Oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan untuk ternak umumnya bersumber dari bahan pakan asal nabati atau yang
bersumber dari produk pertanian dan bahan pakan asal hewani atau bahan pakan asal produk
perikanan, serta bahan pakan pelengkap yang umumnya buatan pabrik, yang biasanya
digunakan untuk menutupi atau menyempurnakan keseimbangan nutrisi. Bahan pakan nabati
mempunyai porsi 90-94% dari total formulasi ransum (Rasyaf, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu
usaha peternakan dikarenakan biaya untuk pakan mencapai 30-50% dari biaya produksi
sehingga perlu perhatian kusus dalam penanganannya, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pakan ternak terbagi menjadi 2 jenis yaitu hijauan dan konsentrat (Reksohadiprodjo, 1988)
Menurut Nawawi dan Nurrohmah (2011) Energi merupakan hal penting bagi ternak
karena merupakan sumber tenaga utama bagi ternak. Ternak jika kekurangan energi maka zat
lain dalam tubuh ternak seperti protein dan lemak akan diubah menjadi energi dan akan
berpengaruh terhadap produksi ternak tersebut. Bahan pakan yang merupakan sumber energi
antara lain jagung, ubi kayu, sagu, kedelai, dedak atau bekatul dan bungkil kelapa.
Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan ternak untuk
berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup poko, produksi, maupun reproduksi. Ransum yang
baik memiliki sifat palatabel, tidak mudah rusak saat penyimpanan, kandungan nutrisi baik,
mudah dicerna, menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Bentuk ransum
disesuaikan dengan jenis, umur dan konsisi ternak yang bersangkutan ( Retnani, 2011)
Pengujian organoleptik bahan pakan meliputi warna, bau, tekstur dan bentuk.
Penentuan kualitas bahan baku pakan secara organoleptik dilakukan menggunakan panca
indera yang terdiri dari 4 M, yaitu melihat, meraba, mencium dan merasakan ( Ismanto, 2010)
Formulasi ransum dirancang untuk memecahkan persamaan dengan berbagai bahan
yang memenuhi jumlah indikator kebutuhan gizi dan dengan harga terendah disesuaikan
dengan formula ransum terbaik, memberikan potensi produksi maksimum hewan ternak dan
unggas, dan meningkatkan efisiensi konversi pakan (Peng dan Li 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
b) Tepung Ikan
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa tepung
ikan memiliki bentuk kasar sedikit halus , dengan warna coklat muda,
memiliki bau amis dan memiliki rasa sedikit asin. Tepung ikan
mengandung PK 63,6%, ME 2830 Kkal/kg. Kualitas tepung ikan yang baik
adalah yang berasal dari ikan putih, sebab kadar lemaknya tadak lebih
dari 6% dan kadar garamnya sekitar 4%. Sedangkan tepung ikan kualitas
dua dibuat dari ikan afkir yang kadar lemak dan garamnya sangat tinggi.
c) Tepung Casava
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa tepung
casava dengan nama latin Manihot Esculenta sebagai bahan pakan
sumber karbohidrat memiliki bentuk tepung halus, dengan warna busa
laut , memiliki bau amis dan memiliki rasa hambar. Tepung casava adalah
bahan pakan yang mempunyai kandungan nutrisi antara lain energi 3000
kcal per kg, protein kasar 3,3%, lemak kasar 5,3%, phospor 0,17%, dan
kalsium 0,57%.
d) Tepung Daun
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa tepung
daun memiliki bentuk bulat kasar, dengan warna hijau , memiliki bau
grentea dan memiliki rasa sepat. Tepung daun merupakan sebagai bahan
pakan sumber protein dengan kandungan nutrisi bahan kering 89,47%,
energi 3788 kkal/Kg, serat kasar 15,13%, protein kasar 22,30% - 31,10%.
e) Tepung Daging
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa tepung
daging sebagai bahan pakan sumber energi memiliki bentuk serbuk
kasar , dengan warna coklat , memiliki bau amis dan memiliki rasa gurih.
Komposisi nutrisi dari tepung daging adalah protein kasar 50, energi
metabolisme 2500 kcalkg, lemak kasar 6, serat kasar 2,5, kalsium 8 ,
posfor 4 dan asam linoleat 0,6.
f) Kalsium Karbonad
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa kalsium
karbonad dengan nama latin Calcium Carbonate merupakan bahan pakan
sumber kalsium memiliki bentuk tepung halus , dengan warna putih,
memiliki bau netral dan tidak memiliki rasa.
g) Onggok
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa onggok
memiliki bentuk butiran kasar, dengan warna kream, memiliki bau apek
dan memiliki rasa . Kandungan zat makanan dalam 100% bahan kering
onggok cukup bagus, yaitu 2,37% protein; 0,05% lemak; 71,04% BETN,
dengan kandungan energi termetabolis sebear 3160kkal/kg dan TDN
sebesar 81%.
h) Corn Gluten Meal
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa CGM
dengan nama latin Zea Mays merupakan bahan pakan sumber protein
memiliki bentuk kasar , dengan warna kuning, memiliki bau tengik.
Menurut NRC 1994 corn gluten meal mengandung 3720 ME kcalkg, 62
protein kasar, 2,5 lemak, 1,3 serat kasar dan 0,5 posfor.
i) Bungkil Kacang
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa bungkil
kacang dengan nama latin Arachis Hypogaea merupakan bahan pakan
sumber protein memiliki bentuk butiran bulat , dengan warnakuning
kusam , memiliki bau netral dan memiliki rasa hambar. Bungkil kacang
tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna
36.6% dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan
TDN bungkil biji kapas
j) Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa dengan nama latin Cocos nucifera merupakan
limbah dari proses pembuatan minyak kelapa. Setelah melakukan uji
organoleptik didapatkan bahwa bungkil kelapa memiliki bentuk kasar
halus tak merata, dengan warna coklat tua, memiliki bau seperti gula
aren dan memiliki rasa sedikit gurih dan pahit.
k) Bungkil Kedelai
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa bungkil
kedelai memiliki bentuktepung kasar, dengan warna krim , memiliki bau
apek. Bungkil kedelai merupakan hasil samping pembuatan minyak
kedelai; merupakan sumber protein dan sering digunakan dalam
penyusunan ransum untuk mendampingi tepung ikan. Kandungan
proteinnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 42-50%, dan energi
termetabolisnya berkisar antara 2825- 2890 kkal/kg.
l) Bungkil Sawit
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa bungkil
sawit dengan nama latin Coconut Palm merupakan bahan pakan sumber
protein memiliki bentuk kasar , dengan warna coklat, memiliki bau tengik
dan memiliki rasa seperti kacang. Bungkil sawit
mengandung mengandung 15,14% protein kasar, 6,08% lemak kasar,
17,18% serat kasar, 0,47% kalsium, 0,72% fosfor, 57,80% bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), dan 5.088 kkal/kg
m) Premix
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa Premix
dengan nama latin Premix A merupakan bahan pakan sumber vitamin
memiliki bentuk serbu , dengan warna putih , memiliki bau seperti kapur
dan memiliki rasa hambar. Premix memiliki kandungan protein 14 – 16%
dan ME 2.850 Kkal
n) Lysine
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa Lhysine
dengan nama latin Alpa-epsilon Diaminokaproid merupakan bahan pakan
penyusun protein memiliki bentuk bulir halus , dengan warna coklat ,
memiliki bau seperti kecap dan memiliki rasa asin . Lysine memiliki
kandungan PK 23,45%, SK. 17,34%, energi (ME) 1774 kal/g
o) Methionin
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa Methionine
dengan nama latin Methionina merupakan bahan pakan sumber protein
memiliki bentuk tepung halus, dengan warna putih , memiliki bau tengik
menyengat dan memiliki rasa manis . Methionine memiliki PK 23,45%,
SK. 17,34%, energi (ME) 1774 kal/g
p) Jagung Pipil
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa jagung pipil
dengan nama latin Zea Mays memiliki bentuk butiran kasar , dengan
warna oren kuning , memiliki bau tengik. Kandungan protein jagung
sangat rendah dan defisien akan asam amino lysin. Dari butiran yang ada,
hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten
jagung akan menurun dan hilang selama penyimpanan. Jagung kuning
mengandung 10,82% protein; 5,89% lemak; 77,49% BETN; 91% TDN;
0,05% Ca; 0,31% P; dan kandungan energi termetabolisnya sebesar 3160
kkal/kg bahan
q) Tetes Tebu (Molase )
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa tetes tebu
dengan nama latin Saccharum L merupakan bahan pakan sumber energi
memiliki bentuk cair , dengan warna hitam, memiliki bau seperti kecap
dan memiliki rasa manis. Kandungan Molases Tetes Tebu gizinya,
molasses mengandung sekitar 23% kadar air, 77% bahan kering, 4%
protein kasar, 8% serat kasar, 0.2% lemak kasar, dan BETN sekitar 57%.
r) Dedak Padi
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa dedak padi
dengan nama latin Oryza Sativa memiliki bentuk halus, dengan warna
coklat, memiliki bau tengik.
Kualitas dedak padi secara kuantitatif dapat dilakukan
dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat. Minimum data
kadar bahan kering, protein kasar, dan serat kasar atau NDF dan ADF
(dengan metode Van Soest) harus diketahui setiap kali pengiriman dedak
padi. Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata
dalam bahan kering adalah 12,4%, lemak 13,6%, serat kasar 11,6%; BETN
43,01%, TDN 71%, dan energi termetabolisnya 17 sebesar 2400 kkal/kg.
Dedak padi menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan
dengan jagung dan dedak padi kaya akan thiamin dan niasin
s) Pollard
Setelah melakukan uji organoleptik didapatkan bahwa pollard
memiliki bentuk sedikit kasar, dengan warna krim, memiliki bau tengik.
Pollard (dedak gandum-Triticum sativum lank), adalah produk samping
dari proses milling gandum , yang berguna sebagai bahan baku untuk
pembuatan produk pakan ternak karena memiliki kadar protein dan
nutrisi yang tinggi Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%.
Kandungan nutrisi pollard cukup baik, yaitu mengandung energi
termetabolis 1140 kkal/kg, protein 11,80%, serat kasar 11,20%, dan
lemak kasar 3,0% (Wawan, 2003). Menurut Scott et al. (l982), pollard
mengandung energi termetabolis 1300 kkal/kg, protein kasar 15%, lemak
kasar 4,0%, dan serat kasar 10%. Lebih jauh, NRC (l984) melaporkan
bahwa pollard mengandung energi termetabolis 1300 kkal/kg; protein
15,70%; lemak kasar 3,0%; dan serat kasar 11%
Min D+J+K
St
D+J+K=1
0.1D+0.08J+0.33K=0.17
2200D+3300J+3000K=2900
End
Hasil ;
D 0.271375 0.000000
J 0.390335 0.000000
K 0.338290 0.000000
4.1 Kesimpulan
Pengujian organoleptik bahan pakan meliputi warna, bau, tekstur dan bentuk.
Penentuan kualitas bahan baku pakan secara organoleptik dilakukan menggunakan
panca indera yang terdiri dari 4 M, yaitu melihat, meraba, mencium dan merasakan.
Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan ternak
untuk berbagai fungsi tubuh ternak. Formulasi ransum adalah upaya untuk
mengkombinasikan berbagai macam bahan makananternak untuk memenuhi
kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meniminalkan biaya yang ditimbulkan
akibat penyusunan ransum tersebut.
Maka dapat juga disimpulkan dari kedua metode penyusunan formulasi ransum
dengan menggunakan metode coba – coba dan program Lindo. Metode program lindo
adalah yang paling efisien dan tepat.
4.2 Saran
Memperbanyak latihan mengenal bahan-bahan pakan dan kandungan
didalamnya, serta selalu mencoba – coba dan mengasah kemampuan dalam menyusun
formulasi ransum sesuai kebutuhan ternak.
LAMPIRAN
A. Pengenalan bahan pakan
B. Metode coba-coba
ME
No. PK (%) (kkal/kg Jumlah bahan Sumbangan Sumbangan
Nama Bahan Pakan ) pakan (kg) PK ME
1 Bungkil kedelai 45 2900 5 2.25 145
2 Tepung Ikan 55 2900 5 2.75 145
3 Bungkil kelapa 20 1900 10 2 190
4 Bungkil inti sawit 18 1900 5 0.9 95
5 Tepung daun indigo 27 2100 3 0.81 63
6 Jagung kuning giling 8 3300 40 3.2 1320
7 Dedak Padi 10 2200 25 2.5 550
8 Sorghum 10 3100 0 0 0
9 Molases 0 2100 5 0 105
10 Minyak goreng 0 8000 2 0 160
Jumlah 193 30400 100 14.41 2773
ME
(kkal/kg Jumlah bahan Sumbangan Sumbangan
No. Nama Bahan Pakan PK (%) ) pakan (kg) PK ME
ME
(kkal/kg Jumlah bahan Sumbangan Sumbangan
No. Nama Bahan Pakan PK (%) ) pakan (kg) PK ME
B. Program Lindo