Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita
2.1.1 Pengertian
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.
Pengertian balita ini juga ditunjang dengan dibutuhkannya pola makan
yang cukup atau kecukupan gizi yang seimbang (Muaris.H, 2012).
Menurut Price & Gwin (2014) balita atau biasa disebut dengan
bawah lima tahun adalah anak usia di bawah lima tahun. Balita dibagi
menjadi dua yaitu batita dan balita, batita adalah anak dengan umur satu
sampai tiga tahun dan balita adalah anak dengan umur tiga sampai lima
tahun. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 24 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak Pasal 1 di mana balita adalah anak dengan usia 12 bulan
sampai 59 bulan atau usia 1 sampai 5 tahun.
2.1.2 Tahap-tahap Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita
Menurut Maryunani (2010) hasil rapat kerja UKK Pediatri Sosial
1986 yaitu sebagai berikut :
a. Masa Pranatal
1) Masa mudigah/embrio : konsepsi-8 minggu
2) Masa janin/fetus : 9 minggu-lahir
b. Masa bayi (usia 0 – 1 tahun)
1) Masa neonatal : usia 0 – 28 hari
2) Masa pascaneonatal : 29 hari – 1 tahun
c. Masa Balita : usia 1 – 4 tahun
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Menurut Maryunani (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang balita adalah :
a. Faktor genetik/ faktor herediter (faktor heredokondtitudional)

9
10

Faktor genetika atau herediter merupakan faktor yang dapat


diturunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh-
kembang anak. faktor ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan
dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang telah dimiliki oleh
anak. lingkungan yang baik akan memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya menurut
norma-norma tertentu.
1) Lingkungan Pranatal (sebelum lahir) adalah lingkungan yang
mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan.
Lingkungan intrauterine mempunyai pengaruh yang sangat
besar dimana selaput amnion dan amnion melindungi
fetus/janin (bakal bayi) dari lingkungan luar.
2) Lingkungan post natal (setelah lahir) merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah
lahir.
c. Faktor Internal
Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam
diri anak berikut ini juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang
anak yaitu Kecerdasan (IQ), pengaruh hormonal, dan pengaruhi emosi.
2.1.4 Penyakit yang sering diderita balita
Menurut Ismawati (2010) Penyakit yang sering diderita balita,
pertolongan pertama pada kecelakaan, dan pengelolaan balita di rumah:
a. Demam
1) Pilihan untuk persediaan obat demam dirumah yang paling aman
untuk anak adalah parasetamol
11

2) Jangan lupa untuk melakukan kompres air hangat, agar anak tidak
menggigil. Plis hipotalamus menerima sinyal bahwa suhu
disekitarnya sedang hangat dan suhu tubuh harus segera diturunkan
3) Bila anak memiliki riwayat kejang pada saat demam tinggi, di
rumah perlu menyediakan anti kejang yaitu diazepam dalam
bentuk suppositoria
4) Bila telah diberikan penurun panas dan kompres air hangat namun
jika suhu tidak kunjung tyidak turun selama 3 hari maka periksa
anak ke dokter
b. Gangguan saluran pernapasan
Bila anak mengalami gangguran saluran pernapasan seperti flu
maupun batuk sebaiknya pilih pengobatan yang rasional
c. Batuk
Untuk obat pengencer dahak, boleh saja diberikan pada anak
dibawah 5 tahun dengan syarat anak tersebut sudah bisa
mengeluarkan lendir. Jangan sampai lendir yang seharusnya
dikeluarkan malah menumpuk disaluran nafas sehingga
menyebabkan penyakit baru, yaitu pneumonia, untuk mengatasi
batuk adalah banyak minum air putih.

d. Pilek
Jika hidung anak pilek atau mampet, cukup dengan pemberian
NaCl 0.9% yang diteteskan atau disemprot. Sediaan NaCL 0.9%
bentuk tetes atau semprot bisa didapatkan di apotek maupun tokok
obat.
e. Sesak
Bila anak mengalami sesak, berikan obat gosok khusus untuk
bayi yang dapat melegakan pernafasan anak.
f. Diare
Apapun penyebab diare, penanganan pertama yang harus
dilakukan adalah mencegah terjadinya dehidrasi.
12

2.2 Dampak Balita Tidak di Imunisasi


Jika tidak mendapat imunisasi, balita akan lebih berisiko tertular dan
mengalami sakit yang lebih parah. Jika anak tidak diimunisasi, mereka juga akan
mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat
menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Ini karena tubuhnya tidak
diperkuat dengan sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis
penyakit berbahaya tertentu. Tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk
sehingga tidak bisa melawannya. Hal ini akan membuat kuman penyakit
semakin mudah berkembang biak dan menginfeksi tubuh balita.
Jika balita tidak diimunisasi sama sekali, balita akan berisiko terkena
penyakit-penyakit yang telah disebutkan di atas, parahnya lagi penyakit tersebut
bisa menyebabkan kematian pada balita. Sistem kekebalan tubuh pada balita
yang tidak diimunisasi tidak akan sekuat balita yang diimunisasi. Ini
karena tubuh anak tidak mampu mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh
sehingga tidak bisa melawannya.
2.3 Imunisasi
2.3.1 Pengertian
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
lain diperlukan imunisasi lainnya (Anonim, 2008).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai
kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada
bayi antara umur 0 – 11 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT I,
DPT II, DPT III, Polio I, Polio II, Polio III dan Polio IV, Hepatitis B I,
Hepatitis B II, Hepatitis B III, dan Campak (Marimbi, 2010).
13

Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk


mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan (Marimbi, 2010).
2.3.2 Macam-Macam Imunisasi
a) Imunisasi Dasar (Basic Imunisasi) terdiri dari :
1) Imunisasi BCG
2) Imunisasi DPT
3) Imunisasi Polio
4) Imunisasi Hepatitis
1) Imunisasi Campak
b) Imunisasi Ulangan (Boster Imunisasi) terdiri dari :
1) Imunisasi DPT adalah salah satu jenis bentuk vaksinasi yang wajib
diberikan pada balita untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.
2) Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
2.3.3 Tujuan Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan
kekebalan kepada balita sehingga bisa mencegah penyakit dan kematian
serta balita yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. secara
umum tujuan imunisasi antara lain adalah (Mulyani, 2013):
a. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita.
b. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular
c. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular
2.3.4 Manfaat Imunisasi
Menurut Mulyani (2013), manfaat imunisasi antara lain adalah :
a. Dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi
pengobatan bila balita jatuh sakit. mendukung pembentukan keluarga
bila orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani
anak-anaknya dimasa kanak-kanak dengan tenang.
14

b. Dapat mencegah penderitaan atas kesakitan yang ditimbulkan oleh


penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atas atau
kematian.
c. Dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu meciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk menunjukan pembangunan negara
2.3.5 Sasaran Imunisasi
Menurut Proverawati (2010) sasaran imunisasi yaitu orang-orang
yang berisiko tinggi terkena suatu penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, perlu diberi imunisasi :
a. Bayi dan anak balita, anak sekolah dan remaja
b. Orang tua, manula
c. Top manager/executive perusahaan
d. Calon jamaah haji/umroh
e. Orang yang akan bepergian luar negeri

2.4 Measles Rubella


2.4.1 Measles
a. Pengertian
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam
bahasa latin dan measles dalam bahasa Inggris adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis (radangan selaput ikat mata/kunjungtiva dan ruam kulit.
Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
paramixovirus (Maryunani, 2011).
b. Penyebab
Penyebab campak atau measles adalah penyakit infeksi yang
sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa propogromal
yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak
dan rubella disebabkan oleh paramixsovirus (virus campak). pemulaan
penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut, maupun
15

tenggorokan, penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi


adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul (Maryunani, 2011).
c. Gejala
Menurut Widoyono (2017) sekitar 10 hari setelah infeksi akan
muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti dengan koriza, batuk,
dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan
dalam 3 stadium yaitu:
1) Stadium masa inkubasi, berlansung 10-12 hari
2) Stadium masa prodmoral yaitu munculnya demam ringan sampai
sedang, batuk yang maik berat, koriza, peradangan mata, dan
munculnya anantena atau bercak koplik yang khas pada campak
yaitu bercak putih pada mukosa pipi
3) Stadium akhir, ditandai demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam
kulit kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian
menyebar ke leher, muka, tubuh dan anggota gerak.

2.4.2 Rubella
a. Pengertian
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan virus rubella. Gejala rubella yang paling utama
adalah ruam merah berbentuk bintik-bintik. Rubella sering terjadi pada
balita yang belum mendapat vaksin campak, gondok, dan rubella.
(Kemenkes, 2014).
b. Penyebab : Virus Rubella
c. Gejala
Gejala rubella yang paling utama adalah ruam merah berbentuk bintik-
bintik. Rubella sering terjadi pada balita yang belum mendapat
vaksin campak, gondok, dan rubella. Gejala rubella yang sering
terjadi yaitu:
1) Ruam kulit pada kepala menyebar ke tubuh, selama 2-3 hari
2) Sakit kepala, demam ringan
16

3) Hidung tersumbat atau ingusan

4) Kelenjar getah bening leher dan belakang telinga membengkak


Rubella pada dewasa dan remaja dapat ditambah dengan gejala
berikut ini:
1) Hilang napsu makan
2) Konjungtivitis (infeksi kelopak mata dan bola mata)

3) Sendi bengkak dan nyeri, pada wanita usia muda

2.4.3 Imunisasi Measles Rubella (MR)


a. Pengertian
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut.
Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial (Kemenkes, 2018).
Imunisasi MR (Measses Rubella) merupakan imunisasi yang
di gunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
(measles) dan campak jerman (rubella). Dalam imunisasai MR
(Measles, Rubella), antigen yang di pakai adalah virus campak strain
Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strai RA 27/3, dan virus
gondog . Vaksin ini tidak dianjurkan anak di bawah usia 1 tahun,
karena dikhawatirkan terjadi interverensi dengan antibodi maternal
yang masih ada (Hidayat, 2008).
b. Tujuan Pemberian
Tujuan pemberian imunisasi MR yaitu untuk merangsang
terbentuknya imunitas atau kekebalan terhadap penyakit campak, dan
campak jerman. Manfaat pemberian imunisasi MR adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap kedua penyakit tersebut pada saat
yang bersamaan (Hidayat, 2008).
c. Manfaat
17

Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella dapat melindungi


balita dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan
otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan.
d. Kontra Indikasi
Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid,
imunosupresan dan radioterapi; wanita hamil; leukemia, anemia berat
dan kelainan darah lainnya; kelainan fungsi ginjal berat;
decompensatio cordis (gagal jantung); setelah pemberian gamma
globulin atau transfusi darah; riwayat alergi terhadap komponen
vaksin (neomicyn) (Kemenkes, 2018).
e. Dosis dan jadwal imunisasi MR
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml.
Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari
produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera
digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan (Kemenkes,
2018).
Imunisasi MR merupakan pengulangan vaksin
campak,ditambah dengan gondongan dan rubella (campak jerman)
diberikan saat usia 12 bulan dan diulang pada saat balita berusia 2
tahun diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain .
(Marimbi, 2010)
f. Efek samping
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi MR adalah rasa tidak
nyaman dibekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-
gejala lain yaitu timbul 5-12 hari setelah penyuntikan vaksin selama
kurang 48 jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan
halus/tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah
bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MR.
Orang tua atau pengasuh dianjurkan untu memberikan minum lebih
banyak (ASI atau air buah), jik demam pakailah pakaian tipis, bekas
suntikan yang nyeri dapat diberi kompres air dingin jika demam
18

berikan paracetamol 15 mg/kg BB setia[ 3-4 jam bila perlu, maksimal


6 kali dalam 24 jam boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orang tua merasa
khawatir bawalah bayi/anak kedokter (Mulayani, 2013).
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan
sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan
indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2014).
2.5.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) secara garis besarnya dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai Recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk
mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (Application)
19

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek


yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut Arikunto (2006) dalan Wawan (2010) kriteria
tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :
1) Baik : Hasil Persentase 76%-100%
2) Cukup : Hasil Persentase 56%-75%
3) Kurang : Hasil persentase < 56%
2.6 Sikap
2.6.1 Pengertian
20

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau


responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor
yang terkait dengan faktor resiko kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

2.6.2 Sifat sikap


Menurut Heri Purwanto 1998 dalam Wawan (2010) sikap dapat pula
bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif :
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
2.6.3 Komponen sikap
Menurut Allport (1954 dalam Notoatmodjo, 2014) sikap itu terdiri
dari 3 komponen pokok yakni:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (Tend To Behave) artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
2.6.4 Tingkatan Sikap
Seperti halnya menurut (Notoatmodjo, 2014) sikap juga
mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (Responding)
21

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan


terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (Valuating)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya
dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.
Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala likert untuk
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan dengan menggunakan 4 interval yaitu sangat setuju (4),
setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Wawan, 2010).
22

2.7 Kerangka Teori


Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Motivasi
Keyakinan
Nilai-nilai
Variabel demografi tertentu
1

6
5

Faktor pendukung :
Tersedianya sarana
kesehatan Perilaku
2
Akses sarana kesehatan Kesehatan
Prioritas dan komitmen
Masyarakat atau
pemerintah terhadap 4
masyarakat
3

Faktor penguat :
Keluarga
Guru
Teman
Petugas kesehatan
Dukungan sosial
Pengalaman kerja

Sumber : Teori L.Green dalam Notoatmodjo (2012).


23

Keterangan : Huruf bolt menandakan variabel yang diukur


Catatan : Garis utuh menunjukkan pengaruh langsung dari garis putus
menunjukkan akibat sekunder, nomor menunjukkan kira-kira
terjadinya tindakan

Anda mungkin juga menyukai