Anda di halaman 1dari 7

BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA

(Zea Mays)
MATA KULIAH TBT SEMUSIM DAN TAHUNAN

Disusun Oleh :

NAMA : ARSY YULIFA HAPSARI


NIM : H0713032
KELAS : AT-3A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
ataupun hewan. Di Indonesia, jagung merupakan makanan pokok kedua
setelah padi. Sedangakan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung
menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Produksi jagung
hingga kini dikonsumsi oleh manusia dalam berbagai bentuk penyajian.
Buah jagung yang masih muda, terutama jenis jagung manis (sweet corn)
sangat disukai orang dan biasanya disajikan dalam bentuk jagung rebus
atau jagung bakar. Selain itu juga sering dijumpai tepung jagung atau
tepung maizena dan minyak jagung.
Telah diketahui produksi benih tanaman jagung dapat dipengaruhi
oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas ditanam. Di
Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa Tengah,
Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus
daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup
intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk
pertumbuhan tanaman jagung, di daerah tersebut khususnya Madura
jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok (Warisno, 2007).
Terdapat dua macam varietas jagung di Indonesia yaitu jagung
komposit (non hibrida) dan jagung hibrida. Jagung komposit (non hibrida)
adalah Varietas Komposit adalah varietas jagung yang berasal dari
campuran lebih dari dua varietas yang telah mengalami persilangan
bebas/acak (random mating) minimum lima kali. Sedangkan jagung
hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan keturunan pertama dari
persilangan dua galur atau lebih yang sifat-sifat individunya Heterozygot
dan Homogen. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang budidaya
jagung hibrida yang selama ini sudah biasa dibudidayakan oleh petani di
Indonesia.
TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA (Zea Mays)
Menurut Effendi (1985) tanaman jagung mempunyai kemampuan
beradaptasi lebih luas dibandingkan tanaman serelia lainnya. Meskipun
demikian, jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah-tanah subur, berdrainase
baik, suhu hangat dan curah hujan merata sepanjang tahun dengan curah hujan
bulanan sekitar 100–125 mm. Kisaran pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
jagung adalah 5,5 – 8,0 dengan pH optimum 6,0 – 7,0. Suhu rata-rata yang
dibutuhkan tanaman jagung adalah sekitar 21 – 32° C.
1. Persyaratan Benih
Bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Benih
berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung
kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah
benih bersertifikat. Jagung hibrida berpotensi produksi tinggi, namun
mempunyai kelemahan yaitu harga benih lebih mahal, dapat digunakan
maksimal 2 kali turunan. Beberapa varietas jagung hibrida unggul adalah C6,
C7, Pioneer 13, Pioneer 14, semar 2, semar 3 dll. Sebelum benih di tanam,
sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila akan ad serangan
jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya
benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran
dan sistemik.
2. Persiapan Lahan
Kondisi lahan ideal yang diperlukan dalam penanaman jagung hibrida
adalah : tanah gembur, subur, tidak mudah tergenang air / drainase yang baik,
memiliki cukup bahan organik., ph netral sampai agak asam (5,5 – 7),
kemiringan tanah tidak lebih dari 8%, ketinggian 0 – 700 meter dpl, jenis
tanah liat berlempung, tanah lempung atau tanah lempung berpasir, areal
yang memiliki persediaan air (sumber air) yang cukup, sinar matahari penuh
(tidak ternaungi pohon atau bangunan yang tinggi), melakukan pengolahan
lahan (dibajak) dengan baik, agar tanah menjadi gembur dan tanaman bisa
tumbuh dengan baik. Selain itu, juga membersihkan dari sisa-sisa tanaman
dan tumbuhan pengganggu.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan saat kondisi tanah lembab (setelah hujan atau
setelah diairi). Alat yang digunakan dalam penanaman ini adalah tugal untuk
membuat lubang tanam. Sebelum membuat lubang tanam dengan tugal,
maka tanah yang setelah digemburkan harus diratakan terlebih dahulu.
Membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm dengan menggunakan
jarak tanam 75 x 40 cm (2 tanaman/rumpun) juga bisa dengan menggunakan
jarak 75 x 20 cm (1 tanaman/rumpun). Setelah itu, menanam /memasukkan 1-
2 benih dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah atau pupuk kandang.
Agar penanamn sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan, maka
menggunakan tali agar jalur tanam rapi.
4. Pemupukan
Jagung tergolong tanaman yang bisa tumbuh subur jika tanah yang
ditumbuhinya pun subur. Tetapi, tidak semua media tanah yang akan
ditanami jagung memiliki unsur hara yang bagus. Maka, pemupukan harus
dilakukan dengan baik agar kandungan hara tanah menjadi maksimal
sehingga akan mendatangkan hasil yang maksimal. Jadi, dosis pemupukan
tanaman jagung sangat bergantung pada kesuburan tanah tersebut. Aplikasi
pemupukan secara manual adalah sebagai berikut (per hektar) : Pemupukan
pertama dilakukan bersamaan tanam dengan menugal 5 cm dari lubang
tanam. Kebutuhan pupuk, untuk pupuk dasar ini adalah : Urea 200 kg / Ha,
SP36 150 kg / Ha dan Kcl 100 kg / ha. Pemupukan dilakukan dua kali,
pertama saat 7-10 hari dan kedua 30-35 hari setelah tanam. Dengan cara
memberikan pada lubang/larikan kurang lebih 10cm di samping tanaman dan
ditutup dengan tanah.
5. Pemeliharaan
1) Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu sekali sebelum pemupukan
kedua. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan tangan, cangkul
kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu
perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.
2) Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki
2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan
pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena
akan melukai akar tanaman lain.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan
pada umur 6 minggu. Dilakukan bersamaan penyilangan kedua dengan
membuat guludan memanjang.
4) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian manual yang biasa dilakukan adalah : Pengendalian
gulma/rumput dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 30 hari
setelah tanam. Dan pengendalian gulma sebaiknya dilakukan dengan
cara herbisida. Dalam aplikasi penyemprotan dilakukan pada sela-sela
tanaman jagung dan dihindari terkena langsung dengan tanaman
jagung. Selain itu, dapat dilakukan pengendalian hama terpadu.
6. Pengairan
1) Pengairan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman jagung.
Kekurangan air berpengaruh pada produktivitas tanaman. Kelebihan
air (lahan tergenang dalam jangka waktu lama) juga menyebabkan
tanaman jagung mati.
2) Apabila lahan yang digunakan memiliki jaringan irigasi dan
persediaan air yang cukup maka lakukan pengairan setiap 10 hari
sekali dengan cara mengalirkan pada larikan dan secepatnya dibuang
dan dipastikan tidak ada yang menggenang.
3) Apabila lahan yang digunakan merupakan lahan tanpa irigasi atau
lahan darat yang tidak mempunyai persediaan air (sungai, danau,
rawa, dll) maka pengairan bisa dilakukan dengan sistem irigasi sumur
atau disiram secara manual (pada dasarnya jagung tidak memerlukan
banyak air).
4) membuat sumur-sumur gali/bor di dekat lahan dan mengalirkan airnya
dengan menggunakan pompa.
5) 10 hari menjelang panen sebaiknya pengairan dihentikan agar proses
pengeringan tongkol dapat dipercepat.
7. Panen dan Pasca Panen
Jagung siap panen yaitu apabila telah berumur 105-115 HST, klobot
sudah mengering dan berwarna coklat muda, biji mengkilap apabila
ditekan dengan kuku tidak membekas, rambut berwarna hitam dan kering
dan terdapat titik hitam pada bagian lembaga biji jagung. Sedangkan untuk
populasi sekitar mencapai 90%. Memanen jagung dapat dilakukan dengan
menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian
tongkol dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya.
Penanganan pasca panen jagung dengan melakukan penyortiran
jagung yang jelek dipisahkan dari jagung yang baik untuk menjaga
kualitas jagung dan menghindarkan dari tertularnya jamur. Setelah jagung
cukup kering, maka jagung bisa langsung dipipil. Pemipilan dapat
dilakukan secara manual maupun mekanis. Untuk mendapat harga yang
baik maka jagung yang sudah dipipil perlu dikeringkan lagi untuk
mendapatkan kadar air yang lebih rendah. Setelah itu, dikarungi dan
disimpan. Penanganan pasca panen yang bertujuan untuk memproduksi
jagung pipilan meliputi kegiatan pokok yang terdiri dari pengumpulan
hasil, penempatan dalam wadah, pengangkutan, pengeringan, pemipilan,
pengeringan ulang dan penyimpanan. Penanganan pasca panen ini
dibedakan antara penanganan jagung tongkol dan jagung pipilan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012. Teknologi Budidaya Jagung (Zea maize) Tanpa Olah Tanah


(TOT) pada Lahan Sawah Tadah Hujan .lptp-
sulbar@litbang.deptan.go.id Diakses pada 25 September 2014.
Effendi,S.1985.Bercocok Tanam Jagung. Jasaguna. Jakarta.
Rahmi,dkk.2009. Budidaya Jagung Hibrida. http://203.17
6.181.70/bppi/lengkap/sereal21.pdf Diakses pada tanggal 25
september 2014.
Warisno.2007. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai