Anda di halaman 1dari 3

 

Visi Progam Studi 


 Pada tahun 2025 menghasilkan ahli Madya Keperawatan
 yang unggul dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah Kesehatan Neurosains
melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

DAMPAK KORUPSI TERHADAP PELAYANAN

KESEHATAN

PEMBIMBING : Yeti Resnayati, S.Kp., M.Kes.

PROGRAM STUDI : Program D-III Keperawatan


MATA KULIAH : PBAK 
BEBAN STUDI : 2 SKS
KELAS : 1 REGULER B
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Ananda Dwi Bagaskara (P3.73.20.1.19.042)


2. Dinda Fitriyana Nur Amin (P3.73.20.1.19.049)
3. Elma
Elma Natria
Natria (P3
(P3.73
.73.20.
.20.1.19
1.19.05
.050)
0)

4. Erystie Woro Anjany (P3.73.20.1.19.051)


5. Febriani Sartika (P3.73.20.1.19.052)

  POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JAKARTA III

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

  TAHUN AJARAN 2020


 

DAMPAK KORUPSI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN

Korupsi pada sektor kesehatan melibatkan aparat dan pejabat tingkat rendah hingga
tingkat tinggi. Pada tingkat rendah menyentuh pada kepala dinas kesehatan (Dinkes) pada tingkat
kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan pada tingkat tinggi melibatkan pejabat pada kantor
kementerian kesehatan dan lembaga lainnya pada tingkat nasional seperti BPOM maupun
anggota DPR yang membidangi kesehatan.

Hasil investigasi Indonesia Corruption Warch (ICW) sampai tahun 2008, kasus korupsi
 pada sektor kesehatan telah menimbulkan kerugian negara mencapai Rp 128 miliar. Kasus-kasus
tersebut melibatkan para pejabat tingkat lokal seperti level kepala
kep ala dinkes dan DPRD serta
direktur rumah sakit, sedangkan korupsi pada tingkat tinggi belum terungkap ketika itu. Modus
korupsi yang dominan masih berputar dalam pengadaan barang dan jasa dengan modus mark up
yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 103 miliar, sisanya adalah modus penyuapan.

Dampak korupsi pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan menurunnya derajat


kesehatan masyarakat yang berimbas pada IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Indikator IPM
seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup sangat terkait dengan pendanaan sektor
kesehatan. Apabila terjadi korupsi pada sektor kesehatan, maka akan berimbas penurunan angka
harapan hidup dan menaikkan angka kematian bayi. Dampak korupsi lebih jauh adalah naik dan
tingginya harga obat-obatan dan rendahnya kualitas alat kesehatan pada rumah sakit dan
 puskesmas serta sarana kesehatan masyarakat lainnya.

Terjadinya kasus-kasus korupsi pada sektor kesehatan yang melibatkan pejabat pada

kementerian kesehatan dan dinas kesehatan lokal menunjukkan rendahnya transparansi dan
akuntabilitas serta kepatuhan pada hukum. Besarnya diskresi atau kewenangan pejabat dan
rendahnya etika pejabat sektor kesehatan menyebabkan menguatnya dan meningkatnya
kesempatan melakukan praktek korupsi disektor kesehatan.

Keberhasilan terhadap program program kesehatan tidak ditentukan semata hanya


kuantitas dari program itu sendiri, namun sedikit banyaknya ditentukan oleh berjalannya sistem
yang ada melalui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Kewenangan dan kekuasaan pada
tahap implementasi dapat diterjemahkan secara berbeda oleh tiap-tiap daerah dan cenderung
ditafsirkan dengan keinginan masing-masing daerah.
 

Kondisi ini akan dapat menciptakan peluang-peluang KKN yang dapat berdampak
langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak korupsi di
 bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya kesehatan, tingginya angka kematian ibu hamil dan
ibu menyusui, tingkat kesehatan masih buruk, dan lain-lain.

Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012, ternyata masih tinggi yakni
359 per 100.000 kelahiran. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007, yakni 228 per
100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka kematian ibu hamil dan melahirkan, merupakan
 parameter kualitas kesehatan masyarakat pada suatu negara (KPK, 2013).

Laksono Trisnantoro dalam Seminar Pencegahan Korupsi di Sektor Kesehatan yang


diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada Fakultas Kedokteran Yogyakarta (Kagama
Kedokteran) pada Rabu, 22 Mei 2013, secara khusus menyoroti dampak korupsi terhadap sistem
manajemen rumah sakit. Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan

lebih baik menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi


ko rupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi
keadaan sebagai berikut:

1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi bayangan yang
semakin gelap;

2. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak relevan;

3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk menjadi
direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;

4. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak seperti apa yang
ada di buku teks. Akhirnya, terjadi kematian ilmu manajemen apabila sebuah rumah/
lembaga kesehatan sudah dikuasai oleh kultur korupsi di sistem manajemen rumah sakit
maupun sistem penanganan klinis.

Anda mungkin juga menyukai