Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI PUPUK MAJEMUK PADA BUDIDAYA TANAMAN

MELON (Cucumis melo L.) VARIETAS SILVER F1

(Laporan Proyek Mandiri)

Oleh :

Selvi Sintia 20712073

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2022

i
ABSTRAK

Permintaan pasar yang tinggi terhadap melon tidak disertai dengan produksi yang
tinggi dan masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Saat
ini pembudidayaan tanaman melon telah menjadi salah satu alternatif usaha pertanian
yang cukup menjanjikan karena di samping cara pembudidayaan yang tidak terlalu
sulit juga karena pemasaran hasil budidaya yang mudah serta keuntungan yang cukup
menjanjikan.Kegiatan proyek usaha mandiri dilaksanakan di Politeknik Negeri
Lampung. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2022. Luas
lahan yang digunakan untuk proyek usaha mandiri adalah 400 m².Tingkat konsumsi
masyarakat terhadap jenis buah hibrida ini cukup tinggi sehinga pada saat
pembudidayaan hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dalam
negeri saja.Pada tahun 2003, luasan pertanaman melon di Indonesia mencapai 3.329
ha dengan produksi mencapai 70.560 ton menurut Departemen Pertanian, 2004.
Konsumsi buah melon diperkirakan meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan masyarakat
Indonesia yang semakin membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi
sehari-hari.
Kata kunci : budidaya, melon, pupuk.

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Aplikasi Pupuk Majemuk Pada Budidaya Tanaman


Melon (Cucumis melo L.) Varietas Silver f1

Nama Mahasiswa : Selvi Sintia

Nomor Pokok Mahasiswa : 20712073

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Tanaman Pangan

Menyetujui,

Ka. Program Studi Dosen Pembimbing,


Hortikultura,

Desi Maulida, S.P., M.Si. Ir. Marveldani, M.P.


NIP. 198212182005012001 NIP. 196003081987032003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal proyek usaha
mandiri yang berjudul “APLIKASI PUPUK MAJEMUK PADA BUDIDAYA
TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) VARIETAS SILVER F1” tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
proposal ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Ir. Marveldani, M.P. Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Proyek Usaha

Mandiri

2. Desi Maulida, S.P.,M.Si. Sebagai Ketua Program Studi Hortikultura

3. Desi Maulida, S.P.,M.Si. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Proyek

Mandiri

4. Lilik Setiyono, A.Md. selaku PLP Mata Kuliah Proyek Mandiri

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini sebaik mungkin, penulis

menyadari bahwa proposal ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal proyek usaha

mandiri ini.

Bandar Lampung, 10 Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................
2.1 Taksonomi........................................................................................................................
2..2 Morfologi..........................................................................................................................
2.3 Syarat tumbuh.................................................................................................................
2.2 Pupuk Majemuk...............................................................................................................
III. METODE PELAKSANAAN.................................................................................................
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................................
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................................
3.2.1 Alat............................................................................................................................
3.2.2 Bahan........................................................................................................................
3.3 Pelaksanaan...................................................................................................................
IV. HASIL DAN ANALISIS USAHA TANI............................................................................
4.3 Hasil................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................................
Lampiran 1............................................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Budidaya..............................................................................................18

v
1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura


yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan menguntungkan untuk
diusahakan sebagai sumber pendapatan petani. Melon dengan rasanya yang
manis merupakan sumber vitamin dalam pola menu makanan masyarakat
Indonesia serta bahan baku industri olahan. Umur panen yang singkat dan
tingginya harga buah melon menjadikan melon sebagai komoditas bisnis
unggulan. Kebutuhan melon dalam negeri setiap tahunnya cenderung terus
meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Menurut Badan Pusat
Statistik (2017) produksi melon pada tahun 2013, 2014 dan 2015 berturut-turut
125.207; 150.365 dan 137.887 ton dan hanya memenuhi kebutuhan nasional
sekitar 40%, selebihnya kebutuhan dipenuhi melalui impor.

Permintaan pasar yang tinggi terhadap melon tidak disertai dengan


produksi yang tinggi dan masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman
melon di Indonesia. Saat ini pembudidayaan tanaman melon telah menjadi
salah satu alternatif usaha pertanian yang cukup menjanjikan karena di samping
cara pembudidayaan yang tidak terlalu sulit juga karena pemasaran hasil
budidaya yang mudah serta keuntungan yang cukup menjanjikan. Tingkat
konsumsi masyarakat terhadap jenis buah hibrida ini cukup tinggi sehinga pada
saat pembudidayaan hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat
dalam negeri saja. Saat itu, melon merupakan buah yang bergengsi dan mahal
harganya. Hanya kalangan menengah ke atas yang menjadi konsumennya.
Tetapi sekarang buah melon sudah biasa dikonsumsi semua kalangan dan sudah
dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Kalianda
(Lampung) dan Cisarua (Bogor). Daerah yang menjadi sentra penghasil melon
adalah daerah Ngawi dan Madiun (Jawa Timur), Boyolali serta Klaten (Jawa
Tengah).

Pada tahun 2003, luasan pertanaman melon di Indonesia mencapai 3.329


ha dengan produksi mencapai 70.560 ton menurut Departemen Pertanian, 2004.
Konsumsi buah melon diperkirakan meningkat, seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan
masyarakat Indonesia yang semakin membutuhkan buah segar sebagai salah
satu menu gizi sehari-hari. Pada tahun 2005-2008, diperkirakan konsumsi buah
melon akan meningkat mencapai 1,34-1,50 kg/kapita/tahun. Hal ini sangat
mendukung pengembangan melon di Indonesia.

1.2 Tujuan

1. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswa,


2. Mempelajari teknik budidaya tanaman melon,
3. Mempelajari analisis usaha tani pada tanaman melon.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi
Melon termasuk dalam divisi Spermatophyta yaitu tumbuhan yang dapat
menghasilkan biji, subdivisi Angiosperae yaitu mempunyai bakal biji (ovulum)
tertutup karena dilindungi oleh sporofil (karpela) dan memiliki bunga yang
tersusun atas alat kelamin betina (putik) alat kelamin jantan (benang sari) dan
perhiasan bunga. ( Stuessy,1990.)

Tanaman melon diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Subclassis : Sympetalae

Order : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L. (Tjitrosoepomo, 1989)

2..2 Morfologi

Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar primer
(akar pokok) dan akar sekunder (akar lateral). Dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar. Perkembangan akar sekunder dipengam oleh struktur korteks akar.
Akar tanaman melon menyebar, tetapi dangkal. Akar cabang dan rambut akar

3
banyak terdapat di permukaan tanah dan semakin ke dalam jumlahnya semakin
berkurang. Tanaman melon membentuk ujung akar yang dapat menembus ke
dalam tanah sedalam 45-90 cm. Akar horizontal cepat berkembang di dalam
tanah dan menyebar dengan kedalaman 20–30 cm (Robinson and Walters,
1999).

Batang tanaman melon bersifat herbaceous dengan bentuk persegi lima


dan berlekuk 3–7 lekukan. Batangnya memiliki trikoma yang relatif tajam dan
terdapat buku (nodus) tempat melekatnya tangkai daun. Dari satu batang utama
yang dipelihara akan muncul cabang sekunder pada ketiak daun. Cabang
sekunder ini sebagai tempat keluarnya bunga tanaman melon (Robinson and
Walters, 1999).

Daun tanaman melon berwarna hijau, bercangap atau menjari bersudut


lima, berlekuk 3–7 lekukan, dan bergaris tengah 8–15 cm. Bentuk daun pada
beberapa kultivar hampir membulat, permukaan daun berbulu kasar. Susunan
daun berselang-seling sederhana. Tanaman ini mempunyai sulur yang terdapat
pada ketiak daun (Tjahjadi, 1987).

Tanaman melon memiliki bunga bersimetri radial, berumah satu (satu


tanaman mempunyai bunga jantan dan betina), bagi bunga yang sempur (satu
bunga mempunyai benang sari dan putik) bersifat tetrasiklik, dan memiliki lima
bagian bunga. Bagian ujung daun-daun mahkota tersusun seperti katup. Pada
bunga jantan, benang sari berjumlah lima, berlekatan satu sama lain (jarang
bebas); kepala sari beruang dua, dengan ruang sari terlipat menghadap keluar,
kepala sari saling berlekatan. Pada bunga betina, tangkai kepala putik dengan
kepala putik yang berbagi tiga seperti garpu. Bakal buah tenggelam;
kebanyakan beruang tiga dan setiap ruang terdapat dua tembuni yang
membengkok keluar dengan kebanyakan sejumlah besar bakal biji (ada kalanya
hanya satu pada spesies tertentu), masing-masing dengan dua selaput kulit biji
(Tjitrosoepomo, 1989).
Bentuk buah melon bervariasi, antara lain bulat, bulat telur, jorong,
berbentuk buah pear, dan lonjong. Kulit buah melon memiliki ketebalan 1-2
mm, bersifat keras dan liat. Kulit buah dapat berwarna hijau, hijau tua, hijau
muda, hijau keabuan, atau kuning. Kulitnya tersusun dari epidermis yang
umumnya memiliki net (jaring), lapisan mesodermis dengan ketebalan 1 mm,
dan lapisan endodermis yang berbatasan langsung dengan daging buah. Di
antara rongga buah terdapat sekumpulan biji melon yang berbalut dalam
plasenta berwarna putih dengan tipe plasentasi parietal. ( L, Arrum, 2017)

Jaring (net) di permukaan kulit melon juga berbeda-beda dan dapat


menjadi petunjuk penting untuk karakterisasi. Ada buah melon yang tidak
memiliki net dan ada yang memiliki net dengan intensitas kerapatan yang
beragam.

Ukuran buah melon digolongkan menjadi 9. yaitu sangat kecil (<100 g),
sangat kecil-kecil (+200 g), kecil (+450 g), kecil-sedang (+800 g), sedang
(+1.200 g), sedang-besar (+1.600 g), besar (+2.000 g), besar-sangat besar
(+2.600 g), dan sangat besar (>3.000 g). Warna daging buah juga bervariasi,
antara lain putih, krem, hijau muda, hijau, jingga muda, jingga, salmon (pink-
red), atau warna spesifik lainnya. Daging buah melon memiliki tingkat
kemanisan yang berbeda-beda tergantung kultivarnya. Rasa buah melon dapat
sangat manis (brix >13), manis (brix 11-13), kurang manis (brix 9–10), atau
hambar (tidak ada rasa brix <9). Rongga dalam buah dapat berukuran kecil (<1
kg), sedang (1-1,5 kg), besar (1,5–3,5 kg), dan sangat besar (>3,5 kg). Tekstur
daging buah ada yang keras, renyah, kenyal, empur, lembut, berserat, atau
masir. Buah melon ada yang beraroma harum dan tidak harum. Terbentuknya
absisi buah dapat terjadi saat buah masak atau setelah buah masak. (IPGRI
2003)

Biji melon umumnya berwarna cokelat muda, panjangnya rata-rata 0,9


mm, dan diameter 0,4 mm. Satu buah melon biasanya terdapat 500–600 biji
(Prajnanta, 2004; Alaydrus, 2008). Bentuk biji ditentukan oleh perbandingan

5
panjang dan lebar biji. Biji berbentuk membulat (panjang/lebar < 2), elips
(panjang/lebar antara 2,1-2,5), oval (panjang/lebar> 2,5), segitiga (triangular),
tipe pionet, atau bentuk spesifik lainnya. Berdasarkan ukurannya, biji melon
dapat berukuran sangat kecil (<5 mm), kecil (5–8 mm), sedang (9–12 mm),
besar (13–16 mm), dan sangat besar (>16 mm). Warna biji juga bervariasi,
antara lain putih, putih kekuningan, kuning krem, kuning, cokelat muda, atau
cokelat seperti yang ditunjukkan Gambar 1.8. Jumlah biji per buah digolongkan
menjadi rendah (<10), sedang (10–100), dan tinggi (>100). (IPGRI, 2003).

2.3 Syarat tumbuh

Ketinggian tempat tanaman melon dapat berproduksi dengan baik pada


ketinggian 0-100 mdpl. Sedangkan, pada ketinggian lebih dari 900 mdpl,
tanaman melon tidak dapat berproduksi secara optimal. Curah hujan yang
diperlukan untuk tanaman melon adalah 2.000 – 3.000 mm/tahun. Curah hujan
yang tinggi dapat merusak tanaman secara langsung dan dapat menjadikan
kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan pathogen. Suhu
rata-rata untuk tanaman melon yang dikehendaki berkisar antara 25–30°C,
sedangkan suhu optimal untuk pembungaan adalah 25°C. Suhu optimal untuk
perkecambahan benih melon pada kisaran suhu 28-30°C. Tanaman melon tidak
dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila suhunya kurang dari 18°C. Suhu
optimal untuk pertumbuhan vegetatif adalah 20-25°C pada siang hari dan 18°C
pada malam hari.
Sementara itu, benih melon idealnya disimpan dalam suhu 16°C. Benih
melon yang disimpan dalam suhu tersebut akan bertahan lebih lama dan
kualitasnya dapat tetap terjaga (Umboh, 1997). Cahaya merupakan sumber
energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tanaman yang tumbuh ditempat
gelap akan tampak kuning pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya
menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun
timbul tidak normal. Melon membutuhkan penyinaran selama kurang lebih 10
jam dalam satu hari. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman melon adalah tanah
andosol (liat berpasir) dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Jenis
tanah ini memudahkan akar tanaman untuk berkembang dengan baik sehingga
menghasilkan tanaman yang berkualitas. (DISPERTAN Banten, 2014). Derajat
keasaman (pH) tanah yang ideal bagi tanaman melon adalah 6,0-7,0. Meskipun
demikian, tanaman melon masih toleran pada tanah dengan pH 5,6–7,2. Bila pH
tanah berada pada kisaran 5,8–7,2 maka lahan tidak perlu dikapur. Sebaliknya,
bila pH tanah <5,8 maka perlu dilakukan pengapuran.
Kapur pertanian yang sering dianjurkan untuk digunakan adalah Dolomit
{CaMg(CO2).} (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Karakteristik tanah andosol
adalah memiliki ketebalan solum tanah agak tebal (100-225 cm), berwarna
hitam, kelabu sampai coklat tua, teksturnya debu, lempung berdebu sampai
lempung, dan strukturnya remah, serta tanahnya asam sampai netral (pH 5-7).
Sifak fisik dan kimia tanah andososl cukup baik, sehingga produktivitasnyapun
cukup baik, yaitu antara sedang sampai tinggi. (Rahmat, 2009).

2.2 Pupuk Majemuk


Pupuk majemuk adalah jenis pupuk yang mengandung lebih dari 1
macam unsur hara MAKRO di dalam produknya. Biasanya berupa unsur hara
makro primer, misalnya: NPK Pelangi ( 20.10.10 ) NPK Kuda Laut ( 15.7.8 )
NPK Kujang ( 30.6.8 ) NPK Ponska ( 15.15.15 ) NPK Mutiara ( 16.16.16 )
NPK Mahkota ( 15 15.6 ) + 4 Sulfur NPK MAHKOTA ( 12.12.17 ) + 2 NPK
Kebomas ( 12.12.17 ) + 2 NPK Kebomas ( 15.15.6 ) + 4 NPK Pelangi
( 12.12.17 ) + 2 NPK Pelangi ( 15.15.6 ) + 4 Bila ada pabrik yang membuat
pupuk NPK XXX dengan komposisi 30 : 15: 15, maka pupuk NPK ini adalah
pupuk terbaik untuk tanaman padi yang pernah ada. Sebab kandungan hara
NPK XXX ini sangat tinggi. Kalau saya hitung, dalam 100 kg NPK XXX ini
kandungan : Ureanya 100/46 x 30 kg = 65,21 kg SP-36 100/36 x 15 kg = 41,67
kg KCL 100/60 x 15 kg = 25,00 kg Hanya diperlukan 300 kg NPK XXX ini +
50 kg urea untuk dosis tanaman padi 1 hektar.

Pupuk anorganik merupakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan


tanaman baik tingkat tinggi atau rendah. Istilah pupuk umumnya berhubungan
dengan pupuk buatan. yang tidak hanya berisi unsur hara tanaman dalam bentuk
unsur nitrogen, tetapi juga dapat berbentuk campuran yang memberikan bentuk-
bentuk ion dari unsur hara yang dapat diabsorpsi oleh tanaman. Untuk
menunjang pertumbuhan tanaman secara normal diperlukan minimal 16 unsur
di dalamnya dan harus ada 3 unsur mutlak, yaitu nitrogen, fosfor dan kalium
(Adhikari, 2004; Higgins, 2004) Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibedakan

7
menjadi pupuk organik (pupuk alami) yang dikenal dengan pupuk kandang,
pupuk hijau dan pupuk gambut. Sedangkan pupuk anorganik (pupuk buatan)
merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia anorganik dibuat
oleh pabrik. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua berdasarkan kemurniannya,
yaitu: pupuk anorganik teknis yang merupakan pupuk buatan, yaitu pupuk yang
dibuat oleh pabrik dari bahan kimia anorganik seperti urea, NPK dan TSP dan
pupuk anorganik pro analis. Urea merupakan pupuk tunggal, yaitu pupuk
karena hanya mengandung satu unsur saja, yaitu nitrogen, yang merupakan
hasil penguraian alami protein, baik dari manusia maupun hewan yang
dikeluarkan bersama urine. Sintesa urea dalam jumlah besar dilakukan langsung
dari amoniak dan karbondioksida (2NH3+CO2 → H2N-CO-NH2+H2O). NPK
merupakan pupuk majemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur. Pupuk NPK memiliki arti penting ganda, karena berisi zat-zat pokok
seperti nitrogen, fosfor dan kalium dalam jumlah tertentu seperti TSP. TSP
(Triple Super Fosfat) merupakan pupuk anorganik yang kaya akan kandungan
fosfat.
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan proyek usaha mandiri dilaksanakan di Politeknik Negeri


Lampung. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2022.
Luas lahan yang digunakan untuk proyek usaha mandiri adalah 500 m².

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
- Cangkul - Gembor
- Koret - Cuter / gunting
- Ember - Gelas air mineral
- Sprayer - Golok

3.2.2 Bahan
- Benih melon - Emiter
- Pupuk NPK - Pipa paralon
- Pupuk KNO3 Merah - Mulsa
- Kohe kambing - Tali rafia
- Kapur Dolomit - Kawat
- Insektisida emacel - Tali nylon
- Insektisida astertrin - Tali bendeng
- Insektisida regent - Sungkup buah
- Fungisida Zorvec Encantia - Bambu
- Fungisida antracol

9
3.3 Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan
- Persiapan dan pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan 2 minggu sebelum pindah tanam dengan menggunakan
bajak dan cangkul dengan luas 400 m2 kemudian bentuk bedengan dengan ukuran 10
m x 1 m dan tinggi 30 cm dengan jarak antar lubang tanam 60 cm, dan jarak antar
bedengan 70 cm sebanyak 7 buah bedengan dengan jumlah lubang tanam yaitu 195
buah. Pemberian kapur pertanian dilakukan 10 hari sebelum pindah tanam dengan
dosis 0,4 kg/m2. Pemberian pupuk kandang dengan dosis pupuk kandang 3 kg/m2 atau
setara dengan 6 ember/10m2. Setelah penaburan pupuk kandang, bedengan disiram
hingga jenuh lalu ditutup dengan mulsa hitam perak.
- Persemaian
Benih/biji Melon perlu direndam air hangat (40-50˚C) selama 2 jam. Kemudian
proses germinasi (perkecambahan), selanjutnya disemai di tempat terkena sinar
matahari langsung, dan baru kemudian ditanam setelah berumur 9-14 hari.
- Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat dengan menggunakan pelubang mulsa dengan jarak tanam yaitu
60x50 cm.
- Penanaman
Siram terlebih dahulu lahan hingga jenuh, lalu tanam bibit yang sudah disemai
sebelumnya Penanaman bibit pada bedengan dilakukan ketika bibit berumur
maksimal 14 hari setelah semai. Untuk menanggulangi stress saat pindah tanam,
penanaman dilakukan pada sore hari dan diberikan naungan, bias dengan pelepah
pisang atau yang lainnya. setelah selesai tanam kemudian disiram dengan air
secukupnya.
- Pemasangan para para
Para para dipasang setelah bibit ditanam yang berguna sebagai rambatan dan tempat
pembuahan.
- Perawatan
Perawatan yang dilakukan berupa penyiraman, pemberian ajir, perempelan atau
pemangkasan tunas, pemupukan, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan
penyakit.

a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada musim panas dan pada musim
penghujan dilakukan 3 -4 kali seminggu.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setiap 5 hari sekali dengan menggunakan pupuk NPK
dengan dosis 2 g/ l air dan pupuk KNO3 diberikan setelah 35 hst dengan dosis
1 g/l air.
c. Penyemprotan
Penyemprotan dilakukan 2 hari sekali dengan menggunakan insektisida dan
fungisida secara berkala. Penggunaan insektisida dan fungisida bergantian
sesuai dengan keadaan dilapangan.

Emacel (Insektisida) 1,5 ml/L air

Antracol (Fungsida) 1 gr/L air

Regent 1 ml/L air

Furadan secukupnya

Ridomil Gold 1 ml/L air

11
d. Penyiangan gulma,
Penyiangan dilakukan pada lubang tanam dan pada lahan sekitar mulsa.
e. Pemangkasan,
Pemangkasaan dilakukan 2 hari sekali pada cabang yang tidak akan
dipelihara.
- Panen
Panen dilakukan ketika berumur 65 – 75 HST atau ketika buah melon hijau
kekuningan dan mengeluarkan aroma khas. Ciri-ciri buah yang masak: kulitnya
berubah warna menjadi kekuning-kuningan atau orange, terbentuk lapisan
pemisah pada cincin atau tangkai buah, di sekitar tangkai dan kelopak mulai
menguning, serta agak lunak bila ditekan, dan aromanya mulai tercium.
Pemetikan dilakukan dengan memotong tangkai buah dengan pisau atau gunting. 
- Pasca Panen
Pemasaran akan dilakukan dengan menawarkan kepada mahasiswa dan dosen
POLINELA serta konsumen pasar. Penawaran akan dilakukan melalui jejaring
media social dan penawaran secara langsung.
IV. HASIL DAN ANALISIS USAHA TANI

4.3 Hasil
Budidaya melon dilakukan dilahan Hortikultura Politeknik Negeri Lampung
dengan luasan 400 m². Hasil produksi tanaman melon disajikan pada tabel 1.
Pengamatan hasil produksi dilakukan selama kurang lebih 3 minggu panen
melon.

Tabel 1. Hasil Budidaya


Perkiraan Biaya Jumlah (Rp) Catatan
Sewa lahan 400 m³ - -
Subtotal - -
OLAH LAHAN
1. Tenaga pembuat 300.000
bedengan
2. Tenaga pemasang 30.000
mulsa
3. Pupuk kandang 100.000
4. Mulsa 150.000
5. Patok +penggapi 20.000
mulsa
6. Pupuk SP 36 60.000
7. Pupuk KCL 60.000
8. Pupuk TSP 70.000
9. Kapur dolomit 45.000
Subtotal 835.000

PERSEMAIAN

13
1. Harga benih melon -

2. Harga plastic semai -

3. Furadan 3 GR 20.000
Subtotal 20.000

PEMASANGAN AJIR

1. Harga bambu 135.000

2. Tenaga pasang ajir 100.000


Subtotal 235.000

PUPUK SUSULAN

1. Pupuk NPK 200.000

2. Pupuk KNO³ merah 125.000


Subtotal 325.000

PENYEMPROTAN
PESTISIDA DAN
INSEKTISIDA

1. Curacron 500 EC 40.000

2. Emacel 30 EC 85.000

3. Regent 50 EC 25.000

4. Ridomil Gold M2 40.000


4/64 WG

Subtotal 190.000

TOTAL BIAYA 1.505.000


PRODUKSI
POTENSI HASIL
1 tanaman (1 buah) 1,5 kg
Asumsi harga 10.000/kg
Subtotal Potensi 1 15.000
Tanaman
400 m³ (populasi 210 3.150.000
tanaman)
Resiko kerusakan 25% (-787.500)
Total Populasi Hasil 2.362.500
Keuntungan 857.000

15
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 1998. Budidaya Melon. Jakarta : Penebar swadaya.

Daryanto,B.S., dan Sigit Dwi Maryanto. 2017. Keanekaragaman dan Potensi Sumber
Daya Genetik Melon. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suryawaty, Rida Wijaya. Oktober 2012. RESPON PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP
KOMBINASI BIODEGRADABLE SUPER ABSORBENT POLYMER
DENGAN PUPUK MAJEMUK NPK DI TANAH MISKIN HARA. 17(3), 155
– 156.
Tjahjadi, Nur. Ir., (1987). Bertanam Melon . Jakarta : Kanisus.
Prihatman, Kemal. Februari 2000. Melon, TENTANG BUDIDAYA PERTANIAN.
Jakarta.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1
Denah lahan

LAHAN I

Bedengan 1 (56 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

Bedengan 2 (54 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

Bedengan 3 (54 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

Bedengan 4 (46 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm
LAHAN II

Bedengan 1 (68 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

Bedengan 2 (66 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

Bedengan 3 (64 tanaman)


X X X X X X X X
60 cm
X X X X X X X
50 cm

19

Anda mungkin juga menyukai