Anda di halaman 1dari 22

EXECUTIVE SUMMARY

Critical journal riview dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kurikulum baru KKNI
dalam mata kuliah Profesi kependidikan , dalam penyusunan makalah penulis mengunakan 2
jurnal yang terisiri atas 1 jurnal utama yang berjudul Secondary Teacher’s Professional
Noticing Of Student’s Thinking About Pattern Generalisation, dan 1 jurnal pembanding yakni
dengan judul Guru Profesional. Dengan Profesi Kependidikan Secara Teoretis dan Aplikatif.
Sistematika penyusunan makalah pun mengikuti sistematika yang ada dalam kontrak
perkuliahan Profesi Kependidikan dengan dosen mata kuliah ibu Imelda Free Unita
Manurung S.Pd, M.Pd. Pengumpulan sementara dalam bentuk soft copy dengan lampiran,dan
pada akhir perkuliahaan akan dikumpulakan juga tugas ini dalam bentuk hard copynya.
Mungkin makalah ini masih jauh dari kata sempurna , tapi tidak ada salahnya untuk dicoba
membaca isi dari makalah ini karena makalah ini mancakup tetang bagaimana seorang guru
atau pendidik yang baik, berkarakter, dan mempunyai etika.
Makalah ini cocok dibaca di kalangan masyarakat dan para orang tua karena seperti
yang kita tahu bahwa pendidikan itu bukan hanya masalah seorang guru atau pendidik semata
melainkan peran masyarakat dan keluargasangat penting, karena guru hanya sebgai fasilitator
untuk mengarahkanpengetahuan yang lebih baik dan prilaku anak didik yang baik.M aka dari
itu semoga para pembaca menyukai makalah saya dan dapat mengambil makna yang tersirat
dalam makalah saya ini
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan critical
journal review ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Critical Journal
Review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Profesi
Kependidikan, Semoga Critical Journal Review ini dapat menambah wawasan dan
pengatahuan bagi para pembaca. Semoga critical journal review ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca ataupun petunjuk
bagi pekerja yang berprofesi.
Critical jornal review ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
critical journal review ini.

Penulis

Lamramawati Sihotan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Pendidikan merupakan upaya yang efektif dalam membantu peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal. Pendidikan adalah bagian
tidak terpisahkan dalamkehidupan manusia,malah dapat dikatakan bahwa pendidikan
itu merupakan bahwa itu merupakan bahwa pendidikan itu merupakan kehidupan
manusia itu sendiri. Melalui proses pendidikan keberadaan manusia sebagai makhluk
individual, susila, social, dan religious dapat dieksiskan sedemikian rupa sehingga
individu manusia berubah menjadi manusia yang seutuhnya.
Kalau pada mulanya untuk dapat hidup ditengah masyarakat manusia hanya
cukup bertani yang sederhana, maka padamasa sekarang untuk dapat bertahan hidup
di tengah masyarakat yang serba maju, muncul beragam pula jenis dan tingkatan
pekerjaan. Mengasuh dan membesarkan anak misalnya, yang mulanya cukup hanya
dilakukan oleh ibu saja sekarang meningkat harus dibantu oleh pembantu rumah
tangga dan bahkan harus sudah memerlukan bantuan orang lain yang dianggap lebih
kompoten, agar anak kelak dapat hidup di dunia yang serba modern.
Dalam Critical Journal Review ini saya akan membahas mengenai
keunggulan serta kelemahan dari dua buku. Critical Journal Review ini berisi
ringkasan dari satu jurnal. Merupakan konsumen penting dalam pendidikan dan
pekerjaan dalam mengetahui pentingnya pelajaran profesi kependidikan dalam
kehidupan. Guna menambah wawasan dalam mengkritik sebuah buku,
mengetahui informasi yang ada dalam buku, dan juga dapat memilih buku yang
baik menjadi referensi bekerja serta belajar mengajar.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan critical journal review ini antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas critical journal review mata kuliah profesi
kependidikan
2. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca agar diterapkan pada
kehidupan sehari-hari
3. Untuk meningkatkan pengetahuan yang professional
4. Untuk menguatkan sikap dan perilaku yang professional dalam bekerja
C. Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini ialah :
1. Mahasiswa dapat memenuhi tugas critical journal review mata kuliah
profesi kependidikan
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan untuk dapat diterapkan pada
kehidupan sehari-hari
3. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan yang professional
4. Mahasiswa dapat menguatkan sikap dan perilaku yang professional dalam
bekerja

D. Identitas Journal yang di review


Jurnal Utama
1. Judul Artikel : secondary Practising Teacher’s Professional Noticing Of
Student’s Thinking About Pattern Generalisation
2. Nama Journal : MERGA
3. Edisi Terbit : 2019
4. Pengarang Artikel: Raymond larochelle, Lisa c.Lamb, dkk.
5. Penerbit :
6. Negara Terbit : Australia
7. Nomor (vol)hlm: no(1), 4-27

Jurnal Pembanding
1. Judul Artikel : Guru profesional
2. Nama Jurnal :Al Falah
3. Edisi Terbit : 2017
4. Pengarang Artikel: Abdul Hamid
5. Negara terbit : indonesia
6. Nomor(vol),hlm : 32(XVII),274-285
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Pendahuluan
Dalam artikel ini kami menggambarkan sekolah menengah mempraktikkan
keahlian memperhatikan profesional guru, yang termasuk (a) memperhatikan
perincian tanggapan tertulis atau verbal siswa, (b) menafsirkan siswa pemahaman
matematika, dan (c) memutuskan bagaimana merespons siswa berdasarkan pada
mereka pemahaman, dengan fokus pada generalisasi pola aljabar. Hasil kuantitatif
menunjukkan itu mayoritas guru dalam penelitian kami memberikan bukti bahwa
mereka dapat mengikuti matematika rincian pemikiran siswa. Namun, guru sekolah
menengah yang berlatih menyediakan lebih sedikit bukti menafsirkan pemahaman
siswa, dan bahkan lebih sedikit lagi dalam memutuskan bagaimana merespons siswa
berdasarkan pemahaman tersebut.
Sama seperti guru perlu terlebih dahulu menentukan apa yang dipahami anak-
anak sehingga mereka dapat menggunakannya. Memahami sebagai titik awal untuk
instruksi, kami berpendapat bahwa pengembang profesional dapat menggunakan
memahami alasan guru dalam memutuskan bagaimana merespons untuk memberi
tahu profesional mereka pengembangan (Jacobs, Lamb, Philipp, & Schappelle, 2011,
hlm. 111).
Memperhatikan pemikiran matematika siswa secara profesional adalah
keahlian yang terdiri dari tiga komponen (Jacobs, Lamb, & Philipp, 2010). Ketika
seorang guru terlibat dengan siswa pemikiran yang diungkapkan dalam bentuk verbal
atau tertulis, guru
1. menghadiri perincian matematis dari penjelasan siswa;
2. menafsirkan pemikiran matematika siswa; dan
3. memutuskan bagaimana merespons siswa tersebut berdasarkan pemikiran siswa.
Dalam keterampilan komponen ketiga, memperhatikan profesional berbeda
dari karakterisasi lainnya guru memperhatikan, mereka hanya berfokus untuk
menghadiri (misalnya, Star & Strickland, 2008), atau menghadiri dan menafsirkan
(misalnya, Sherin & van Es, 2005). Untuk pemeriksaan ekstensif tentang biaya
ketrampilan komponen ketiga dari pengamatan profesional ini, lihat Jacobs et
al(2011).
B. Deskripsi Isi
Guru Sekolah Dasar vs. Guru Menengah
Mengekstrapolasi hasil dari studi profesional guru sekolah dasar
memperhatikan keahlian guru sekolah menengah tidak pantas karena dua alasan
utama. Pertama, Guru sekolah dasar dan menengah memiliki pengalaman yang
berbeda dengan matematika siswa berpikir. Sedangkan di sebagian besar sekolah
dasar, satu guru memiliki kelas 30 siswa, sebagian besar sekolah menengah
diselenggarakan secara departemen di mana para guru mengajar satu mata pelajaran
untuk beberapa mata pelajaran kelas (Blatchford, Basset, & Brown, 2011; Ferguson &
Fraser, 1998). Akibatnya, SD guru sekolah menghabiskan banyak waktu dengan
siswa yang sama tetapi tidak dengan mata pelajaran yang sama, kebalikan dari
pengalaman guru sekolah menengah. Kedua, dasar dan menengah guru sekolah
cenderung berbeda dalam orientasi mereka terhadap pengajaran. Misalnya, Weinstein
(1989) menemukan bahwa guru preservice sekolah menengah dikutip pengetahuan
matematika yang kuat yang paling sering sebagai kualitas guru yang baik, sedangkan
guru sekolah dasar memprioritaskan kapasitas untuk merawat . Doig, Groves, Tytler,
dan Gough (2005) menemukan hasil yang serupa: rata-rata, sekunder guru sekolah
merasa lebih percaya diri dalam mendukung pemahaman matematika dan kurang
percaya diri dalam mendukung budaya hormat daripada guru sekolah
dasar. Perbedaan-perbedaan ini membuat kami bertanya-tanya apakah keahlian
memperhatikan profesional dapat dipengaruhi secara berbeda oleh fokus utama guru
sekolah dasar pada siswa versus guru sekolah menengah fokus utama pada
matematika.
Untuk alasan ini kami mengatasi kesenjangan ini dalam literatur dan
menyelidiki praktik sekunder profesional guru sekolah memperhatikan ide-ide
matematika siswa. Selain itu, kami mengenali bahwa perbedaan antara tingkat
menengah dan dasar bukan satu-satunya perbedaan yang menonjol
mempertimbangkan; keahlian memperhatikan profesional guru tampak berbeda di
berbagai matematika domain konten juga. Kami menguraikan kekhususan domain
dari perhatian professional pemikiran matematis siswa di bagian selanjutnya.

Spesifisitas Domain: Generalisasi Pola-Gambar


Salah satu asumsi yang menjadi dasar penelitian ini adalah bahwa keahlian
memperhatikan profesional guru adalah spesifik domain (Jacobs & Empson, 2016;
Nickerson, Lamb, & LaRochelle, 2017; Walkoe, 2015). Kami menempatkan keahlian
memperhatikan profesional guru kami dalam konteks pemikiran aljabar, secara
khusus, generalisasi pola-figural. Kami memilih generalisasi karena dasarnya alam
dalam domain penalaran aljabar (Kaput, 1998; Lee, 1996; Mason, 1996; Sfard, 1995;
Smith, 2003; Stacey & MacGregor, 2001). Kaput (1998) bahkan mengklaim bahwa
tindakan generalisasi bertindak sebagai kernel dari mana semua bentuk penalaran
aljabar lainnya tumbuh. Kami mempersempit fokus kami generalisasi pola figural
(generalisasi pola numerik), yang melibatkan urutan angka yang berubah dengan cara
yang dapat diprediksi karena tugas terkait mendukung siswa untuk membangun dan
menggeneralisasikan pengetahuan aritmatika mereka, mengembangkan keterampilan
penalaran kuantitatif mereka (Smith & Thompson, 2008), bergulat dengan konsep-
konsep fungsional, dan mengembangkan makna untuk simbol-simbol aljabar.
Mengembangkan makna untuk simbol aljabar dan menggunakannya untuk
mewakili situasi sangat menonjol dalam standar sekolah menengah AS (National
Association Association Center for Best Practices) (NGA) & Dewan Kepala Pejabat
Sekolah Negeri (CCSSO), 2010). Karena itu, kami percaya bahwa guru yang
mengembangkan kecakapan dalam memperhatikan secara profesional ide-ide siswa
dalam domain konten ini dapat mendukung pengembangan siswa mereka dari
berbagai konsep aljabar.
Dalam dua bagian berikutnya kami menggambarkan strategi yang digunakan
siswa dalam pola-figural tugas generalisasi dan masalah yang mempengaruhi strategi
siswa. Kami mengatur bagian ini sekitar dua bidang ini karena mereka selaras dengan
pemberitahuan profesional: Guru menghadiri dan menafsirkan strategi siswa dan
memutuskan tugas berikutnya untuk secara tepat menantang siswa yang diberikan
pemahaman matematis mereka saat ini. Strategi generalisasi siswa . Kami berasumsi
bahwa tugas pola figural dirancang untuk membantu siswa mengembangkan makna
simbol dengan mendukung pembuatan koneksi antara ekspresi dan jumlah simbol
dalam pola. Karenanya, kami menggambarkan strategi yang melibatkan alasan
dengan pola figural (Becker & Rivera, 2005; Healy & Hoyles, 1999; Lannin, Barker,
& Townsend, 2006; Stacey & MacGregor, 2001) daripada, katakanlah, membuat
formula agar sesuai dengan table nilai input dan output (Becker & Rivera, 2005).
Masing-masing strategi ini melibatkan penalaran dengan pola figural dengan
cara tertentu dan, dengan demikian, meningkatkan pemahaman spesifik tentang
hubungan yang tertanam dalam pola dan simbol mewakili hubungan ini (Lannin et al.,
2006). Sebagai contoh, strategi kedua adalah abstraksi strategi pertama yang
memungkinkan siswa memvisualisasikan objek mana yang ditambahkan secara
mental lanjut. Lannin et al. memperhatikan bahwa dua partisipan mereka sering
menggunakan strategi rekursif sebelumnya mengembangkan strategi lain untuk
memahami suatu pola. Dengan menggunakan strategi ketiga, siswa berpisah beberapa
contoh dari strategi kedua dan mengoordinasikan potongan-potongan ini dengan
perbedaan di panggung angka. Strategi terakhir, menciptakan hubungan fungsional
antara nomor panggung dan jumlah objek dalam pola, biasanya muncul setelah siswa
bekerja beberapa waktu dengannya pola. Hubungan fungsional dapat muncul dari
strategi chunking, tetapi jika tidak, Lannin et al. mencatat bahwa mengembangkan
citra visual yang kuat dari situasi masalah adalah penting prekursor untuk
menciptakan hubungan fungsional.

Memperhatikan Profesional Berpikir Aljabar Siswa


Atas dasar Lesseig et al. (2016) dan Simpson and Haltiwanger (2016), kami
mengidentifikasi tiga celah yang kami tangani dalam penyelidikan kami. Pertama, di kedua
studi, peserta calon guru daripada berlatih guru. Dengan demikian, pengaruh pengalaman
mengajar, sebuah fitur yang telah terbukti berpengaruh untuk melatih guru sekolah dasar
(Jacobs et al., 2010), tidak ditangkap dalam kedua studi. Kedua, kami fokus pada domain
konten dari figural- generalisasi pola, bukan fokus studi mana pun. Akhirnya, peneliti di
kedua studi diperiksa perbedaan tingkat di mana guru memperhatikan secara profesional
matematika siswa berpikir, baik dalam kelompok guru tertentu dari waktu ke waktu (Lesseig
et al., 2016) atau di antaranya kelompok guru (Simpson & Haltiwanger, 2016). Selain
berfokus pada sejauh mana guru memperhatikan secara profesional pemikiran matematika
siswa, kami berkontribusi pada karakterisasi keahlian mempraktikkan guru-memperhatikan
profesional, yang dapat digunakan untuk mendukung basis pengetahuan pengembang
profesional yang terkait dengan pemahaman guru mereka (Jacobs et al., 2011). Secara
khusus, kami mengidentifikasi dua pertanyaan penelitian:
1. Sebelum pengembangan profesional berkelanjutan pada pemikiran matematika
siswa, untuk gelar apa yang dipraktikkan guru sekolah menengah dalam studi kami secara
professional perhatikan pemikiran matematika siswa dalam konteks pola-figural generalisasi?
2. Sebelum pengembangan profesional berkelanjutan pada pemikiran matematika
siswa, apa sifat memperhatikan profesional guru sekolah menengah berlatih keahlian dalam
konteks generalisasi pola-figural?

Metode
Dalam tiga bagian berikutnya kami menggambarkan peserta kami, metode
pengumpulan data kami, dan kami analisis keahlian memperhatikan profesional mereka.

Peserta
Kami mempelajari 16 guru matematika yang akan memulai pengembangan
professional proyek berfokus pada (a) meningkatkan praktik mereka dan (b) menjadi
pemimpin masing-masing mengajar komunitas. Pengalaman guru berkisar antara 2–30 tahun,
rata-rata 13 tahun. Seorang peserta memiliki pengalaman dua tahun; yang lain memiliki
pengalaman lima tahun atau lebih. Semua guru berasal dari kabupaten-kebutuhan SMA 4 di
Barat Daya Amerika Serikat. Tujuh guru mengajar siswa berusia 11-14, dan sembilan guru
mengajar siswa berusia 14-18. Pada saat itu pengumpulan data, guru menjadi akrab dengan
Standar Negara Inti Umum (NGA & CCSSO, 2010) tetapi belum mulai mengajarkan
kurikulum untuk mengatasi standar-standar ini.

Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, kami tertarik pada profesional guru kami memperhatikan
matematika- siswa keahlian berpikir (Jacobs et al., 2010). Karenanya, mirip dengan Jacobs
dan rekan-rekannya, kami menggunakan artefak kelas berbasis video yang memamerkan
pemikiran siswa dan meminta guru untuk merespons melihat petunjuk yang terkait dengan
artefak. Sebelum menonton video, para guru menyelesaikan tugas itu akrab dengan
itu. Setelah menonton video 8 menit, mereka menyelesaikan penilaian tertulis. Menanggapi
tiga permintaan penulisan, dirinci lebih lanjut pada bagian ini Karena data dilaporkan di sini
dikumpulkan sebelum keterlibatan guru dengan proyek pengembangan profesional, kami
berharap dapat memberikan pengembang profesional matematika titik awal untuk
membangun pemahaman tentang tingkat dan sifat berlatih profesional guru sekolah
menengah memperhatikan pemikiran generalisasi pola siswa. Video Beams Task . Untuk
memberikan kesempatan kepada guru memperhatikan beberapa fitur pelajaran matematika,
kami mencari video kelas di mana siswa bekerja bersama, menciptakan representasi ganda
dan menggunakan beberapa strategi untuk menyelesaikan tugas generalisasi. Atas dasar dari
kriteria ini, kami memilih klip video Beams Task dari Research-Based Practices for.
Pengajaran dan Pembelajaran (Carpenter & Romberg, 2004). Video tersebut
memperlihatkan siswa terlibat dengan tugas yang disebut "Rumus Bangunan" (Pusat
Nasional) untuk Penelitian dalam Pendidikan Ilmu Matematika (NCRMSE), 2003,
hal. 26). Siswa dalam klip itu Berusia 13-14 tahun. Dalam klip itu, guru menyajikan visual
balok (Gambar 2), dan siswa bagikan dalam kelompok kecil pola apa pun yang mereka
perhatikan. Pola ini tumbuh secara linear karena bertambah oleh empat setiap kali dan
memiliki istilah yang konstan karena jumlah batang selalu satu kurang dari kelipatan 4 (Friel
& Markworth, 2009). Selanjutnya, siswa berbagi dengan kelas pola mereka
ditemukan. Beberapa siswa berbagi pola rekursif dan mengidentifikasi rumus rekursif; biasa
strategi yang digunakan siswa untuk menjelaskan pola figural (Jurdak & El Mouhayar,
2014). Guru membangun rumus rekursif untuk mengajukan tugas utama: untuk membuat
formula eksplisit untuk total jumlah batang yang dibutuhkan, mengingat panjangnya. Video
kemudian menunjukkan dua kelompok siswa yang sedang mengerjakan tugas utama.
Di akhir video, dua siswa, Tristian dan Beverly, masing-masing berbagi solusi kelompok
mereka(Gambar 3). Tristian menggambarkan solusi kelompoknya sebagai memisahkan pola
balok ke atas, a bagian tengah, dan bagian bawah. Menggunakan L untuk jumlah batang
bawah, ia mencatat bagian atas bagian memiliki satu batang lebih sedikit dari bagian bawah,
dan bagian tengah (diagonal) memiliki dua kali batang sebanyak bagian bawah. Dengan
demikian, formula kelompoknya untuk penjumlahan dari tiga bagian adalah (L) + (2L) + (L -
1). Menurut literatur, formula ini adalah aturan fungsional karena itu menggambarkan
hubungan eksplisit antara panjang L dan jumlah total batang (Lannin et al.,2006).
Analisis data
Untuk mengurangi bias selama proses pengkodean, semua respons dibutakan. Untuk
menjawab penelitian pertama pertanyaan, tiga penulis pertama mengikuti proses pengkodean
dan skor Jacobs et al (2010). Tanggapan yang menunjukkan bukti untuk tingkat keterlibatan
peserta dengan siswa berpikir matematis sebagai bukti kuat , bukti terbatas , atau kurangnya
bukti . Meskipun kita menyadari bahwa guru mungkin memiliki keahlian memperhatikan
profesional yang lebih kuat daripada yang tertulis menangkap penilaian, kami hanya memiliki
akses ke bukti keahlian memperhatikan professional ditunjukkan dalam tanggapan
tertulis. Kami secara independen memberi kode terlebih dahulu respons yang hadir,
kemudian menafsirkan respons, dan akhirnya menentukan respons bagaimana menanggapi
dan kemudian menyelesaikan perbedaan dalam skor melalui diskusi. Keandalan interrater
untuk setiap prompt lebih besar dari 80%. Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua,
kami mengelompokkan respons dengan level yang sama bukti dan mencari pola dalam setiap
kelompok untuk memahami sifat setiap tingkat keahlian memperhatikan profesional guru
kami. Kami selanjutnya menggambarkan skor tanggapan kami untuk menilai sejauh mana
peserta mempertimbangkan pemikiran siswa. Menghadiri tanggapan . Kami mengikuti Jacobs
dan rekan-rekannya (2010) tiga langkah untuk pengkodean
yang menghadiri tanggapan. Pertama, kami mengidentifikasi detail matematika untuk setiap
solusi siswa.
Untuk Tristian,
1. Rumusnya memiliki tiga komponen, yaitu L, (L - 1), dan 2L.
2. Dia bisa menyebutkan referensi dalam gambar untuk setiap komponen.
3. Dia menyatakan bahwa balok dua kali lebih banyak di tengah dan di bawah.
Untuk Beverly,
1. Dia membusuk balok menjadi suksesi unit 4-batang terdiri dari segitiga
dengan batang horizontal di atas (gambar sudah cukup).
2. Dia mengurangi 1 karena "bentuk" akhir tidak memiliki batang horizontal.
3. Dia menulis, "4L - 1 = Total."
4. Dia menunjukkan bahwa formula memberikan hasil yang benar untuk balok dengan
panjang enam.
Kami menghitung jumlah rincian matematika yang dihadiri guru di setiap siswa
solusi dan menilai setiap tanggapan sebagai kekurangan (0 - 1 detail), terbatas (2 detail), dan
bukti kuat.

Menafsirkan pemahaman siswa


Setengah dari guru kami memberikan bukti menafsirkan pemahaman matematika
siswa di cara-cara yang konsisten dengan strategi siswa, tetapi tidak satu pun dari guru-guru
ini memberikan yang kuat bukti. Oleh karena itu, kami menggambarkan tren kualitatif di
antara tanggapan yang memberikan bukti terbatas atau kurang bukti menafsirkan pemahaman
matematika siswa. Untuk contoh-contoh representatif dari interpretasi tanggapan.
Bukti terbatas . Tanggapan Betty memberikan bukti terbatas untuk menafsirkan siswa
pemahaman. Perhatikan bahwa klaim Betty sebagian besar konsisten dengan solusi dan
bahwa dia menggambarkan pemahaman daripada sekadar menggambarkan kembali solusi
siswa. Untuk Misalnya, klaim “para siswa ini memahami sifat operasi” dan “para siswa ini
gunakan untuk memeriksa apakah suatu pola selalu berfungsi ”keduanya merupakan
pemahaman yang konsisten dengan strategi siswa, dan keduanya berada di luar tindakan
siswa yang dapat diamati.
Memutuskan bagaimana merespons berdasarkan pemahaman siswa
Seperempat guru kami memberikan bukti bahwa mereka memutuskan bagaimana
meresponsnya siswa berdasarkan pemahaman siswa, dan tiga perempat tidak. Adapun
menafsirkan tanggapan, tidak ada tanggapan dalam keterampilan komponen ini menunjukkan
bukti kuat mempertimbangkan pemahaman matematika siswa. Karenanya, untuk subbagian
berikut kami menggambarkan tren kualitatif dengan membandingkan tanggapan yang
memberikan bukti terbatas dengan mereka yang tidak memiliki bukti mempertimbangkan
pemahaman matematika siswa ketika memutuskan bagaimana menanggapi. 

Diskusi
Guru sekolah dasar yang mengalami pengembangan profesional berkelanjutan
berfokus pada berpikir matematis siswa mengembangkan keterampilan memperhatikan
profesional yang lebih canggih daripada guru yang tidak memiliki pengalaman seperti itu
(Jacobs et al., 2010), tetapi sedikit penelitian yang ada tentang ini keterampilan untuk melatih
guru sekolah menengah. Dalam penelitian ini kami menyelidiki professional melihat
keterampilan dari 16 guru matematika sekolah menengah yang dipilih berdasarkan efektivitas
mengajar mereka. Kami menempatkan studi memperhatikan profesional guru ini di konteks
generalisasi pola-figural. Sebagai rangkuman, tiga perempat dari peserta disediakan baik
bukti terbatas atau kuat bahwa mereka dapat hadir dengan detail strategi siswa. Satu setengah
dari peserta memberikan bukti terbatas, dan tidak ada yang memberikan bukti kuat bahwa
mereka dapat menafsirkan pemahaman siswa. Seperempat guru memberikan bukti terbatas
(dan tidak ada yang kuat) bahwa mereka dapat memutuskan bagaimana merespons
berdasarkan pemahaman siswa. Kami membahas temuan ini dalam konteks literatur tentang
generalisasi pola figural dan mengusulkan sumber daya potensial yang dapat dimanfaatkan
oleh pengembang profesional dalam pekerjaan guru.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Jurnal
Jacobs, Lamb, Philipp, & Schappelle (2011), menyatakan Sama seperti guru
perlu terlebih dahulu menentukan apa yang dipahami anak-anak sehingga mereka
dapat menggunakannya. Memahami sebagai titik awal untuk instruksi, kami
berpendapat bahwa pengembang profesional dapat menggunakan memahami alasan
guru dalam memutuskan bagaimana merespons untuk memberi tahu profesional
mereka pengembangan. 
Jacobs, Lamb, & Philipp (2010) menyatakan ketika seorang guru terlibat
dengan siswa pemikiran yang diungkapkan dalam bentuk verbal atau tertulis, guru:
1. menghadiri perincian matematis dari penjelasan siswa;
2. menafsirkan pemikiran matematika siswa; dan
3. memutuskan bagaimana merespons siswa tersebut berdasarkan pemikiran siswa.
Schack et al., (2013) Kami tidak menemukan studi tentang mempraktikkan
profesional guru memperhatikan siswa pemikiran matematis (yaitu, menghadiri,
menafsirkan, dan memutuskan bagaimana merespons). Sebagian besar studi
pemberitahuan profesional difokuskan pada guru sekolah dasar dan bukan sekolah
menengah dan dalam studi ini peserta adalah calon guru.
Kaput (1998) bahkan mengklaim bahwa tindakan generalisasi bertindak
sebagai kernel dari mana semua bentuk penalaran aljabar lainnya tumbuh. Kami
mempersempit fokus kami generalisasi pola figural (generalisasi pola numerik), yang
melibatkan urutan angka yang berubah dengan cara yang dapat diprediksi karena
tugas terkait mendukung siswa untuk membangun dan menggeneralisasikan
pengetahuan aritmatika mereka, mengembangkan keterampilan penalaran kuantitatif
mereka bergulat dengan konsep-konsep fungsional, dan mengembangkan makna
untuk simbol-simbol aljabar.
Dapat disimpulkan, Pengembang profesional mungkin bertujuan untuk
membantu para guru mengeksplorasi pilihan biaya angka-angka tertentu sebagai
sarana untuk mendukung pemikiran ini. Banyak guru menyarankan agar siswa
membandingkan dua solusi, kecenderungan professional pengembang mungkin
gunakan untuk mendukung mengeksplorasi perbedaan di antara keduanya. Secara
khusus, orang mungkin perluas fokus guru dalam membandingkan ekspresi simbolis
dengan memasukkan cara membandingkan Tristian dan Beverly beralasan tentang
pola figural, yang sering diabaikan. Persis seperti guru-guru kita tampaknya
memegang tujuan untuk mengoreksi kegagalan Tristian menggabungkan istilah
seperti, yang mungkin dianggap sebagai batasan pemikiran kelompok. Banyak calon
guru sekolah menengah mereka focus menanggapi keterbatasan yang mereka
perhatikan dalam pemahaman siswa. Profesional pengembang mungkin mendukung
eksplorasi yang lebih dalam dengan menekan guru untuk bergerak melampaui ini
keterbatasan dan gali pemahaman apa yang diperlihatkan oleh para siswa ini (bukan
mereka tidak menunjukkan), untuk membahas konsep matematika yang mendasari
dan hubungan antara solusi.
Dalam penelitian ini kami mengembangkan citra profesional guru dalam-
layanan sekolah menengah memperhatikan keahlian berpikir matematis siswa dalam
konteks pola-figural generalisasi. Sebagai penutup, kami menawarkan beberapa rute
untuk penelitian masa depan.
Pertama, kami memfokuskan penelitian kami pada generalisasi pola
figural. Peneliti lain mungkin menyelidiki sekolah menengah yang mempraktikkan
pemberitahuan guru tentang matematika siswa berpikir dalam domain matematika
penting lainnya. Studi-studi ini dapat memberikan peneliti dan pengembang
profesional matematika dengan titik awal untuk mendukung guru dalam hal itu
domain.
Kedua, kami menyadari bahwa artefak yang kami pilih menunjukkan dua
siswa yang mampu melakukannya buat formula yang benar dan eksplisit yang
mewakili hubungan antara balok dan batang. Ini strategi solusi relatif canggih jika
dibandingkan dengan strategi lain yang didokumentasikan dalam literature. Meski
memutuskan bagaimana merespons canggih strategi adalah bagian penting dari
praktik guru di tempat lain kami berpendapat bahwa bidang memperhatikan guru akan
mendapat manfaat dari mengumpulkan lebih banyak artefak dari pemikiran siswa
yang canggih dan naif di tingkat sekolah menengah.
Ketiga, kami menawarkan ide dan arahan untuk diambil oleh pengembang
profesional matematika ketika mendukung guru sekolah menengah berlatih untuk
mengembangkan pemberitahuan profesional mereka keahlian dalam domain
generalisasi pola-figural. Peneliti dapat mengeksplorasi ini arahan dengan guru dan
menyelidiki efektivitas mereka dalam mendukung keahlian ini. Selain saran kami,
orang dapat mengambil arahan lain untuk mendukung guru seperti yang terlihat di
Literature. Menyediakan calon sekolah menengah guru dengan kerangka kerja untuk
pemikiran aljabar siswa mendukung gurunya dalam mengembangkan keahlian
memperhatikan mereka, sedangkan Lesseig et al. (2016) menemukan bahwa melakukan
wawancara didukung keahlian guru mereka. Callejo dan Zapatera (2016) menemukan bahwa
secara kolaboratif bekerja pada tugas matematika dan mengeksplorasi berbagai solusi untuk
tugas tersebut mendukung perhatian guru mereka keahlian. Kami menduga bahwa hal yang
sama akan berlaku untuk melatih guru sekolah menengah dan merekomendasikan penelitian
lebih lanjut di bidang ini.

B. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal


JURNAL UTAMA
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel:
Kelebihan: Jurnal ini sangat baik untuk para siswa dan guru, karna secara detail
dan jelas dibahas guru yang professional, baik dari segi cara guru yang mengajar
di sekolah dasar dibandingkan dengan guru mengajar di sekolah menengah. Jurnal
ini juga memberikan langkah-langkah yang baik untuk belajar yang efektif. Jurnal
ini juga menjelaskan bagaimana siswa menyampaikan pertanyaan atau saran yang
tepat pada saat proses pembelajaran.
Kekurangan: jurnal ini tidak memberikan aplikasi tentang pengajaran yang
professional ataupun contoh yang dapat mengembangkan pemahaman pembaca.
2. Dari aspek tata bahasa:
Jurnal ini menggunakan bahasa inggris yang sulit diterjemahkan, dan bahasa nya
banyak menggunakan bahasa yang jarang sekali digunakan.

JURNAL PEMBANDING
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel
Jurnal ini terlalu sederhana, tetapi cocok menjadi referensi bagi seorang guru ataupun
calon guru, karena menyangkut dengan cara kinerja dan karakteristik serta sikap guru
yang professional.
2. Dari aspek tata bahasa:
Jurnal ini menggunakan bahasa baku dan umum, sehingga tidak menyusahkan
pembaca dalam berkonsentrasi dalam membaca dan memahami artikel tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, sebagai calon pendidik
ataupun pendidik harus banyak mengetahui bagaimana situasi belajar mengajar
pada negara maju dan negara berkembang agar lebih mudah mengevaluasi sikap
dan perilaku sebagai seseorang pendidik yang profesianal. Pendidik harus mampu
menggunakan teknologi dan rajin mencari informasi yang baru dan factual.
Bagaimana sudah dijelaskan pada kedua buku yang saling berkaitan akan
mengubah cara berfikir kita menindak lanjuti perkembangan terhapad proses
belajar mengajar seharusnya. Di samping itu, sebagai seorang yang professional
bukan hanya di profesi segai guru, melainkan pada tanggung jawab
kepemimpinan atau jabatan pada sekolah maupun univeritas tempat mengajar.
Disini telah dipaparkan bagaimana cara seorang yang berprofesi menempatkan
didirinya di hadapan murid, teman sejawat, atasan dan lainnya.

B. Rekomendasi
Saya sangat merekomendasikan kedua jurnal ini sebagai bahan ajar ataupun
pedoman pada pembelajaran Profesi Kependidikan. Tidak hanya dilihat dari aspek
pengertian tetapi bagaimana proses, sikap, karakteristik dan cara kinerja guru dan
calon guru yang professional.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid,A.(2017). Guru Profesional. AL Falah. Vol 17(32): 274-285


Larochelle, R.,Lamb,L.C.,dkk.(2019). Secondary Teacher’s Professional Noticing Of
Student’s Thinking About Pattern Generalisation. Merga. Vol (1): 4-27.

Anda mungkin juga menyukai