Anda di halaman 1dari 47

.

METODE PENGAJARAN PAI

METODE PEMBELAJARAN
DEMONSTRASI, EKSPRIMEN, PENUGASAN / RESITASI,
DRILLING/LATIHAN, KERJA KELOMPOK (MKK),
KARYA WISATA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pengajaran PAI


Dosen pengampu :Erna Fauziah, M.Pd

Disusun Oleh :

Munarti
Shofy
Titania

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PTIQ
JAKARTA
2022
.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin….Segala puji hanya milik Allah. Puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Metode Pembelajaran Demonstrasi, Eksprimen, Penugasan /
Resitasi, Drilling/Latihan, Kerja Kelompok (Mkk), Karya Wisata” sebagai salah satu
tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran PAI bagi kami mahasiswa Program Studi
Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah PTIQ Jakarta.
Sesuai dengan judulnya, makalah ini membahas 6 metode pembelajaran yaitu metode
demonstrasi, eksprimen, penugasan / resitasi, drilling/latihan, kerja kelompok (mkk), dan karya
wisata.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Erna Fauziah, M.Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah Metode Pengajaran PAI yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing kami, semoga ilmu yang bagi kepada kami menjadi amal kebaikan
yang diberi balasan berlipat oleh Allah SWT. Terima kasih juga kepada teman-teman
kelompok yang sudah bekerja sama dalam Menyusun makalah ini.

Mohon maaf bilamana terdapat kekurangan dalam penyampaian makalah ini


mengingat keterbatasan ilmu kami sebagai pelajar yang masih dalam tahap belajar, untuk itu
kami dengan senang hati terbuka akan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Semoga apa yang kami sampaikan ini bermanfaat. Aamiin

Depok, November 2022

Penulis

i
.

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR …………………… i
DAFTAR ISI …………………… ii

BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang …………………… 1
B. Rumusan Materi …………………… 2
C. Tujuan …………………… 2
D. Manfaat …………………… 2

BAB II (METODE PEMBELAJARAN) …………………… 3


A. Defisini …………………… 10
B. Ruang Lingkup Metode Pengajaran Islam …………………… 10
C. Urgensi Metode Pengajaran …………………… 11
D. Faktor–Faktor Mempengaruhi Penggunaan Metode …………………… 11
E. Klasifikasi Metode …………………… 11
F. Bentuk-Bentuk Metode …………………… 13
1. Metode Eksperimen …………………… 19
2. Metode Pemberian Tugas / Resitasi …………………… 25
3. Metode Demonstrasi …………………… 29
4. Metode Karyawisata …………………… 33
5. Metode Drill (Latihan) …………………… 37
6. Metode Kerja Kelompok …………………… 37

BAB III
A. Simpulan …………………… 42
B. Saran …………………... 42
Daftar Pustaka …………………… iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Metode pengajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Atau cara yang dipergunakan oleh guru dalam
penyampaian bahan pelajaran kepada murid supaya dapat memahami pelajaran dengan mudah,
efektif dan dapat dicerna oleh peserta didik dengan baik.
Dalam mencapai tujuan pengajaran sebagian besar dipengaruhi oleh metode mengajar
yang dikembangkan oleh guru sebagai pelaksana mengajar dari konsep kurikulum. Metode
mempunyai andil yang besar dalam kegiatan pembelajaran karena tujuan pembelajaran akan
dapat tercapai apabila metode yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi
pembelajaran memiliki relevansi yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran mempunyai kedudkan yang sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi
pelajaran yang tersusn dalam kurikulum. Tanpa metode yang tepat, maka suatu penyampaian
materi pelajaran tidak akan berproses secara efisien dan efektid dalam kegiatan belajar
mengajar menuju tujuan pendidikan.
Metode yang dapat dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran bermacam-
macam sesuai dengan rumusan tujuan. Keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran sebagian
besar dipengaruhi oleh metode mengajar yang dikembangkan oleh guru sebagai pelaksana
kurikulum. Mengingat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ada tiga variabel utama yang
saling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis. Ketiga variabel tersebut adalah Kurikulum,
Guru, metode pengajaran (instruksional). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
Makalah ini akan membahas 6 metode pembelajaran yang terdiri atas metode
demonstrasi, eksprimen, penugasan / resitasi, drilling/latihan, kerja kelompok (mkk), dan karya
wisata.1

1
Nur’aini, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung : Widina Bhakti Persada : 2021, h.1

1
B. RUMUSAN MATERI
Bagaimana prinsip-prinsip metode pengajaran demonstrasi, eksprimen, penugasan /
resitasi, drilling/latihan, kerja kelompok (mkk), dan karya wisata ?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui prinsip-prinsip 6 metode pengajaran yaitu :
1. Demonstrasi
2. Eksprimen
3. Penugasan / resitasi
4. Drilling/Latihan
5. Kerja kelompok (mkk)
6. Karya wisata

D. MANFAAT
Menambah pengetahuan tentang metode pengajaran demonstrasi, eksprimen,
penugasan / resitasi, drilling/latihan, kerja kelompok (mkk), dan karya wisata bagi pembaca
sehingga dapat diterapkan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.

2
BAB I
METODE PEMBELAJARAN

B. DEFINSI
1. METODE
Menurut Armai Arif dalam Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata : Metodos dan
Logos. Metodos berarti cara atau jalan, sedangkan Logos berarti ilmu, jadi Metodologi
berarti ilmu tentang jalan atau cara. Untuk memudahkan memahami metodologi, terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian metode.2
Dalam Kamus Besar bahas Indonesia disebutkan bahwa Metode adalah “ Cara kerja
yang bersistem yang memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan”.
Menurut A.Tafsir dalam Metodologi Pengajaran Agama Islam, kebanyakan orang
menyamakan metode dengan cara. Ini tidak seluruhnya salah . Namun untuk mengetahui
pengertian metode secara tepat, dapat dilihat penggunaan kata method dalam bahasa
Inggris. Dalam bahasa Inggris ada kata way dan kata method. Dua kata ini dalam bahasa
Indonesia sering diterjemahkan dengan cara. Padahal yang layak diterjemahkan cara adalah
kata way bukan method. Seperti pertanyaan bagaimana cara ke Jakarta? maka
menggunakan way, tetapi jika pertanyaannya adalah bagaimana cara tepat mengajarkan
salat kepada murid kelas I SD?, maka pertanyaannya bukan dengan way tapi dengan
method. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa metode mengandung arti adanya
urutan kerja yang terencana, sistimatis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna
mencapai tujuan yang telah direncanakan.3

2. METODOLOGI
1) Tafsir dalam Metodologi Pengajaran agama Islam, metodologi adalah pembahasan
tentang metode-metode

2
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h.1-2
3
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.3

3
2) Asmuni Syukir yang dikutif dalam Armai Arif dalam Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam (2002:87), metodologi adalah ilmu tentang cara atau jalan yang
ditempuh untuk sampai kepada suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien”.
3) Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam bahwa Metodologi
Pengajaran sebenarnya adalah sama dengan metodik, yakni suatu ilmu yang
membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa
agar tercapai suatu tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien
4) Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “ilmu tetang metode;
uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama (2002: 740),
berarti: ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. 4

3. METODOLOGI PENGAJARAN ISLAM


Menurut Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam
mendefinisikan metodologi pengajaran agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-
cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efesien. A.Tafsir dalam Metodologi Pengajaran agama
Islam menggambarkan secara ringkas definisi metodologi pengajaran agama Islam yaitu
pembahasan tentang metode-metode pengajaran agama Islam.5
Metode mengajar, Zuhairini, memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode
mengajar adalah: merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan. Merupakan
alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar. Merupakan kebulatan
dalam suatu sistem pendidikan”.
Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini merumuskan
pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini: “... segala usaha yang
sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui
berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”. Seorang
guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran

4
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.5
5
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.6

4
shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam,
melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-
Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Seorang guru harus
senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan.
Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus
dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan
sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Karena pendidikan
merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah
pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun
kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat
pertama surah ini merupakan perintah membaca Membaca merupakan salah satu aktivitas
dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun
membaca fenomena alam yang tidak tertulis

4. BEBERAPA ISTILAH; PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, MODEL DAN,


STRATEGI DALAM PENGAJARAN6

1) PENDEKATAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
Menurut Armai Arief, pendekatan; approach (bahasa Inggris) atau madkhal
(bahasa Arab) adalah serangkaian asumsi mengenai hakekat pendidikan Islam dan
pengajaran Agama Islam serta belajar agama Islam. Pendekatan dalam Pendidikan
Islam adalah subuah asumsi terhadap hahekat pendidikan Isla. Setiap pendekatan yang
digunakan akan memakai metode yang berbeda pula antara satu pendekatan dengan
pendekatan lainya, oleh karena metode selalu selalu merujuk kepada tujuan.

6
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h.3-4

5
Sementara dalam pendidikan Islam pendekatan dapat terdiri dari; pendekatan
filosofis, pendekatan deduktif-induktif, pendekatan sosio-cultural, pendekaran
fungsional, dan pendekatan emosional. Masing-masing pendekatanmemakai metode
yang berbeda-beda pula 4 dan hasil yang dicapaipun biasanya selalu mengikutikepada
tujuan yang ditetapkan sebelumya.

2) METODE
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan
ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke
pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode
pembelajaran.

3) TEKNIK
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Dengan kata
lain cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan
berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses
ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik
yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama. Sementara itu pula, taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya,
yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang

6
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi
sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).7

4) STRATEGI
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang
selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum
tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran. Sementara itu,
Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada
menggunakan strategi pengajaran.
Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah
“taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
(pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan
pengajaran secara lebih efektif dan. Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/
pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu
sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran
harus mengandung penjelasan tentang metode/ prosedur dan teknik yang digunakan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran
mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/ prosedur
dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode,
teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.8

7
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h.4
8
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h.5-6

7
5) MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran
terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.Nah, berikut ini ulasan singkat tentang perbedaan istilah tersebut.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
a. Model interaksi sosial;
b. Model pMengolahan informasi;
c. Model personal-humanistik;
d. Model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah
model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.9

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,


kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: 10

9
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..6

10
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..7

8
Selain istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah
desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum
dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta
bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun
kriteria penyelesaiannya,mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah
ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan
model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber

9
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.11

C. RUANG LINGKUP METODOLOGI PENGAJARAN AGAMA ISLAM


Abu Ahmadi dalam bukunya Didaktik dan Metodik yang dikutip Armai Arif
dalam Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (2002:89-93) menjelaskan ruang
lingkup metodologi pendidikan agama Islam adalah :12
1) Perencanaan
2) Bahan Pembelajaran
3) Strategi Pembelajaran
4) Media Pembelajaran
5) Evaluasi

D. URGENSI METODE
Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), sebuah ungkapan popular kita kenal
dengan : “metode lebih penting dari materi”. Demikian urgennya metode dalam proses
pendidikan dan pengajaran, sebuah PBM dianggap tidak berhasil bila dalam prosesnya
tidak menggunakan metode, mengapa? Karena metode menempati posisi kedua terpenting
setelah tujuan dari sederet komponen pembelajaran, yaitu :
1) Tujuan
2) Metode
3) Materi
4) Media
5) Evaluasi

11
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..8
12
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.6

10
Oleh karena itu guru dituntut agar cermat dalam memilih dan menetapkan metode
apa yang tepat yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik

E. FAKTOR–FAKTOR MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE


Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar yang dikutip oleh Armai Arif dalam Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran yaitu : 13
1) Tujuan yang hendak dicapai.
2) Kemampuan guru.
3) Anak didik.
4) Situasi dan kondisi berlangsungnya PBM.
5) Fasilitas yang tersedia.
6) Waktu yang tersedia.
7) Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.

F. KLASIFIKASI METODE
Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam
mengklasifikasikan metode mengajar menjadi 2 bagian, yakni:14
1. Metode mengajar Konvensional
2. Metode mengajar Inkonvensional (yang kemudian oleh penulis disingkat menjadi
KOIN)

G. BENTUK-BENTUK METODE
1) Metode pengajaran konvensional
Menurut Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam yaitu metode
yang lazim dipakai atau sering digunakan oleh guru disebut metode tradisional, diantaranya
adalah sebagai berikut: 15

13
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.8
14
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.9
15
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.9-10

11
1. Metode ceramah.
2. Metode diskusi.
3. Metode tanya jawab.
4. Metode demonstrasi dan eksperimen.
5. Metode resitasi.
6. Metode kerja kelompok.
7. Metode sosio-drama dan bermain peran (role playing).
8. Metode karya wisata.
9. Metode drill.
10. Metode sistem regu.

Armai Arif dalam Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam mencatat
sampai 20 metode yaitu :
1) Metode ceramah.
2) Metode diskusi.
3) Metode tanya jawab.
4) Metode demonstrasi.
5) Metode pemberian tugas.
6) Metode kerja kelompok.
7) Metode sosio-drama.
8) Metode karya wisata.
9) Metode drill/latihan.
10) Metode kerja lapangan.
11) Metode pembiasaan.
12) Metode keteladanan.
13) Metode pemberian ganjaran.
14) Metode pemberian hukuman.
15) Metode sorogan.
16) Metode bandongan.
17) Metode mudzakarah.
18) Metode kisah.
19) Metode eksperimen.
20) Metode simulasi.

12
Sedangkan metode pengajaran inkonvensional yaitu teknik mengajar yang baru
berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan
menggunakan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, mechine program, masih
merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu
yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli
menanganinya

1. METODE EKSPERIMEN
1) DEFINISI
Menurut Sudirman, metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana
peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari. Menurut M. Ali, metode eksperimen adalah percobaan tentang sesuatu.
Dalam hal ini setiap peserta didik bekerja sendiri-sendiri. Pelaksanaan lebih memperjelas
hasil belajar, karena setiap peserta didik mengalami dan melakukan kegiatan percobaan.
Sementara menurut Nana Sudjana dalam Septi Budi, menjelaskan metode eksperimen
adalah metode mengajar yang sangat efektif sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.16,17
Upaya meningkatkan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan
metode eksperimen.18,19 Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran PAI dapat
mendorong aktivitas belajar peserta didik secara mandiri.
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dimana guru dan anak didik
bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang telah di pelajari.
Menurut Djamrah metode eksperimen merupakan cara penyajian pelajaran, di mana anak
didik melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu obyek, keadaan atau
peroses sesuatu. Dalam artian lain, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum atau proses sesuatu. Dalam arti lain,

16
Septi Budi Sartika, Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Sebagai Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal. Pedagogia. Vol. 1, No. 2, Juni
2012, h. 191.
17
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.171

13
siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu
hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang di dalaminya itu.20
Metode eksperimen adalah metode yang memungkinkan guru dapat
mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional, siswa. Siswa mendapatkan
kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Katerlibatan
fisik dan mental serta emosional siswa di harapkan dapat di perkenalkan pada suatu cara
atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku
yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dengan mengajar siswa untuk
belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian,
siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang di peroleh selama
pembelajaran.
Upaya meningkatkan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan
metode eksperimen.21 Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran PAI dapat
mendorong aktivitas belajar peserta didik secara mandiri.
2) TUJUAN
Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar anak didik mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang di hadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlihat dalam cara berpikir yang ilmiah.
Melalui eksperimen anak didik menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu sedang
dipelajarinya.22

12
Arif Didik Kurniawan, Implementasi Metode Eksperimen Dan Diskusi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Mata Kuliah Struktur Hewan. Jurnal Pendidikan MIPA, Vol.3, No.1
Maret 2011, h. 38.
13
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.171
14
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..59
15
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.171

22
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..59

14
3) LANGKAH- LANGKAH METODE EKSPERIMEN
Agar penggunaan metode eksperimen itu efesien dan efektif, maka perlu di
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan
bahan atau materi percobaab harus cukup bagi tiap siswa.
b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan ,atau
memungkinkan hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan
percobaan yang di gunakan harus baik dan bersih.
c) Pengalokasian waktu.yang cukup gar siswa telitidan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, sehingga dapat menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang
di pelajari.
d) Anak didik dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu di beri
petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan,
pengalamanserta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan
oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e) Tidak semua masalah bisa dideskripsikan, seeprti masalah mengenai kejiwaan,
beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena
sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak dapat dieksperimenkan karena
belum tersedianya alat pendukung. 23

Senada dengan penjelasan di atas, Roestiyah mengemukakan prosedur eksperimen


sebagai berikut: 24
a) Perlu di jelaskan kepada anak didik tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan di
pergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus di kontrol dengan dekat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu
memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

23
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..60-61
24
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..61-62

15
d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengepaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendang meliputi tahap-tahap


sebagai berikut:25
a) Percobaan awal, pelajaran di awali dengan melakukan percobaan yang di
demontrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
b) Demonstrsi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi ilmu
alam yang akan di pelajari.
c) Pengamatan, merupakan kegiatan siswasa saat guru melakukan percobaan. Siswa
diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
d) Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya.
e) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah
dirumuskan dan di lakukan melalaui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan
hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat di laporkan hasilnya.
f) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya di
aplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang
telah di pelajari.
g) Evalusi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk


memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata
lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan mengharapkan konsep terkait dengan pokok pembahasan. 26

25
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..62
26
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..62

16
Metode eksperimen pada dasarnya lebih tepat di terapkan pada proses
pembelajaran bidang sains, karena bidang ini memiliki karakteristik uji empiris. Namun
demikian dalam bidang Pendidikan agama Islam metode tersebut di adopsi dengan
mengambil bagian-bagian langkahnya untuk diterapkan dalam proses pembelajarannya.
Aplikasi metode eksperimen seperti dalam contoh aplikasi di atas, bertujuan agar anak
didik dapat meyakini kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW sehingga semakin
mengokohkan keimanannya.
Dalam menerapakan metode tersebut di atas guru dapat memberikan pengetahuan
untuk mendukung pemahaman anak didik dengan mengajukan beberapa pertanyaan
berikut ini:
a. Siapakah yang memberitahukan kepad Nabi Muhammad SAW bahwa bumi yang di
tempati manusia ini berbentuk bulat dan bumi beredar pada sumbunya?
b. Siapakah yang menjelaskan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa gugusan tata surya,
benda – benda angkasa lainnya selalu berputar dan beredar sesuai dengan ketentuannya
masing-masing.
c. Siapakah yang memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa gunung-
gunung memiliki fungsi penting sebagai stabilator yang menjaga permukaan agar tidak
berguncang. 27

27
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..64

17
4) KELEBIHAN METODE EKSPERIMEN28,29
a. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata
pendidik atau buku.
b. Peserta didik dapat mengembangkan sikap yang mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa percobaannya
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
d. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaanya.
e. Siswa dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk dirinya sendiri. Siswa tidak
hanya melihat seseorang menyelesaikan sesuatu eksperimen tetapi juga dengan
berbuat ia memperoleh keterampilan- keterampilan yang di perlukan.
f. Siswa mendapat kesempatan yang seberas-besarnya untuk melaksanakan
langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
g. Hipotesa-hipotesa dapat diuji kebenarannya dengan mengumpulkan data-data
hasil observasi kemudian menafsirkannya dan terakhir siswa membuat kesimpulan
dari hasil observasi tersebut.
h. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen membantu siswa untuk
memahami konsep.
i. Memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan kelompok bahasan.

5) KEKURANGAN METODE EKSPERIMEN30,31


a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak siap anak didik berkesempatan
mengadakan eksperimen.

28
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.172
29
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..63
30
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.172
25
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..63

18
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah di peroleh.
c. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
d. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

e. Metode ini butuh ketelitian, keuletan dan ketabahan.

f. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang di harapkan karena


mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau
pengadilan
Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran PAI merupakan salah satu
alternatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik melalui eksplorasi
temuan-temuan peserta didik. Penggunaan metode ini juga dapat menghindari
kejenuhan belajar peserta didik.32

2. METODE PEMBERIAN TUGAS / RESITASI

1) DEFINISI
Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam (2002:47)
metode resitasi disebut pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar
jam pelajaran. Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung
dimana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang ditemukan
di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya33
Metode pemberian tugas merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada
pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan,
keterampilan tertentu. Selanjutnya hasil penyelesaian tugas tersebut
dipertanggungjawabkan kepada guru. Dalam pelaksanaannya anak didik tidak hanya dapat
menyelesaikan di rumah akan tetapi juga dapat menyelesaikan di perpustakaan,
laboratorium, ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya.

32
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.172

33
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.6

19
Metode resitasi (pemberian tugas), di samping merangsang siswa untuk aktif
belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, jiga menanamkan tanggung
jawab. Oleh sebab itu, tugas dapat diberikan secara individual ataupun secara kelompok.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, metode resitasi bisa digunakan untuk
berbagai materi yang terkait erat dengan aspek knowledge, aspek afeksi dan psikomotor.
Materi-materi yang bisa diajarkan dengan resitasi ini misalnya, materi tentang sejarah
Islam, syarat dan rukun sholat atau ibadah mahdah lainnya.34
Ramayulis dalam Metodologi Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dengan
pemberian tugas atau resitasi ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan
peserta didik mempertanggung jawabkannya, pertanggung jawaban itu dapat dilaksanakan
dengan cara :
a. Menjawab test yang diberikan oleh guru.
b. Menyampaikan ke muka dengan lisan.
c. Cara tertulis.

2) TUJUAN
Pemberian tugas dalam pembelajaran biasa dilakukan pendidik terhadap peserta
didik untuk mencari pembahasan tertentu terkait dengan pembelajaran PAI, misalnya
memintakan kepada peserta didik untuk mencari bahan referensi lain sebagai bahan
pembanding dengan materi yang telah diberikan pendidik. Pemberian tugas dapat diartikan
suatu aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik baik dalam kelas maupun
di luar kelas.
Pemberian tugas belajar biasanya dikaitkan dengan resitasi. Resitasi adalah suatu
persoalan yang berkaitan dengan masalah pelaporan peserta didik setelah mereka selesai
mengerjakan suatu tugas. Tugas yang diberikan bermacam-macam, tergantung dari
kebijakan pendidik, yang penting adalah tujuan pembelajaran tercapai. 35 Pemberian tugas
dalam proses pembelajaran PAI dapat dilakukan baik dalam kelas maupun di luar kelas.

34
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..64
35
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.173

20
Metode ini dapat menuntun siswa belajar dan melakukan interaksi belajar sebanyak
mungkin. Metode ini dapat diterapkan untuk bobot bahan pelajaran yang banyak dan waktu
sedikit. Artinya waktu dengan bahan tidak seimbang.36,37
Metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran PAI bertujuan untuk melatih
peserta didik menyelesaikan masalah secara mendiri. Salah satu kelebihan dari metode ini
pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan mengambil
keputusan dengan limit waktu yang diberikan. Namun demikian terkadang peserta didik
tidak bekerja secara maksimal sehingga tugasnya dikerjakan pihak lain.
Sedangkan menurut Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama
Islam menjelaskan metode ini dipakai untuk tujuan : 38
a. Guru mengharapkan pengetahuan peserta didik lebih mantap.
b. Mengaktifkan peserta didik dalam mencari atau mempelajari suatu masalah dengan
lebih banyak membaca, mengerjakan sesuatu secara langsung.
c. Metode ini sangat sesuai dengan pendekatan belajar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam
d. Ditujukan untuk mendapatkan keterampilan khusus dalam mengerjakan sesuatu,
contoh: menganyam, membuat bunga dari kertas, dan lain-lain.
e. Untuk memantapkan pengetahuan yang telah diterima oleh peserta didik.

3) FASE-FASE RESITASI39
Ramayulis dalam Metodologi Pendidikan Agama Islam (2005:294) membagi
metode resitasi kedalam tiga fase yaitu :
a. Guru memberikan tugas; Tugas yang diberikan guru harus disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik. Dalam pelaksanaan tugas mungkin peserta didik akan
menjawab dan menyelesaikan suatu bentuk hitungan dan ada pula berbentuk
sesuatu yang harus diselesaikan, ada pula sesuatu yang baik dari berbagai aspek.

36
Yusmaridi, Penerapan Metode Resitasi Berwawasan Lingkungan Dalam
Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 2
Padang. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012), h. 3.
37
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.174

38
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.34
39
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.33

21
b. Murid melaksanakan tugas (belajar) Pelaksanaan tugas seorang murid akan
terlaksana dengan baik apabila dia belajar sesuai dengan petunjuk guru dan tujuan
yang hendak dicapai.
c. Murid mempertanggung jawabkan hasil Pekerjaan akan wajar apabila sesuai
dengan tujuan pemberian tugas

4) KELEBIHAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI


a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri dan dapat diingat
lebih lama.
b. Peserta didik berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
c. Peserta didik belajar membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala
tugas yang diberikan.
d. Meringankan tugas guru yang diberikan.
e. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab, karena hasilnya akan dipertanggung
jawabkan di hadapan guru.
f. Memupuk peserta didik agar mandiri tanpa bantuan orang lain.
g. Mendorong peserta didik agar berlomba-lomba untuk berprestasi.
h. Hasil pelajaran akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik.
i. Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan peserta
didik.
j. Waktu yang digunakan tidak terbatas sampai pada jam-jam sekolah. Basyiruddin
Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam menambahkan;
k. Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa dapat melakukan hal-
hal yang konstruktif.

5) KEKURANGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI


a. Sering kali peserta didik melakukan penipuan di mana peserta didiknya meniru hasil
pekerjaan orang lain tanpa mau berusaha mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberi tugas yang memenuhi perbedaan individual.40

40
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.175

22
Basyiruddin Usman dalam Metodologi Pembelajaran Agama Islam (2002:48)
menjelaskan kelemahan metode resitasi adalah sebagai berikut:41
a) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pekerjaan yang
diberikan kepada siswa justru dikerjakan oleh orang lain.
b) Guru sering mengalami kesulitan dalam pemberian tugas yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki peserta didik, karena adanya perbedaan kemampuan
individual, intelegensi, dan kematangan mental masing-masing individu.
c) Bilamana tugas terlalu dipaksakan dapat menimbulkan terganggunya kestabilan
mental dan pikiran siswa. Ramayulis dalam Metodologi Pendidikan Agama Islam
(2005:295) menambahkan kelemahan metode resitasi sebagai berikut ;
d) Peserta didik yang terlalu bodoh sukar sekali untuk belajar.
e) Kadang-kadang peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya sehingga
pengalaman sendiri tidak ada.
f) Kadang-kadang pembahasannya kurang sempurna.
g) Bila tugas terlalu sering maka akan menyebabkan dua hal; pertama, terganggunya
kesehatan peserta didik, karena mereka kembali dari sekolah melakukan tugas
sehingga waktu bermain tidak ada dan kedua, peserta didik asal mengerjakan saja,
mereka menganggap tugas-tugas tersebut membosankan.
h) Kesulitan menceraikan tugas yang sesuai denagn kemampuan setiap individu yang
sulit, jalan pelajaran lambat, dan memakan waktu yang lama.
i) Kalau peserta didik banyak maka guru kadang-kadang tidak sanggup memeriksa
tugas-tugas peserta didik.

2) LANGKAH-LANGKAH METODE 42
Resitasi Untuk memaksimalkan penggunaan metode pemberian tugas ini, ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yakni:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan itu hendaknya
mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas bersifat jelas dan tepat
sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan kepadanya, kesesuaian tugas dengan

41
Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media (PAM
Press), 2016, h.35
42
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..65

23
kemampuan siswa, ada atau tidaknya sumber yang dapat membentu pekerjaan siswa,
dan tersedianya waktu yang cukup mengerjakan tugas tersebut.
2) Pada waktu siswa melaksaakan tugasnya, guru hendaknya member bimbingan dan
pengawasan, mendorong agar siswa mau mengerjakan tugasnya, mengusahakan
agar tugas itu dikerjakan oleh pelajar sendiri, serta meminta kepada siswa untuk
mencatat hasil-hasil tugasnya secara sistematis.
3) Guru meminta laporan tugas dari siswa, baik secara lisan maupun dalam bentuk
tulisan, mengadakan tanya jawab atau menyelenggarakan diskusi kelas, menilai hasil
pekerjaan siswa, baik dengan tes maupun dengan non tes atau cara lainnya

Dalam penerapan metode pemberian tugas dan resitasi ini tugas yang diberikan guru
dapat berupa tugas yang melibatkan keterlibatan semua domain kognitif, afektif maupun
psikomotor. Materi-materi yang bisa diajarkan dengan resitasi ini misalnya, materi tentang
sejarah Islam, syarat dan rukun sholat atau ibadah mahdah lainnya.43

43
Handartiningsih, Peningkatan Kompetensi Siswa Dalam Menyiapkan Dan Menyajikan Minuman
Nonalkohol Melalui Metode Demonstrasi. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 3, November 2014, h. 335

24
3. METODE DEMONSTRASI

1) DEFINISI

Handartiningsih sebagaimana mengutip dari Muhibbin Syah, bahwa metode


demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan
dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.44,45 Metode demonstrasi dapat juga disebutkan sebagai peragaan yang dilakukan
untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja yang berhubungan dengan materi
bahasan.
Metode demonstrasi merupakan metode yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik. Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab
membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta
(data) yang benar. Demonstrasi yang di maksud ialah suatu metode mengajar yang
memperhatikan bagai mana prosesterjadinya sesuatu. 46

2) TUJUAN
Metode demonstrasi ini, dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam khususnya terkait dengan materi keterampilan, seperti praktek membaca al-Qur’an,
shalat, mengakafani jenazah, tayamum dan pelaksanaan haji47
Praktek metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI dapat dilakukan untuk
memberi pengalaman nyata kepada peserta didik terkait dengan materi pembahasan.
Demonstrasi dapat dilakukan dengan menggunakan media alat bantu atau sarana apa saja
yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran PAI.

45
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.182
46
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..55

47
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..55

25
3) KELEBIHAN METODE DEMONSTRASI 48,49
a. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
pembelajaran.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih
terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada peserta
didik.
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
d. Perhatian siswa dapat di pusatkan kepada hal-hal yang di anggap penting oleh guru
sehingga hal-hal yang penting dapat di amati seperlunya. Perhatikan siswa lebih
mudah di putuskan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
e. Dapat di pengaruhi beragam kesalahan apabila dibandingkan dengan hayalan
membaca di dalam buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari
hasil pengamatannya.
f. Apabila siswa turut aktif bereksperimen, maka anak didik akan memperoleh
pengalaman–pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapannya dan
memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.

4) KELEMAHAN METODE DEMONSTRASI 50,51


a. Peserta didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukan.
b. Tidak semua benda/materi dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti bila demonstrasi oleh pendidik yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
d. Demonstrasi merupakan metode yang kurang tepat apabila alat yang di
demonstrasikan tidak diamati dengan seksama oleh siswa.Misalnya alat itu terlalu
kecil, atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.

48
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.182-183
49
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..55-59

50
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.183

51
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..55

26
e. Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak di ikuti dengan sebuah aktivitas
dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu sebagai
pengalaman yang berharga.
f. Tidak senua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.Misalnya alat-alat yang
sanagat besar atau yang berada di tempat yang lain yang jauh dari kelas.
g. Kadang-kadang, apabila sesuatau alat dibawa ke dalam kelas kemudian di
demonstrasikan, siswa melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada
dalam situasi yang sebenarnya.56
Pembahasan materi tentang praktik shalat pada mata pelajaran fikih misalnya,
adalah materi yang cocok degan menggunakan metode demonstrasi. Pendidik dapat
melakukan demonstrasi sendiri, memintakan kepada peserta didik, dan dapat pula
didemonstrasikan melalui alat bantu infokus.
Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI memberi pengalaman
dan keterampilan dalam melakukan praktik terkait dengan materi yang dibahas.
Selanjutnya perhatian perserta didik lebih konsentrasi pada demonstrasi.

5) LANGKAH- LANGAKAH METODE DEMONSTRASI52


Beberapa petunjuk pengguna metode demonstrasi.
A) Perencanaan:
a. Menentukan tujun demonstrasi
b. Menetapkan langkah-langkah poko demonstrasi dan eksperimen.
c. Menyiapkan alat-alat yang di perlukan.
B) Pelaksanaan:
1. Mengusahakan agar demonstrasi dan eksperimen dapat di ikuti, di amati oleh
seluruh kelas.
2. Menumbuhkan sikap kristis pada siswa sehingga tejadi tanyajawab, dan diskusi
tentang masalah yang di demonstrasikan.
3. Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa
merasa yakin tentang suatu proses.
4. Membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam eksperimen tersebut

52
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..56

27
6) TINDAK LANJUT53
Setelah demonstrasi dan eksperimen selesai, hendaknya guru memberikan
tugas kepada siswa, baik secara tertulis maupun secara lisan, seperti membuat karangan
laporan dan lain-lain. Dengan demikian guru dapat menilai sejauh mana hasil
demonstrasi dan eksperimen telah di pahami siswa.

7) LANGKAH-LANGKAH METODE DEMONSTRASI ANTAR LAIN: 54


a. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di
harapkan dapat di capai atau di laksanakan oleh siswa itu sendiri bila demonstrasi
berakhir.
b. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di landaskan. Dan
sebaliknya sebelum demonstrasi di lakukan oleh guru sudah dicobakan terlebih
dahulu supaya tidak gagal pada saat di laksanakan di kelas.
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan. Apakah tersedia waktu untuk
memberikan kesempatan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar
selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa untuk merangsang observasi.
d. Selama demonstrasi berlangsung guru bertanya kepada diri sendiri apakah :
1) Keterangan –keterangan itu dapat di dengar dengan jelas oleh siswa.
2) Alat itu telah di tempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat
melihat dengan jelas.
3) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Perlu terlebih dahulu
diadakan diskusi-diskusi dan siswa mencobakan lagi demonstrasi dan
eksperimen agar memperoleh kecakapannya yan lebih baik.

53
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..57
54
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..56

28
Sebagai contoh dalam pembelajaran PAI metode demonstrasi di lakukan untuk
menjelaskan materi dan memperagakan/ memperaktikkan sholat, tayamum, dan lain-
lain. Penjelasan dan peragaan sholat dan tayamum bertujuan agar anak didik
mempunyai pengetahuan dasar-dasar pelaksanaan sholat dan tayamum. Pengetahuan
ini penting agar menjadi dasar dari langkah-langkah proses pembelajaran selanjutnya.
Melalui beberapa metode pembelajaran di mana guru dan anak didik akan memilih
keterampilan dalam menjalankan ibada yang diajarkan. Selanjutnya setelah memiliki
teori dan mampu memperaktekkan di harapkan dapat menjadi indikator terdapat
kolerasi yang positof antara pengetahuan degan perubahan perilaku ibadah.

d. METODE KARYAWISATA

1) DEFINISI
Metode karyawisata pada pembelajaran PAI merupakan suatu metode
mengajar PAI dengan mengajak peserta didik ke luar kelas atau sekolah menuju tempat
tertentu untuk meneliti, menyelidiki atau mempelajari hal tertentu misalnya ke museum, ke
mesjid, dan ke tempat umum lainnya. 55
Metode Karyawisata merupakan metode pembelajaran yang berhubungan dengan
kegiatan bahwa kelompok mengujungi beberapa tempat yang khusus, menarik untuk
mengamati situasi, mengamati kegiatan, menemui seseorang atau obyek yang tidak dapat
di bawa ke kelas atau ke tempat pertemuan. Istilah karyawisata terkadang di sebut juga
dengan widya atau sudy tour. Pelaksanaannya bisa dalam waktu singkat, beberapa hari atau
dalam waktu yang Panjang
Metode Karyawisata biasanya berhubungan dengan kegiatan mengunjungi
beberapa tempat yang menarik dan khusus. Kegiatan ini anak didik di tugaskan untuk
membuat laporan dan mendiskusikan bersama dengan anak didik yang lain dan didampingi
oleh pendidik,hasil akhir selanjutnya kemudian dibukukan. Menurut Roestiyah metode
karyawisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran
dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatan bahwa metode karyawisata ialah cara

55
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.184

29
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak anak didik ke suatu tempat atau obyek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. 56

2) TUJUAN57
Metode Karyawisata ini di gunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya;
b. Siswa dapat turut menghayati dan mengetahui lebih dalam tentang pekerjaan yang
di lakukan orang lain;
c. Siswa bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang di hadapinya, agar
nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia
bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

3) KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN METODE KARYAWISATA ADALAH


SEBAGAI BERIKUT:58,59

a. Siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman pribadi yang nyata dan langsung,


misalnya merencanakan sesuatu secara bersamasama, mengerjakan tugas-tugas
kelompok, dan memecahkan maslah bersama-sama.
b. Siswa dapat mengamati kejadian- kejadian dalam situasi yang sebenarnya,
misalnya mengamati orang melakukan pekerjaan, mewawancarai pekerjaan dan
orang-orang lain dilakukan di tempatnya.
c. Siswa dapat belajar berbagai macam hal dalam waktu yang bersamaan, misalnya
mengamati lingkungan alam, lingkungan sosial, sejarah, hubungan kerja dan
sebagainya.
d. Siswa dapat mengkaji pengetahuan yang di perolehnya dari buku dengan keadaan
yang sebenarnya.

56
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..83

57
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..83

58
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..83-84

59
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.184

30
e. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
f. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan
dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
g. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas peserta didik.

4) KEKURANGAN METODE KARYAWISATA


a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas dari pada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik peserta
didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan peserta didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

5) LANGKAH- LANGKAH METODE KARYA WISATA60


Sebelum karya wisata di gunakan dan di kembangkan sebagai metode
pembelajaran, menurut Mulyasa (2005: 112) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a. Menentukan sumber- sumber masyarakat sebagai sumber belajar menagajar.
b. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah.
c. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nialai- nilai paedagogis.
d. Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sunber belajar dalam
karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, apabila
mendukung, karyawisata dapat dilaksanakan.
e. Membuat dan mengembangkan program karyawisata secara logis dan sistematis,
f. Melaksanakan Karyawisata sesuai dengan tujan yang telah di tetapkan, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, efek pembelajaran,
serta iklim yang kondusif.

60
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..85-86

31
g. Menganalisis apakan tujuan katya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat
kesulitan-kesulitan pelajaran atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima
kasih kepada mereka yang telah membantu, melaporkan karyawisata dan catatan
untuk bahan karya wisata yang akan datang.

Agar penggunaan metode karyawisata dapat efektif, maka pelaksanaannya


perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

➢ PERTAMA, PERENCANAAN
Perencanaan karyawisata meliputi perumusan tujuan, penetapan objek sesuai
dengan tujuan yang hendak di capai, penetapan waktu, penyusunan rencana belajar
selama karyawisata berlangsung, dan penyediaan perlengkapan yang di butuhkan.

➢ KEDUA, PELAKSANA
Pada tahap ini para siswa di bimbing oleh guru agar kegiatan tidak menyimpang
dari tujuan yang telah di rencanakan.

➢ KETIGA, AKHIR KEGIATAN61


Pada tahap ini siswa harus diminta laporannya, baik lisan maupun tertulis, yang
merupakan inti masalah yang di pelajari pada waktu karya wisata berlangsung. Untuk
dapat melaksanakan karyawisata dengan berhasil perlu di perhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Tujuan kegiatan supaya di bicarakan dan di informasikan kepada siswa secara jelas.
b. Aturan-aturan yang harus di patuhi selama pelaksanaan kegiatan supaya
didiskusikan dengan siswa sebelum kegiatan berlangsung. Misalnya tugas pimpinan
kelompok, pembagian pekerjaan, bahan dan alat-alat yang di perlukan, cara
pembuatan laporan dan sebagai nya.
c. Objek dan waktu kegiatan supaya di pilih yang memungkinkan sebagai siswa ikut,
sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang setara.
d. Pemilihan objek sejauh mungkin suapay di sesuaikan dengan kebutuhan kelompok
dan individu, sehingga memungkinkan diperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

61
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..85-86

32
e. Setiap kelompok supaya mendapat tugas tertentu dan setelah selesai Karyawisata
melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada guru.

Dalam pembelajaran pendidikan agama isalam, metode ini bisa digunakan


untuk mengajarkan materi yang berhubungan dengan sejarah islam, atau penciptaan
hubungan saling pengertian dalam intern umat islam atau antara ummat beragama.
Sebagai contoh siswa di ajak mengunjungi pondok pesantren, pusat-pusat organisasi
atau aliran keagamaan tertentu, situs bersejarah, tempat ibada agama selain Islam, dan
lain-lain.

Penerapan metode karyawisata dalam proses pembelajaran PAI tentu memiliki


manfaat positif untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran PAI. Namun
demikian penggunaan metode ini butuh pada perencanaan yang cukup matang,
terutama terkait dengan tujuan pengajaran.
Selanjutnya penerapan metode karyawisata dalam proses pembelajaran PAI
juga memberikan pengalaman langsung terkait dengan realitas yang ditemukan melalui
mengamati kenyataan yang beranekaragam dan peserta didik dapat menghayati
pengalaman baru dengan cara turut serta dalam kegiatan tersebut.

e. METODE DRILL (LATIHAN)


Djamarah, menjelaskan metode latihan biasa juga disebut metode training
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan

33
tertentu. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.62
Sementara Zakiah menjelaskan metode drill (latihan) sering disamakan dengan “
ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan yang dimaksud agar pengetahuan dan
kecakapan tertentu dapat menjadi milik peserta didik dan dikuasainya, sedangkan ulangan
hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.63
Pada dasarnya sasaran penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran PAI adalah
untuk memberikan keterampilan pada peserta didik melalui kebiasaankebiasaan tertentu.

1) KELEBIHAN METODE DRILL (LATIHAN)64,65


a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, menghafal,
membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
d. Bahan pelajaran yang di berikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih
kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena seluruh pikiran, perasan, kemauan
dan di konsentrasikan pada pelajarn yang dilatihkan.
e. Anak didik akan dapat mempergunakan daya pikirannya dengan bertambah baik,
karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur,
tetliti dan mendorong daya ingatnya. 88
f. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru,
memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini
dapat menghemat waktu belajar di samping itu juga siswa langsung mengetahui
prestasinya.

62
Achmad Musyahid, Urgensi Penerapan Metode Dan Strategi Pembelajaran Efektif Dalam
Perkuliahan. Jurnal. Lentera pendidikan, Vol.
12. No. 2 Desember 2009, h. 237.
63
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus.., h. 302.
64
Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh : 2017, h.187

65
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..87

34
2) KEKURANGAN METODE DRILL (LATIHAN)

a. Menghambat bakat dan inisiatif peserta didik karena peserta didik lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara stastis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal


yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.66
e. Latihan yang di lakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah
sekali menimbulkan kebosanan.
f. Tekanan yang lebih berat, yang di berikan setelah siswa bosan atau jengkel tidak
akan menabah gairah belajar dan menimbulkan kadaan pikis berupa mogok belajar/
latihan.
g. Latihan yang terlampau berat menimbulkan perasaan benci dalam didri siswa, baik
terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
h. Latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingan guru, perintah guru dapat
melemahkan inisiatif maupun kreativitas siswa.
i. Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka siswa
akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan
tidak berdaya

3) KELEMAHAN-KELEMAHAN DI ATAS DAPAT DIATASI DENGAN


MEMPERHATIKAN HAL-HAL BERIKUT INI: 67

a. Guru mengarahkan anak didik untuk memberikan respon yang maksimal dan
reaksi yang tepat
b. Jika terdapat kesulitan pada anak didik saat merespon, mereaksi, hendaknya guru
segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
c. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respons yang betul
maupn yang salah. Hal ini perlu di lakukan agar siswa dapat mengevaluasi
kemajuan dari latihannya. 89

66
Syaiful Bahri Djamarah, Guru&Anak Didik..., h. 242.
67
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..88

35
d. Usahakan siswa memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
e. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang di gunakan
dalam latihannya hendaknya dimengerti oleh anak didik.

4) LANGKAH-LANGKAH METODE LATIHAN DALAM PELAKSANAANYA,


Metode drill terkadang mengalami beberapa hambatan, terutama yang terkait
dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip umum metode drill berikut ini:
a. Siswa harus di beri pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik:
c. Pada taraf permulaan jangan di harapkan reproduksi yang sempurna.
d. Dalam percobaan kembali harus di teliti kesulitan yang timbul.
e. Respon yang benar harus di perkuat.

Baru kemudian di adakan Variasi, perkembangan arti dan kontrol


a. Masa latihan tidak perlu terlalu lama, tetapi haru sering di lakukan.
b. Pada waktu latihan harus di lakukan proses esensial.
c. dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya
kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.
d. Latihan harus memiliki arti dalam langkah tingkah laku yang lebih luas :
1) Sebelum melaksanakan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan
itu 90
2) Ia perlu menyadari bahwa latihan –latihan itu berguna untuk kehidupan
selanjutnya.
3) Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk
melengkapi belajar.

Dalam pembelajaran dengan metode latihan yang paling tidak diperlukan


syarat-syarat sebagai berikut:
1. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
a. Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
b. Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
c. Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunungkan emosi.

36
2. Latihan-latihan hanyalah untuk keterampilan tindakan yang bersifat otomatik.
3. Latihan di berikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan siswa,
baik segi jiwa maupun jasmani.
4. Adanya pengerahan dan koreksi diri guru yang melatih sehingga siswa tidak
perlu mengulang suatu respon yang salah.
5. Latihan diberikan secara sistematis.
6. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan
pengarahan dan koreksi.
7. Latihan – latihan harus di berikan terpisah menurut bidang ilmunya.

f. METODE KERJA KELOMPOK 68


Metode kerja kelompok merupakan metode pembelajaran yang mengkondisikan
kelas yang terdiri dari kesatuan individu-individu anak didik yang memiliki potensi
beragam untuk bekerja sama. Guru dapat memanfaatkan ciri khasdan potensi tersebut untuk
menjadikan kelas sebagai satu kesatuan (kelompok tersendiri) maupun dengan
membaginya menjadi kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Kelompok-
kelompok tersebut dibentuk untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama. Kelompok dapat dibuat berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Perbedaan individu dalam belajar, terutama apabila kelas itu bersifat heterogen dalam
belajar.
2. Perbedaan minat belajar, dengan pertimbangan ini, kelas dibagi menjadi kelompok-
kelompok yang terdiri atas para siswa yang mempunyai minat yang sama.

68
Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press, h..66-71

37
3. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan diberikan.
4. Pengelompokan berdasarkan wilayah tempat tinggal. Artinya, pelajar siswa yang
tinggal dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja.
5. Pengelompokkan secara random, tanpa pertimbangan faktor-faktor lain.
6. Pengelompokkan atas dasar jenis kelamin. Kelompok siswa putra dan kelompok siswa
putri.
Secara umum, pengelompokkan kelas secara heterogen adalah baik agar anggota-
anggota kelompok dapat saling melengkapi kekurangan. Dalam beberapa situasi,
pengelompokkan berdasrkan jenis kelamin akan lebih baik dan dianjurkan, terutama dalam
mengajarkan materi fiqih yang membahas persoalan-persoalan kewanitaan.

Dilihat dari proses kerjanya, kerja kelompok dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
1. Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok hanya
bersifat insidental.
2. Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok tidak bersifat
insidental, tetapi mungkin berlangsung untuk satu periode tertentu sesuai dengan
masalah yang akan dipecahkan atau tugas yang akan diselesaikan.

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik dengan metode kerja kelompok ini,
terdapat beberapa faktor yang hendaknya diperhatikan oleh guru, yaitu:
1. Perlu adanya motivasi yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota. Situasi yang
menyenangkan antara anggota akan banyak menentukan berhasil tidaknya kerja
kelompok. Demikian pula persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong
siswa untuk belajar.
2. Masalah dapat merupakan satu unit yang dipecahkan bersama, atau maslah dibagi-bagi
untuk dikerjakan secara individual. Hal ini tergantung pada kompleks tidaknya maslah
yang dipecahkan.
3. Pengelompokkan dapt dilakukan oleh anak didik sendiri.

Pertimbangan dasar dalam pemilihan kelompok biasanya didasarkan atas pemilihan


teman yang menurutnya lebih dekat atau lebih intim. Dalam proses belajar mengajar cara

38
tersebut memiliki keuntungan, yaitu: menimbulkan konsentrasi dalam belajar,
memudahkan hubungan kepribadian dan dapat menimbulkan motivasi belajar.
Pengelompokkan dapat pula dilakukan oleh guru atas pertimbangan-pertimbangan
pedagogis. Di antaranya untuk membedakan anak didik yang cerdas, normal, dan yang
lemah. Menurut Crow and Crow bahwa anak yang cerdas apabila digabungkan dengan anak
yang lemah akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar terutama bagi yang lemah.
Untuk kelompok yang dibagi berdasarkan kemampuan anak didik, tugas guru
sebagai pembimbing lebih berat, karena harus secara cermat memerhatikan anak didik yang
lemah agar jangan terlalu dirugikan. Sedangkan bagi yang cerdas jangan sampai ada
anggapan bahwa dengan adanya kelompok justru tidak memberi manfaat baginya. Dalam
hal ini guru harus memberikan tugas kepada yang lebih cerdas untuk membantu teman-
temanya yang lemah. Guru dalam menentukan kategori anak yang cerdas yang lemah tidak
hanya melihat dari nilai yang ada dalam rapor atau hasil ulangan sehari-hari, tetapi harus
dilihat juga kepribadian anak didik yang bersangkutan.

Menurut Crow and Crow cirri-ciri anak yang superior ialah:


1. Observasinya tajam, cepat dan jelas dalam mengatasi pelajaran.
2. Cepat memberikan jawaban apabila menerima pertanyaan.
3. Pemahaman yang baik dan teratur.
4. Pemikiran yang terang dan logis.
Sementara cirri-ciri anak yang lamban adalah:
1. Perhatiannya kurang dan jangkauanya pendek.
2. Interesnya sempit.
3. Mempunyai kesukaran-kesukaran dalam memusatkan pikiran.
4. Sukar berpatisipasi dalam kegiatan akademis dan sosial.
5. Mudah menjadi bngung dalam menghadapi masalah.

Dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok maka metode ini dapat
dibagi dalam beberapa macam, yaitu:

39
Pertama, kerja kelompok jangka pendek.
Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu singkat +20 menit, dan
kelompok ini berguna agar pada anak didik tertanam rasa saling membantu dan kerja sama
dalam menyelesaikan suatu tugas. Di samping itu juga dimaksudkan menanamkan diri anak
didik tentang pentingnya musyawarah dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Kedua, kerja kelompok jangka menengah.


Kerja kelompok jangka menengah ini diadakan karena kepentingan untuk
penyelesaian unit-unit pelajaran, yang akan lebih baik apabila dikerjakan dengan cara
bersama-sama dalam beberapa waktu. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dengan kelompok jangka menengah ini, yaitu:
a. Masalah yang dibahas adalah masalah yang penting bagi anak didik dan menarik
perhatian mereka.
b. Dalam mengerjakan pekerjaan tersebut masing-masing anak didik hendaknya
memiliki kepercayaan diri sebagai peserta yang penting serta sanggup memberikan
kontribusi pemikiran.
Oleh sebab itu, sebaiknya dalam kelompok ini masing-masing pimpinan
kelompok diberi pengarahan oleh guru sebagai pembinbing dalam membagi tugas
pekerjaan dan cara melaksanakan kerja. Ketiga, kerja kelompok jangka panjang.
Kelompok ini biasanya dinamakan kelompok studi. Suatu kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok. Kelompok yang dibentuk dapat berlangsung sampai anak didik
menyelesaikan jenjang pembelajaran pada suatu tingkat tertentu.
Manfaat yang dapat diambil dari kelompok-kelompok jangka panjang ini antara
lain :
1) Mendorong adanya perlombaan meningkatkan kualitas kelompok.
2) Mendorong untuk bekerja sama secara rutin dalam menyelesaikan pelajaran-
pelajaran yang sulit.
3) Menanamkan solidaritas antar teman kelompok.
4) Dapat saling membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
5) Dapat memudahkan dalam melaksanakan tugas guru dan pimpinan sekolah

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, penggunaan metode kerja


kelompok akan sangat membantu dalam proses penguatan materi tentang bagaimana

40
membangun hablun minannas (hubungan dengan sesama manusia) menjadi hubungan
yang harmonis dan bermakna. Sebagai contoh, dalam konteks ini, guru agama bisa
memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk mencermati kelompok-
kelompok masyarakat dengan latar pandangan agama yang berbeda, sebut saja
kelompok NU dan Muhammadiyah, yang dalam banyak situasi yang tidak bisa
dipertemukan. Selanjutnya mereka diberikan tugas untuk membuat laporan atas
pengamatan yang dilakukan disertai dengan analisa dan rekomendasi. Contoh lain,
terkait dengan materi sejarah kebudayaan Islam, siswa secara berkelompok diminta
mengunjungi situs-situs bersejarah yang bernuansa Islam. Sebut saja makam para wali
atau tokoh agama di sekitar mereka tinggal untuk menggali makna perjuangan mereka
dalam menyebarkan agama Islam.

41
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Metodologi pengajaran agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-
cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan
mengaplikasikan sebuah metode pengajaran yaitu :
1) Tujuan yang hendak dicapai.
2) Kemampuan guru.
3) Anak didik.
4) Situasi dan kondisi berlangsungnya PBM.
5) Fasilitas yang tersedia.
6) Waktu yang tersedia.
7) Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.
Metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan pembelajaran, oleh
karena itu guru dituntut agar cermat dalam memilih dan menetapkan metode apa yang
tepat yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik

B. SARAN
Untuk lebih memperdalam materi terkait metode pembelajaran pembaca
diharapkan membaca sumber referensi lain terkait materi ini

42
DAFTAR PUSTAKA

Nur’aini, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung : Widina Bhakti Persada : 2021

Kurnadi Sobandi, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bogor : Pustaka Aufa Media
(PAM Press), 2016, h.33

Al Fauzan Amin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Bengkulu : IAIN Bengkulu Press,

Septi Budi Sartika, Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Sebagai Implementasi


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal. Pedagogia. Vol. 1, No. 2, Juni 2012

Sulaiman, Metdologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Banda Aceh : Yayasan Pena
Banda Aceh : 2017

Arif Didik Kurniawan, Implementasi Metode Eksperimen Dan Diskusi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Mata Kuliah Struktur Hewan. Jurnal Pendidikan
MIPA, Vol.3, No.1 Maret 2011, h. 38.

43
44

Anda mungkin juga menyukai