Anda di halaman 1dari 39

Kajian Bulanan SPC

Learning Partner: Panji Nursamsi

Sabtu, 4 November 2021 | 08.30 – 11.30 WIB


| Masjid Al Madeena
PANJI SYAMSI
Love Sensei
• Learning & Development umma Indonesia
• Associate Kubik Leadership
• Associate Akademi Trainer
• Member of Tempa Trainers Guild
• Runner-Up TFT Kubik 2016
• Semifinalist Trainer Bootcamp & Contest batch 15
• Certified NF-NLP, Florida, USA
• Certified Learning Design & Game-based learning
• International 3rd Dan blackbelt Taekwondo
• Author ”Bela Diri Praktis” & “Adaptive Learner”
• Content Creator
Apa harapan yang dimiliki
ayah-bunda untuk anak-anak?
21 st Education Framework
yang dibutuhkan untuk sukses:
Literasi Dasar:
Literacy, Numeracy, Scientific literacy, ICT literacy, Financial
literacy, Cultural & civic literacy

Kemampuan:
Critical thinking/problem solving, creativity,
communication, collaboration

Karakter:
Curiosity, Persistence, Adaptabilities, Leadership,
Social & cultural awareness

*World Economic Forum


Apakah cara ayah-
bunda berinteraksi
dan mendidik
anak saat ini sudah
mendukung untuk
mengembangkan
3 aspek tersebut?
4 Peran
Orangtua:
• Pengasuh
• Teladan/Panutan
• Pendidik
• Coach
Apa itu Coaching?
Percakapan bermakna yang
dibangun dua arah,
yang menghasilkan proses
kreatif dan memaksimalkan
potensi yang dimiliki
Membangun percakapan
coaching akan membuat
anak merasa didengarkan,
dipahami, dan
membiasakan anak
menyampaikan
pemikirannya, menjadi
lebih kreatif, dan
bertanggung jawab
Hal yang perlu
dipertimbangkan:
• Tahapan perkembangan anak:
Perkembangan kognitif/cara berpikir, dan
perkembangan psikososial
• Area yang akan menjadi fokus
• Kesiapan orangtua: Keterbukaan,
kesepakatan ayah-bunda
• Membangun Percakapan: coaching
yang dilakukan lebih fokus pada membangun
percakapan coaching (bukan formal coaching)
Mendengar dengan
Empati

Membangun Kedekatan Mengajukan Pertanyaan


dan Rasa Aman yang Tepat
Usia 0 – 5 tahun Usia 6 – 12 tahun 12 tahun ke atas

Membangun kedekatan Mendengar dengan Mengajukan pertanyaan


dan rasa aman Empati yang tepat
Kajian Bulanan SPC

Learning Partner: Panji Nursamsi

Sabtu, 4 November 2021 | 08.30 – 11.30 WIB


| Masjid Al Madeena
Membangun Menerima
dan sabar
Kedekatan dan
Rasa Aman
Hadir dan fokus Percaya pada anak
ke anak dan diri sendiri

Tidak menghakimi
diri anak
Mengulang apa yang
disampaikan anak Mendengar
dengan Empati

Mendengar yang Penuh perhatian/


tersurat dan tersirat tidak terpecah

Memberi ruang untuk anak


ekspresikan pikiran dan perasaan
Empathic
Listening
Keterampilan untuk dapat sepenuhnya hadir dan
fokus pada apa yang dikatakan maupun tidak
dikatakan lawan bicara, memahami maknanya,
dan mendukung mereka untuk mengekspresikan
diri secara jujur dan terbuka.
5 LEVEL OF LISTENING
Level 1 : Ignoring – tidak mendengar sama sekali.
Level 2 : Pretending – Terlihat mendengarkan, namun
pikiran mengembara kemana-mana.
Level 3 : Selective Listening – Hanya mendengar
bagian-bagian tertentu dari percakapan.
Level 4 : Attentive Listening – Memperhatikan dan
memfokuskan energi pada kata-kata yang terucap.
Level 5 : Emphatic /Active Listening – Mendengarkan dalam
niat memahami sudut pandang pembicara sehingga
mampu benar-benar berempati terhadap apa yang
dihadapi.

Stephen Covey
Kita perlu berada di level 5
Mendengar Aktif
3 Langkah
Mendengar Aktif
1. Hadir Secara Penuh

2. Temukan kata kunci

3. Konfirmasi kata kunci


HADIR SECARA PENUH
▪ TIDAK multitasking
▪ Pastikan ada EYE CONTACT
▪ ANGGUKAN KEPALA tanda mengerti
▪ EKSPRESI WAJAH menyesuaikan topik pembicaraan
3 Langkah
Mendengar Aktif
1. Hadir Secara Penuh

2. Temukan kata kunci

3. Konfirmasi kata kunci


Temukan Kata Kunci
Kata-kata yang diulang

Kata-kata yang ditekankan

Kata kiasan/bermakna mendalam


CASE STUDY 1

Saya sudah bilang sama Eno jangan banyak bercanda


saat belajar, tapi terus aja dia ngajak bercanda. Dia
orangnya asik sih tapi kalo ngajak bercanda saat belajar
kadang saya risih juga karena kemarin saya kena
ditegur sama Bu Guru gara-gara ketauan bercanda
sama Eno saat belajar, besok-besok saya gak mau ah
klo pas belajar diajak becanda lagi sama Eno. Waktunya
belajar ya belajar, jangan banyak bercanda saat belajar.
Kata-kata yang diulang

Saya sudah bilang sama Eno jangan banyak bercanda


saat belajar, tapi terus aja dia ngajak bercanda. Dia
orangnya asik sih tapi kalo ngajak bercanda saat belajar
kadang saya risih juga karena kemarin saya kena
ditegur sama Bu Guru gara-gara ketauan bercanda
sama Eno saat belajar, besok-besok saya gak mau ah
klo pas belajar diajak bercanda lagi sama Eno.
Waktunya belajar ya belajar, jangan banyak bercanda
saat belajar.
CASE STUDY 2

Saya sudah berusaha serius saat belajar, tapi kadang


saya bosan kalo terlalu serius. Saya terima kalo dia
gak suka ajak bercanda saat belajar, wajar aja kalo
Budi marah karena dia kena tegur Bu Guru gara-gara
saya. Tapi saya gak bisa terima kalo dia terus
mengungkit-ungkit kesalahan saya yang sudah lalu!
Apalagi untuk memojokan saya didepan Bu Guru”.
Kata-kata yang ditekankan

Saya sudah berusaha serius saat belajar, tapi kadang


saya bosan kalo terlalu serius. Saya terima kalo dia
gak suka ajak bercanda saat belajar, wajar aja kalo
Budi marah karena dia kena tegur Bu Guru gara-gara
saya. Tapi saya gak bisa terima kalo dia terus
mengungkit-ungkit kesalahan saya yang sudah lalu!
Apalagi untuk memojokan saya didepan Bu Guru”.
CASE STUDY 3

Sudah satu tahun kita belajar dari rumah, gak bisa


ketemu langsung sama teman-teman, sama Bapak
Ibu Guru, setiap hari kegiatannya cuma jalan dari
kamar, ambil makanan, belajar online gak ngerti-
ngerti, akhirnya tiduran aja deh, mau keluar rumah
masih takut kena covid, rasanya bagai burung dalam
sangkar.
Kata Kiasan/
Bermakna Dalam
Sudah satu tahun kita belajar dari rumah, gak bisa
ketemu langsung sama teman-teman, sama Bapak
Ibu Guru, setiap hari kegiatannya cuma jalan dari
kamar, ambil makanan, belajar online gak ngerti-
ngerti, akhirnya tiduran aja deh, mau keluar rumah
masih takut kena covid, rasanya bagai burung
dalam sangkar.
3 Langkah
Mendengar Aktif
1. Hadir Secara Penuh

2. Temukan kata kunci

3. Konfirmasi kata kunci


KONFIRMASI KATA KUNCI
Backtracking
Menyampaikan kembali bagian penting dari informasi yang disampaikan anak didik.

Acknowledging
Pengakuan/apresiasi terhadap kesadaran, keinginan, usaha, atau hasil yang ditunjukkan anak didik.
Contoh: “Wah keren ya kamu sudah mau mencoba cara baru, kreatif”, “Mantul ini karena kamu mau
terus berusaha”, “keren semangatnya, gass poool”

Reflecting Emotion
Merefleksikan emosi yang dialami sebagai bentuk empati dan motivasi.
Contoh: ”Jadi kamu merasa kecewa ya”, “Kamu terlihat happy banget”, “Sepertinya masih ada
uneg-uneg yang belum kamu sampaikan, apa betul?”
Contoh praktek
mendengarkan
dengan empati
BERLATIH:
Active Listening
1. Berkelompok 3 orang
2. Dalam waktu 3 menit/putaran,
praktek mendengar aktif
3. 1 orang bercerita menyampaikan
terkait tantangan PJJ
4. 1 orang pendengar melakukan
backtracking, acknowledging,
Reflecting emotion
5. 1 orang lainnya menjadi observer
Kajian Bulanan SPC

Learning Partner: Panji Nursamsi

Sabtu, 4 November 2021 | 08.30 – 11.30 WIB


| Masjid Al Madeena
Mengajukan Menggali perspektif
dari anak

Pertanyaan
yang Tepat
Pertanyaan yang Pertanyaan fokus pada
terbuka solusi/masa depan

Eksplorasi ide-ide atau cara


untuk meraih tujuan
“Ada yang sakit? Kalau ada yang
sakit, bilang ya”

”Apa yang membuat tadi Sova jatuh?”


“Pas tadi Sova lepas tangan, terus
gimana?”
“Berarti, nanti kalau main sepeda
engga boleh apa?”
Surat Cinta untuk
Buah Hati
3 hadiah terbaik
untuk seorang anak dari
orang tuanya:
Mengajarkan agama -
Mencintai ayah/ibunya setulusnya -
Hadir berinteraksi dengan anak -

Panji Nursamsi/panjisyamsi
Kajian Bulanan SPC

Learning Partner: Panji Nursamsi

Sabtu, 4 November 2021 | 08.30 – 11.30 WIB


| Masjid Al Madeena

Anda mungkin juga menyukai