Anda di halaman 1dari 3

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

TA. 2022/2023
Mata Kuliah : Pendiidkan Bela Negara
Dosen : Dr. Faisal Marzuki, M.Pd, CMiP, CHCP
Smt/Sks : 1/2 SKs/D3 Akuntansi (Kelas G)
Hari/Tanggal : 4 Oktober 2022
Waktu : 9.00-10.40 (100 menit)
Sifat Ujian : Tutup Buku

Perhatian :

1. Tulis Nama, NIM, Kelas, dan Nama Dosen.


2. Taati peraturan ujian yang telah ditentukan.
3. Pelanggaran terhadap peraturan ujian akan dikenakan sanksi akademis.
4. Bacalah soal dengan baik sebelum menjawab.
5. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal

SOAL A : (Bobot 30%)

1. Pendidikan Wawasan Kebangsaan merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter


untuk membentuk watak manusia Indonesia agar mampu bersaing dalam tatanan dunia
global. Jelaskan secara singkat implementasi dari pernyatataan tersebut di atas bagi anda
sebagai mahasiswa (10%)

2. Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh ,
terpadu, dan berlanjut, yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa
dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi
bangsa . Jelaskan wujud dari sikap bela negara tersebut disertai dengan contoh konkrit
yang dihubungakan dengan revolusi 4.0 terkait dengan aspek berpikir kritis (critical
thinking) (10%)

3. Nilai-nilai kejuangan setiap induvidu tidak tumbuh secara alamiah, melainkan melalui
proses pembentukan karakter bangsa yang sistematis dan secara simultan, karena karakter
kejuangan sebagai sebuah nilai berhubungan erat dengan emosional intelegence, menurut
anda bagaimana metode yang paling tepat menumbuhkan nilai kejuangan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi bangsa Indonesia saat ini, jelaskan! (bobot 10%)
SOAL B KASUS/ANALISA (Bobot 70 %)

BUANG PIKIRAN RASIS

Diruang public memamng banyak contoh buruk yang ditonton langsuang anak-anak.
Bayangkan, di era keterbukaan. Dengan teknologi dan cara berkomunikasi yang canggih,
informasi bohong (hoaks) pun “dipercaya”, terlebih mereka yang punya motif politik.
Panggung politik lebih mempertontonkan rivalitas sengit diantara elite politik. Demokrasi bukan
lagi pertarungan sportif yang siap menang, siap kalah, melainkan saling menjatuhkan. Beda
kubu politik langsung saling hujat, hingga menyangkut SARA( suku, agama, ras, dan antar
golongan). Jauh dari demokrasi agonistic yang sangat menekankan pada dimensi pluralisme.
Dua contoh klasik, Pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta 2017, adalah wajah demokrasi
yang garang. Rivalitas elite berujung pada polarisasi sosial akut yang berlangsung hingga hari
ini. Panggung politik (orang dewasa) banyak mmepertontonkan dagelan politik hingga sikap-
sikap rasis dan sectarian. Maka ibarat peribahasa “kalau guru kencing berdiri, maka murid akan
kencing berlari”. Semoga hal ini tidak terjadi pada Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019
Dan kasus perundungan yang dialami bocah SD itu seperti pukulan telak ketiaka pekan
lalu kita memperinganti Hari Sumpah Pemuda yang diucapkan 28 Oktober 1928 adalah
menemukan kesamaan diantara perbedaan. Sumpah pemuda adalah tonggak peradaban bangsa.
Para pemuda zaman pergerakan mampu mendirikan bangunan “Indonesia” dari pilar-pilar
keragaman pulau, suku, agama, ras, ideology politik, organisasi pergerakan. Mereka menemukan
“Indonesia” sebagai identitas nasional sekaligus sebagai ruang hidup bersama.
Kalau sekarang, justu ada gejala yang hendak memberaikan ruang hidup bersama itu.
Inilah ancaman bangsa. Karena itu kita harus melindungi anak-anak korban maupun pelaku
perundungan dari pikiran-pikiran rasis yang diskriminatif. (Sumber : Catatan Politik &Hukum
Harian Kompas Kamis 2/11-2017)
Pertanyaan/Perintah :
1. Mengapa faktor pendidikan dan keteladanan pemimpin maupun para elit politik dalam
kehidupan bermasyarakat begitu penting dalam menciptakan tunas-tunas muda harapan
bangsa (generasi penerus) yang memiliki wawasan kebangsaan dan dan melihat
perbedaan sebagai suatu realitas, jelskan pendapat anda? (bobot 20%)
2. Berikan dan jelaskan tiga contoh dampak nyata langsung yang dihadapi bangsa kita bila
masalah politik rasis telah merambah pada pada kehdupan masyarakat kita (bobot
20%)
3. Untuk memecahkan masalah di atas dibutuhkan kemampuan berpikir kritis sistimatis
dan melihat permasalahan di atas dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan bacaan di
atas bagaimana menurut anda berpikir kritis dan berpikir sistematis dalam memndang
permasalahan bangsa di atas dari mana anda harus memulainya agar permasalahhan
bangsa ini dapat diselesaikan, jelaskan pendapat anda? ( bobot 30%)

Selamat Mengerjakan
Telah diperiksa sesuai RPS dan Memenuhi syarat Jakarta, Oktober 2022
untuk diujikan Dosen
Menyetujui Dosen Koordinator

Dra Marina Ery Setiawati, MM Dr. Faisal Marzuki, M.Pd, CMiP, CHCP

Anda mungkin juga menyukai