Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FILSAFAT YUNANI KLASIK


PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
IAIM SINJAI 2021/2022

DISUSUN OLEH :
MARDIANI(210202011)
NINGSIH(210202009)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita
semua khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan Makalah ini
dengan judul “ (Filsafat Yunani kasik dan pemikiran para tokoh-tokonya)” dengan baik
dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas pembelajaran
mata Kuliah Filsafat di IAIM MUHAMMADIAH SINJAI
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaia penulisan makalah ini, disamping itu kami juga menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran
yang membangun. Sehingga bisa melengkapi dan menjadikan makalah ini bisa lebih baik
lagi nantinya.
kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam penulisan ini,
mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

Sinjai, oktober 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................3
1. SEJARAH FULSAFAT YUNANI..................................................................3
2. Apa saja Faktor lahir nya Filsafat Yunani.......................................................5
3. Bagaimana perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik...................6
4. Siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik...............9
BAB III....................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................14
A. KESIMPULAN..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada pembahasan Pengantar Filsafat sebelumnya telah di ketahui bahwa“Filsafat itu adalah
kekasih / sahabat kebijaksanaan / kearifan atau kekasih /sahabat pengetahuan, jadi karena
merupakan kekasih / sahabat kebijaksanaan /kearifan atau kekasih, maka filsafat memiliki hasrat
untuk selalu ingin dekat, inginakrab, ingin mengasihi kearifan / kebijaksanaan / pengetahuan.
Tapi, kearifan /kebijaksanaan / pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat abstrak dan
luas.Keabstrakan dan keluasan ini menjadikan hasrat yang dimiliki filsafat tersebut takmudah
untuk di puaskan sepenuhnya. Ini menyebabkan filsafat terus menerusmelakukan usaha untuk
memenuhinya”1

Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiranfilsafat. Filsafat


lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memilikikeraguan atas mitos-mitos atau
dongeng tentang asal muasal segala sesuatu,baikalam semesta maupun manusia yang tidak bisa
di terima oleh akal manusia. Sudahbarang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak
mungkin terjadi dengantiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan
hinggaberabad-abad

Periode filsafat Yunanimerupakan periode sangat penting dalam sejarahperadaban manusia


karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusiadari mite-mitemenjadi lebih rasional.
Pola pikir miteadalah pola pikir yangmengandalkan mitos-mitos untuk menjelaskan fenomena
alam seperti gempabumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap kejadian alam biasa, tapi
dewabumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun setelah filsafat ditemukan,fenomena
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa melainkanfenomena alam yang terjadi. Dan
hal ini terus dikembangkan oleh manusiamelalui filsafat sehingga alam dijadikan obyek
penelitian dan pengkajian sampaidalam bentuk yang paling mutakhir, seperti yang kita kenal
sekarang

1
Surajiyo, Drs. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta. Hal. 24

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Filsafat Yunani?
2. Apa saja Faktor lahir nya Filsafat Yunani?
3. Bagaimana perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?
4. Siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah Filsafat Yunani
2. Mengetahui apa saja Faktor lahir nya Filsafat Yunani
3. Mengetahui bagaimana perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik
4. Mengetahui siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. SEJARAH FULSAFAT YUNANI

Filsafat Yunani Kuno muncul pada abad ke 6 SM berlangsung hingga pada Zaman


Klasik atau pada Periode Helenistik. Berbagai disiplin ilmu yang
termasuk filsafat politik, etika, metafisika, ontologi, logika, biologi, retorika, dan estetika
menjadi pembahasan di masa Yunani klasik

Filsafat yunani amatlah besar peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah


yang ada pada umumnya sekarang menguasai dunia ini. Pengaruhnya ini pada dasarnya
tidaklah baik. Sebabnya oleh karena masyarakat sekarang ini adalah meruupakan
perjuangan  hidup dan ini diakibatkan oleh filsafat yang menjadi dasar dari masyarakat
itu.

Berfalsafah sebenarnya adalah bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan


rasio sebagai alat. Sebelum bertindak dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu
memikirkan baik buruk  dari tindakannya itu. Dan itu telah merupakan falasafah. Maka
baik buruk  tindakan itu akan ditentukan oleh nilai buruk baik filsafat yang dianut oleh
manusia itu.

Dan masyarakat  itu adalah penuh diisi oleh dan berisikan tindakan manusia, sebagai
tindakan manusia dalam kenyataan. Oleh sebab  itu baik buruk nilai masyarakat adalah
ditentukan oleh buruk baik falsafah yang dipakai oleh manusia itu. Jika Moral
masyarakat itu rendah, maka yang demikian  itu adalah disebabkan filsafat yang dianut
oleh manusia itu. Oleh karena itu falsafah Yunani itu bertanggung jawab juga atas adanya
masyarakat itu, dan menententukan tindakanyang diperbuatan manusia didalam
masyarakat antara sesama. Dan tiap-tiap tindakan dan perbuatan itu tentulah dari
pemikiran, perhitungan tentang buruk baiknya sesuatu tindakan dan perbuatan.

Dasar dari pemikiran adalah falsfah yang dianut atau mempengaruh pemikiran
manusia itu. Jelaslah betapa pentingnya peranan  falsafah itu dalam perhubungan antara

3
manusia. Pokoknya ialah, akan bergaulkah manusia itu sesamanya, atau akan bermusuh-
musuhkah.

Dikatakan diatas, bahwa masyarakat dewasa ini adalah merupakan perjuangan hidup,
dimana seseorang mencurigai, malahan menganggap orang lain itu musuh. Dan juga telah
dinyatakan diatas, bahwa filsafat yang padau mumnya menguasai dunia dewasa ini
adalah falsafah yang berdasarkan  atas dan bersumberkan falsafah Yunani.

Pada umumnya orang-orang Yunani sebelum abad VI S.M. masih mempercayai


dongeng-dongeng atau mythos. Segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara. Segala
sesuatunya harus diyakini dengan iman2

Sekitar abad VI SM. Mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan segala
dongeng-dongeng tersebut. Mereka menginginkan jawaban yang dapat diterima akal atas
segala misteri yang ada di alam semesta ini. Ini adalah awal kebangkitan pemikiran
filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan
logos dan mulai meninggalkan mythos. Dengan adanya kebebasan mimbar, pemikiran
filsafat tumbuh subr di Yunani3.

Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai berpikir dan menyampaikan
buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka berpikir karena mereka senang
berpikir, senang mencari tahu akan hakikat sesuatu. Jadi mereka berpikir bukan karena
dibebani tujuan praktis demi penerapan apa yang ingin mereka ketahui dan juga bukan
atas perintah raja.Pada saat itu mereka sudah kenal dan menganut demokrasi (demos
mempunyai kratos; rakyat mempunyai kekuasaan)4

2
 Drs. M.A.W. Brouwer, M.P. Heryadi, B.Ph., Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman  , hal 2

3
 Ibid, hal 2
4
 Ibid, hal 2

4
2. Apa saja Faktor lahir nya Filsafat Yunani

Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata
benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai
mengubah pandangan  kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan.
Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak
mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa
pendahuluan ke zaman klasik.

Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan  pada Filsafat Yunani Klasik, adalah sebagai


berikut:

1. Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.

2.   Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan maslah
filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang.

3.   Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini merupakan
komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar pemikiran tokoh Klasik dengan
tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.

4.   Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan  para tokohnya merupakan bukti yang jelas, bahwa apabila
kebebasan pemikiran manusia dijamin akan menghasilkan sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang
benar, baik dan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.

5.  Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama tidak selamanya
itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita  untuk lebih cermat dan giat menciptakan sesuatu lebih
dari yang dilakukan mereka.

6.   Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya
berpikiran dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan bermodalkan informasi-informasi
hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum kita.5

5
Drs. Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan,  hal 56-57

5
Butir (6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan berkembang di
dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah itu. Maka dari itu, pengajuan
beberapa pendapat tentang dasar-dasar sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani
mungkin akan diperoleh manfaat  daripadanya

3. Bagaimana perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik

Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului pembahasan


masing-masing tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan
gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang perllu mendapatkan perhatian
adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan pemikiran atau ajaran dan penulisan
nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak keseragaman di antara sumber-sumber
kepustakaan yang digunakan6.

Adapun sistematika singkatan periodisasi tersebut dapat dilihat di bawah ini :

1.      Periode Pra-Sofis.

Mazhab Filafat Alam.

a.       Thales 

b.      Anamimander                 Problema: Substansi Pertama.

c.       Anaximenes 

d.      Pythagoras 

Filsafat Perubahan

e.       Heraclitus                                      Problema: Perubahan dan Kejadian

Filsafat Eleat

f.       Xenophanes 

6
Drs. Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan,  hal 57-58

6
g.      Parmenides                      Problema: Realisme dan Idealisme

h.      Zeno 

i.        Mellissos 

Teori Kualitatif

j.        Empedocles 

k.      Anaxogoras                       Problema: perubahan Absolut atau Relatif

l.        Leucippus. 

Teori Kuantitatif.

m.    demokritos                         Problema: Atom dengan sifatnya, jumlahnya dan

     gerakannya.

2.      Periode transisi dan Sofis

n.      Protagoras

o.      Gorgias problema: Nihilisme dan relativisme. Ilmu dan nilai norma  

3.      Periode Triumvirat Yunani Klasik 

p.      Sokrates

q.      Plato                                   Problema: Dualisme, Monisme,idealisme,

r.        Aristoteles                                            rasionalisme dan realisme.

4.      Periode Filsafat Moral Kesusilaan 

s.       Aliran Epicureans

t.        Aliran Stoa    Problema:Hedonisme Individual dan      Utilitarianisme

5.      Periode Filsafat Agama Neo Pletonisme 

7
u.      Plotinus

v.      St. Augustinus

Suatu hal yang perlu dikemukakan dan diberikan catatan khusus terhadap periode kelima
yaitu filsafat agama, yaitu pembahasan tentang terdapat tidaknya, dan seberapa jauh  dapat
dibenarkan dan masalah-masalah apa yang ada kaitannya dengan hubungan antara filsafat dan
agama. Permasalahan ini tidak ada kesepakatan di antara para pengarang buku sumber yang
digunakan, dua diantaranya yaitu Radhakrishnan dan Thilly mengategorikan kedalam filsafat
Yunani Klasik,berhadapan dan harus dibedakan dengan aliran Skolastik dan Tomas Aquinas
pada abad Tengah dan dengan Filsafat Islam, Yaitu bangsa Moor Spanyol yang diakui sebagai
pewris langsung, dan pengulas atau komentator langsung dari sumber karya asli filosof  Yunani
Klasik.

Zaman klasik bermula dengan Sokrates. Tetapi sokrates belum sampai kepada suatu
sistim filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu ia baru membuka jalan. Karena
dialah tercapai apa yang dimuat sebagai moto pada permulaan buku ini. Alam yang yang tak
bertubuh diketahuilah sudah, dan mata pikiran memandanglah ke dalam. Sokrates baru mencari
kebenaran ia bellum saampai menegakkan suatu sistim penegakan. Tujuannya terbatas hingga
mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.

Sistem ajaran filosofi klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran
Sokrates tentang pengetahuan dan etik beserta filosofi alam yang berkembang sebelum Sokrates.

Plato mencapai titik persatuan dalam Filosofi Grik yang selama itu menyatakan
perbedaan pandangan. Dengan itu terdapat untuk pertama kali dalam sejarah dunia Barat, suatu
sistim pandangan yang menyuluhi seluruhnya dari satu pokok. Aristoteles meneruskan pokok
pengertian Plato dan membangun suatu sistim filosofi  yang didalamnya terdapat tempat
tersendiri bagi berbagai ilmu spesial.

Buah pikirn dan sistem pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai alam pikiran orang
Barat sampai kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang memberikan nama klasik kepada
filosofi mereka.

8
4. Siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik

A. SOCRATES

Sokrates lahir di atena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399
S.M. Bapaknya tukang pembuat patung, ibunya bidan. Pada permulaannya Sokrates mau
menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat patung pula. Tetapi akhirnya ia berganti
haluan. Dari membentuk batu jadi patung ia membentuk watak manusia.

Tokoh filosof ini adalah yang tertua diantara ketiganya, dan merupakan tokoh marginal,
orang perbatasan, dimana di saatu segi dapat di kategorikan ke dalam kelompok kaum sofis
tetapi dari sudut lain menentang golongan kaumnya sendiri. Ambivalensi status intelektual
ini dipersulit lahi kenyataan bahwa i tidak menulis sesuatu karya apa pun, karen warisan
alam pemikirannya hanya dapat dipelajari melelui corong murid dan sekaligus rekannya
Plato. Dalam setiap pemabahasannya tentang problema yang sama dalam karya tulisnya.

AJARAN KAUM SOFIS KLASIK YUNANI

1.Humasanisme Man The measure of 11 things.

2.Skeptikisme dan nihilisme dari Gorgias yang artinya tiap-tiap pendapat benar atau tidak
ada yang benar, Ex Nihilo nihil fit.

3. a. There is nothing

b. Even is there were something we could not know it

c. Even if exited and we could know it, we could not communicate this knowledge o
others.

4.Empirisme adalah pandangan bahwa pengetahuan bersumber pada pengamatan


(perception) terhadap kenyataan individual yang berbeda-beda.

5. Tujuan filsafat adalah menang dalam berdebat, bersilat lidah dengan menggunakan
ilmu retorika.

9
6. Filsafat agama: Protagoras menyatkan bahwa Tuhan tiak tahu ada atau tidaknya.
Masalah in amat sulit, sedang umur amat pendek.

Masalah pokok yang dihadapi kedua tokoh filsafat ini adalah masalah hubungan antara
kenyataan yang ‘perpectible” dengan yang “intelligible” atau antara yang “Many” dengan
yng “One” antara “thought” dengan yang “thing” yaitu antara konsep dengan sensibilia,
artinya hal-hal yang dapat diamati.

Usaha Socrates untuk melepaskan diri dari ikatan kaum Sofis yang skepti bahkan nihilitis
itu, dan dalam rangka menyelesaikan permasalahan di atas, adalah ajaran utama dan pertama
yang berbunyi dalam rumusannya bahwa “knoeledge is virtues” artinya pengertian adalah
kebajikan. Postulat ini menuntut agar setiap tingkah –laku akan diakui sebagai baik dan
bijaksana apabila didasrkan atas pengetahuan, atau kesadaran manusia yang melakukannya.
Secara tidak langsung bagi manusia pengetahuan dan perngertian yang baik itu merupakan
kenyataan yang dapat diperoleh dan manusia diberi kemampuan untuk mencapai
pengetahuan tersebut, dan yang akan menjadi dasar yang menentukan tingkah-laku
perbuatannya.

Pernyataan di atas dapat pula berarti bahwa pengertian tentang sesuatu sudah menjamin
perbuatan yan sesuai dengan engertian tersebut, apdahal dalam kenyataannya tidaklah
demikian selamanya. Oleh sebab daya kemampuan intelektual manusia bukan merupakan
satu-satunya daya atau faktor yang menentukan tingkah laku manusia. Apabila kita mengaku
daya intelktual satu-satunya dan yang palinng utama, maka apabila terjadi peristiwa ketidak
serasian antara pengertian dan perbuatan, maka hal ini karena kesalahan atau perbedaan
konsep pngertian atau mungkin sebagai akibat penngaruh psikologis dan sosial, seperti
perasaan, kemauan maupun kondisi sosial tertentu. Postulat Sokrates di atas pada dasarnya
menyadarkan kepada kita bahwa berbuat salah tetapi tahu letak kesalahannya lebih baik
daripada berbuat baik tetapi tidak sadar akan kebaikannya.

B. PLATO

Plato adalah satu-satunya filosof  yang berhasil membangun suatu sistim pemikiran
filsafat yang integral yang terdiri dari unsur-unsur ajaran filosof pendahulunya. Ia setuju
dengan Anaxagoras dalam hal ini bahwa pikiran adalah pengatur segala sesuatu, karena itu

10
berbeda dengan bahan atau benda, dengan Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala
sesuatu ada jamak dua prinsip dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea, bahwa
Tuhan adalah Esa, dan bahwa dunia yang sebnarnya adalah tidak berubah, dan bagi Plato
dunia tersebut adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat dengan kaum Sofis bahwa
pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya terbatas pada yang menampak saja
(sensibilia) dan dari Sokrates gurunya ia memperoleh pengertian bahwa pengetahuan yang
sebenarnya adalah dengan malalui pembentukan konsep.

Doktrin utama dari ajaran plato adalah tentang “Eidos” yaitu tentang ajaran idenya dalam
pernyataan bahwa:

Ajaran filsafat idealisme Plat

1. Ajaran tentang dunia EIDOA atau dunia ide atau bentuk. Pengertian apriotis yang
diperoleh tentang bentuk lebih dulu dan nyata dari pengertian tentang bendanya.
2.  Ide ata konsep yang potensial, abstrak dan umum lebih nyata dari benda yang aktual,
individual dan konkrit.
3. Filsafat ala Plato mengakui dualisme antara dunia ideal dan dunia riil, dimana dunia
ideal  merupakan asaa pertama dan utama, sedang dunia  riil yang disebut dunia
kebendaan Plato adalah asas sekunder
4. Filsafat psikologi mengakui trichotomi daripada hakekat jiwa, cipta, rasa dan karsa.
(kognisi, emosi dan konasi). Jiwa bersifat “immortal” (abadi, tidak mati)
5. Filsafat etika dan sosil mengakui dan bersifat aristokkratis, yang mengakui tiga strata
sosial, yaitu kelas filosof yang menjunjung nilai norma kebijaksanaan (wisdom), kelas
tentara yang menjunjung nilai keberanian (courage), dan kelas pekerja yang
mengamalkan nilai  ketabahan (perverance). Plato menentang milik perseorangan dan
monogami.
6. Filsafat pengetahuan atau epitemologi atau teori pengetahuan mengakui perbedaaan
antara “opinion” hasil persepsi pancaindera, dan “pure knowledge”. Atau ilmu murni
yang bersifat rasional dan aprioris.

“ideas are neither mental or a physical, but nonetheles real”, non temporal non spatial,
eternal an immutable”oleh sebab itu “ide” adalah sesuatu pengertian yan bersifat abstrak, dan

11
di mana tidak mungkin dimengerti atau diperoleh dengan pengamatan, sehingga harus
dicapai atau diperoleh dengan berpikir dan pikiran. Itulah sebabnya dia membagi ilmu
pengetahuan menjadi dua tingkat, yang pertama “Opinion” pendapat yang diperoleh dengan
pancaindera, dan yang kedua adalah “genuine knowledge” yang dianggap lebih tinggi dan
diperoleh dengan berpkir dan pikiran meleluui metode diatlektika sehingga diperoleh apa
yang disebut konsep (koncepts)

C.  ARISTOTELES (c. 384 -322 BC)

Pembahasan tentang tokoh dan kontroversial ini tidaklah mudah, bukan karena sulitnya
jalan pemikirannya, tetapi luasnya bidang masalah yang dikemukakan da diselesaikan,
sehingga penulis dipaksa untuk menentukan pilihan mana yang harus  dibahas dan mana
yang harus dilewatkan dalam buku sederhana ini. Ini berarti apa yang dibahas oleh tokoh ini.

Langsung pada pokok persoalan pembahasan tentang aliran pemikiran filsafat Aristoteles
akan du mulai dengan pengajuan suatu bagan  perbandingan antara filsafat moral Plato dan
Aristoteles, seperti di bawah ini.

BAGAN PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT MORAL  PLATO DAN


ARISTOTELES

Plato Aristoteles

a.       Kebijakan (wisdom) a.       Kebijakan (wisdome)

b.      Keberanian (courage) b.      Ketabahan (prudence)

c.       Ketabahan-ketekunan c.       Disciplin (habituation)


(perseverence)
d.      Keadilan (justice)

e.       Madyatama (doctrine of mean)

f.       Reason (logis rasional)

Masa triumvirat disebut masa pembangunan kembali ajaran-ajaran filosof sebelumnya


dengan cara menentukan perbedaan dn persamaanya, meneliti mana yang benar dan baik,

12
serta membuang yang salah  dan jelek. Hasil analisa komparasi tersebut diperoleh suatu
ajaran filsafat yang lebih sistematis, yang merupakan sistem pemikiran yang lebih koheren
dan konsisten, yang mampu menyelesaikan problema mandasar daripada ilmu filsafat, seperti
subtansi pertama, teori moral kesusilaan dan teori ilmu pengetahuan.

Aristoteles adalah seorang aristokrat intelektual di antara triumvirat, atau trimurti filosof
Yunanni Klasik, dan seperti biasanya si bungsu orangnya cerdas, keras dan lebih realistik,
sehingga mendapat julukan “the great synthiser or compromiser”. Itulah sebabnya ajaran
filsafat Aristotele lebih sistematis, sempurna dari ajaran filosofi klasik yang mendahuluinya.
Termasuk kedua gurunya, sokrates dan Plato yang dihormatinya. Aristoteles mampu
melengkapi, meluruskan dan mengsistematiskan ajaran-ajaran filosofi-filosofi sebelumnya.

Problema filosofis yan mendasar dan yang dihadapi oleh Aristoteles adalah Problema
“idea transendental” dari Plato dan diganti dengan teori “hule-morphisme” dan bahan dan
bentuknya, yaitu hubungan antara yang potensial dan yang aktual atau konsep dengan
objeknya atau antara bentuk dan bendanya. Sebagai seorang tokoh “pemadu dan komentator
pemikiran dan ajaran yang ulung”, pada dasarnya, Aristoteles mencoba memadukan realisme
dari Demokritos dan idealisme dari Plato, yang dengan bagan perbandingan antara kedua
alira tersebut dibawah ini dapat  diikuti apa yang dilakukan oleh Aristoteles.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata
benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme
mulai mengubah pandangan kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan
berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan
skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme
tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.

Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului


pembahasan masing-masing tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih
jelas memberikan gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih
dianggap sebagai induk dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang
perllu mendapatkan perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan
pemikiran atau ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak
keseragaman di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.

Tiga tokoh filosofi Yunani yakni, Sokrates, Plato, Aristoteles.

1.SOCRATES (470 – 399 SM)

Dengan sekuat tenaga ia menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang
baik, sebagai nilai-nilai yang obyektif yang harus di junjung tinggi oleh semua orang. Ia
seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia dihukum mati dengan meminum cawan berisi racun.
Murid yang paling setia adalah Plato.

2. PLATO (427 – 347 SM)

Dilahirkan di Antena dalam kalangan bangsawan, ia mendirikan sekolah diberi


Akademia. Menurut Plato , manusia dapat dibandingkan orang tahanan, mereka hanya

14
melihat bayang-bayang yang dipantulkan dinding gua, namun setelah dilepaskan mereka
melihat cahaya matahari yang menyilaukan, dan orang yang lepas tadi, masuk lagi ke dalam
gua dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa bayangan di dalam gua itu bukan
realitas, Tapi realitas yang diceritakan kepada teman-temannya dalam gua tidak dipercaya
oleh mereka . Menurut plato realitas seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia

(dunia yang terbuka dengan rasio dan dunia yang terbuka dengan pancaindra).
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.
(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita, Apabila dunia jasmani dengan
cara yang tidak sempurna, maka filsuf harus sanggup melepaskan diri dari dunia jasmani agar
sanggup memandang dunia ideal yang sempurna Dalam manusia terdapat terdapat jiwa dan
tubuh, Sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide,
sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan memandang bahagia
yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh, tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang.
Manusia sanggup pula memperoleh sedikit pengetahuan tentang ide-ide yang pernah
dipandang dan ingatan itu dapat dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari
dunia jasmani.

3. ARISTOTELES (384 – 322 SM)

            Berasal dari Stageira di daerah thrake, Yunani utara, belajar dalam Akademi Plato
di Anthena, tinggal di sana sampai plato wafat. 2 tahun mengajar pangeran Alexander Agung
, lalu kemudian Ia mendirikan sekolah bernama Lykeion (dilatinkan Lyceum) . Aristoteles
lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan data
kongkret. Kritik tajam ditujukan pada Plato tentang ide-ide, jadi manusia yang kongkret aja.
Ia berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan materi, Namun yang
dimaksudkannya bentuk materi dalam arti metafisika. Materi menurutnya adalah materi yang
pertama (hyle prote) . dengan kata pertama dimaksudkan bahwa meteri sama sekali tidak
ditentukan. Dengan kata pertama materi pertama selalu mempunyai salah satu bentuk Bentuk
(morphe) ialah perinsip yang menentukan. Karena materi pertama suatu benda merupakan
benda kongkret mempunyai kodrat tertentu, termasuk jenis tertentu (pohon misalnya bukan
binatang) dan akibatnya dapat di kenal oleh rasio kita. Dengan itu kiranya jelas bahwa buat
nya ilmu pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap benda

15
kongkret. Teori ini dinamakan Hilemorfisisme ( berdasarkan kata yunani Hyle dan morphe)
menjadi dasar ia melihat manusia. Sehingga bila manusia mati dapat disimpulkan maka
jiwanya pun mati.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ali Saipullah H.A, Drs,  “Antara Filsafat dan Pendidikan”, Usaha
Nasional, Surabaya,1980

Hatta, Muhammad, ”Alam Pikiran Yunani”, Tirtanas, Jakarta,1980

M.A.W., Brouwer, Drs., Heryadi., B.Ph., M.P. Sejarah Fisafat Barat Modern dan
Sejaman, Alumni, Bandung, 1986

17

Anda mungkin juga menyukai