Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak
Pembelian Atas
Barang Mewah (PPnBM)
Joshua Jordan (6081901228)
Rendy Bernard (6081901181)
Perpajakan (Dasar
hukum, pengertian,
fungsi, kedudukan
hukum, pengelompokan)
DEFINISI PAJAK
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
dan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.,
Hukum Publik
Objek
dalam Daerah Pabean.
6. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak.
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak.
8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan
tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh
PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang
Sumber : Mardiasmo, 2019 (hlm. 363)
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.
Barang Kena Pajak
(BKP)
Sumber : Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 dan Mardiasmo, 2019 (hlm. 367,369)
PPN atas kegiatan
membangun sendri
Kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan
berupa satu/lebih konstruksi teknik yang ditanam secara
tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan
dengan kriteria.
Dasar Hukum
PPnBM memiliki dasar hukum yang sama dengan PPN,
yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, yang
sudah diganti atau dicabut dengan UU No. 7 Tahun
2021 tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP).
Harga Jual.
Penggantian
Nilai Impor.
Nilai Ekspor.
Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
Tarif PPnBM
Manajemen
Organization
Command
Coordination
Control
Ionescu, S. (2016). Henry Fayol, a Guru in Management. FAIMA Business & Management Journal, 4(3), 3-4.
Manajemen Pajak
Pelaksanaan kewajiban
Perencanan Pajak Aspek material perpajakan
(Suandy, 2020, p. 3)
Manajemen 1 Penghindaran pre-financing
Pertambahan 3 Sentralisasi
5 Rekonsiliasi
1 2
Pembebasan PPnBM Restitusi PPnBM
(impor dan/atau (kendaraan bermotor
penyerahan barang yang terlanjur
mewah) dipungut/dibayar)
(Santoso & Rahayu, 2019, 292)
Kesimpulan
Manajemen Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pembelian atas Barang Mewah
(PPnBM) merupakan upaya untuk mengefisiensi PPN dengan tujuan untuk menghasilkan
kondisi perusahaan yang lebih baik, seperti arus kas dan laba perusahaan.
Dalam melaksanakan manajemen PPN dan PPnBM yang baik, seorang Pengusaha Kena
Pajak (PKP) harus mengikuti peraturan perundang-undangan perpajakan dalam
implementasi perencanaan pajaknya. Karena manajemen pajak yang baik adalah yang
menaati peraturan serta mengefisiensi penyetoran dan pemungutan pajak.
Dalam melaksanakan manajemen PPN, yang perlu diperhatikan antara lain adalah; Pre-
Financing, optimalisasi PPN masukan, sentralisasi PPN terutang, restitusi PPN,
rekonsiliasi PPN, skema promosi, skema Just In Time (JIT), dan fasilitas insentif di
bidang PPN. Kemudian, dalam manajemen PPnBM perlu diperhatikan adanya tata cara
pembebasan PPnBM baik atas impor maupun penyerahan barang mewah, dan tata cara
restitusi PPnBM kendaraan bermotor yang terlanjur dipungut/dibayarkan.