Anda di halaman 1dari 4

Akulturasi Ajaran Brahmawidya Dalam Kehidupan

Sosial Keragamaan Hindu di Era Digital

1. Pendahuluan

1.1. Latar belakang


Agama Hindu merupakan agama tertua di Indonesia, sebelum masuknya agama-agama yang
lain agama Hindu dan Buddha menjadi agama yang pertama kali dipercaya oleh masyarakat
Indonesia. Sebelumnya masyarakat Indonesia pada masa sebelum kerajaan menganut beberapa
kepercayaan sampai pada akhirnya mulai membangun kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
dan masyarakat mulai percaya keagamaan.
Dalam ilmu agama khususnya dalam bidang brahmavidya atau yang dalam agama lain
disebut dengan teologi dikenal berbagai ajaran (isme) yang oleh Panitya Tujuh Belas
dijelaskan sebagai paham yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia dengan
Tuhan, seperti monoteisme, politeisme, panteisme, monisme, dan henoteisme, Isme artinya
kepercayaan atau ajaran. Imam Suprayogo dan Tobroni, mengatakan bahwa monoteisme
adalah paham yang berpendapat Tuhan itu hanya satu, Esa, tunggal, dan tak terbilang.
Politeisme adalah paham yang mengimani, menyembah, dan memuja banyak Tuhan. Di
dalamnya terdapat animisme, dinamisme, dan paganisme yang intinya berpendapat bahwa
ada penguasa-penguasa lain di dunia ini selain Tuhan yang berupa benda-benda alam, roh-roh
halus, dewa-dewa, makhluk halus, bahkan manusia.
Brahmawidya merupakan ilmu yang mempelajari tentang tuhan dalam ajaran agama hindu.
Pengertian brahmawidya yang terdiri dari kata brahma dan widya. Tuhan dalam jaran upanisad
disebut brahman, brahman berasal dari Bahasa sansekerta dengan akar brh yang artinya
berkembang timbul kemana-mana. Kata widya berdasarkan kamus sansekerta berarti
pengetahuan, akhirnya dapat disimpulkan brahmawidya berarti pengetahuan mengenai sumber
yang menyebabkan berkembang, yang melampaui, keabadian, oknum yang memiliki sifat yang
sempurna, dan sumber-sumber penyebab terjadinya alam semesta.
Secara umum konsep tuhan yang diyakini dan tertuang dalam ajaran agama Hindu yaitu weda
adalah konsep tuhan yang transeden dan imanen. Konsep tuhan transenden merupakan konsep
mengenai tuhan yang merupakan sumber dari segala sumber kehidupan yang tidak dapat
dipahami oleh manusia karena tuhan tidak berwujud atau digambarkan dengan berbagai wujud,
dalam hal ini dapat disebut juga Acintya, yaitu tuhan yang tidak berwujud, abstrak. Manusia
sebagai makhluk yang terbatas tidak dapat mengerti atau memahami tuhan yang tidak terbatas.
Pada prespektif nirguna brahman yang dijadikan objek studi oleh golongan jnani adalah tuhan
yang tidak boleh dibayangkan, tidak boleh digambarkan(Donder, 2006:113). Pemahaman
mengenai tuhan yang transenden atau nirgunam brahman diajarkan oleh sankara acarya yang
mempelajari garis perguruan dengan aliran advaita. Advaita berarti tiada dualism. System
advaita menyangkal adanya realis atau kenyataan yang lebih dari satu. Lalu ada konsep imanen
atau sagunam brahman, konsep tuhan dapat dipersonifikasi dan dapat dimanifestasikan. Tuhan
dalam konsep ini adalah tuhan yang memiliki wujud, yaitu wujud para dewa dan umat hindu
yang wam juga memahaminya dalam wujud arca sehingga umat hindu baik di bali maupun
diluar bali menggunakan arca dewa untuk manifestasikan tuhan. Contohnya seperti pemujaan
terhadap arca atau patung dewa ganesa yang dilakukan oleh umat hindu dibekasi.
2. Pembahasan

2.1. Definisi Akulturasi

Akulturasi merupakan suatu proses yang timbul pada suatu kelompok manusia yang
berhadapan dengan budaya asing. Kebudayaan asing ini semakin lambat semakin
diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa mengubah atau mengganti
unsur-unsur yang ada pada kebudayaan asing tersebut. Atau bisa juga disebut sebagai
perpaduan antar kebudayaan uang berbeda yang berlangsung dengan serasi dan halus.
Untuk memahami pengertian akulturasi, berikut merupakan pendapat para ahli tentang
alkulturasi, yaitu
1. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, akulturasi merupakan percampuran kedua
budaya atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.
2. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi merupakan proses sosial yang terjadi ketika
kelompok sosial bertemu dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan budaya asing.
Adapun faktor pendukung akulturasi, yaitu
1. Adanya kontak sosial dimasyarakat
2. Adanya kontak budaya dalam hubungan
3. Kontak budaya dengan penguasa dan dikuasai dengan unsur agama, politik,
ekonomi, Bahasa, Ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
4. Terjadinya kontak masyarakat mayoritas dengan minoritas.
Akulturasi brahmawidya pada kehidupan sosial keagamaan di Indonesia merupakan
kolaborasi ajaran ketuhanan dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini. Banyak
orang memanfaatkan teknologi yang ada saat ini untuk mempelajari sesuatu, karena
beberapa sumber yang relevan juga tersedia diinternet.

2.2.1. Proses akulturasi brahmawidya pada kehidupan sosial keagamaan di Indonesia

Proses akulturasi terjadi karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidup
berdampingan bersama. Akulturasi bisa tersebar melalui penjajah/orang masa lampau
dan media massa atau digital. Akulturasi brahmawidya pada kehidupan sosial
keagamaan di Indonesia juga semakin berkembang dari masa ke masa, dengan adanya
media informasi yang mulai berkembang pesat juga sangat membantu proses akulturasi
brahmawidya. Melalui proses interaksi antar sosial dan Pendidikan keagamaan
brahmawidya yang ditanamkan dalam pikiran manusia membuat mereka
menjadikannya berpengaruh pada kebiasaan dan perilaku setiap individu. Dengan
proses ini hubungan antara budaya dan individu seperti dalam proses enkulturasi
membuat manusia harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Perubahan pola-pola
lama ke pola baru ini disebut akulturasi.

2.3. Contoh akulturasi brahmawidya pada kehidupan sosial agama hindu pada era digital

Berikut merupakan contoh akulturasi brahmawidya yang terpengaruh dari era


digital, yaitu dengan mempelajari brahmawidya tidak hanya berpatokan pada buku
namun juga sarana digital seperti google dan website lainnya yang menambah wawasan
dan menjadi refrensi terbaru/terupdate. Ada juga media massa seperti televisi atau bisa
dengan menghadiri workshop secara daring atau online yang memudahkan seseorang
mempelajari ilmu ketuhanan dengan metode yang berbeda-beda dan menarik seseorang
untuk membaca, karena hampir semua orang di era digital ini mempunyai ponsel untuk
mencari tahu apa yang ingin mereka cari dengan mudah. Namun ajaran brahmawidya
seharusnya diperoleh dari guru, karena jika berpatokan dengan buku ataupun media
lainnya tidak ada yang menuntun dan dipastikan akan mengalami kesulitan dan juga
dikhawatirkan akan menyebabkan salah pemahaman.

3. Penutup

Ajaran brahmawidya merupakan ajaran ketuhanan yang seharusnya


diimplementasikan oleh umat hindu dalam kehidupan sehari-hari. Umat hindu sangat perlu
memahami konsep ketuhanan dalam ajaran agama hindu karena akan menumbuhkan
keyakinan dan meningkatkan rasa bakti terhadap Tuhan. Dan pada masa digital ini banyak
hal yang dapat dipelajari dan dibaca dengan mandiri kapan saja dan dimana saja.
Akulturasi ini terjadi karena ajaran agama hindu sangat bisa beradaptasi dengan masanya.
Jadi tidak monoton dan tidak menjadi masalah bagi umat hindu untuk memahami ilmu
ketuhanan yang ada.
Daftar Pustaka

Aisyah. 2015. Makalah Asimilasi & Akulturasi Budaya. November 20.


https://aisyahkaka.blogspot.com/2015/11/makalah-asimilasi-akulturasi-budaya.html.
Guruips.com. 2016. November 24. http://www.guruips.com/2016/11/pengertian-proses-dan-
contoh-akulturasi.html.
Sudiani, Ni Nyoman. 2022. BMP MKWU 4105 PENDIDIKAN AGAMA HINDU.
UNIVERSITAS TERBUKA.
Sukarma, I Wayan. 2009. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Juni.
https://phdi.or.id/artikel.php?id=brahmavidya-dalam-bhuana-kosa.

Anda mungkin juga menyukai