Anda di halaman 1dari 29

TAKSONOMI TUJUAN BELAJAR DAN CARA PENCAPAIAN TUJUAN

PEMBELAJARAN KIMIA

DOSEN PENGAMPU : Dra. M Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes

Minarni, S.Pd, M.Si

KELOMPOK 3 :

DINDA ANGGUN ( A1C117079)

MITA ISTIANA (A1C117083)

MUHAMMAD YAMIN (A1C117047)

NOVELA MELINDA (A1C117007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Atas kemudahan dari-Nya. Makalah Dasar Dasar Proses Pembelajaran
Kimia dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas dan mempunyai tujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya khususnya mahasiswa
Universitas Jambi, maupun pihak yang terkait didalamnya serta dapat memberikan
motivasi atau dorongan agar memiliki kepribadian yang lebih baik di masa yang akan
mendatang dan bisa sebagai bahan acuan. Karya tulis ini pada umumnya membahas
secara rinci mengenai pengertian kebudayaan dan kepribadian sampai dengan peranan
kebudayaan terhadap kepribadian itu sendiri.

Mengingat dalam proses penyelesaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah
membantu baik secara moral dan material, secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian karya tulis ini, terutama Ibu Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati,.M.Kes
selaku dosen Mata Kuliah Dasar Dasar Proses Pembelajaran KImia . Serta, pihak lain
yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini yang tak bisa
disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Jambi, Agustus 2018

penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………….………..…………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…….....ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………..……………………………....1

1.1 Latar belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan..............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi tujuan belajar ( Bloom,Anderson,Marzano)...................................................6

2.2 Cara pencapaian pembelajaran kimia..............................................................................16

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................27

3.2 Saran................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam konteks pendidikan, kegiatan evaluasi tidak dapat dilepaskan dari


tujuan pendidikan atau tujuan pembelajaran. Pertanyaan pokok sebelum penilaian
ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan ini kita kembali pada unsur-
unsur yang terdapat dalam proses belajar-mengajar.

Ada empat unsur utama proses belajar-mengajar yakni tujuan-bahan metode


dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar, Bahan
adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk
disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan
yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang dugunakan dalam
mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa.

Dalam pendidikan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan


testing untuk membandingkan kemampuan siswa yang diukur dengan tes sebagai alat
ukurnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan
itu dilakukan pada proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Setiap
proses belajar mempengaruhi prilaku pada domain tertentu pada diri siswa, tergantung
perubahaan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan taksonomi tujuan belajar?


2. Apa saja taksonomi belajar menurut Bloom,Anderson,Marzano?
3. Apa syarat syarat membuat kalimat indikator yang baik?
4. Apa saja kata kerja operasional ?
5. Apa saja perumusuan indikator/tujuan pembelajaran?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan taksonomi tujuan belajar


2. Mengetahui taksonomi menurut Bloom,Anderson,dan Marzano
3. Mengetahui syarat syarat membuat kalimat indikator yang baik
4. Mengetahui apa saja kata kerja operasional
5. Mengetahui perumusan indikator/tujuan pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Tujuan Belajar (Bloom,Anderson,Marzano)

Kata “taksonomi” diambil dari bahasa yunani tassein yang mengandug arti
“untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan” taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompoka suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Posisi
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih rendah bersifat lebih
spesifik.

Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi pelajaran yang diurutkan
menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar klasifikasi (hukum), misalnya,
persamaan dan perbedaan dalam struktur, perilaku, dan fungsi(Sunaryo,wowo.2014).

Taksonomi memberikan kemudahan dalam mendukung cara berpikir, seperti


yang diilustrasikan, melalui kelompok unsur-unsurnya. Selanjutnya, bagian duurutkan
ke dalam masing-masing kelompok dan mengasilkan aturan dua dimensi seperti yang
dikenakan sebagai tabel periodik. Berdasarkan taksonomi, objek studi dapat dipilah
menjadi kelompok- kelompok disatu dasar 9 taksonomi unidimensi),atau pada lebih
dari satu dasar di waktu yang sama (taksonomi multidimensi). Misalnya, sepotong roti
dapat diurutkan ke dalam taksonomi dua dimensi menurut warna roti (cokelat atau
putih).

Taksonomi berguna untuk memfasilitasi proses mental, terutama untuk


memperoleh dan mencapai tujuan, atau dengan kata lain sebagai alat belajar berpikir.
Taksonomi memecahkan bagian menjadi unit-unit yang berhubungan dengan unit
lainnya secara komprehensif, tetapi ringkas dan jelas sebagai kata kunci

2.1.1 Taksonomi Tujuan Pendidikan Benyamin bloom

a. Latar Belakang

Gagasan untuk membentuk sistem klasifikasi hasil belajar, diawali pada suatu
pertemuan informal para penguji perguruan tinggi tahun 1948 yang bergabung pada
American Psychological Assoiatin Convention ( konvensi asosiasi psikolog amerika)
di Boston. Pertemuan ini yang pertama kali dalam satu rangkaian informal tahunan
para penguji diperguruan tinggi. Asosiasi ini memiliki anggota yang mewakili setiap
universitas yang berbeda. Kelompok kerja, bersifat informal tanpa ikatan dan
keanggotaan reguler, dan bekerja dibawah kondisi semacam komite serta editor yang
mempertanggung jawabkan produk, gagasan-gagasan, usulan-usulan dan kritik yag
disebar pada setiap pertemuan

Tugas utama dari kelompok kerja yang duduk pada keanggotaan asosiasi,
adalah mempertimbangkan pemecahan masalah yang terkait dengan pengorganisasian
dan penggolongan sasaran hasil pendidikan. Pertimbangan yang penting sebagai hasil
diskusi dalam pertemuan, yaitu berkenaan dengan ujian, penelitian pendidkan,
gagasan mengenai sistem ujian, mempromosikan bahan-bahan tes, dan peneltian yang
terkait dengan sasaran belajar.

Adapun yang menjadi skala prioritas, berkenaan dengan kerangka kerja


penggolongan sasaran dan rancangan ujian. Selain itu, komite kerja memberikan tugas
kepada tiap kelompok, untuk menulis karya tulis dengan nama atau judul taksonomi
“kognitif” dan selebihnya ada yang mengembangkan bagian taksonomi “afektif” serta
“psikomotorik” (Bloom, 1956: 5).

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain (ranah),yaitu :

1. Domain Kognitif

Pertama,bagian dari taksonomi adalah ranah kognitif yaitu teori ranah yang
menjadi perhatian,sasarannya merupakan hasil yang berhubungan dengan daya ingat
tentang pengetahuan,keterampilan serta kemampuan intelektual.Ranah yang berpusat
dalam pengkajian test dan pengembangan kurikulum,melalui pendefenisian sasaran
hasil sebagai uraian perilaku siswa.

2. Domain Afektif

Kedua,bagian dari taksonomi adalah ranah afektif.Sasaran yang menguraikan


perubahan-perubahan di dalam sikap (minat,sikap dan nilai-nilai,penyesuaian diri
serta pengembangan penghargaan).Sasaran dalam ranah afektif tidak dapat dinyatakan
dengan tepat,dan sesungguhnya para guru tidak dapat mengukur secara jelas
mengenai pengalaman pelajaran yang sesuai dengan sasaran hasil ini.
3. Domain Psikomotorik

Ketiga,ranah manipulatif atau ranah motorik. Di sekolah menengah dan


perguruan tinggi lebih menekankan pengembangan dari penggolongan sasaran belajar
yang sangat bermanfaat,dan akan menghargai penafsiran dari para guru dan para
pekerja bidang pendidikan lain terutama yang tertaik pada ranah keterampilan motorik
sebagai sasaran hasil pendidikan

Pengalaman empirik menunjukkan bahwa guru-guru banyak mengalami


masalah ketika disuruh untuk memetakan kompetensi hasil belajar kedalam indikator-
indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan Taksonomi
Bloom.Misalnya,apabila suatu tujuan pembelajaran dalam pembelajaran kimia di
SMA,dirumuskan mendiskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa
hidrokarbon”,maka pertanyaannya adalah apa saja pengetahuan yang harus dimiiki
siswa dalam jaminan bahwa mereka mampu mendeskripsikan kekhasan atom karbon.
(Subagia,2012)

Menurut Akbar (2013:11)secara bertingkat-tingkat dari rendah ke tingkat tinggi


taksonomi Bloom sebagai berikut :

1.1.1 Ranah Kognitive


Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual.
Ranah (Domain) Kognitive Kata kerja operasional
(dari rendah ke tinggi)
Pengetahuan
kemampuan menilai Mengidentifikasi, memilih,
berdasarkan norma, menilai menyebutkan nama, membuat daftar.
mutu karangan, dan lain-lain.
Pemahaman
Kemampuan menjelaskan Membedakan, menjelaskan,
dengan kata-kata sendiri : menyimpulkan, merangkum,
Menerjemahkan, memperkirakan.
menafsirkan, memperkirakan,
memahami isi, mengartikan
table dan lain-lain.
Penerapan
Kemampuan memecahkan Menghitung, menggunakan,
masalah, membuat bagian, menerapkan, memodifikasi,
menggunakan kaidah, prinsip, mentransfer.
prosedur, metode, dan lain-
lain.
Analisis
Kemampuan memisahkan, Membuat diagram, membedakan,
membedakan, memerinci menghubungkan, menjabarkan
bagian-bagian, hubungan kedalam bagian-bagian.
antar bagian, dan lain-lai.
Sintesis
Kemampuan menyusun, Menciptakan, mendesain,
misalnya karangan, rencana, memformulasikan, membuat
program kerja, dan lain-lain. prediksi.
Evaluasi
Kemampuan menilai Membuat kritik, membuat penilaian,
berdasarkan norma, misalnya membandingkan membuat evaluasi.
menilai mutu karangan, dan
sebagainya.

1.1.2 Ranah Afektif


Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi.
Ranah (Domain) Afektif Kata Kerja Operasional
(dari rendah ke tinggi)
Penerimaan
Kemampuan menjadi peka Mendengarkan, menghadiri, melihat,
tentang sesuatu hal yang memperhatikan.
menerima apa adanya
Partisipasi
Kerelaan memerhatikan dan Mengikuti, mendiskusikan, berlatih,
partisipasi dalam suatu berpartisipasi, mematuhi.
kegiatan.
Penilaian dan Penentuan
Sikap
Kemampuan menilai dan Memilih, meyakinkan, bertindak,

menentukan sikap. mengemukakan argumentasi

Organisasi
Kemampuan membentuk Memilih, memutuskan,
sistem nilai sebagai pola memformulasikan, membandingkan,
hidup. membuat sistematisasi.
Pembentukan Pola Hidup
Kemampuan menghayati nilai Menunjukan sikap, menolak,
sehingga menjadi pegangan mendemonstrasikan, menghindari.
hidup.

1.1.3 Ranah Psikomotor


Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik berenang dan mengoprasikan mesin.
Ranah (Domain) Psikomotor Kata Kerja Operasional
(dari rendah ke tinggi)
Persepsi
Kemampuan memilah-milah Memilah-milah.
dan kepekaan terhadap
berbagai hal.
Kesiapan
Bersiap diri secara fisik. Melakukan gerakan start.
Gerakan Terbimbing
Kemampuan meniru contoh. Menjiplak, meniru.
Gerakan Terbiasa
Kemampuan yang berpegang Terbiasa, berpola
pada pola.
Gerakan Kompleks
Berkemampuan luwes, gesit, Lincah, gesit, cekatan.
dan lincah.
Penyesuaian
Kemampuan mengubah dan Mengubah, mengatur kembali,
mengatur kembali. menata.
Kreativitas
Kemampuan menciptakan Mencipta, menambah.
pola baru.

b. kegunaan taksonomi dalam rancangan pendidikan

Bloom menjelaskan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran


dengan mempertimbangkan 4 pertanyaan pokok sebagai berikut;

1. Tujuan pendidikan, tujuan sekolah atau kursus-kursus seperti apa yang harus dicapai;
2. Pengalaman belajar seperti apa, yang memungkinkan dapat mencapai sasaran?
3. Bagaimana pengalaman belajar dapat diorganisasikan secara efektif? Sehingga urutan,
kesinambungan dan pengintregasiaan bisa terjadi dalam pengalamn belajar secara
terisolasi;
4. Bagaimana efektivitas pengalaman belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan tes
dan bentuk lainnya, secara sistematis melalui pengumpulan bukti sesuai prosedur.
Tujuan pendidikan harus berhubungan dengan psikologi belajar, dalam
persoalan ini disekolah harus mempertimbangkan faktor-faktoryang memungkinkan
keterlibatan siswa dalam belajar. Penggunaan psikologi pembelajaran, memungkinkan
sekolah untuk menetukan penempatan urutan belajar yang sesuai tujuan

Salah satu sumber umum yang digunakan dalam menentukan tujuan dan
sasaran adalah apa yang tersedia pada diri siswa, menyangkut; sejauh mana tingkat
perkembangan yang dimiliki? Apa kebutuhan mereka? Apa kepentingan mereka?
Selain itu, perlu diinvestigasi dari kondisi dan kehidupan kontemporer yang membuat
tuntutan pada orang-orang muda dan dewasa serta memberikan kesempatan bagi
mereka. Kegiatan apa yang harus dilakukan individu sesuai harapan? Peluang apa
yang mungkin dalam merealisasikan pelayanan sesuai dengan potensi dirinya?
2.1.2 Taksonomi tujuan pendidikan revisi Taksonomi Bloom oleh anderson dan
krathwohls (1999; 2001)

Taksonomi Bloom telah mempengaruhi pendidikan baik secara langsung


maupun tidak langsung dalam pengembangan kurikulum,desain pembelajaran dan
pendidikan guru.Hal ini terbukti Handbook atau Taksonomi Bloom beserta dengan
contoh-contoh yang diketengahkan didalamnya,kerap kali dikutip dalam banyak
sekali buku teks tentang pengukuran ,kurikulum,dan pendidikan guru.Adanya
kebutuhan untuk memadukanpengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran
baru dalam sebuah sejarah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan.Kemajuan dalam
khazanah ilmu ini mendukung keharusan untuk merevisi Handbook .

a.Latar Belakang

Fokus perhatian pada domain taksonomi kognitif Bloom (1956), sejalan


dengan perkembangan kemajuan dalam ilmu pengetahuan sejak dipublikasikan
sampai saaat ini masih menjadi perhatian. Oleh karena itu, telah dilakukan revisi atas
dasar umpan balik pandangan para ahli internasional terhadap pemikiran Bloom,
bersama-sama dengan beberapa tim penulisnya, memberikan kontribusi dalam karya
besar.

Dalam taksonomi revisi ,Anderson melakukan perubahan dalam sub-sub


kategori proses kognitif yang berbentuk kata benda diubah atau diganti dengan
menggunakan kata kerja.Alasan menggunakan kata kerja dikarenakan jika sub-sub
kategori menggunakan kata kerja tentu akan lebih bermanfaat bagi guru untuk
merumuskan tujuan dalam proses pembelajaran ,untuk menstujkturkan dan
mengkategorikan tujuan,aktifitas pembelajaran dan tugas asesmennya

Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya pada ranah kognitif dengan
menggunakan kata kerja. Perubahan ini dilakukan dengan memberi versi baru pada
ranah kognitif yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif
(Effendi,Ramlan.2012)

Anderson juga menjelaskan kenapa harus menggunakan kata kerja, alasannya


adalah :
1. kata kerja mempresentasikan proses-proses kognitif yang dijelaskan dalam teori dan
hasil penelitian kognitif.
2. Kata kerja merupakan jenis-jenis proses yang lazim dijumpai dalam rumusan tujuan
dan rencana unit pengajaran guru.

Selanjutnya ada 4 kategori dalam dimensi pengetahuan kognitif yaitu


pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif. Sedangkan pada dimensi proses kognitif juga dibagi
menjadi 6 tingkatan yaitu: Mengingat(remembering),memahami (understanding),
mengaplikasikan (applying), menganalisis(analyzing), Mengevaluasi (evaluating), dan
mengkreasi (creating). Enam tingkatan inilah yang sering digunakan dalam
merumuskan tujuan belajar yang dikenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.

Tabel 1.Perbandingan taksonomi bloom dan revisinya ranah kognitif Taksonomi


Bloom Revisi Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom Keterangan

Pengetahuan Mengingat Low order


thinking
Penerapan Memahami
skills
Pengalaman Mengaplikasikan High Order

Analisis Menganalisis Thinking


skills
Sintesis Mengevaluasi

Evaluasi Mengkreasi

Konsep berpikir tingkat tinggi merupakan pengembangan dari level kognitif


sebagaimana decetuskan oleh Benyamin S.Bloom yang kemudian direvisi oleh
Anderson membagi level kognitif dalam 6 tingkatan seperti yg tertera pada tabel di
atas. Dari keenam level tersebut,diidentifikasikan kedalam 2 jenis level berfikir yaitu
berfikir tingkat rendah (Low order thinking skills) dan berfikir tingkat tinggi (High
Order Thinking skills)

b. Teori Taksonomi Tujuan Berpikir Kognitif

Anderson dan Krathwohl (2001), mempertahankan kategori enam proses


kognitif; pengetahuan,menerapkan,menganalisis,mengevaluasi dan menciptakan.
Revisi menekankan penggunaan taksonomi dalam perencanaan program,pembelajaran
dan penilaian, dan dalam menyelaraskan dari ketiga kegiatan. Hal lainnya antara lain;

1. buku aslinya dikembangkan oleh penguji perguruan tinggi, sedangkan hasil revisi
dapat digunakan oleh guru di sekolah dasar dan menengah
2. Contoh penilaian yang terdapat dalam revisi buku, dirancang untuk menggambarkan
dan memperjelas makna dari berbagai sub-kategori. Semua tidak dimasukkan sebagai
model item tes seperti pada buku aslinya;
3. Buku asli penggunaan item tes, berguna untuk mengklarifikasi arti defenisi; dalam
perubahan makna dijelaskan melalui deskripsi luas subkategori dan sketsa dari
ilustrasi kasus
4. Dalam revisi buku, telah diganti dan reorganisasi sub-pengetahuan kategori menjadi
empat jenis pengetahuan : faktual, konseptua, prosedural, dan metakognitif.
5. Dua buah kategori utama dalam rangka asli, pemahamn telah menjadi memahami dan
sintesis telah menjadi menciptakan.
6. Dalam revisi buku, telah diganti dan reorganisasi sub-pengetahuan kategori menjadi
empat jenis pengetahuan: factual, konseptual, procedural, dan metakognitif

Pengetahuan factual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tampak


lebih nyata dan operasional, serta bersifat penjeasan singkat atau bersifat kebendaan
yang diobservasi dengan mudah. Meliputi definisi pengetahuan, pengetahuan umum
dan bagian-bagiannya, atau bentuk dari bagian-bagian sesuatu benda baik dalam
bentuk proses atau hasil pekerjaan manusia atau alam.
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam bentuk
pengetahuan yang tersusun secara sistemtis. Meliputi pengetahuan pengklasifikasikan,
prinsip-prinsip, generalisasi, teori-teori, hukum, model-model dan struktur isi materi
lainnya.
Pengetahuan procedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.
Meliputi pengetahuan keterampilan dan algoritm, teknik-teknik metode-metode, dan
penentuan kriteria pengetahuan atau pembenaran ‘ketika melakukan apa’ dalam ranah
mata pelajaran tertentu.

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian umum


dan pengetahuan tentang salah satu pengertian pokok. Meliputi pengetahuan
strategi; pengetahuan tentang tugas-tugas, termasuk pengetahauan kontekstual dan
kondisional (Sunaryo,wowo.2014)

2.1.3. Robert Marzano


Taksonomi Marzano merupakan taksonomi suatu sistem yang menggolongkan
sasaran hasil dan suatu model teoritis dari proses mental.terdapat dua prinsip
kalsifikasi yang dilakukan antara diri sendiri (pribadi),metakognitif dan teori
sistem;tingkat kendali dari arah aliran informasi secara sadar.
Marzano menyarankan setiap tingkatan harus dimasukkan ke dalam
kurikulum terpilih yang menekankan pada proses,lebih dari sekedar isi.selain
itu,taksonomi ini sangat mendukung para guru dalam menetapkan sasaran
hasil,mencoba mengadopsi ,mengembangkan pendekatan partisipasi dan belajar
berdasarkan penjelasan . fokus perhatian lebih dititikberatkan pada rasionalitas
daripada emosi,dan asumsinya pembelajr sudah dalam kondisi yang layak.

Menurut (Soesilowati,2011:21-24). Berdasarkan teori Taksonomi Marzano,proses


belajar yang kita lakukan sebenarnya terdiri atas tiga level :
1. Sistem diri (Self System),meliputi aspek relevansi,kemampuan,dan emosi.
Aspek pertama adalah relevansi artinya materi pelajaran harus memiliki relevansi
atau manfaat bagi kehidupan anak-anak.Bila anak menganggap materi yang akan
dipelajari tidak relevan atau tidak berguna untuk hidupnya,anak merasa sulit dan
tidak mampudan ada muatan emosi negatif pada pengalaman belajar.Akibatnya
belajar bisa dilakukan namun informasi tidak bisa masuk ke memori dan tidak
terjadi internaslisasi.
2. Kemampuan,artinya materi pelajaran juga harus membuat anak merasa memilki
kemampuan untuk mengerjakannya.Saat anak merasa tugas yang dikerjakan terlalu
berat,merasa tidak mampu,waktu untuk mengerjakannya tidak cukup,apapun
alasannya sehingga membuat anak merasa tidak mampu atau tidak berdaya ,hal itu
akan menurunkan motivasi anak sehingga anak menjadi malas belajar.
3. Emosi,artinya belajar haruslah menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi
anak.Apabila anak mengalami pengalaman yang menyenangkan,mengalami
kegembiraan,apapun itu otomatis dia ingin mengulangi lagi pengalaman positif
itu.Intinya,bila anak merasa materi yang akan dipelajari tidak relevan atau tidak
berguna untuk hidupnya,anak merasa sulit dan tidak mampu.Jika ada muatan emosi
negatif pada pengalaman belajar,lebih tepatnya pintu gerbang pikiran bawah sadar
akan langsung menutup.Akibatnya,walau pembelajaran dilakukan,informasi tidak bisa
masuk kedalam memori dan tidak terjadi internalisasi.
Pembelajaran sains pada calon guru yang menekankan pada kemampuan
pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan
meningkatkan kualitas diri calon guru sehingga dapat mencapai kesuksesan di dunia
kerjanya nanti. Saat menghadapi sebuah masalah mahasiswa dituntut untuk
membangun hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ada
sebelumnya dalam menemukan sebuah penyelesaian.Terdapat sebuah taksonomi baru,
khusus untuk pengklasifikasian masalah-masalah fisika berdasarkan proses kognitif
mahasiswa. Taksonomi tersebut dikenal dengan sebutan Taxonomy of Introductory
Physics Problem (TIPP). Taksonomi ini mengacu pada taksonomi yang diciptakan
oleh Marzano dan Kendall atau dikenal dengan The New Taxonomy of Educational
Objectives (NTEO). Dalam penelitian ini, proses kognitif mahasiswa dapat dilihat
dari kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan
masalah fisika (Taskirah,dkk.2012)

2.2 Cara Pencapaian Tujuan Pembelajaran Kimia

Tujuan pembelajaran adlah penguasaan kompetensi yang bersifat operasional


yang ditargetkan atau dicapai oleh siswa dalam RPP.tujuan pembelajaran dirumuskan
mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator,dalam bentuk pernyataan yang
operasional.karena rumusan tujuan pembelajaran ditarik dari rumusan
indikator .jadi,misalnya indikator yang berhasil dikembangkan dari KD-3 dan KD-4
dari berbagai mata pelajaran yang termasuk dalam jaringan tema yakni 7 buah ,maka
tujuan pembelajarannya pun sama namun dalam penyusunan rumusan tujuan
pembelajaran ini ada penambahan seuah kalimat pengantar yang menunjukkan
tentang pengalaman belajar yang akan diberkan kepada peserta didik untuk bisa
menguasai kometensi pembelajaran tersebut. Kalimat pengantar tersebut bisa berupa
suatu statement yang menegaskan tentang penggunaan pendekatan,strategi ,metode
atau media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran supaya
siswa menguasai kompetensi.misalnya,setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
menggunakan strategi pembelajaran information search , acting out, galery learning
siswa mampu ..... ’ Contohnya sebagai berikut

Contoh

Setelah mengikuti kegiatan pembelajran dengan metode tanya jawab ,diskusi dan
penugasan,maka :

1. siswa harus mampu menyebutkan contoh cara menjaga kebersihan lingkungan


rumah melalui tanya jawab dengan benar,atau mampu menyebutkan contoh pada
golongan Alkali tanah,dan lain lain ( Prastowo,2015 : 191)

2.2.1 Syarat- Syarat Membuat Kalimat Indikator Yang Baik

Indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat


dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.dengan
demikian, Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu
diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan
kriteria berikut ini :

1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).


2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan atau
diobservasi.
3. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
dalam KD maupun SK.
4. Prinsip pengembangan indikator sesuai dengan kepentingan (urgensi),
kesinambungan (kontinuitas), kesesuaian (relevasi), dan kontekstual.
5. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan
lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan
bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten.
6. Sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa.
7. Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Memperhatikan
aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
8. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
9. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
10. Dapat diukur atau dapat dikuantifikasikan atau dapat diamati.
11. Menggunakan kata kerja operasional
(Prastowo, 2015 : 168).

Menurut Susanto (2013 : 41-42), dalam tataran praktis, Sagala (2003:167),


memaparkan tujuan pembelajaran hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: spesifik atau khusus, operasional, dan dapat diukur. Dengan demikian, maka
rumusan tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru hendaknya tepat, spesifik,
operasional, lengkap, dapat diukur, dan sistematis.
Selain ketentuan-ketentuan yang dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang
juga harus dipertimbangkan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu
sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2007:84) bahwa ada empat
komponen yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan pembelajaran
atau indikator hasil belajar.
Ke empat komponen pokok ini digambarkan Sanjaya dalam bentuk pertanyaan,
sebagai berikut:
 Siapa yang belajar atau diharapkan dapat mencapai tujuan atau mencapai hasil
belajar itu?
 Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai
itu?
 Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
 Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh?
Dapat disimpulkan bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran guru
hendaknya selalu berorientasi pada siswa, artinya tujuan-tujuan yang hendaknya
dicapai dalam pembelajaran tidak terlepas dari kondisi dan kebutuhan siswa dalam
belajar.
2.2.2 Kata Kerja Operasional

Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan
dibuat instrumen penilaiannya. Indikator pencapaian hasil belajar berfungsi sebagai
tand atanda yang menunjukkan terjadinya perubahan prilaku peserta didik.

dari penjelasan diatas,fungsi dan peran kata kerja operasional sesungguhnya


sudah sangat jelas yaitu sebagai penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
pernyataan dalam bentuk kata kerja yang menunjukkan perubahan prilaku yang dpaat
diukur yang mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan .

1) Kata kerja ranah Kognitif

Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran kognitif peserta
didik untuk knowledge(C1),comprehesion(C2),application(C3),analysis(C4),synthesis
(C5)dan evaluation(C6) sebagai berikut:

Tabel 1

Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif.

Pengetahuan Pemahaman Penilaian


Penerapan (C3) Analisis (C4) Sintesis (C5)
(Cl) (C2) (C6)
Membandin
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi
gkan
Menyimpulk
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur
an
Mengkategorika
Menjelaskan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
n
Mengarahka
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan
n
Membilang Memerinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifik Mengasosiasika
Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
asi n
Membandingka Mengkombinasik
Mendaftar Memodifikasi Menyeleksi Memutuskan
n an
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Memerinci Menyusun Memisahkan
Mengkontraska Menominasika
Memberi label Menghitung Mengarang
n n
Memberi Mendiagramk
Mengubah Membangun Membangun Memperjelas
indeks an
Mempertahanka Mengorelasika
Memasangkan Mengurutkan Menanggulangi Menugaskan
n n
Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Mempertaha
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan
nkan
Membaca Membedakan Menentukan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggambarkan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menggunakan Membagankan Merancang Merangkum
Menyimpulka Membuktika
Meniru Mencontohkan Menilai Merencanakan
n n
Mencatat Menerangkan Melatih Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes
Memaksimalk
Mereproduksi Mempolakan Mengemukakan Memperjelas Mendukung
an
Memerintahka
Meninjau Memperluas Mengadaptasi Memfasilitasi Memilih
n
Memproyeks
Memilih Menyimpulkan Menyelidiki Mengedit Membentuk
ikan
Menyatakan Meramalkan Mengoperasikan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mempersoalkan Memilih Menggeneralisasi
Mentabulasi Menjabarkan Mengonsepkan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Melaksanakan Melatih Memadukan
Menelusuri Meramalkan Mentransfer Membatasi
Menulis Memproduksi Mereparasi
Memproses Menampilkan
Mengaitkan Menyiapkan
Menyusun Memproduksi
Mensimulasikan Merangkum
Memecahkan Merekonstruksi
Melakukan
Menabulasi
Memproses
Meramalkan

 Knowledge(Pengetahuan)
Aktivitas pembelajaran yang menghendaki peserta didik berpikir untuk
mengingat kembali tentang pengetahuan yang telah diperolehnya berupa
fakta,data,konsep,definisi,dan lain lain.
 Comprehesion(pemahaman)
Pembelajaran yang menghendaki peserta memahami hubungan
antarfaktor,antarkonsep,dan antar data hubungan sebab akibat
 Application (penerapan)
Kegiatan pembelajaran yang memberi keterampilan bagaimana menerapkan
pengetahuan berupa ide,konsep,teori atau petunjuk teknis dalam kehidupan
sehari hari
 Analysis ( analisis)
Kegiatan pembelajaran menunjukkan suatu gagasan dan hubungan antar
bagian serta suatu masalah dan cara penyelesaiannya
 Synthesis (sintesis/membangun/menciptakan)
Aktivitas pembelajaran yang menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
konsep dan kesimpulan serta mengungkapkan dan merangkai berbagai
gagasan menjadi suatu hal yang baru
 Evaluation ( evaluasi/penilaian)
Aktivitas pembelajaran yang mempertimbangkan dan menilai entang satu
ide,gagasanpandangan,aktivitas,perbuatan,sikap ,kebiasaan,nilai,benar atau
salah berdasarkan standar tertentu.
b) Kata kerja ranah Afektif
Banyak Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
afektif peserta didik untuk resiving, responding, valuing, Organization, maupun
characterization sebagai berikut :

Tabel 2

Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Afektif.

Menerima (A1) Menanggapi (A2) Menilai (A3) Mengelola (A4) Menghayati (A5)

Mengubah
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut
perilaku

Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia

Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi


Memberi Mengkompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengkombinasikan Mengkualifikasi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan

Menyetujui Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan

Menampilkan Menggabungkan Memadukan Memecahkan


Melaporkan Mengusulkan Mengelola
Memilih Menekankan Menegosiasi
Mengatakan Menyumbang Merembuk
Memilah
Menolak

 Resiving(menerima)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan resiving antaranya: menanyakan, memilih, mengenal,
menamakan, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasi,
menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab, mendengar.
 Responding(menanggapi)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan responding antaranya: menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormati, berbuat, melakukan, melaporkan, memilih, menceritakan,
menulis, bercakap-cakap, menyiapkan.
 Valuing(menilai)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan valuing antaranya: melengkapi, menggambarkan,
membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang,
menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja,
mengambil peran, mempelajari, menghargai, membedakan, memberi saran,
mengukur, membentuk.
 Organization(mengelola)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan Organization antaranya: mengubah, mengatur,
menggabungkan, menyusun, menukar, menyatukan, membandingkan,
melengkapi, mempertahankan, menerangkan, mengumumkan,
mengidentifikasi, mengintegrasikan, mengorganisir, menyiapkan,
menghubungkan, mensitesiskan.
 Characterization(menghayati)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan characterization antaranya: memengaruhi, menunjukkan,
mengadopsi, melakukan, mengamalkan, memberi saran, menanyakan,
menyelesaikan, merevisi, melayani, memecahkan.
c) Kata kerja ranah Psikomotorik
Banyak kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
afektif gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, (perceptual abilities),
gerakan kemampuan fisik (physical abilities), gerakan terampil (skilled
movements), dan gerakan indah dan kreatif (nondiscursive communications)
sebagai berikut:
 Gerakan refleks
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan refleks antaranya: melompat, menunduk, berjalan,
menggerakkan anggota tubuh, menggenggam, berucap, mengatur,
membina, membelah, memperbaiki, mengambil.
 Gerakan dasar
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan dasar antaranya: melakukan gerakan olahraga,
gerakan shalat, aktivitas ibadah haji.
 Gerakan persepsi (Perceptual Abilities)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan persepsi antaranya: menafsirkan, mendiskriminasi.
 Gerakan kemampuan fisik (Physical Abilities)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan kemauan fisik antaranya: menyegerakan otot,
mengangkat beban, menahan napas, gerakan shalat.
 Gerakan terampil (Skilled Movements)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan terampil antaranya: menulis kaligrafi, membaca Al-
Qur’an, bersenam, bermain bola, menari, berdansa, akrobatik, memainkan
alat musik, mengatur, mengembangkan, memanaskan, memperbaiki.
 Gerakan indah dan kreatif (Nondiscursive Communications)
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan gerakan indah dan kreatif antaranya: menciptakan, berinisiatif,
melukis, membuat desain, bermain musik, menari, bernyanyi, melakukan
gerakan senam, bermain peran, menyesuaikan, mengubah, merekonstruksi,
mengoordinasikan kembali, menukar (Supardi, 2015 : 126-127, 184-185).

Tabel 3

Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Psikomotorik


Pengalamiahan Artikulasi
Menirukan (P1) Memanipulasi (P2)
(P3) (P4)
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungka
Merancang Memutar Membentuk
n
Melamar Memilah Mengirim Memadankan

Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan

Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai

Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir


Memperkecil Mengisi Memproduksi menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel

Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa

Membersihkan Memanipulasi Mengemas Melonggarkan


Memosisikan Mereparasi Membungkus menimbang
Mengkonstruksi Mencampur

2.2.3 Perumusan indikator atau tujuan pembelajaran

Dalam merumuskan indikator penilaian kompetensi, para guru sering mengalami


kesulitan, apakah hanya tingkat kognitif dalam kategori C1, C2, C3, atau jenjang
kognitif yang lainnya yang sesuai digunakan untuk merumuskan indikator
kemampuan “mendeskripsikan”. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Taksonomi
Bloom dalam pengkategorian hasil belajar yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi tidaklah mudah. Apabila dihubungkan dengan ide kompetensi yang
merupakan kemampuan komprehensif yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai, maka terlihat bahwa penilaian yang dilakukan berdasarkan domain
kognitif Bloom kurang tepat karena penilain-penilaian tersebut bersifat parsial
(Subagia, wayan, 2012: 41-42).
Dan juga dalam menyusun tujuan pembelajaran, seorang guru harus
memperhatikan beberapa kriteria penyusunan tujuan pembelajaran yang baik, yaitu
menggunakan kata kerja operasional dirumuskan dalam bentuk hasil belajar,
dirumuskan dalam bentuk kegiatan atau perilaku siswa, harus mengandung satu
kemampuan, dan memperhatikan bentuk format ABCD (audience, behavior,
condition, dan degree) tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk
ABCD format artinya:
A= Audience (petatar,siswa,mahasiswa,murid,dan sasaran didi lainnya).
B= Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagia hasil belajar).
C= Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai).
D= Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
Komponen-komponen akan lebih mudah diingat dengan bantuan manemonik ABCD.
A = Audience yaitu siswa yang akan belajar.
B = Behavior yaitu perilaku spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa setelah
selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian
penting, yaitu kata kerja dan objek.
C = Condition yaitu keadaan atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan
mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki saat ia dites.
D = Degree yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut.
Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas maksimal dari penampilan suatu
perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu berarti siswa belum
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan(Hamzah,2006)
sebagaimana menyusun indikator. Tujuan merupakan dasar untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran dan juga menjadi landasan untuk menentukan materi ,
strategi, media, dan evaluasi pembelajaran.
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan berapa ketentuan sebagai berikut:

 Setiap KD (Kecuali KD kelompok KI-1 dan KI-2) dikembangkan sekurang-


kurangnya menjadi satu indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
 Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata
kerja yang digunakan dalam KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi
minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan
potensi dan kebutuhan peserta didik.
 Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hierarki kompetensi.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
 Indikator harus dapat mengakomodasi karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
Contoh pengembangan indikator dari KD sebagai berikut:

Kompetensi dasar:

3.1 siswa mampu mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan


benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah atau tempat bermain.

4.6 siswa membaca dan mendeskripsikan data pokok yang ditampilkan pada
grafik konkret dan piktograf.

Indikator:

3.1.1 siswa mampu menghitung jumlah benda yang ada pada piktograf dengan
baik dan benar.

3.1.2 siswa mampu mendeskripsikan data yang ditampilkan pada piktograf


dengan baik dan benar.

4.6.1 siswa mampu membaca data pokok yang ditampilkan pada piktograf
dengan baik dan benar (Prastowo, 2015 : 175-176).

Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas belajar dan penilaian hasil
belajar. Dalam bidang pendidikan tujuan-tujuan yang dirumuskan mengindikasikan apa
yang guru inginkan pada siswa mempelajarinya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dimaksudkan mencapai tujuan pembelajaran
. Saat ini rumusan tujuan pendidikan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan
(BNSP) tertuang dalam Standar Isi dan diperinci dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan mata pelajaran dan tingkat satuan pendidikan.
Guru diberikan tugas menyusun indikator-indikator ataupun tujuan pembelajarannya
yang lebih mudah dipahami dan diukur berdasarkan dari SK dan KD (Fatmawati, 2012).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata “taksonomi” diambil dari bahasa Yunani tasein yang mengandung arti
“untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi dapat
diartikan sebagai pengelompokkan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Posisi taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih rendah bersifat
lebih spesifik.

Taksonomi merupakan cara pengkategorian. Guru mengharapkan anak


didiknya berhasil mempelajari sesuatu. Keberhasilan itu tentu harus dapat diukur.
Taksonomi Bloom bermaksud mempermudah guru membuat klasifikasi apa saja yang
harus dipelajari anak didiknya dalam waktu tertentu.

Menurut Bowler (1992), taksonomi terdiri dari kelompok (taksa), materi


pelajaran diurutkan menurut persamaan dan perbedaan. Prinsip atau dasar klasifikasi
(hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, perilaku, dan fungsi.

Indicator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan


perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indicator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi.

Indicator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja


operasional. Rumusan indicator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.

Indickator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan


pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indicator berfungsi sebagai berikut :

1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran


2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran

3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar

4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar

B. Saran

Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidikan serta calon
pendidik. Untuk memperbaiki kualitas, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Supardi,2015. Penilaian Autentik. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

Prastowo,Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu.


Jakarta; PRENADAMEDIA GROUP

Sunaryo,Wowo. 2014. Taksonomi Kognitif. Bandung; PT REMAJA ROSDAKARYA

Effendi,Ramlan . 2012. Konsep Revisi Taksonomi bloom dan implementasinya pada pelajaran
Matematika SMP. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,2(1).ISSN; 2502-7638

Taskirah,dkk. 2012. Kemampuan pemecahan Masalah dinamika partikel pada Mahasiswa Calon
guru fisika berdasarkan TIPP. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako,4(3).ISSN;
2338 3240

Subagia,wayan. 2012. Taksonomi Pembelajaran dan Penilaian Hasl Belajar Berbasis Trikaya. Jurnal
Pendidikan Fisika PMIPA,1(1).ISSN;2303-288X

Fatmawati,Sri. 2012. Perumusan Tujuan Pembelajaran dan Soal Kognitif berorientasi pada revisi
taksonomi bloom dalam pembelajaran fisika. Edusains,1(2). ISSN;2338-4387

Susanto,ahmad. 2013. Teori Belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta;Kencana

Hamzah B,uno. 2006.perencanaan pembelajaran. Jakarta; Kencana

Soesilowati. 2011. Perkalian itu asyik dan menyenangkan. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

Akbar,Sa’dun. 2013. Instrumen perangkat pembelajaran. Bandung; PT REMAJA ROSDAKARYA

Anda mungkin juga menyukai