3 Aspek Mutu, Keamanan Dan Regulasi
3 Aspek Mutu, Keamanan Dan Regulasi
Regulasi 3 rd
Pengembangan Produk Pangan dari
Agro-Marine
Program Studi Gizi
Regulasi Halal
PRODUCTION , MANUFACTURING , AND QUALITY OF FOOD
Mutu makanan pada tingkat produksi dinilai dari “nilai jual”
produk tersebut
Nilai ditentukan oleh sistem penilaian/pengukuran yang memiliki
standar untuk ukuran, bentuk, penampilan, kerusakan, dan
komposisi makanan seperti ukuran otot daging, persentase
lemak biji canola, atau kekuatan alkohol bir
Mutu yang berorientasi pada produk dan manufaktur merupakan
Mutu mutu objektif dari produk makanan
Mutu objektif mencakup semua faktor yang dapat diukur secara
Pangan
analitis, dapat diulang, dan dapat diukur, dan mencakup berat
badan, kandungan lemak, kelembutan, pH, dan berat jenis
Dalam beberapa kasus, karakteristik objektif dapat digunakan
untuk menyimpulkan pengalaman subjektif seperti potongan
daging dengan lemak yang kurang terlihat dianggap sebagai
mutu yang lebih tinggi karena dianggap lebih enak dan/atau
lebih sehat.
Pada tingkat manufaktur, mutu juga ditentukan oleh komposisi
serta metode produksi dan karakteristik sensorik yang dianggap
dihargai oleh konsumen
Mutu
Pangan
FLAVOR AS A DIMENSION OF QUALITY
Rasa adalah faktor kunci dalam persepsi kualitas makanan
Rasa makanan yang dirasakan berasal ketika tiga sistem
sensorik independen diaktifkan:
rasa
penciuman
Mutu
somatosensasi oronasal (iritasi, termal, dan tekstur)
Selain aktivasi sistem sensorik, faktor sosial dan gaya hidup
mempengaruhi penilaian pada rasa yang dirasakan, apa yang
Pangan seseorang percaya sangat pahit dan tidak menyenangkan, orang
lain mungkin merasakan sedikit kepahitan dan menyenangkan.
Ada variasi dalam persepsi dan kesukaan
adaptasi sensorik,
kebisingan latar belakang dalam sistem saraf,
berbagai reseptor perifer yang diaktifkan selama makan,
warisan sosiokultural individu, dan
lingkungan lokal
Taste
Integration
Sense of
Taste &
Smell Smell
Mutu SENSORY ON
QUALITY
Pangan Cheme
PERCEPTION
Auditory
thesis Texture
Appear
Texture
ance
Price
Conveni
Tradition
ence
Mutu
Contextua
Branding l
NONSENSORY Influences
Pangan
IN QUALITY
PERCEPTION
Food
Cultural
Proces Difference
sing
Ethical Credence
Concern Attribute
Keamanan
Pangan
Regulasi Halal
SEJARAH
REGULASI HALAL DI INDONESIA
1996
PENANDATANGANAN NOTA
KESEPAKATAN KERJASAMA
DEPARTEMEN AGAMA, DEPARTEMEN
KESEHATAN, & MUI
2019
17 Okt 2019
Pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
• Mandatori Sertifikasi Halal
2014 •
•
BPJPH : regulator
MUI : pemberi fatwa
Pengesahan RUU Jaminan • LPH : lembaga pemeriksa kehalalan produk
Produk Halal (JPH) menjadi
UU Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk
Halal
12 Nov 2019
Penerbitan Peraturan Deskresi
Keputusan Menteri Agama (KMA) No.982 Tahun 2019
BPJPH : permohonan sertifikasi halal dan penerbitan sertifikat
2004 2019 halal
MUI : melakukan pengkajian ilmiah terhadap hasil pemeriksaan
Pembahasan RUU Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) dan/atau pengujian kehalalan produk yang dilakukan oleh LPH.
Jaminan Produk Halal No.31 Tahun 2019 tentang Peraturan Selain itu, MUI berwenang dalam pelaksanaan siding fatwa halal.
Pelaksanaan UU Nomor 33 Tahun 2014 LPPOM MUI : sebagai LPH berwenang dalam pemeriksaan
tentang Jaminan Produk Halal dan/atau pengujian kehalalan produk.
17 OKTOBER 2019
Kewenangan sertifikasi produk halal yang sebelumnya dilakukan LPPOM MUI, kemudian
diambil alih oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag. Sehingga,
sejak 17 Oktober 2019, perusahaan dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan
mengajukan pendaftaran perdana atau perpanjangan sertifikasi halal ke Indonesia harus
melalui BPJPH. Sementara itu, perusahaan, baik dalam maupun luar negeri, yang mengajukan
sertifikasi halal ke MUI sebelum 17 Oktober 2019, masih dibenarkan sesuai regulasi. Namun,
jika masa berlaku sertifikat halalnya akan berakhir atau sudah kedaluarsa, maka proses
perpanjangannya wajib melalui BPJPH.
Pada 12 November 2019, Kementerian Agama mengeluarkan Keputusan Menteri Agama (KMA)
No. 982.
Adapun tugas dan wewenang yang dinyatakan dalam KMA tersebut antara lain:
a. BPJPH berwenang dalam pengajuan permohonan sertifikasi halal dan penerbitan sertifikat
halal.
b. MUI berwenang dalam pengkajian ilmiah terhadap hasil pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan produk. Selain itu juga, MUI berwenang dalam pelaksanaan sidang fatwa halal.
c. LPPOM MUI berwenang dalam pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk.
H A L A L