motivasional mengganggu kelas, karena ia masih bisa aktif
menyanyi dan menari saat kegiatan ekstra.
Motivasi internal DW belajar cukup
tinggi. Ia berinisiatif sendiri untuk belajar Berdasarkan dari hasil observasi,
tambahan, walaupun sudah dileskan. Ia juga wawancara dan tes yang telah dilakukan, DW
terlihat aktif ketika bersekolah, les calistung, mengalami masalah kecenderungan
dan mengaji di rumah. Semua kegiatan yang hiperaktivitas, pemusatan perhatian,
berhubungan dengan akademis maupun non penyesuaian emosional, dan gangguan
akademis (bermain), ia lakukan dengan motorik. Namun, dalam intervensi ini nantinya
bersemangat. lebih dititikberatkan pada pengembangan
ketrampilan motorik halus sesuai dengan
Aspek penyesuaian emosional tahapan perkembangan sebagai persiapan
Ketika ia menginginkan sesuatu dan menulis.
tidak dituruti langsung oleh orangtuanya, DW
diam beberapa saat baru kemudian mau
mengajak bicara orang tuanya lagi. Ketika di
sekolah, saat ia kurang mendapat perhatian
62 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75

Tabel 4. Rancangan kegiatan bagi anak, tidak memiliki tujuan ekstrinsik,


No Kegiatan Waktu Hasil
namun motivasinya lebih bersifat intrinsik,
1 Pra 1x45 Anak tidak mampu bersifat spontan dan sukarela dan melibatkan
Kondisi memegang pensil, masih peran serta aktif anak (Gordon & Browne,
(sesi 1) memerlukan bantuan dari 1985). Motorik halus DW dapat dikembangkan
orang lain dengan mengajarkan ketrampilan yang terkait
2 Motorik 4x45 Anak mulai bisa
(sesi 2-5) memegang pensil. Ibujari
dengan motorik halus DW sebagai
dan telunjuk kanan sudah pengoptimalan tugas perkembangan melalui
lues digerakkan metode belajar sambil bermain.
3 Evaluasi 1x45 Anak bisa memegang
(sesi 6) pensil dan menebali garis Setelah dilakukan pendampingan belajar
dalam mengajarkan ketrampilan motorik halus
pada DW didapatkan evaluasi sebagai berikut.
Catatan tambahan: Evaluasi dilakukan dengan pre-test dan post-
test menulis garis tegak, garis miring, garis
1. Untuk menulis, DW masih
lengkung, dan bulat. Kegiatan tidak
menggunakan pensil khusus yang
memasukkan unsur pelatihan menulis, karena
berbentuk segitiga.
DW mengaku jika ia bosan menulis dan sudah
2. Kegiatan diawali dan diakhiri dengan
belajar di les Calistung. Saat pre-test, ia
do‟a bersama.
sempat mogok dan tidak mau mengerjakan.
3. Jika DW terlihat bosan dan tidak mau
Namun setelah mendapat teguran dari
mengerjakan tugas, penulis
orangtuanya, DW mau melanjutkan kembali.
mengajaknya bernyanyi. Setelah itu,
Pengerjaan tes tidak dilakukan berurutan.
DW mau melanjutkan tugas lagi
Setiap 2 menit, DW minta ijin minum dan ke
(dilakukan sambil bernyanyi)
belakang. Air liur menetes berulang kali. DW
Pembahasan juga mulanya minta bantuan agar pensilnya
dipegangi. Post-test dilaksanakan setelah
DW mengalami gangguan motorik kasar intervensi. Ia tidak lagi berulang kali ijin,
dan halus. Hal tersebut bisa dilihat dari tabel hanya sekali ijin untuk minum. Pengerjaan tes
perkembangan gerak motor kasar dan halus dilakukan berurutan tanpa minta bantuan
yang seharusnya bisa dilakukan DW pada usia seluruhnya pada penulis. Ia mengalami
5 tahun, seperti berjalan, berlari, melompat kesulitan dan meminta bantuan ketika menulis
(motorik kasar). Padahal dalam tugas garis lengkung. Air liur juga tidak menetes dan
perkembangan, agar perkembangan anak ia terlihat fokus mengerjakan soal.
optimal menurut Triton dan Lilienthal
(Hildebrand, 1986) salah satu tugasnya yaitu Berdasarkan dari uraian di atas, dari 6
belajar menguasai ketrampilan motorik kasar kali kegiatan pengajaran ketrampilan motorik
dan halus. Untuk mengembangkan hal tersebut halus mulai dari kondisi awal jari-jari tangan
bisa distimulasi dengan cara permainan dengan DW yang kaku, hanya ibu jari dan telunjuk
menggunting-gunting, buku-buku cerita, kanan yang dapat digerakkan hingga kondisi
boneka jari atau sejenisnya, kartu angka, kartu akhir jari kelingking kiri DW sudah mulai bisa
huruf, kartu warna, permainan mencocokkan digerakkan, tapi harus ditekan di lantai selama
bentuk, permainan yang membentuk atau beberapa detik terlebih dulu. DW juga sudah
mencetak, dan permainan yang membutuhkan dapat menggunakan pensil tanpa bantuan.
persaingan. Maka dari itu dapat disimpulan bahwa
ketrampilan motorik halus DW meningkat.
Perkembangan gerakan motorik anak
banyak juga dilakukan dengan cara bermain
dan melalui permainan-permainan. Karena
SIMPULAN
bermain sering dikatakan sebagai suatu
fenomena yang paling alamiah dan luas serta
DW merupakan siswa dengan kesulitan
memegang peranan penting dalam proses
menulis. Setelah dianalisa, sumber kesulitan
perkembangan anak. Manfaat bermain
menulis DW yaitu kemampuan motorik halus
mempunyai arti bagi anak, antara lain sesuatu
yang kurang memadai. Dimana seharusnya
yang menyenangkan dan memiliki nilai positif
dengan usia DW, tahapan perkembangan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal 1-75 63

motorik halus berada pada kemampuan depan papan tulis, namun tidak
menulis. Selain itu, kemampuan kognitif DW mengganggu mobilitasnya serta
termasuk dalam kategori retardasi mental diberi teman sebangku yang bisa
ringan (skala Binet). Dimana setelah memotivasi dan memahami
dievaluasi, sumber utama yang menyebabkan keterbatasan DW.
kemampuan kognitif DW kurang yaitu pada b) Memberikan ketegasan agar DW
bagian motorik. Oleh karena itu, penulis mulai belajar mengerjakan tugas
memberikan kegiatan pengembangan motorik secara mandiri.
halus pada DW. Hasilnya berupa peningkatan c) Memberikan tambahan pelajaran
motorik halus DW dimana yang sebelumnya komputer untuk mengoptimalkan
DW tidak dapat memegang pensil menjadi kemampuan belajarnya.
dapat memegang pensil secara mandiri. d) Memberikan tambahan ekstra
pelajaran musik, untuk membantu
Saran menyeimbangkan emosional DW.
e) Menjelaskan kondisi DW pada
Saran untuk pengoptimalan belajar DW, orang tua wali murid siswa lain
diantaranya: agar memahami keterbatasan DW.
1. Untuk DW:
a) Tetap latihan menulis secara
berkesinambungan. Tingkat DAFTAR RUJUKAN
kesulitan juga semakin lama
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi
semakin ditingkatkan dengan
Anak Kesulitan Belajar. Jakarta:
memperhatikan pengoptimalan
Penerbit Rieka Cipta.
aspek yang ada.
b) Hendaknya dipilihkan permainan Berk, L.E. (2000). Child Development. USA:
yang berhubungan dengan Allyn & Bacon A Person Education
peningkatan ketrampilan motorik Company.
kasar dan halus anak, seperti
plastisin, lego, dan lain Gordon.; Ann.; & Kathryn. (1985). Beginning
sebagainya. and Beyond: Foundations in Early
Childhood Education. New York:
2. Untuk orang tua: Delmar Publishing Inc.
a) Melakukan pelatihan sederhana
untuk mengembangkan Hildebrand, V. (1986). Introduction to early
ketrampilan motorik anak, seperti Childhood Education 4th ed. New york:
diajarkan mengancingkan baju, Mac Milan Publishing Company.
mereslitingkan tas, dan lain
sebagainya. Hal tersebut terlihat Hurlock, E.B. (2006). Psikologi
sederhana, namun berguna bagi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
peningkatan ketrampilan anak.
b) Melakukan check-up terkait Neuman W.L. (2006). Social Research Method
kondisi DW agar : Qualitative and QuantitativeApproach
perkembangannya optimal. : 6th Edition. Pearson Education, Inc.
c) Mengembangkan ketrampilan
Poerwandari, E.K.( 2007). Pendekatan
belajar DW yang lain dengan cara
Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
audio (kaset belajar) dan visual
Manusia. Jakarta : LPSP3.
(CD interaktif belajar).
d) Untuk menyeimbangkan Sudono, A. (2004). Psikologi Pendidikan dan
emosional DW, hendaknya Psikologi Sekolah. Jakarta: Lembaga
diberikan lagu-lagu klasik yang Pengembangan Sarana Pengukuran dan
menenangkan. Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
3. Untuk sekolah:
a) Mengatur tempat duduk yang
lebih dekat dengan guru, berada di

Anda mungkin juga menyukai