Anda di halaman 1dari 1

Perjanjian Renville

Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara

Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta.

Delegasi Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo,

Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda

terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran

Kartanagara dan Zulkarnain.

Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah

dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17

Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville.

Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut :

1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia

diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.

2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda

dalam uni Indonesia-Belanda.

3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS

4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada

pemerintahan federal sementara.

5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah

Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van

Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki Belanda.

Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948.

Anda mungkin juga menyukai