Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1 HUKUM AGRARIA

HAK GUNA USAHA


Dr. Herlindah, S.H., M.Kn

Disusun oleh:

Relys Sandi Ariani 2246000023


Nada Hasnadewi 2246000027
Kevin Bramustiko Priambudi 2246000028
Wahyu Ciptaning Tyas 226010200111002

MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
A. Pengertian Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha (HGU) merupakan hak atas tanah yang bersifat primer yang
memiliki spesifikasi. Spesifikasi Hak Guna Usaha tidak bersifat terkuat dan terpenuh.
Dalam artian bahwa Hak Guna Usaha ini terbatas daya berlakunya walaupun dapat beralih
dan dilihkan pada pihak lain. Dalam penjelasan UUPA telah dikui dengan sendirinya
bahwa Hak Guna Usaha ini sebagai hak-hak baru guna memenuhi kebutuhan masyarakat
modern dan hanya diberikan terhadap tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
Jadi, tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik suatu hak milik dengan orang
lain.1

Hak guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, dalam jangka waktu sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 29, guna
perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan (Pasal 28 ayat 1). Kemudian PP Nomor
44 Tahun 1996 menambahkan guna perusahaan perkebunan.2

B. Dasar Hukum
Ketentuan yang mengatur mengenai hak guna usaha adalah Pasal 16 ayat 1 huruf b
UUPA, kemudian secara khusus hak guna usaha diatur dalam Pasal 28 sampai dengan 34
UUPA, ketentuan lebih lanjut mengenai hak guna usaha diatur dengan Peraturan
Perundangan (Passl 50 ayat 2). Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas
tanah, yang kemudian secara khusus pengaturannya dalam Pasal 2 sampai dengan 18.3

C. Subjek
Subjek dalam hukum hak guna usaha adalah warga negara Indonesia dan Badan
Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (Pasal
30 UUPA Jo Pasal 2 PP Nomor 40 Tahun 1996)4
Bagi pemegang usaha yang tidak memenuhisyarat sebagai subjek Hak Guna Usaha,
maka dalam waktu 1 tahun wajib mnelepaskan atau mengalihkan tanahnya kepada pihak

1
Supriadi, S.H., M.Hum, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, Hlm.110.
2
Dr. Sahnan, S.H., M.Hum, Hukum Agraria Indonesia, Setara Press, Malang, 2016, Hlm.83.
3
Ibid., Hlm.83-84.
4
Ibid., Hlm.84.
lain yang memenuhi syarat. Kalua hal ini tidak dilakukan, maka Hak Guna Usahanya
hapus karena hukum dan tanahnya menjadi tanah negara.5

D. Objek
Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Pokok Agraria yang berbunyi “Hak  Guna
Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,
dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan” maka objek Hak Guna Bangunan adalah Tanah Negara. Hal
ini juga diatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang berbunyi “Tanah
yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha adalah Tanah Negara”.
Tanah yang akan diberikan dengan Hak Guna Bangunan adalah Tanah Negara yang
merupakan kawasan hutan, maka pemberian Hak Guna Bangunan dapat dilakukan
setelah tanah yang bersangkutan dikeluarkan dari statusnya sebagai kawasan hutan.
Tanah Negara yang akan dijadikan Hak Guna usaha dengan luas paling sedikit 5 hektar.
Jika luas tanahnya lebih dari 25 hektar atau lebih maka harus memakai investasi modal
yang layak dan teknik perusahan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman. Hak
Guna Usaha merupakan tanah yang dikuasai oleh Negara berupa kawasan hutan di mana
pemberian Hak Guna Usaha akan dilakukan jika statusnya sebagai kawasan hutan telah
dicabut.

E. Cara Perolehan
Tanah Negara yang akan dijadikan Hak Guna Usaha harus melalui pemberian
keputusan hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk dengan mendaftarkannya dikantor
Pertahanan. Setelah melakukan evaluasi bahwa tanah yang masih digunakan dan
diusahakan dengan baik baik sesuai keadaan, sifat, dan pemberian hak, maka status Hak
Atas Tanah dapat diperbarui. Hal ini dilakukan berdasarkan asas perlakuan pelayanan
non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan antara penanam
modal dalam negeri, penanam modal asing atau antara penanam modal dari satu negara
saing dengan negara asing lainnya.
5
Urip Santoso, S.H., M.H, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Grouo, Jakarta, 2010,
Hlm.99.
F. Hapusnya Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha dapat dialihkan kepada pihak lain dan dapat dibebani dengan hak
tanggungan. Maka hal ini perlu didorong dalam pemakaian dan pengusahaan tanahnya
agar dilakukan baik, jika hal tersebut tidak diperlakukan baik maka hak guna usahanya
akan dicabut. Hak Guna Usaha menurut sifat dan tujuannya ialah hak yang berlaku secara
terbatas.6 Hapusnya Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
yang berbunyi :
1. Hak Guna Usaha hapus karena :
a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian
atau perpanjangannya;
b. Dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya
berakhir karena :
1. Tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggarnya
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan/atau
Pasal 14;
2. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir;
d. Dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961;
e. Ditelantarkan;
f. Tanahnya mushan;
g. Ketentuan Pasal 3 ayat (2)
2. Hapusnya Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan
tanahnya menjadi tanah Negara.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Presiden.

6
Hery Shietra, Praktik Hukum Jaminan Kebendaan, Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2015, Hlm. 49.
Berdasarkan isi dari Pasal tersebut, bahwa ketika Hak Guna Usaha hapus maka tanah
tersebut akan menjadi Tanah Negara di mana berkas pemegang hak memiliki kewajiban
untuk membongkar bangunan yang ada diatasnya dan menyerahkan tanahnya serta
tanaman yang ada diatasnya kepada negara. 
Apabila bekas pemegang hak sebelumnya tidak melakukan pembongkaran bangunan
dalam jangka waktu yang ditentukan, maka pembongkaran bangunan tersebut akan
dilaksanakan oleh Pemerintah dengan biaya yang ditanggung oleh bekas pemegang hak
milik sebelumnya. Namun, jika pemerintah masih menginginkan bangunan tersebut,
maka akan diberikan ganti rugi kepada bekas pemegang hak bangunan sebelumnya. Hal
ini telah diatur dalam Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yang berbunyi :
1. Apabila Hak Guna Usaha hapus dan tidak diperpanjang atau diperbaharui, bekas
pemegang hak wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada di
atasnya dan menyerahkan tanah dan tanaman yang ada di atas tanah bekas Hak Guna
Usaha tersebut kepada Negara dalam batas waktu yang ditentukan oleh Menteri.
2. Apabila bangunan, tanaman dan benda-benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
masih diperlukan untuk melangsungkan atau memulihkan pengusahaan tanahnya,
maka kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi yang bentuk dan jumlahnya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
3. Pembongkaran bangunan dan benda-benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan atas biaya bekas pemegang Hak Guna Usaha.
4. Jika bekas pemegang Hak Guna Usaha lalai dalam memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), maka bangunan dan benda-benda yang ada di atas tanah
bekas Hak Guna Usaha itu dibongkar oleh Pemerintah atas biaya bekas pemegang
hak.
Tanah Negara yang diberikan dengan Hak Guna Usaha harus bebas dari kepentingan
pihak lain karena jika Tanah Negara itu berada di dalam kawasan hutan di mana tanah
tersebut harus digunakan untuk hutan sesuai peraturan yang berlaku, maka status tanah
tersebut terlebih dahulu harus dikeluarkan dari  kawasan hutan. Pemegang Hak Guna
Usaha berhak memakai sumber daya alam tersebut sepanjang digunakan untuk keperluan
usaha yang dijalankannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
kepentingan masyarakat sekitarnya. 7

G. Pembebanan Hak 
Pembebanan hak dalam hal ini adalah hak tanggungan. Hak-hak yang dapat
dibebankan hak tanggungan berdasarkan Pasal 4 dan 27 Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Tanah adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai Atas
Negara, Hak Atas Satuan Rumah Susun. Pemberian hak tanggungan sebagai jaminan
utang harus tertuang dalam perjanjian dan merupakan perjanjian pelengkap
(komplementer) dari perjanjian utang piutang.8 Tertuang dalam Pasal 10 ayat (2) UUHT
bahwa hak tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
(“APHT”) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”). Maka hak tanggungan memiliki
sifat mengikuti pemegang objek tersebut kecuali diperjanjikan lain dalam APHT. Setiap
akta APHT diberikan irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”.
Mengenai objek yang dapat diberikan hak tanggungan adalah jaminan kebendaan
yang tertuang dalam beberapa aturan sebagai berikut :9
1. Gadai tertuang dalam Pasal 1150 – 1160 KUHPer;
2. Fidusia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia;
3. Hak Tanggungan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah;
4. Hipotik Kapal tertuang dalam Pasal 1162 – 1232 KUHPer dan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
5. Resi Gudang tertuang dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Sistem
Resi Gudang.

7
H.A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan di Indonesia, Bandung, Rajawali Pers, 2017, Hlm. 20.
8
Maria Amanda, Pembebanan Hak Tanggungan Dengan Hak Tanggungan (Online),
https://hukumproperti.com/pembebanan-hak-atas-tanah-dengan-hak-tanggungan/, (13 Oktober 2022).
9
Letezia Tobing, Apakah Semua Benda Dapat Jadi Jaminan Utang (Online),
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apakah-semua-benda-dapat-jadi-jaminan-utang-lt518f8c34e5c67/ (Online),
(13 Oktober 2022).
H. Hak

Tertuang dalam UUHT Pasal 14 (1) hak dari pemegang HGU adalah menguasai dan
mempergunakan tanah untuk melaksanakan usaha di bidang pertanian, perkebunan,
perikanan dan atau peternakan.10 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Atas Tanah tertuang dalam pasal
14 ayat (1) dan (2). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah
tertuang dalam Pasal 29 huruf a-c yang pada intinya adalah :11

1. Menggunakan dan memanfaatkan tanah sesuai peruntukan dan persyaratan yang


tertuang dalam keputusan dan perjanjian;
2. Memanfaatkan sumber air, dan SDA lainnya diatas tanah tersebut dalam mendukung
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai huruf a sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
3. Melakukan perbuatan hukum (melepaskan, mengalihkan, dan mengubah
penggunaannya serta membebankan dengan hak tanggungan).

I. Kewajiban Pemegang Hak 


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021, pemegang HGU wajib
untuk mengusahakan, mempergunakan, memanfaatkan dan/atau memelihara tanah yang
dikuasai  dengan  berfungsi  sosial.12 Berfungsi sosial disini memiliki maksud adalah
adanya hubungan hukum dengan tanah wajib untuk memelihara tanah, menambah
kesuburannya serta mencegah terjadinya kerusakan dengan ini bertujuan supaya tanah
tersebut dapat memiliki daya guna serta juga manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. 

10
Pasal 14 (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah.
11
Patenku.id,Hak Guna Usaha (HGU) Dalam Aturan Terbaru – Tahun 2022 (Online), 
 https://patenku.id/hak-guna-usaha-hgu-dalam-aturan-terbaru-tahun-2022/, (15 Oktober 2022)
12
 Sofia Rahmawati, Analisis Yuridis Tanah Terlantar Berstatus Hak Guna Usaha - Tahun 2022, (Online)
https://jurnal.instiperjogja.ac.id/index.php/PRO/article/view/237/208 (15 Oktober 2022)
Kewajiban pemegang hak dalam hak guna usaha diatur didalam Peraturan Pemerintah
No 40 Tahun 1996 Pada Bagian Kedua. Pada Pasal 12 ayat (1) Pemegang HGU
Berkewajiban untuk : 13
a. Membayar uang pemasukan kepada Negara
b. melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/atau peternakan sesuai
peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian
haknya.
c. Mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan
usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis.
d. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam
lingkungan areal Hak Guna Usaha.
e. Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga
kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan Hak Guna
Usaha.
g. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada Negara
sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus.
h. Menyerahkan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada Kepala Kantor
Pertanahan.

Sedangkan kewajiban pemegang hak dalam Hak guna usaha yang diatur di dalam
Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2021. Pada Pasal 27 berkewajiban untuk : 
a. Melaksanakan usaha pertanian, perikanan, dan/atau peternakan sesuai peruntukan Can
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya paling lama 2
(dua) tahun sejak hak diberikan.
b. Mengusahakan Tanah hak guna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis.

13
Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
c. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas yang ada dalam
lingkungan areal hak guna usaha.
d. Memelihara Tanah, termasuk menambah kesuburan dan mencegah kerusakannya serta
menjaga kelestarian lingkungan hidup.
e. Memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau
bidang Tanah yang terkurung.
f. Mengelola, memelihara, dan mengau,asi serta mempertahankan fungsi kawasan
konservasi bernilai tinggi (high conservation value, dalam hal areal konservasi berada
pada areal hak guna usaha.
g. Menjaga fungsi konservasi sempadan badan air atau fungsi konservasi lainnya.
h. Mematuhi ketentuan pemanfaatan ruang yang diatur dalam rencana tata ruang.
i. Memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar paling sedikit 20 % (dua puluh
persen) dari luas Tanah yang diberikan hak guna usaha, dalam hal pemegang hak
merupakan badan hukum berbentuk perseroan terbatas dan penggunaannya untuk
perkebunan.
j. Menyampaikan laporan setiap akhir tahun mengenai penggunaan hak guna usaha

J. Larangan Pemegang Hak


Larangan pemegang hak pada Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996. Pada pasal
12 ayat (2) yaitu dikatakan bahwasannya pemegang HGU dilarang untuk menyerahkan
pengusahaan tanah HGU kepada pihak lain, kecuali dalam hal-hal diperbolehkan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sub Bab Khusus
HGU dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 

Poin Pembahasan Sebelum UUCK Sesudah UUCK


Syarat adanya Undang-Undang Pokok Agraria
HGU Pasal 30 mengenai syarat pemilik HGU
adalah:
1. warga-negara Indonesia;
2. Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Atas Tanah
1. Warga Negara Indonesia;
2. Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2021 tentang tentang Hak Pengelolaan,
Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,
dan Pendaftaran Tanah
Pasal 19 :
1. Warga Negara Indonesia;
2. Badan hukum yang didirikan menurut
Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Masa Berlaku Undang-Undang Pokok Agraria
Pasal 29 : 25 tahun dan dapat
diperpanjang hingga 35 tahun dan dapat
diperjanjang lagi hingga 25 tahun.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Atas Tanah
Pasal 8 : 35 Tahun, dapat diperpanjang 25
tahun.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2021 tentang tentang Hak Pengelolaan,
Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,
dan Pendaftaran Tanah
Pasal 22 ayat (1) 35 Tahun, dapat
diperpanjang selama 25 tahun dan dapat
diperpanjang lagi 35 tahun.
Pendaftaran Undang-Undang Pokok Agraria
Pasal 28 ayat (2) minimal 5 ha dan jika
lebih dari 25 hal memakai investasi modal
yang layak dan teknik perusahaan yang
baik, sesuai dengan perkembangan zaman
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997
Pasal 10 ayat (2) : Khusus untuk
pendaftaran tanah hak guna usaha, hak
pengelolaan, hak tanggungan dan tanah
Negara satuan wilayah tata usaha
pendaftarannya adalah
Kabupaten/Kotamadya.
Bank Tanah Sebagaimana diatur dalam UUPA  Pasal 1 Ditetapkannya Undang-
ini mengandung filosofi bagaimana Undang Nomor 11 Tahun
hubungan antara bangsa Indonesia dengan 2020 tentang Cipta Kerja,
bumi, air dan, ruang angkasa yang dimana dalam Bagian
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Keempat mengenai
Esa. Beberapa ketentuan terkait yang Pertanahan, dibentuklah
mengatur mengenai negara memerlukan Badan Bank Tanah. Dengan
tanah bertujuan untuk terselenggaranya terbentuknya Badan Bank
pembangunan untuk kepentingan umum Tanah ini diharapkan
serta dalam rangka mewujudkan kebutuhan negara atas tanah
masyarakat adil dan makmur dan mendapat solusi. Pengaturan
sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD terkait dengan Bank Tanah ini
1945 seperti diatur dalam  Pasal 33 ayat diatur dalam dalam Pasal 125
(3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA, UU jo  Pasal 135 UU Cipta Kerja.
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2018 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun
2018, serta UU Nomor 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun.
Daftar Pustaka
Buku
Dr. Sahnan, S.H., M.Hum, Hukum Agraria Indonesia, Setara Press, Malang, 2016.
H.A. Faishal Haq, Hukum Perwakafan di Indonesia, Bandung, Rajawali Pers, 2017.
Hery Shietra, Praktik Hukum Jaminan Kebendaan, Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2015.
Supriadi, S.H., M.Hum, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2018.
Urip Santoso, S.H., M.H, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2010.

Internet
Letezia Tobing. Apakah Semua Benda Dapat Jadi Jaminan Utang.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/apakah-semua-benda-dapat-jadi-jaminan-utang-
lt518f8c34e5c67/, diakses pada 13 Oktober 2022.
Maria Amanda. Pembebanan Hak Tanggungan Dengan Hak Tanggungan.
https://hukumproperti.com/pembebanan-hak-atas-tanah-dengan-hak-tanggungan/, diakses
pada 13 Oktober 2022.
Patenku.id. Hak Guna Usaha (HGU) Dalam Aturan Terbaru – Tahun 2022.
https://patenku.id/hak-guna-usaha-hgu-dalam-aturan-terbaru-tahun-2022/, diakses pada15
Oktober 2022.
Sofia Rahmawati. Analisis Yuridis Tanah Terlantar Berstatus Hak Guna Usaha - Tahun 2022.
https://jurnal.instiperjogja.ac.id/index.php/PRO/article/view/237/208, diakses pada15 Oktober
2022

Undang-Undang
Pasal 14 (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

SUB BAB KHUSUS : Perubahannya Pasca UUCK 


Faishal, Haq. H.A. Hukum Perwakafan di Indonesia. Bandung. Rajawali Pers. 2017.
Shietra, Hery. Praktik Hukum Jaminan Kebendaan. Jakarta. Chitra Aditya Bakti. 2015.

Anda mungkin juga menyukai