Anda di halaman 1dari 19

DUKUNGAN KEBIJAKAN FISKAL DAN NON FISKAL DARI PEMERINTAH

UNTUK MENDUKUNG COFIRING BIOMASSA PADA PLTU

Agunan Samosir
Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan

Disampaikan Pada
FGD Nasional Cofiring Biomassa pada PLTU Seri 3
Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM
Jakarta, 22 Oktober 2020

1
17 TARGET PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Setiap sektor ekonomi dalam upaya mencapai 17 Target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals / SDGs)
Pengurangan
Pertumbuhan kesenjangan, dan
Pengentasan kemiskinan, ekonomi, industri, konsumsi & produksi
pembangunan kota & dan infrastruktur Peningkatan kualitas kesehatan,
bertanggung jawab
pemukiman berkelanjutan, kesetaraan gender, pendidikan
kedamaian, akses energi bersih berkualitas dan kesejahteraan
ketahanan pangan.

Pengelolaan Sampah sangat terkait


Kehidupan di darat & dengan aksi mitigasi dan adaptasi
Kehidupan perairan laut dalam pengendalian perubahan iklim,
2
termasuk penyediaan air bersih
Sektor Kehutanan Target Penurunan Emisi GRK
(497 JutaTon CO2e)
Komitmen Nationally Determined 59,6%
Industrial Processes and
Product Use (IPPU)
Contribution (NDC) Indonesia Sektor Energi 2,75 JutaTon CO2e
(314 JutaTon CO2e) 0,3%
Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang 37,7% Pertanian
sangat kuat atas aksi pengendalian perubahan Limbah 9 JutaTon CO2e
iklim dalam menurunkan emisi GRK dan 11 JutaTon CO2e 1,2%
meningkatkan ketahanan nasional atas dampak 1,3%
perubahan iklim dalam menunjang pembangunan
nasional yang berkelanjutan.

Indonesia berkomitmen menurunkan KETAHANAN SISTEM KEHIDUPAN


emisi GRK pada tahun 2030: Kesehatan, Pemukiman, Infrastruktur

KETAHANAN WILAYAH KETAHANAN


29% s.d. 41% KHUSUS
Kota, Pesisir, dan Pulau kecil
EKOSISTEM

dengan upaya dengan dukungan


pendanaan domestik internasional
KETAHANAN EKONOMI KETAHANAN SISTEM
(unconditional scenario) (conditional scenario)
Ketahanan Pangan, PENDUKUNG
Kedaulatan Energi
6 BIDANG:
23% → 2025 SEKTOR
1. ENERGI
2. PANGAN
4. KESEHATAN
5. EKOSISTEM
3. AIR 6. RISIKO
ADAPTASI 3
KEBENCANAAN
5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH
Aspek Pendanaan
Kemampuan APBD, Dukungan APBN,
Aspek Sosial Budaya
Public Private Partnership, Pajak Daerah,

3
Pendidikan, Komunikasi media
Retribusi Daerah

4
Aspek Kelembagaan Aspek Teknologi
Koordinasi lintas KL, • Strategi penerapan: jangka
Penguatan kelembagaan,
pembagian kewenangan &
tanggung jawab, kerjasama
2 5 •
pendek, jangka menengah
dan jangka panjang (CE)
Source reduction, recycling &
composting, combustion wte,
pemerintah swasta- & landfilling
masyarakat

Aspek Hukum
UU, PP, Perpres, PerMen
1 06
Perda, PerGub, PerWal/Bup
RT/RW, Kawasan, Gedung.

Peter Schubeler, 1996


Sustainable Waste Management
1

3 5

2
Artikel keenam: Pengelolaan Sampah di Indonesia: Peluang dan Tantangan, (dalam proses penerbitan, 2020)
Artikel ketujuh: Dilema Pengelolaan Sampah (dalam proses penerbitan, 2020)
DUKUNGAN PEMERINTAH
• Dukungan pendanaan pelestarian lingkungan hidup biasanya berupa skema conditional payment
yang diantaranya meliputi: (i) Payment for Ecosystem Services (PES), (ii) Reducing Emission from
Deforestation and Degradation (REDD+), dan (iii) Ecological Fiscal Transfer (EFT). Skema transfer
ekologis pada dasarnya memberikan kepastian adanya transfer dana dari Pemerintah Pusat
kepada daerah sebagai bentuk insentif atas upaya pelestarian LH.
• Anggaran berbasis ekologi atau LH yang memadai (UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) wajib dialokasikan oleh Pemerintah dan
Pemda untuk:
✓ Kegiatan perlindungan dan pengelolaan LH serta Program pembangunan yang berwawasan LH (Pasal
45 ayat 1)
✓ Pemulihan kondisi LH yang tercemar dan rusak (Pasal 46)
• Dana alokasi khusus LH untuk daerah-daerah yang memiliki kinerja perlindungan dan
pengelolaan LH yang baik. Selain itu, Pemerintah dan Pemda juga wajib mengalokasikan
anggaran untuk pemulihan lingkungan hidup (Pasal 45 ayat 2)

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


6
DUKUNGAN PEMERINTAH-2
• Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung upaya pembangunan berkelanjutan yang
mengedepankan pelestarian LH semakin menguat dengan semakin banyak instrumen fiskal
utamanya transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang penggunaannya diperuntukkan
terkait LH.
• Beberapa jenis TKDD tersebut meliputi:
✓ DBH Kehutanan Dana Reboisasi
✓ DAK Fisik Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
✓ DAK Non Fisik Bantuan Biaya Pengelolaan Limbah Sampah (BPLS).
✓ Dana Insentif Daerah
✓ Dana Desa yang telah mengakomodir ekologi dan lingkungan hidup dalam penggunaannya
(Permendesa No. 11 Tahun 2019)
• Mengacu pada skema EFT yang dikembangkan saat ini maka TKDD berbasis LH dan Kehutanan
disebut MarTABE: TANE (Transfer Anggaran Nasional berbasis Ekologi). Level Provinsi (TAPE –
bantuan keuangan berbasis ekologi ke Kab/Kota) dan dilevel Kab/Kota (TAKE – bantuan
keuangan ke Pemdes dan penggunaan dana desa untuk ekologi)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
7
SUMBER PENDANAAN PENGELOLAAN SAMPAH
PENDANAAN APBD : Retribusi Sampah,
Penerimaan Umum lainnya

Pemusnahan/
Pemilahan Pengumpulan / Daur ulang Pengangkutan
Pengolahan

Dilakukan oleh • Pembangunan bank sampah • Penyediaan alat angkut • Pembangunan Landfill, IPAL
• Pembangunan rumah pengomposan yang sampah dump truck / truck
Rumah Tangga compactor • Pembangunan akses jalan
terpadu dengan pertanian perkotaan • Pembangunan PSEL
• Pengembangan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA), Tempat Penampungan
Sementara (TPS) dan Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST)

DUKUNGAN PENDANAAN APBN

Dukungan Kelayakan Subsidi bagi PLN atas


DAK Fisik Subbidang DIPA DAK Nonfisik (amanat
DID Lingkungan Hidup K/L Perpres 35/2018)
atas Sebagian Konstruksi seleisih harga : Feed In
(VGF) PSEL Tariff (FIT)

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


Sumber: DJPK, 2020
DAK-F LINGKUNGAN HIDUP
Target dan Sasaran Wilayah Alokasi 2019 (Jt Rp) Wilayah Alokasi 2020 (Rp)
2019 : 153,3 Miliar 2020 : 236,3 Miliar Kota Makassar 808,82 Kota Palembang 361.300.000
• Pengelolaan sampah • Peningkatan pengurangan Kota Palembang 808,82 Kota Tangerang 2.719.999.000
melalui: sampah melalui
• Pembangunan bank Pembangunan Pusat Daur Kota Tangerang 864,32 Kota Tangsel 89.800.000
sampah Ulang Sampah kapasitas
20/10/5 ton/hari Kota Tangsel 300,00
• Pembangunan rumah
pengomposan yang • Peningkatan pelayanan
terpadu dengan sampah sebesar 3-5% per Prov. Jawa Barat 62,65
pertanian perkotaan daerah melalui penyediaan
alat angkut sampah dump
• Penyediaan alat angkut truck
sampah dump truck

2019 2020
Rincian Kegiatan
Vol. Jml Daerah Jml (Mil Rp) Vol Jml Daerah Jml (Mil Rp)
Pembangunan Bank Sampah 263 133 36,84 133 12 6,86
Pembangunan Pusat Daur Ulang Sampah 14 18,35
Pengadaaan Alat Angkut Gerobak Sampah 42 2,22
Pengadaan Alat Angkut Motor Sampah Roda 3 72 16,66
Pengadaan Alat Angkut Sampah Arm Roll 12 5 4,03 5 77 88,84
Pengadaan Alat Angkut Sampah Dump Truck 231 221 94,76 221 77 90,30
Pengadaan Kontainer Sampah 68 13,07
Rumah Pengomposan
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI 95 82 17,69
KEBIJAKAN UMUM DID 2020
Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan untuk memberikan insentif/penghargaan kepada daerah atas kinerja pemerintah
daerah dalam perbaikan/pencapaian kinerja di bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan,
pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan Pagu DID Pokok-pokok Kebijakan DID 2020


15.0 T
❑ Melanjutkan peran insentif untuk memperbaiki pengelolaan TKDD
PAGU Rp15 triliun,
meningkat 50% dari ❑ Melanjutkan kebijakan yang mendukung pencapaian prioritas nasional
APBN 2019
❑ Melanjutkan peran insentif dalam meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah
10.0 T
❑ Melanjutkan refocusing dan penajaman indikator yang lebih mencerminkan kinerja
8.5 T
pemerintah daerah
7.5 T
❑ Melanjutkan penguatan inovasi dalam pelayanan kepada masyarakat
5.0 T

❑ Mendorong peningkatan investasi dan ekspor


❑ Mendorong pemanfaatan pembiayaan kreatif (creative financing)
1.7 T
❑ Mendorong peningkatan kualitan belanja melalui pemenuhan mandatory spending
❑ Mendorong penyampaian pelaporan tepat waktu
2015 2016 2017 2018 2019 2020
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
10
KRITERIA UTAMA & KATEGORI KINERJA 2020
DID 2020 terdiri dari 3 kriteria utama sebagai eligibilitas daerah penerima DID dan 9 kategori yang terdiri dari beberapa
subkategori yang penilaiannya dilakukan secara mandiri/individual. Terdapat kategori kinerja yang baru, yaitu creative financing,
mandatory spending, ketepatan waktu pelaporan, peningkatan ekspor, dan peningkatan investasi

Kriteria Utama Kategori Kinerja


1. Kesehatan Fiskal dan pengelolaan 4. Pelayanan Dasar Publik Bidang
keuangan Daerah Infrastruktur
Opini BPK a. Kemandirian Daerah a. Akses sanitasi Layak
atas LKPD (WTP) b. Efektifitas Pengelolaan Belanja Daerah b. Sumber air minum layak
c. Pembiayaan Kreatif (Baru) 5. Kesejahteraan Masyarakat
d. Mandatory spending (Baru) a. Penurunan Penduduk Miskin
e. Ketepatan waktu pelaporan (Baru) b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Penetapan Perda 2. Pelayanan Dasar Publik Bidang 6. Pelayanan Umum Pemerintahan
Pendidikan a. Penyelenggaraan Pemerintahan
APBD Tepat Waktu a. Angka Partisipasi Murni Daerah
b. Peta Mutu Pendidikan b. Penghargaan Pembangunan Daerah
c. Rata-rata Nilai Ujian Nasional c. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
3. Pelayanan Dasar Publik Bidang Pemerintah (SAKIP)
Penggunaan Kesehatan d. Inovasi Daerah
e-government a. Penanganan Stunting 7. Peningkatan ekspor (Baru)
(e-budgeting dan b. Balita yang mendapatkan imunisasi 8. Peningkatan investasi (Baru)
e-procurement) lengkap 9. Pengelolaan Sampah
c. Persalinan di fasilitas kesehatan
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Kelompok Kategori Pengelolaan Sampah
• Kebijakan dan strategis pemerintah dalam pengurangan dan penanganan sampah dengan
target pengurangan sampah 30% dan penanganan sampah 70% pada tahun 2025;
Indikator • Indikator kinerja pengelolaan sampah laut dinilai dari indikator penerapan kebijakan dan
program pembatasan sampah plastik dan penerapan kebijakan dan program daur ulang dan
guna ulang sampah plastik.

Penerapan Kebijakan dan Program Pembatasan Penerapan Kebijakan dan Program Daur Ulang dan
Sampah Guna Ulang Sampah Plastik
Metode Penilaian
• Ketersediaan peraturan daerah tentang Pengelolaan Sampah • Ketersediaan peraturan daerah tentang Pengelolaan
• Ketersediaan peraturan bupati/walikota tentang pembatasan Sampah
• Penerapan peraturan bupati/walikota tentang pembatasan • Ketersediaan peraturan bupati/walikota tentang
sampah plastik Jakstrada
30% • Ketersediaan bank sampah unit
50% • Ketersediaan bank sampah induk
50%

Tujuan Mendorong pemerintah daerah untuk berkinerja baik dalam melaksanakan pengelolaan dan pengurangan
sampah plastik.

Lembaga Penilai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Pada TA 2019 jumlah daerah penerima alokasi dari kategori pengelolaan sampah sebanyak 10 pemerintah
daerah (1 Provinsi: DKI Jakarta dan 9 Kota: Surabaya, Bogor, Malang, Depok, Cimahi, Balikpapan, Banjarmasin,
Padang, & Makassar) dengan rata-rata alokasi yang diterima sebesar Rp9,38 miliar rupiah.
Daerah Penerima
Alokasi DID untuk TA 2020 untuk 14 Pemda (1 provinsi: Bali dan 13 kota: Surabaya, Bogor, Malang, Depok,
Balikpapan,
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI Banjarmasin, Jambi, Bandung, Banjarbaru, Bontang, Denpasar, Jayapura dan 1 Kabupaten:
Badung)
DANA ALOKASI KHUSUS NON FISIK - BBLPS
Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
melalui pengurangan sampah secara signifikan. Dasar alokasi
dana ini adalah daerah yang telah memperoleh persetujuan teknis
dari KLHK (Permen 24/2019) berdasarkan jumlah produksi
sampah dan satuan biaya bantuan BLPS.

Sasaran dari dana bantuan ini adalah kota yang telah


mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
dengan alokasi dana BLPS TA 2019 (PMK 48/2019) sebesar
Rp26,9 miliar dan 2020 sebesar Rp106,2 miliar.
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
13
KARAKTERISTIK PROGRAM PSEL PERPRES 35/2018

Usulan • Gubernur/ Walikota mengusulkan


Kementerian bantuan Kompensasi kepada Menteri ESDM untuk
Kemenkeu
LHK BLPS Penugasan menugaskan PT PLN membeli tenaga
Listrik
Bantuan
BLPS (DAK • Terhadap PLN dapat diberikan
Usulan
Non Fisik) kompensasi sesuai UU berlaku.
bantuan
BLPS • Harga pembelian oleh PT PLN diatur di
1. BUMD/ Pasal 11 ayat (1)
BUMN yang a. Kapasaitas sampai 20MW harga USD
Tipping
ditugaskan; 13.35 cent/ kWh
Fee/ BLPS
Gubernur/ Feed In Tariff
b. Kapasitas > 20MW dengan formula
atau
Walikota
2. Badan Usaha USD cent/ kWh=14,54-(0,076 x
besaran kapasitas PLTSa yang dijual
hasil ke PT PLN
kompetisi
• Pendanaan proyek bersumber dari APBD
dan dapat didukung APBN (Bantuan
BLPS).
Pemerintah BUMN Aliran • Proyek Pengolah Sampah Menjadi Energi
Pusat Uang Listrik (PSEL) adalah Proyek Waste to
Pemerintah Badan
Energy dengan PT PLN harus membeli
Daerah Usaha
dengan skema take or pay
• Pengelolaan limbah padat
• Pengelolaan limbah cair industry
• Pengelolaan limbah cair domestic
• Peningkatan penerapan landfill gas (LFG)
recovery dari 2010-2030 dalam pengelolaan
TPA
• Peningkatan persentase pemanfaatan
sampah melalui pengomposan dan 3R
(kertas)
• Peningkatan persentase PLTSa/RDF
Limbah
OFF TAKER
Biomass Co-Firing
PLN Industri Semen
(114 PLTU: 18.154 MW) (34 Kiln Semen) FEEDSTOCK
Limbah Pertanian /
Limbah Industri Energy Crops
Kebutuhan Pellet / Pellet sampah Pengolahan Kayu • Luas HTI yang siap untuk
RDF (Ton/hari) Potensi dari sekitar PLTU • Potensi dari replanting tanaman energi ± 200 rb
Other Industries sawit: 55 Jt m3/tahun Ha.
Biomass : 31.532 milik PLN : ± 8.000 t/hr
Pellet sampah : 2.745 • Potensi dari replanting • Luas lahan sub-optimal ±
karet: 10 Juta m3/tahun 2 juta Ha.

PLN sudah melakukan trial cofiring pada pada PLTU Hal-hal yang harus dipersiapkan
miliknya dengan komposisi 1 – 5%
- Kebijakan terkait pemanfaatan cofiring pada eksisting PLTU.
- PLTU Jeranjang (3 x 25 MW) → Pellet sampah.
- PLTU Paiton (2 x 400 MW) - SNI untuk pellet biomasa dan pellet sampah.
- PLTU Indramayu (3 x 300 MW) Pellet kayu - Kajian komprehensif terkait keberlanjutan pasokan, kestabilan harga
dan mekanisme supply chain.
- PLTU Rembang (2 x 300 MW)
- Insentif dan Kebijakan Harga.
- PLTU Tenayan (2 x 100 MW)
- Infrastruktur pendukung.
- PLTU Ketapang (2 x 10 MW) Palm Kernel Shell

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


Sumber: EBTKE, 2020
Skema Pengembangan Industri Biomass & Dukungan Kementerian/Lembaga
Menjual listrik EBT
Menjual listrik
pada tarif yang
Green/ Premium
Memasok ekonomis, kontrak
Industri kepada konsumen
biomass jangka panjang
Pendukung Pembangkit PT PLN Konsumen
Listrik EBT / CoFiring : PLN/IPP (Single
CoFiring Buyer)
Mendapatkan PLN membeli Konsumen
HTI : Hutan Tanaman listrik EBT
biomass untuk di PLTU CoFiring Wood membayar
Industri
Pellet (PC Boiler) pada tarif yang penggunaan
CoFiring dengan
HTE : Hutan ekonomis, Tarif listrik, dan
Tanaman Energi batubara PLTU CoFiring kompetitif pembelian
Cangkang Sawit
didorong ke
listrik EBT Konsumen
(CFB/Stoker Boiler)
Hutan Non Produktif & Feed In
milik Negara, PTPN
RE100
Tarif
PLTU CoFiring dg
RDF / Pellet Sampah
Lahan Masyarakat

Mendorong Penetapan
Pembangkit EBT tarif dasar
dan Green listrik untuk
Booster konsumen

INSENTIF FISKAL Konsumen industrial :


INSENTIF FISKAL
INSENTIF NON INSENTIF FISKAL
INSENTIF NON FISKAL
FISKAL INSENTIF NON FISKAL

DUKUNGAN KEMENTRIAN/ LEMBAGA TERKAIT


1. Usulan pengakuan kWh Green dari PLTU Cofiring dari Kementrian ESDM
2. Arah kebijakan Insentif / feed in tarif untuk Pemasok dari Kementerian ESDM/Keuangan yang mendukung implementasi
Komersial Cofiring lebih luas hingga 5% mengingat Pilot project Komersial di UP Paiton baru bisa 1% CoFiring
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
1
Sumber: PJB, 2020
What Next?

❑ Dukungan insentif fiscal yang diberikan berbasis KINERJA. Berapa persen emisi GRK yang berhasil
dikurangi melalui olahan sampah, penurunan penggunaan Batubara, WP dan WC.
❑ Skema transfer dan insentif berbasis ekologi ke depannya perlu memperhatikan implementasi PP
46/2017 tentang Instrumen Ekonomi LH serta Perpres 77/2018 tentang Pengelolaan Dana LH.
Pemberian dukungan diberikan harus sejalan dengan komitmen Pemda terhadap alokasi anggaran
pengelolaan sampah (mandatory spending mis: 5%) dalam APBD.
❑ Skema DID pengelolaan sampah (LH) perlu dipertahankan dan dikembangkan sebagai instrumen
pendanaan berbasis LH daerah. Diberikan berbarengan dengan perolehan Adipura.
❑ Dukungan pemerintah tidak terbatas kepada teknologi yang menghasilkan listrik . Pengelolaan dan
pengolahan sampah berbasis kerakyatan dengan menggunakan teknologi sederhana serta
memberdayakan UKM lokal terhadap produk yang dihasilkan berupa pelet/briket menjadi bahan baku
energi alternatif (circular economy).
❑ Perpres 35/2018 dapat dijadikan referensi bagi pengambil kebijakan. Dukungan Pemerintah melalui
Bantuan BLPS dan FiT yang tinggi ternyata tidak mudah diimplementasikan.
TERIMA KASIH

#CLIMATEACTION
19

Anda mungkin juga menyukai