Anda di halaman 1dari 11

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI PARAF

1. S:
Klien menyatakan terasa nyeri pada luka bekas Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Luka operasi
operasi

O:
- Ada luka operasi
- Klien bergeak dengan hati-hati
- Post op hari pertama
- TD 130/70, N: 80x/menit RR: 16x/menit,
T: 365

S:
Klien mengatakan terasa nyeri pada luka bekas Resiko tinggi terjadi infeksi - Adanya luka operasi
operasi - Tindakan infasif

O:
- Luka operasi tertutup kassa
- Terpasang infus dan kateter
- TD 130/70, N: 80x/menit RR: 16x/menit,
T: 365

S: Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari Pembatasan cairan peroral
- Klien mengatakan tenggorokannya terasa kebutuhan tubuh
kering

O:
- Klien pusa
- Tepasang infus pada lengan kanan
- Produksi urine 200cc/24 jam
- Turgor kulit baik
- Bibir (mukosa) kering
- TD 130/70, N: 80x/menit RR: 16x/menit,
T: 365
S: Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tidak adekuatnya peristaltik usus
- Klien mengatakan masih puasa tubuh

O:
- Keadaan Umum lemah
- Terpasang infus pada lengan kanan
- Peristaltik usus terdengar lemah

S: Kurang pengetahuan Kurangnya informasi


- Klien sering bertanya tentang proses
penyembuhan dan kapan kentut.
O:
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien :................................................ . No Rekam Medis : ....................................... Hari Rawat Ke : ............................

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri - Mengatakan bahwa rasa sakit - Catat umur dan berat pasien, masalah - Pendekatan pada manajemen rasa sakit
berhubungan dengan luka operasi telah terkontrol medis/psikologis yang muncul kembli, pasca opersi berdasarkan kepada faktor-
- Tampak santai, dapat sensitivitas idiosinkratik analgetik dan faktor variasi multiple.
beristirahat / tidur dan ikut proses intra operasi (lokasi, ukuran, zat-zat
beraktivitas sesuai anestesi) yang digunakan.
kemampuan. - Evaluasi rasa sakit secara reguler (mis - Sediakan informasi mengenai
setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, kebutuhan/efektivitas intervensi.
lokasi dan intensitas.
- Catat munculnya rasa cemas/takut dan - Perhatikan hal-hal yang tidak dikethui (mis.
hubungkan dengan lingkungan dan Hasil biopsi) dan/atau persiapan inadekuat
persiapkan untuk prosedur dapat memperburuk persepsi pasienakan
rasa sakit.

- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan - Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
takikardi, hipetnsi dan peningkatan ketidaknyamanan
pernapasan, bahkan jika pasien
menyangkal adanya rasa sakit
- Kaji penyebab ketidaknyamanan yang - Ketidaknyamanan mungkin
mungkin selain dari prosedur operasi. disebabkan/diperburuk dengan penekanan
pada kateter indwelling yang tidak tetap,
selang NG, jarum parenteral.
- Berikan informasi mengenai sifat - Pahami penyebab ketidaknyamanan
ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
- Lakukan reposisi sesuai petunjuk, - Mungkin mengurangi rasa sakit dan
misalnya semi fowler, miring meningkatkan sirkulasi. Posisi semi fowler
dapat mengurangi tegangan otot abdominal
dan otot punggung artritis, sedangkan
miring mengurangi tekanan dorsal.
- Dorong menggunakan teknik relaksasi, - Lepaskan tegangan otot; tingkatkan
misalnya latihan napas dalam, bimbingan perasaan kontrol yang mungkin dapat
imajinasi, visualisasi. meningkatkan kemampuan koping.
- Berikan perawatan oral reguler - Mengurangi ketidak nyamanan yang
dihubungkan dengan membran mukosa
yang kering pada zat-zat anestesi, restriksi
- Observasi efek analgesik oral.
- Respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik, dan mungkin
- Berikan obat-obatan sesuai petunjuk menimbulkan efek-efek sinergistik dengn
zat-zat anestesi.
- Analgesik IV akan dengan segera mencapai
pusat rasa sakit, menimbulkan
penghilangan yang lebih efektif dengan
dosis kecil.

Resiko gangguan volume cairan kurang - Mempertahankan/menunjukkan - Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status - Indikasi keadekuatan volume sirkulasi.
dari kebutuhan tubuh berhubungan perubahan keseimbangan membran mukosa, turgor kulit. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
dengan pembatasan masukan peroral cairan, dibuktikan oleh resiko jatuh/vedera segera setelah
keluaran urine yang adekuat, perubahan posisi
tanda-tanda vital stabil, - Awsi jumlah dan tipe masukan cairan. - Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama
membran mukosa lembab, Ukur haluaran urine dengan akurat sekali mengakibatkan dehidrasi atau
turgor kulit baik. mengganti cairan untuk masukan kalori
yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.
- Identifikasi rencana untuk - Melibatkan pasien dalam rencana untuk
meningkatkan/mempertahankan memperbaiki ketidakseimbangan
keseimbangan cairan optimal mis jadwal memperbaiki kesempatan untuk berhasil.
masukan cairan
- Kaji hasil test fungsi elektrolit (kolaborasi) - Perpindahan cairan elektrolit, penurunan
fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi
penyembuhan pasien/prognosis dan
memerlukan intervensi tambahan.

- Berikan/awasi hipealimentasi IV - Tindakan darurat untuk memperbaiki


ketidakseimbangan cairan/elektrolit.

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi - Pola diet dengan masukan - Kaji peristaltik usus klien - Kembalinya peristaltik usus menendakan
kurang dari kebutuhan tubuh kalori adekuat untuk keadekuatan sistem gastrointestinal setelah
berhubungan dengan masukan meningkatkan/mempertahanka diistirahatkan karena anestesi
makanan tidak adekuat n berat badan yang tepat.
- Pantau keadekuatan intake per parenteral - Pengganti masukan peroral melalui
perparenteral selama bisisng usus belum
kembali normal
- Berikan masukan peroral bila peristaltik - Latihan dimulai dari yang halus sampai
baik dan tidak ada kontra indikasi. akhirnya yang lebih kasar
- Kolaborasi pemberian parenteral - Pengganti masukan peroral.

Kurang pengetahuan tentang - Menuturkan pemahaman - Tinjau ulang pembedahan/prosedur khusus - Sediakan pengetahuan dasar dimana pasien
prognosisi, perkembanagn penyakit dan kondisi, efek prosedur dan yang dilakukan dan harapan masa datang dapat membuat pilihan.
perawatan serta pengobatan pasca pengobatan
operatif. - Memulai perubahan gaya hidup - Tinjau ulang dan minta pasien/orang - Meningkatkan kompetensi perawatan diri
yang diperlukan dan ikut serta terdekat untuk menunjukkan perawatan dan meningkatkan kemandirian
dalam progam perawatan. luka/balutan jika diindikasikan.
Identifikasi sumber-sumber untuk
persediaan.

- Kaji tingkat pemahaman klien - Berikan fasilitas perencanaan program


pengajaran pasca operasi.
- Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi - Meningkatkan kerjasama dengan regimen;
penggunaan resep dan anlgesik mengurangi risiko reaksi merugikan/efek-
efek yang tidak menguntungkan.
- Tekankan pentingnya kunjungan lanjutan - Memantau perkembangan penyembuhan
dan mengevaluasi keefektifan regimen.
- Libatkan orang terdekat dalam program - Memberikan sumber-sumber tambahan
pengajaran. Menyediakan instruksi untuk referensi setelah penghentian.
tertulis/materi pengajaran.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien :................................................ . No Rekam Medis : ....................................... Hari Rawat Ke : ............................

No Diagnosa Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi (SOAP)


1 10-10-2001 1. Mengkaji lokasi nyeri dan tindakan yang biasa S: Klien mengatakan rasa nyerinya mulai berkurang
klien lakukan untuk menghilangkan nyeri O: - Mampu mendemonstrasikan teknik napas dalam
2. menjelaskan efek nyeri yang merupakan efek - Klien mulai aktif bergerak
samping dari perlukaan jaringan pada pembedahan. - Ada luka operasi hari ke 2
3. Melakukan/memberikan posisi yang nyaman dan - TD: 120/70 N: 88 RR: 22
gosokkan pada kulit sekitar luka bila nyeri A: Masalah teratasi sebagian.
4. Mengajarkan teknik relaksai dengan napas dalam P. Rencana tindakan dilanjutkan.
5. Menanyakan pada klien setelah dilakukan intervensi
tentang penurangan rasa nyeri.

2 1. Mengkaji luka kemungkinan adanya tanda-tanda S. Klien mengatakan rasa nyerinya sudah mulai berkurang
infeksi O .- Luka operasi tertutup kasa
2. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan - Infus tidak ada tanda-tanda plebitis.
antiseptik. Menutup luka dengan kasa steril - Cateter terfiksasi kuat
3. Menganjurkan pada klien untuk menghindarkan - Tidak ada tanda kemerahan pada sekitar luka.
lukanya dari air - TD: 120/70 N: 88 RR: 22 T. 37oC
4. Memeriksa kepatenan fiksasi kateter A: Masalah teratasi sebagian
5. Melakukan pengkajian pada lokasi pemasangan infus P: Rencana tindakan dilanjutkan
tentang adanya rasa nyeri / plebitis.
6. Mengevaluasi vital sign
7. Memberikan antibiotik : ampicillin dan gentamycin.

1. Memantau masukan cairan parenteral dan output S: Klien mengatakan membasahi mulutnya dengan air bila
3 urine terasa kering
2. Mengevaluasi vital sign, nadi perifer, pengisian O: - Puasa
kapiler - Terpasang infus dilengan kanan
3. Mengkaji turgor kulit, kelembaban mukosa, - Produksi urine 2000cc/24 jam
4. Membasahi mulut dengan air bila tersa kering. - Turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, mukosa
bibir basah
- TD: 120/70 N: 88 RR: 22
A: Masalah teratasi sebagian
P: Rencana tindakan dilanjutkan.

1. Mengkaji peristaltik usus klien S: Klien mengatakan masih puasa


4 2. Memantau keadekuatan intake nutrisi parenteral O: - Puasa
3. Mengkaji kekuatan otot klien. - KU mulai membaik, kesadaran CM (GCS 15)
- Terpasang infus di lengan kanan
- Peristaltik usus mulai menguat
A: Masalah masih tampak
P: Rencana dilanjutkan

1. Menjelaskan efek anestesi bagi organ tubuh dan S: Klien mengatakan mengerti dengan penjelsan yang
5 proses pemulihannya. diberikan
2. Mendiskusikan terapiobat-obatan O: - Berperan aktif dalam pengobatan
3. Memberikan penjelasan tentang keterbatasan aktivitas - Tampak tenang
khusus A: Masalah teratasi
4. Menganjurkan untuk berlatih aktif sesuai kemampuan P Rencana tindakan dihentikan
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang
membutuhkan evaluasi medicl, seperti : panas tinggi,
nyeri yang sangat
6. Menganjurkan untuk kontrol ulang selama periode
penyembuhan.
Pembahasan
Dalam pembahasan ini, kelompok mencoba melihat hal-hal yang terjadi pada
keadaan nyata tetapi tidak terdapat dalam teori.

Pengkajian yang dilakukan terbatas pada klien dengan post operasi histerektomi, hal-
hal yang dialami oleh klien sebelum operasi tidak terlalu banyak dikaji.
 Dalam pengkajian riwayat penyakit didapatkan bahwa :
1. Usia ibu 48 tahun
2. Ibu mempunyai 5 orang anak dan belum menopause
3. Usia ibu pada waktu mengandung anak pertama masih sangat muda (17
tahun)
Sesuai dengan faktor-faktor predisposisi dari myoma uteri, ada kesesuaian
antara teori dengan kenyataan yang ada, dimana myoma uteri terbanyak pada wanita
yang memasuki masa pre menopause, grande multipara dan mempunyai riwayat
kehamilan pertama pada usia kurang dari 20 tahun.

 Pengkajian Post Operasi


Pada pengkajian post operasi didapat data :
1. Keluhan nyeri post operasi.
Nyeri pasca bedah mungkin sekali disebabkan oleh karena luka
operasi, tetapi kemungkinan sebab lain juga harus dipertimbangkan.
Sebaiknya pencegahan nyeri direncanakan sebelum operasi agar penderita
tidak terganggu oleh nyeri setelah pembedahan.
Pencegahan dapat dilakukan baik dari dari segi medis maupun
keperawatan. Darisegi medis, post operasi diberikan analgesik guna menekan
rasa nyeri pasca bedah. Pada klien, klien mendapatkan analgesik Novalgin IV
3 x 1 amp. Dari segi Keperawatan, nyeri dapat diantisipasi sebelum operasi
dengan menjelaskan efek dari tindakan pembedahan yang dilakukan yang
akan menimbulkan rasa nyeri pasca bedah dan mengajarkan teknik relaksasi
dengan napas dalam atau batuk efektik dan anjuran untuk menekan daerah
luka operasi dengan menggunakan bantal bila klei hendak bergerak.
Nyeri tidak dapat diukur seperti halnya tekanan darah, pedangan yang
dapat digunakan oleh perawat hanya tingkah laku klien baik verbal dan / atau
non verbal klien. Kalaupun nyeri itu diberikan rating skala oleh perawat dan
klien, skala yang dinilai oleh klien sangat subyektif sekali. Hal ini disebabkan
karena nilai ambang batas masing-masing orang berbeda. Nyeri tingkat empat
pada klien dengan ambang batas rendah mungkin menjadi tingkat dua pada
klien dengan tingkat ambang yang lebih tinggi, karena itu tingkat nyeri
seseorang sangat berbeda.
Dimensi kesadaran akan nyeri, pengalaman nyeri dan tingkah laku
penderita sangat dipengaruhi oleh antisipasi dan harapan penderita. Bisa saja
terjadi bahwa nyeri sunikan sudah dirasakan sebelum penyuntikan.

2. Klien Puasa
Adanya keadaan pengistirahatan organ-organ oleh efek dari anestesi,
menyebabkan adanya pengistirahatan pada usus, terjadi gangguan peristaltik
usus. Peristaltik melemah sampai dengan dihentikan beberapa sat sampai
dengan operasi selesai dan pasca bedah. Hal ini menyebabkan dihentikannya
masukan peroral untuk beberapa sat, selain ditakutkan terjadi aspirasi karena
belum pulihnya otot-otot pernpasan dan pencernaan bagian atas, juga untuk
mencegah terjadinya mual dan muntah yang mungkin disebabkan oleh karena
distensi abdomen atau keadaan dari asus sendiri.
Pemberian minum sedikit-sedikit atau latihan dengan air diberikan sebagai
rangsangan awal, setelah dinyatakan bahwa bising usus klien mengalami
kemajuan setelah operasi.
Pembatasan terhadap intake peroral pada klien pasca bedah oleh
karena belum adekuatnya bising usus dapat pul a menimbulkan suatu
kewaspadaan terhadap maslah lain yang timbul, yaitu resiko gangguan
kebutuhan cairan tubuh : kurang dan resiko tinggi gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang.
Pemasukan cairan parenteral yang adekuat menjadi suatu alternatif
pilihan yang dapat diandalkan dengan catatan intake dan output dari tiap-tiap
asupan / masukan tercatat dengn baik. Selain mengobservasi intake dan out
put yang adekuat, tubuh mempunyai tanda sendiri dalam memberikan tanda
kecukupan volume cairan tubuh, misalnya dengan keadaan membran mukosa,
turgor kulit dan tana-tanda vital.

3. Terdapat luka operasi dengan arah membujur


Luka operasi dapat mengalami dehidensi ( luka terbuka kembali ) dan
atau infeksi. Dehidensi dapat terjadi oleh banyak sebab, misalnya karena
faktor jahitan yang kurang baik atau terjadi tekanan intra abdomen yang tinggi
/ meninggi misalnya karena batuk, muntah atau banyak mengedan, infeksi
luka hematome dengan / tanpa infeksi dan usia lanjut.
Infeksi dapat terjadi oleh banyak faktor pula, salah satunya
penanganan yang salah terhadap luka pasca bedah ( perawatan luka )
Pada luka post operasi hari pertama, luka operasi belum dilakukan
perawatan luka dengan membuka luka operasi, akan tetapi tanda-tanda terjadi
infeksi harus tetap diwaspadai dengan mengobservasi daerah sekitar luka.
Pada luka yang belum dibuka dan terjadi infeksi, kemungkin disebabkan pada
tindakan operatif yang dilakukan, mungkin karena tindakan septik aseptik
yang kurang.
Terjadinya kemerahan, hematome, atau peningkatan tanda-tanda vital
merupakan tanda awal terjadi infeksi luka operasi, karena itu perlu observasi
yang cukup optimal guna mengantisipasi infeksi agar jangan terjadi lebih
lanjut atau mencegah infeksi.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa diatas, maka kelompok mengambil


beberapa masalah keperawatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri
2. Resiko tinggi terjadi infeksi
3. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh : kurang
4. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang
5. Kurang pengetahuan

Terdapat beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan yang didapat di


lapangan nyata dengan yang terdapat di literatur. Hal ini wajar terjadi, karena pada
literatur diagnosa dibuat bersifat general atau umum, sedangkan kasus yang ditemui
bersifat personal atau individu yang mempunyai berbagai macam karakteristik dan
keistimewaan.
Beberapa diagnosa yang tidak muncul di dalam kasus yang kami ambil adalah :
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidak mampuan mempunyai
anak.
Diagnosa ini tidak muncul dalam kasus karena sebelumnya klien sudah
dipersiapkan dalam jangka waktu yang lama. Enam bulan yang lalu, klien sudah
disarankan untuk dilakukan operasi. Tetapi karena pada saat itu klien tidak berani,
maka pembedahan / operasi ditunda sampai dengan saat ini. Saat ini klien
mengatakan sudah siap lahir batin, walaupun ia harus kehilangan kandungannya.
Hal ini mendapat dukungan dari keluarga , suami dan anak-anaknya yang sudah
dewasa. Keluargan menganggap bahwa kesehatan ibu itu yang paling penting,
selain itu ibu jugasudah cukup berumur untuk mempunyai anak lagi, sudah cukup
lima orang anak saja.
Dari data diatas, terlihat bahwa ada suatu dukungan sosial keluarga yang
diberikan kepada ibu guna mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan,
sehingga diagnosa gangguan harga diri tidak timbul.

2. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tindakan


opertif.
Perdarahan adalah wajar selama tinadakan operatif dilakukan. Setelah
tindakan selesai, perdarahan hendaknya tidak berlanjut. Kalaupun terjadi
perdarahan hendaknya dipasang drain pada luka guna mengeluarkan darah pada
luka operasi. Pemasangan drain pada luka yang masih berdarah juga harus
diwaspadai menjadi port de entee dari kuman-kuman penyakit, yang dapt
menyebabkan komplikasi lain yaitu infeksi luka operasi.
Perdarahan yang banyak dan terus-menerus dapat mengganggun perfusi
jaringan tubuh. Tidak ditemukannya perdarahan operasi dan Hb yang dalam
batas normal ( Hb 12 ) pada post operasi, maka kelompok tidak mengangkat
diagnosa resiko gangguan peffusi jaringan berhubungan dengan tindakan operatif.

Anda mungkin juga menyukai