Anda di halaman 1dari 21

PENGENDALIAN DAN EVALUASI DAKWAH

Dosen Pengampu: Muh. Syahruddin, M.Kom I

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Dakwah

Disusun Oleh :
M. Fikri Haikal Zainal (105271105820)
Aidil Muhammad Khaer (105271107320)
Rico Hartawan (105271104420)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1444 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengendalian dan
Evaluasi Dakwah" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Manajemen Dakwah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang Pengendalian dan Evaluasi Dakwah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis, 24 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengendalian Dakwah 2
B. Unsur dan Proses Pengendalian Manajemen Dakawah 4
C. Fungsi Pengendalian Dakwah 4
D. Produktivitas Organisasi 7
E. Evaluasi Dakwah 7
F. Evaluasi Perencanaan Dakwah 9
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, aktivitas dakwah dijadikan sebagai pekerjaan, yang
berkaitan dengan ahli dan gaji. Padahal jika dilihat dari kewajiban dakwah itu
sendiri adalah kewajiban bagi semua orang islam untuk mengajak sesuatuyang
baik. Dalam aktivitas dakwah yang dianggap sebagai ahli dan gaji, tidak lepas
dari kewajiban dakwah yang dihukumi fardhu kifayah, yaitu dilakukan orang
sekelompok orang atau orang tertentu saja yang mempunya keahlian dan
tehnik dalam berdakwah.

Untuk menjadi da’i yang profesional, hendaknya kita juga harus ketahui
terlebih dahulu bagaimana dakwah bisa dikatakan baik dan berhasil, yaitu
salah satunya harus tercapai unsur-unsurnya, memiliki pendekatan dan metode
yang disesuaikan oleh si Mad’u. Namun, Chesther J. Bernard mengatakan
bahwa dizaman yang modern ini, tidak ada yang jauh lebih penting selain dari
Administration dan Management.

Jadi, untuk menjadi da’i yang profesional dituntut untuk mampu dalam
memenej dakwah secara tepat, agar lebih efektif dan efisien. Diantara
manajemen dakwah itu yang terpenting adalah tentang bagaiamana cara
mengendalikan serta mengevaluasi dakwah didepan mad’u atau didalam situasi
dan kondisi apapun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari pengendalian dakwah ?

2. Bagaimana unsur dan proses pengendalian dakwah?

3. Apa fungsi pengendalian dakwah?

4. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dakwah dan Bagaimana cara


mengevaluasi dakwah?

1
2

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian dakwah dan bagaimana


pengendaliannya

2. Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi dakwah


3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Dakwah
Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian
dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai.
Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang
harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah hal yang berbeda
karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian
dilakukan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah
pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang
kali. Pada organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan
untuk memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan
penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Pengendalian dapat
dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang
direncanakan dan menggerakkan Tindakan korektif. Adapun unsur-unsur
pengendalian meliputi:

1. Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini dapat berupa


sebuah anggaran, sebuah prosedur pengoperasian, sebuah logaritma
keputusan, dan sebagainya.

2. Sebuah pengukuran proses riil.

3. Sebuah laporan penyimpangan pada unit pengendali.

4. Seperangkat tindakan yang dapat dilakukan oleh unit pengendali untuk


mengubah prestasi mendatang jika prestasi sekarang kurang
memuaskan,yaitu seperangkat aturan keputusan untuk memilih tanggapan
yang layak.

5. Dalam hal tindakan unit pengendali gagal membawa prestasi nyata yang
kurang memuaskan ke arah yang diharapkan, sehingga ada sebuah metode
tingkat perencanaan atau pengendalian lebih tinggi untuk mengubah
satuatau beberapa keadaan yang kondusif

Pada era sekarang ini pengendalian operasi dakwah dilakukan terintegrasi

4
5

dari suatu organisasi dakwah sudah menjadi suatu kebutuhan dari suatu kebutuhan,
dan dalam pengendalian ini selalu disertakan unsur perbaikan yang berkelanjutan.
Sifat perbaikan yang berlangsung secara berkesinambungan (continous
improvement)

Hal ini sebagaimana disinyalir dalam surat al-Mujadilah:7 “Tidakkah kamu


perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-
lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-
lah yang keenamnya. Dantiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang
dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka
berada. Kemudian dia akan memberitakan pada mereka pada hari kiamat apa yang
telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sementara hadits Nabi: “Tidak ada seorang pun diberi kepercayaan oleh
Allah untuk memimpin kemudian ia memelihara dengan baik, melainkan Allah tidak
akan merasakan kepadanya bau surga.”

Program untuk pengendalian dan peningkatan mutu dakwah dapatdilaksanakan


dengan beberapa cara antara lain:

1. Menentukan operasi program pengendalian dan perbaikan aktifitas dakwah.

2. Menjelaskan mengapa operasi program itu dipilih.

3. Mengkaji situasi pemantauan yang kondusif.

4. Melaksanakan agresi data.

5. Menentukan rencana perbaikan.

6. Melakukan program perbaikan dalam jangkau waktu tertentu.

7. Mengevaluasi program perbaikan tersebut.

8. Melakuakan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan atas standar yang


ada.

Pengendalian dakwah pada sisi lain juga membantu seorang manajer dakwah
untuk memonitor keefektifan aktifitas perencanaan, keorganisasian serta
kepemimpinan mereka. Pengendalian dakwah ini juga dimaksudkan untuk mencapai
6

aktifitas dakwah yang optimal, yaitu sebuah lembaga dakwah yang terorganisir
dengan baik, memiliki visi dan misi, serta pengendalian manajerial yang qualified.
Jadi, pengendalian atau penilaian dakwah merupakan alat pengaman dan sekaligus
pen dinamis jalannya proses dakwah. Menurut Jemes A.F. Stoner dan R. Edward
Freeman, bahwa definisi dari pengendalian adalah sebuah proses untuk
memastikan, bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang telah
direncanakan (the process of ensuring that actual activities conform to plannet
activities)
7

B. Unsur dan Proses Pengendalian Manajemen Dakawah

Pengendalian manajemen dakwah lebih bersifat komprehensif di mana lebih


mengarah pada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Dalam hal ini unsur-unsur yang terkait, meliputi detektor, selector, efektor, dan
komunikator. Unsur-unsur tersebut satu sama lain akan saling berkaitan, yang
akan membentuk suatu jalinan proses kerja.

Bagi organisasi dakwah dalam melakukan pengendalian perlu adanya sebuah


acuan normative yang berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam konteks ini,
Islam melakukan koreksi terhadap kekeliruan berdasarkan atas:

1. Tawa shau bil haqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan
normayang jelas)

Tidak mungkin sebuah pengendalian berlangsung dengan baik tanpa norma


yang baik. Norma dan etika itu tidak bersifat individual,melainkan harus
disepakati bersama dengan aturan-auran yang jelas

2. Tawa shau bis shabri (saling menasihati atas dasar kesabaran)

Pada umumnya, seorang manusia saling mengulangi kesalahan yang pernah


dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan tawa shau bis shabri atau berwasiat
dengan kesabaran. Koreksi yang diberikan tidak cukup sekali, namun harus
dilakukan secara berulang-ulang. Dalam konteks inilah pentingnya
kesabaran.

3. Tawa shau bil marhamah (saling menasihati atas dasar kasih sayang)

Tujuan dilakukan pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah


seseorang jatuh terjerumus pada sesuatu yang salah. Hal ini sesuai dengan
yang terkandung dalam surat al-Balad: 17“ Dan dia termasuk orang -orang
yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan
untuk berkasih sayang.”

C. Fungsi Pengendalian Dakwah

Pengendalian manajemen dakwah dikonsentrasikan pada pelaksanaan


8

aktivitas tugas-tugas dakwah yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai
dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan-
kemungkinan terjadinya penyimpangan serta upaya peningkatan dan
penyempurnaa terhadap proses dakwah ke depan. Pada sisi lain pengendalian ini
juga dimaksudkan untuk membantu para manajer dakwah dalam memonitor
perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan pengaruhnya terhadap kemajuan
organisasi.Secara spesifik pengendalian dakwah ini dibutuhkan untuk:

1. Menciptakan suatu mutu dakwah yamg lebih baik, dengan pengendalian


dakwah ini dapat ditemukan suatu proses yang salah atau menyimpang
dankemudian dapat dikoreksi. Para da’i diberikan wewenang penuh untuk
memeriksa dan memperbaiki tugas mereka. Dari sini program perubahan
kerja dapat dilakukan untuk perbaikan aktivitas dakwah yang lebih efektif.
Di samping itu, fungsi pengendalian dakwah ini juga dapat membantu para
pemimpin dakwah dalam menganalisis tantangan, kesempatan, serta
mendeteksi suatu perubahan yang memngaruhi proses jalnnya dakwah dalam
sebuah organisasi.

2. Dapat menciptakan sebuah siklus yang lebih cepat. Dari sini dapat
diketahui permintaan atau keinginan dari mad’u untuk kemudian didesain
sehingga efesiensi dapat tercapai.

3. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan kerja tim. Tugas dakwah


merupakan suatu kewajiban dalam organisasi dakwah, oleh karenanya
diperlukan suatu kerja sama yang solid dalam mencapai tujuan bersama.

Pada proses pengendalian atau penilaian ini dimaksudkan untuk


mempermudah penempatan para da’i di lapangan dengan dilakukan penilaian pada
prestasi kerja mereka. Selanjutnya, tugas manajer dakwah adalah sebagai pemberi
wewenang yang kemudian diteruskan kepada para anggotanya dan selanjutnya
diaplikasikan kepada seluruh proses rencana kerja yang dijadikan sebagai
standar dakwah. Dalam konteks ini dapat dipahami, bahwa proses perbaikan
pengendalian juga merupakan sebuah proses perbaikan yang diintegrasikan dalam
gerak manjemen yang akan selalu memperhatikan kualitas setiap elemen yang
dijadikan strategi dakwah untuk pengembangan organisasi. Elemen yang perlu
diperhatikan untuk peningkatan strategi dan efektivitas dakwah meliputi antara
9

lain:

a. Pengembangan Profesionalitas Kualitas sebuah organisasi atau


lembaga dakwah dimulai dari pengembangan individu da’i, bahwa pola
berpikir dan pola tingkah laku hidup sehari-hari berpangkal pada
suatu tingkat kualitas yang jelas. Implikasinya, da’i harus senantiasa
meningkatkan kualitas diri dalamkonteks ilmu pengetahuan.

b. Hubungan Interpersonal Kerja sama tim mendorong tercapainya


hubungan yang sinergis dalam suatu organisasi. Hubungan harmonis
hanya akan tercapai bila setiap orang berusaha meningkatkan diri
untuk dapat memberikan kontribusi bermutu dan memadai dalam
rangka meningkatkan kualitas sinergi organisasi.

Ada beberpa konsep dasar tentang hubungan interpersonal yang akan


memengaruhi proses dakwah dalam sebuah organisasi. Konsep tersebu tadalah:

Homofili

Homofili merupakan derajat kesamaan antara individu-individu yang terlibat dalam


sebuah interaksi. Salah satu yang dapat menjelaskan keadaan ini adalah persepsi
identifikasi tentang adanya hukuman yang didasarkan karna persamaan
Kredibilitas

Kredebilitas seseorang kepada orang lain tergantung beberapa factor yang


memengaruhi kreativitas komunikasi yang meliputi:

1. Kompetensi, yaitu derajat kemampuan untuk menyelesaikan


tugasyang persepsikan mengenai orang lain.

2. Karakter, yaitu persepsi tentang moral, nilai-nilai, dan


integritasdari komunikasi.

3. Koorientasi, yaitu derajat kesamaan yang dipersepsikan mengenai


tujuan-tujuan dan nilai-nilai.

4. Karisma adalah derajat kepercayaan akan kualitas-kualitas


kepemimpinan khusus yang di persipkan terutama dalam keadaan-
10

keadaan krisis dan menentukan.

5. Dinamika, yaitu derajat tentang antusiasme dan perilaku-perilaku


nonverbal yang dipersipkan.

6. Jiwa sosial adalah derajat keramahan yang dipersipkan. Dominasi


dan submisi Dalam dunia organisasi atau lembaga, corak
kehidupanya akan diwarnai dengan dominasi-dominasi.

Salah satu faktor yang memengaruhi hubungan ini yaitu faktor budaya,
diantaranya adalah:

1. Peranan, seseorang akan berkomunikasi dan berperilaku tertentu


karena peranan sosialnya menuntut demikian.

2. Status, persepsi mengenai status orang lain dapat memengaruhi


sifathubungan dominasi submisi.

3. Formalitas, persepsi mengenai derajat formalitas yang dianggap


sesuai dengan sifat hubungan.

4. Ketertarikan antar pribadi, merupakan pengembangan sikap


positif terhadap orang lain dari segi kehadiranya, penghargaan
terhadap kemampuan, keterampilan, serta loyalitas.

5. Hubungan-hubungan kerja antar pribadi

D. Produktivitas Organisasi
Produktivitas dakwah ini dapat diterjemahkan sebagai kualitas strategi dakwah
yang perlu untuk ditingkatan guna mendorong gerak dinamika organisasi itu
sendiri. Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan adalah:

1. Fokus utama dari usaha dakwah harus diorientsikan pada mad’u

2. Kualitas dari kepimpinan yang qualified

3. Falsafah dan perencanaan kualitas sudah diintegrasikan dalam strategi


dakwah

4. Memelihara sebuah kerja sma yang baik dalam tim

5. Pemberdayaan sebuah pendelegasian dan wewenang


11

E. Evaluasi Dakwah
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam
bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris
yaitu “evaluation”yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily,
2000:220).

Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek mencapai


sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam
rangka peningkatan kinerja program atau proyek tersebut. Jadi, evaluasi adalah
proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek
untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek. Evaluasi
dakwah dilakukan untuk memberikan penilaian kepada orang yang dinilai dan
orang yang menilai atau pimpinan dakwah tentang informasi mengenai hasil karya
dan untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluative dan memberi pertimbangan
mengenai hasil karya serta untuk mengembangkan karya dalam sebuah program.
Dengan pengertian lain,evaluasi dakwah adalah meningkatkan pengertian
manajerial dakwah

Sebuah program formal yang mendororng para manajer atau pemimpin


dakwah untuk mengamati perilaku anggotanya lewat pengamatan yang lebih
mendalam yang dapat dihasilkan melalui saling pengertian diantara kedua belah
pihak.Evaluasi menjadi sanagat penting karna:

a) Dapat menjamin keselamatan pelaksanaan dan perjalanan dakwah.

b) Untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan, sehingga dapat


memanfaatkan yang positif dan meninggalkan yang negatif.

Secara spesifik tujuan dari evaliasi dakwah adalah:

a. Untuk mengidentifikasi sumber daya dai yang potensional dalam sebuah


spesifikasi pekerjaan manjerial.
12

b. Untuk menenetukan kebutuhan pelatihan dan penegmbangan bagi individu


dan kelompok dalam sebuah lembaga atau organisasi.

c. Untuk mengidentifikasi para anggota yang akan dipromosikan dalam


penempatan posisi tertentu

Hasil evaluasi diperoleh dari:

a. Motivasi

b. Promosi.

c. Mutasi

d. Hubungan finansial

e. Kesadaran yang meningkat dari tugas dan persoalan bawahan

f. Pengertian bawahan yang meningkat mengenai pandangan manajerial


tentang hasil karya

g. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan

h. Mengevaluasi efeketifitas dari keputusan seleksi dan penempatan.

i. Pemindahan

j. Perencanaan sumber daya manusia

k. Peringatan dan hukuman

F. Evaluasi Perencanaan Dakwah


Sebelum organisasi dakwah melangkah pada langkah selanjutnya maka
dilakukan sebuah evaluasi dalam perencanaan. Karna evaluasi harus dilakukan
dalam perencanaan dakwah baik pada tahap awal, tengah, dan akhir. Hasil dari
evaluasi tersebut diharapkan menjadi feedback yang kuat,sehingga perencanaan
13

yang dilakukan betul-betul matang. Karna sebuah perencanaan yang matang akan
mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan dan kemudian berusaha mencari
solusi mengatasi tersebut. Kematangan sebuah perencanaan itu terlihat setelah
dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap berbagai perencanaan dilakukan dengan
melakukan berbagai uji indikator yang telah dipersiapkan dan diantisipasi
sebelumnya. Tujuan evaluasi atas perencanaan dakwah agar perencanaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuanya.
14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian dakwah adalah salah satu dari unsur managemen dakwah. Dan
pengendalian berbeda dengan pengawasan, karena pengendalian dilakukan dengan
disertai pelurusan (tindakan korektif), sedangkan pengawasan adalah pemeriksaan
di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Selain
pengendalian, tahapan akhir dari dakwah yaitu evaluasi yang berarti penilaian
atau penaksiran. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi
peningkatan kualitas kinerja proyek. Dengan dilakukannya pengendalian dan
evaluasi dakwah, diharapkan aktivitas dakwah dapat terealisasi sesuai dengan
tujuan awal. Dan dengan management dakwah yang baik pula dapat tercipta
dakwah yang lebih efisien dan efektif.

B. Saran
Makalah kami sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami meminta
perhatian pembaca agar memberikan saran terhadap makalah kami. Agar kami
dapat memperbaiki kekurangan yang ada pada makalah kami.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Batlajery, Semuel. "Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada aparatur


pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Merauke." Jurnal ilmu ekonomi &
sosial 7.2 (2016): 135-155.
Nurkamilah, Dede, Aep Kusnawan, and Dewi Sa'diah. "Penerapan Manajemen
Pelatihan Dakwah Dalam Meningkatkan Mutu SDM Santri dan Pondok
Pesantren." Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah 4.3 (2019): 247-266.
ENDANG, TRI WAHYUNI. MANAJEMEN DAKWAH SISTER FILLAH. Diss. UIN
Raden Intan Lampung, 2021.
Nurseha, Afif. "Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah." An-Nida: Jurnal Pendidikan Islam 7.1 (2018).
Hidayatullah, Hidayatullah. Implementasi Manajamen Dakwah dalam
Menerapkan Program Kerja pada Badan Amil Zakat Di Kota Makassar. Diss.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017.
Rahmat, Ihsan. "Melacak Sejarah Pemikiran dan Perkembangan Manajemen
Dakwah." Proceeding Discussion Series on Da’wah Management (2017): 1-34.
Sopyan, Sopyan. Manajemen Dakwah Jamaah Tablig dalam Meningkatkan
Kesadaran Beribadah Masyarakat Kecamatan Ujung Kota Parepare. Diss. IAIN
Parepare, 2019.
Munir, Muhammad. Manajemen dakwah. Prenada Media, 2021.
Awang Darmawan, M. M., and M. E. Rina Desiana. Praktik Dakwah Teori dan
Aplikasi. Ar-Raniry Press, 2020.
Thohir, Moh Muafi Bin. "Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam
Manajemen Dakwah." Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 7.2 (2021):
367-392.

17

Anda mungkin juga menyukai