Anda di halaman 1dari 23

Manajemen Pajak

Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak
Pembelian Atas
Barang Mewah (PPnBM)
Joshua Jordan (6081901228)
Rendy Bernard (6081901181)
Perpajakan (Dasar
hukum, pengertian,
fungsi, kedudukan
hukum, pengelompokan)

DEFINISI PAJAK
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
dan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.,

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak


adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah


iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang(dapat dipaksakan) dengan tidak ada jasa
timbal(kontraprestasi)yang langsung dapat ditujukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm.3)


Fungsi Pajak

FUNGSI ANGGARAN FUNGSI MENGATUR FUNGSI STABILITAS FUNGSI


(BUDGETAIR) (REGULEREND) REDISTRIBUSI

PENDAPATAN

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm.4)


Hukum Perdata
Hukum yang mengatur
hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya,
seperti: Hukum Perkawinan,
Hukum Pencemaran Nama
Baik dan lain-lain.
KEDUDUKAN
HUKUM
PAJAK

(PROF. DR. ROCHMAT SOEMITRO, S.H.)

Hukum Publik

Hukum Tata Negara, Hukum Tata


Usaha (Hukum Administratif),
Hukum Pajak, Hukum Pidana.
Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm.7)
Pengelompokan Pajak
Menurut Golongan Menurut Lembaga
Pajak Langsung : Pajak yang harus dibayar oleh Pemungutnya
Wajib Pajak sendiri dan tidak dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain seperti pajak 1. Pajak Pusat : pajak yang dipungut oleh
penghasilan. pemerintah pusat dan dananya digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
Pajak Tidak Langsung : Pajak yang dibebankan
2. Pajak Daerah : pajak yang dipungut oleh
atau dilimpahkan kepada orang lain seperti Pajak
pemerintah daerah dan digunakan untuk
Pertambahan Nilai.
membiayai rumah tangga daerah
Menurut Sifat Pajak Provinsi
Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Subjektif :Pajak yang didasarkan pada
subjeknya dengan memperhatikan keadaan diri
wajib pajak seperti pajak penghasilan.
Pajak Objektif : Pajak yang didasarkan pada
objeknya dengan tidak memperhatikan keadaan diri
wajib pajak

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm.8-9)


PPN dikenakan atas:
PPN
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di

Objek
dalam Daerah Pabean.
6. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak.
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak.
8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan
tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh
PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang
Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 363)
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.
Barang Kena Pajak
(BKP)

Barang adalah barang


berwujud, menurut sifatnya
dapat berupa barang
bergerak/barang tidak
bergerak, dan juga barang tidak
berwujud. Barang Kena Pajak
adalah barang yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN 1984

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 353)


Pengecualian BKP

Barang hasil pertambangan Barang-barang kebutuhan


atau hasil pengeboran yang pokok yang sangat
diambil langsung dari dibutuhkan oleh rakyat
sumbernya banyak

Jenis barang yang tidak


dikenakan PPN ditetapkan Makanan dan minuman yang
Uang, emas batangan,
dengan Peraturan Pemerintah disajikan di hotel, restoran,
dan surat-surat
didasarkan pada kelompok- rumah makan, warung, dan
berharga
kelompok barang sebagai sejenisnya, meliputi
(saham,obligasi dan
berikut : makanan dan minuman baik
lainnya).
yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa
boga atau katering.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 354-356)


JASA KENA PAJAK
(JKP)
Jasa adalah kegiatan pelayanan yang didasarkan
pada perbuatan hukum yang menyebabkan
terjadinya suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau
hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan. Jasa Kena pajak sendiri
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN
1984.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 356)


PENGECUALIAN JKP
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
Pada hakekatnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali bila
ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang meliputi jasa penyiaran radio atau televisi
tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan yang dilakukan oleh instansi pemerintah
Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa
sebagai berikut: atau swasta yang tidak bersifat iklan dan
tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
Jasa pelayanan kesehatan medis
komersial.
Jasa di bidang pelayanan sosial
Jasa angkutan umum di darat dan di air serta
asa di bidang pengiriman surat dengan
jasa angkutan udara dalam negri yang
perangko
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Jasa keuangan
jasa angkutan udara luar negeri.
Jasa di bidang keagamaan
Jasa perhotelan
Jasa pendidikan
Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua
rangka menjalankan pemerintahan secara
jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni
umum meliputi jenis-jenis jasa yang
dan hiburan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah.
Jasa telepon umum dengan menggunakan
Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa
uang logam yang diselenggarakan oleh
penyediaan tempat parkir yang dilakukan
pemerintah maupun swasta.
oleh pemilik tempat parkir dan/atau
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
pengusaha kepada pengguna tempat parkir
Jasa boga atau katering.
dengan dipungut bayaran.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 356-359)


Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak sesuai dengan Undang-
Undang PPN 1984.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak


Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang terutang.
Melaporkan penghitungan pajak.

Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha Kecil.
Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/atau jasa yang tidak
dikenakan PPN.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 359-360)


MEKANISME PPN
1. Pada saat membeli atau memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP
penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut
merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan.
Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
2. Saat menjual atau menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut
PPN. Bagi Penjual, PPN terssebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti
telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.
3. Apabila dalam masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu
bulan takwim) jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak
Masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas negara.
4. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil daripada
jumlah pajak masukan, selisihnya dapat direstitusi ke masa pajak
selanjutnya/berikutnya.
5. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap Masa Pajak dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT
Masa PPN)

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 368-369)


TARIF PPN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP), bab IV Pasal 7
ayat (1) tentang PPN, tarif PPN yang semula 10% akan naik secara bertahap, yaitu sebesar 11% pada tahun
2022 dan akan menjadi 12% pada tahun 2025 mendatang. Pada tanggal 1 April 2022, Pemerintah bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersepakat untuk menaikkan tarif PPN menjadi 11% dan sudah
berlaku hingga sekarang.
Pengenaan tarif 0% diterapkan atas:
Ekspor BKP Berwujud.
Ekspor BKP Tidak Berwujud.
Ekspor JKP.
Pengenaan tarif 0% tidak berarti pembebasan dari pengenaan PPN. Pajak Masukan yang telah dibayar untuk
perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.

Cara menghitung PPN :


PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Sumber : Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 dan Mardiasmo, 2019 (hlm. 367,369)
PPN atas kegiatan
membangun sendri
Kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan
berupa satu/lebih konstruksi teknik yang ditanam secara
tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan
dengan kriteria.

Tarif dan DPP PPN Atas Kegiatan Membangun sendiri


Tarif 11% dikalikan dengan DPP, DPP atas kegiatan
membangun sendiri adalah 20% dari jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun
sendiri, tidak termasuk harga perolehan tanah.

PPN = (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan) x 10%

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 381)


SAAT DAN TEMPAT TERUTANG PPN
Terutang PPN adalah pada saat mulai dibangunnya bangunan tersebut, sedangkan tempat pajak
terutang adalah di tempat bangunan tersebut didirikan. Orang pribadi atau badan yang melakukan
kegiatan membangun sendiri harus menyetorkan paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 382)


PPNBM

Dasar Hukum
PPnBM memiliki dasar hukum yang sama dengan PPN,
yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, yang
sudah diganti atau dicabut dengan UU No. 7 Tahun
2021 tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP).

Sumber : Undang-Undang No. 7 Tahun 2021


tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP)
Dasar Pengenaan Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang perlu adanya
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang terdiri dari :

Harga Jual.
Penggantian
Nilai Impor.
Nilai Ekspor.
Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.

Tarif PPnBM

Tarif PPnBM dapat ditetapkan dalam beberapa


kelompok tarif, yaitu tarif paling rendah 10% dan
paling tinggi 200%..

Cara menghitung PPnBM :


PPnBM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 365,367, 370)


Forecasting

Manajemen
Organization

Command

Coordination

Control

Ionescu, S. (2016). Henry Fayol, a Guru in Management. FAIMA Business & Management Journal, 4(3), 3-4.
Manajemen Pajak

Pelaksanaan kewajiban
Perencanan Pajak Aspek material perpajakan

Aspek Formal dan Penghindaran sanksi Pengendalian pajak


Administratif pajak

(Suandy, 2020, p. 3)
Manajemen 1 Penghindaran pre-financing

Pajak 2 Optimalisasi PPN masukan

Pertambahan 3 Sentralisasi

Nilai (PPN) 4 Restitusi

5 Rekonsiliasi

6 Skema dan Insentif


(Santoso & Rahayu, 2019, 266)
Manajemen Pajak Pembelian
Atas Barang Mewah (PPnBM)

1 2
Pembebasan PPnBM Restitusi PPnBM
(impor dan/atau (kendaraan bermotor
penyerahan barang yang terlanjur
mewah) dipungut/dibayar)
(Santoso & Rahayu, 2019, 292)
Kesimpulan
Manajemen Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pembelian atas Barang Mewah
(PPnBM) merupakan upaya untuk mengefisiensi PPN dengan tujuan untuk menghasilkan
kondisi perusahaan yang lebih baik, seperti arus kas dan laba perusahaan.
Dalam melaksanakan manajemen PPN dan PPnBM yang baik, seorang Pengusaha Kena
Pajak (PKP) harus mengikuti peraturan perundang-undangan perpajakan dalam
implementasi perencanaan pajaknya. Karena manajemen pajak yang baik adalah yang
menaati peraturan serta mengefisiensi penyetoran dan pemungutan pajak.
Dalam melaksanakan manajemen PPN, yang perlu diperhatikan antara lain adalah; Pre-
Financing, optimalisasi PPN masukan, sentralisasi PPN terutang, restitusi PPN,
rekonsiliasi PPN, skema promosi, skema Just In Time (JIT), dan fasilitas insentif di
bidang PPN. Kemudian, dalam manajemen PPnBM perlu diperhatikan adanya tata cara
pembebasan PPnBM baik atas impor maupun penyerahan barang mewah, dan tata cara
restitusi PPnBM kendaraan bermotor yang terlanjur dipungut/dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai