Anda di halaman 1dari 53

Filsafat Pendidikan Islam

Dosen:
Bahril Hidayat

Bahan Ajar [Bagian I]


Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau
Agustus 2017
ALUR FILSAFAT

PEMIKIRAN
KURIOSITAS TENTANG FILSAFAT
PENGETAHUAN
Pengantar
 Perkenalan, Kontrak Belajar, Tugas
(Evaluasi Awal)
 Persiapan Administrasi dan Perlengkapan
Perkuliahan.
 Standar Penilaian
 Pengantar Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam
 Referensi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam
Pythagoras
(Filsuf Yunani yang pertama kali menggunakan
istilah Filsafat)

Pertama, manusia yang


mencintai kesenangan

Kedua, manusia yang mencintai


kegiatan

Ketiga, manusia yang mencintai


kebijaksanaan (Filsafat)
Pengertian Pokok Filsafat (Loren
Bagus, 2002)
Upaya spekulatif untuk menyajikan
suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas

Upaya untuk melukiskan hakikat


realitas akhir dan dasar serta nyata

Upaya untuk menentukan batas-batas


dan jangkauan pengetahuan: sumber,
hakikat, keabsahan, dan nilainya
Pengertian Filsafat
 Filsafat melahirkan kebijaksanaan.
 Kebijaksanaan adalah sikap terhadap dunia
bahwa dirinya dan dunia ini adalah ciptaan
Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini membawa
filosof naik ke wilayah kesadaran yang lebih
tinggi, tidak hanya kesadaran material atau
kesadaran semu.
 Dengan dimilikinya kebijaksanaan ini, para
filosof menjadi orang-orang yang mengerti
dan tahu akan hakikat hidup dan kehidupan.
Pengertian Filsafat
 Berfilsafat bukan semata-mata milik para filosof yang hanya
memikirkan hal-hal yang astrak. Berfilsafat tugas dan kewajiban setiap
orang dengan kadar masing-masing.
 Setiap manusia selalu mencari pengertian dan pemaknaan dari setiap
fenomena yang terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya.
 Knight dalam Issues and Alternatives in Educational Philosophy (1982)
mengemukakan bahwa filsafat memiliki tiga dimensi : sebagai content
atau subject matter, sebagai aksi atau kegiatan, dan sebagai sikap
(attitude).
 Sebagai content, filsafat mempelajari masalah-masalah metafisika yang
membahas tentang “apa yang ada” dan “yang mungkin ada”,
epistemologi yang membahas teori pengetahuan, sumber pengetahuan,
dan batas pengetahuan, dan aksiologi yang membahas tentang nilai.
 Filsafat sebagai kegiatan atau aksi merupakan langkah filsafat yang
bertujuan untuk membangun jalan pikiran dalam rangka membentuk
pandangan dunia (worldview). Hal ini dilakukan filsafat melalui langkah
analisis, sintesis, kontemplatif dan preskriptif (Tobroni, dalam
Hermawan, 2012).
Karakteristik Filsafat (Daniel dalam
Hermawan, 2012)
1. Filsafat menuntut penggunaan rasio yang tinggi kualitasnya
2. Filsafat menuntut cara berpikir yang radikal, tuntas, sampai ke akar
segala sesuatu
3. Filsafat merupakan ibu dari segala pengetahuan dan ilmu dari segala
ilmu
4. Filsafat membuahkan kearifan (hikmah) karena kecintaan akan ilmu
penngetahuan
5. Filsafat menuntut kejelasan dan sistematika berfikir dengan cara
menghubunghubungkan secara logis akan penngetahuan-pengetahuan
untuk menemukan implikasiimplikasinya yang tersurat maupun tersirat
6. Nilai atau norma merupakan salah satu objek studi filsafat karena
norma pun merupakan bagian dari kearifan
Berpikir filosofis berarti berpikir sistematis radikal dan universal.
Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai keakar-akarnya.
Radikal berasal dari kata radix yang berarti akar. Maksud dari
berpikir radikal ini adalah berpikir sampai ke hakikatnya, sampai
kepada esensi.
Pengertian Filsafat
 Filsafat sering pula diistilahkan dengan The
mother of science artinya induk dari segala
ilmu pengetahuan.
 Filsafat merupakan cikal bakal atau bibit
pengetahuan.
 Ilmu-ilmu yang muncul sekarang ini tidak
lain adalah turunan atau sebagian jawaban
tentang pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh filsafat.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
 Muzayyin Arifin (dalam Hermawan, 2012), mengatakan bahwa filsafat
pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran
agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat
dibina dan dikembangkan, serta dibimbing menjadi manusia Muslim
yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.
 Dalam arti bahwa filsafat pendidikan Islam mengkaji tentang
berbagai masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan, seperti
manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, kurikulum, metode,
lingkungan, guru, dan sebagainya.
 Perbedaan dengan filsafat pendidikan, di dalam Filsafat Pendidikan
Islam semua masalah kependidikan tersebut selalu didasarkan
kepada ajaran Islam yang bersumberkan al-Qur‟an dan al-Hadits.

Dengan kata lain bahwa kata Islam yang mengiringi kata filsafat
pendidikan itu menjadi sifat, yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
 Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat
pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan
untuk merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan
Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat
pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada
umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid,
akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan
hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual,
pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat
Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya, pandangan
tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan
tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai
yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan ajaran
Islam lainnya (Nata, 2005)
Tujuan Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
(Inspirasional, Analitikal, Preskriptif, dan
Investigatif)
Tujuan inspirasional
pendidikan adalah
Tujuan preskriptif
tujuan filsafat
adalah tujuan filsafat
pendidikan dalam
pendidikan dalam
memberikan ide dan
memberikan arah
gagasan bagi
bagi pendidikan.
pengembangan
pendidikan.

Tujuan analitikal Tujuan investigatif


adalah tujuan filsafat merupakan tujuan
pendidikan filsafat pendidikan
menganalisa dalam memeriksa
permasalahan kebijakan
pendidikan. pendidikan.
Ruang lingkup pembahasan Filsafat
Pendidikan Islam
 Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat
pendidikan Islam adalah yang tercakup dalam objek
material filsafat, yaitu mencari keterangan secara
radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak
bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana
filsafat, Filsafat Pendidikan Islam juga mengkaji ketiga
objek ini berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
 Secara mikro, objek kajian Filsafat Pendidikan Islam
adalah hal-hal yang merupakan faktor atau komponen
dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau
komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan
pendidikan, pendidik, peserta didik, alat
pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi
pendidikan), dan lingkungan pendidikan.
Hakikat alam semesta dan Ilmu Pengetahuan

 Menurut Loren Bagus (dalam Hermawan, 2012) alam


semesta dalam bahasa latin disebut dengan kosmos.
Sedangkan ilmu tentang alam dunia disebut cosmologi.
 Kosmologi adalah ilmu tentang alam semesta sebagai
sistem yang rasional dan teratur. Ilmu yang memandang
alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang integral.
 Secara tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang
metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai asal dan susunan alam raya, penciptaan dan
kekekalannya, mekanisme waktu, ruang dan kausalitas.
 Menurut Al-Syaibani (dalam Hermawan, 2012), yang
dimaksud alam jagat atau natura ialah segala sesuatu selain
dari Allah Swt. Cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung,
lembah, daratan, tumbuhan, binatang, insan, dan
sebagainya.
Hakikat alam semesta dan Ilmu
Pengetahuan
 Imam al-Ghazali (dalam Hermawan, 2012)
membagi alam ini menjadi dua bagian, alam
syahadah, alam yang disaksikan dan alam Ghaib.
 Alam Syahadah adalah alam benda, berkembang
dan berubah-ubah.
 Alam Ghaib menurut al-Ghazali dibagi dua, yaitu
pertama, alam al- Jabarut, yaitu alam
pertengahan antara benda dan roh. Kedua, alam
malakut yaitu alam ma‟ani atau pengertian. Alam
semesta ini diciptakan oleh Allah untuk
kepentingan manusia agar manusia dapat
menjalankan fungsi dan kedudukannya di muka
bumi.
Hakikat alam semesta dan Ilmu
Pengetahuan
 Firman Allah:
Dia yang menjadikan bumi bagimu dengan mudah
kamu jalani, sebab itu berjalanlah kamu pada
beberapa penjurunya dan makanlah rejeki Allah dan
kepada-Nya tempat kembali.” (Q.S. al-Mulk: 15)

«Tidaklah kamu lihat, bahwa Allah telah memudahkan


untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang
ada di bumi dan Ia telah sempurnakan atas kamu
nikmat-nikmat-Nya baik yang lahir mapun yang
batin.” (Q.S. Luqman: 20).
Hakikat alam semesta dan Ilmu
Pengetahuan
 Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science berasal dari
bahasa latin scientia (pengetahuan). Sinonim dalam
bahasa Yunani adalah episteme. Pengetahuan dalam
bahasa Inggris disebut knowledge (Loren Bagus dalam
Hermawan, 2012).

 Ilmu dalam pandangan para ahli mempunyai pengertian


sebagai berikut
1. Ralph ross dan Ernest van Den Hagg dalam bukunya
The fabric of sosiety menulis, ”Sience is empirical, rational,
general and cumulative and it is all four out once.”
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang empiris, rasional,
umum, dan kumulatif, dan keempat aspek tersebut
dijalankan serempak.
Hakikat alam semesta dan Ilmu
Pengetahuan
2. Ashly Mountagu dalam bukunya The cultured
man menyebutkan science is a systematized
knowledge services service from observation, study,
and Experimentation carried on onder to
determaine the nature or principles of what being
studied”
Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu sistem yang berasal dari pengalaman, studi
dan pengalaman, studi dan pengalaman untuk
menentukan hakikat dan prinsip tentang
sesuatu yang sedang dipelajari.
Hakikat alam semesta dan Ilmu
Pengetahuan
Berdasarkan definisi di atas, ilmu pengetahuan mempunyai ciri-
ciri khusus.
1. Objek ilmu pengetahuan adalah empiris, yaitu fakta-fakta
empiris yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan
mempergunakan panca indranya;
2. Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu
mempunyai sistematika. Hasil yang diperoleh bersifat rasional
dan objektif, universal, dan kumulatif;
3. Ilmu dihasilkan dari pengalaman, pengamatan, studi, dan
pemikiran baik melalui pendekatan deduktif maupun pendekatan
induktif, maupun pendekatan induktif atau kedua-duanya;
4. Sumber dari segala ilmu adalah Tuhan, karena dia yang
menciptakannya;
5. Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan,
pengalaman manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.
Fungsi dan Tugas Ilmu
 Fungsi dan tugas ilmu (Hidayat, 2014), dalam hal ini
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, tidak terlepas dari
lima tugas utama sebagai disiplin ilmu yang ilmiah,
yaitu mampu menggambarkan unsur-unsur perilaku
secara jelas, yaitu mampu menjelaskan (describing)
apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi,
mampu menerangkan (explaining) kondisi yang
mendasari terjadinya peristiwa, menyusun teori,
mencari dan merumuskan hukum–hukum mengenai
hubungan peristiwa satu dengan yang lainnya dalam
dinamika perilaku, mampu memprediksi atau
memperkirakan (predicting) dan mengestimasi
hal–hal yang akan terjadi dari suatu perilaku tertentu,
dan melakukan pengendalian (controlling) atau
mengatur perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Fungsi dan Tugas Ilmu
 Tahap terakhir, meningkatkan kualitas
hidup manusia (improving quality of life)
menjadi tugas disiplin ilmu. Dengan
menjalankan lima tugas tersebut, disiplin
Pendidikan Islam Anak Usia Dini bisa
melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam
pengembangan keilmuan yang ilmiah dan
aplikatif dalam diri anak usia dini, maupun
lingkungan anak seperti keluarga, lingkungan
pendidikan, dan lingkungan masyarakat dunia
secara lebih luas.
Hakikat Manusia

 Al-Qur'an, menempatkan manusia sebagai


makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan
rohani. Al-Qur'an memberi acuan
konseptual yang sangat mapan dalam
memberi pemenuhan kebutuhan jasmani dan
ruhani agar manusia berkembang secara
wajar dan baik.
 Pada surat al-Mu'minun ayat 115 Allah
bertanya kepada manusia sebagai berikut :
"Apakah kamu mengira bahwa kami
menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?"
Hakikat Manusia
 Berdasarkan ayat tersebut menurut Ahmad Azhar Basyir,
terdapat tiga penegasan Allah, yaitu
[1] manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan,
[2] manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi
berfungsi, dan
[3] manusia akhirnya akan dikembalikan kepada
Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di
dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
realisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.
Hakikat Manusia
 Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk
menunjukkan arti manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan
kata Bani Adam.
 Kata insan dalam al-Qur'an dipakai untuk manusia yang
tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai
kata an-nas, unasi, insiya, anasi. Adapun kata basyar dipakai
untuk tunggal dan jamak. Kata insan yang berasal dari kata al-
uns, anisa, nasiya dan anasa, maka dapatlah dikatakan bahwa
kata insan menunjuk suatu pengertian adanya kaitan dengan
sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran (Musa
Asy'arie dalam Hidayat, 2009).
 Kata insan digunakan al-Qur'an untuk menunjukkan kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia
yang berbeda antara seseorang dengan yang lain adalah akibat
perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan (Shihab, 1996)
Hakikat Manusia
 Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya
lupa, menunjukkan adanya kaitan dengan kesadaran
diri.
 Apabila manusia lupa terhadap sesuatu hal disebabkan
karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut.
Dalam kehidupan beragama, jika seseorang lupa
sesuatu kewajiban yang seharusnya dilakukannya, maka
ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran
terhadap kewajiban itu.
 Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang
terambil dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti
jinak dan harmonis (Musa Asy'arie, 1996) karena
manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan dengan
realitas hidup dan lingkungannya.
Hakikat Manusia
 Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk
baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu ataupun
banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah
yang berarti kulit. "Manusia dinamai basyar karena
kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit
binatang yang lain". Di sisi lain diamati bahwa banyak
ayat-ayat al-Qur'an yang menggunakan kata basyar
yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia
sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga
mencapai tahapan kedewasaan. Firman allah [QS.al-
Rum (3) :20] "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-
Nya [Allah] menciptakan kamu dari tanah, ketika kamu
menjadi basyar kamu bertebaran".
Hakikat Manusia
 Musa Asy'arie mengatakan bahwa manusia
dalam pengertian basyar tergantung
sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya tergantung pada
apa yang dimakan.
 Sementara itu, manusia dalam pengertian
insan mempunyai pertumbuhan dan
perkembangan yang sepenuhnya
tergantung pada kebudayaan, pendidikan,
penalaran, kesadaran, dan sikap hidupnya.
Hakikat Manusia
 Oleh karena itu, pemakaian kedua kata insan dan
basyar untuk menyebut manusia mempunyai
pengertian yang berbeda. Insan dipakai untuk
menunjuk pada kualitas pemikiran dan
kesadaran, sedangkan basyar dipakai untuk
menunjukkan pada dimensi alamiahnya,
yang menjadi ciri pokok manusia pada
umumnya, makan, minum dan mati.
 Berdasarkan pengertian insan dan basyar tersebut,
manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah
dengan potensi fisik maupun psikis yang memiliki
potensi untuk berkembang
Pengertian Pendidikan Islam
 Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

 Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem


kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaiman Islam
telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik duniawi maupun ukhrawi (M. Arifin, 1994)
Pengertian Pendidikan Islam
 Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim
yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
kearah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.
 Kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk diterapkan dalam
pengertian pendidikan karena dalam istilah at-tarbiyah
mencakup segala kegiatan yang berupa menumbuhkan,
mengembangkan, memperbaiki, mengurus, memimpin,
mengawasi serta menjaga anak didik = pengertian
"pendidikan“ secara umum dalam bahasa Indonesia.
 Dengan demikian, istilah Pendidikan Islam dalam
bahasa arab boleh menggunakan istilah at-tarbiyah al-
islamiyah (Ahmad Falah, 2010)
Pengertian Pendidikan Islam
 Menurut Zakiyah Darajat (dalam Dakir
dan Sardimi, 2011), pendidikan Islam
didefinisikan dengan suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik
agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh.
 Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.
Tujuan Pendidikan Islam
 Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk
pribadi muslim yang berakhlak mulia (al-khuluq al-
syarif), yaitu pribadi yang mulia secara subtansial
dan esensial, bukan kemuliaan yang temporal dan
aksidental serta mewujudkan pribadi yang baik,
sempurna dan bahagia
 Dalam kehidupan sehari-hari, indikator
tercapainya tujuan pendidikan Islam adalah
mencetak anak didik yang mampu bergaul dengan
sesama manusia dengan baik dan benar serta
mengamalkan amar ma'ruf nahi mungkar kepada
sesama manusia.
Tujuan Pendidikan Islam
 Anak didik yang telah dibina oleh pola
Pendidikan Islam merupakan anak didik yang
sukses dalam kehidupan karena ia memilki
kemampuan dan kemauan yang kuat untuk
menjalani kehidupan berbekal ilmu keislaman
yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.
 Pendidikan Islam bertujuan membangun
karakter anak didik yang kuat menghadapi
berbagai cobaan dalam kehidupan dan
telaten, sabar, serta cerdas dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuan Pendidikan Islam
 Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara
menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional: perasaan
dan indera.
 Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik
secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua
aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan
kesempurnaan.

Tujuan terakhir pendidikan Islam terletak pada


perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah,
baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh
manusia.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ringkas Pendidikan Islam dapat disusun kepada tiga
bentuk utama berikut ini.

1. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata


untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah
kepada Allah.
2. Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan
Akhlaq al-karimah.
3. Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta
didik mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan


yang diprogramkan akan mampu mengantarkan
peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.
Pengertian dan Hakikat Pendidik
 Menurut konteks pendidikan Islam, pendidik
disebut dengan murobbi dan muallim
 Istilah Murabbi, orientasinya lebih mengarah pada
pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani maupun
rohani. Pemeliharaan seperti itu terlihat seperti
proses orang tua membesarkan anaknya.
 Sedangkan untuk kata muallim, pada umumnya
dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih
terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu
pengetahuan (pengajaran) dari seseorang yang
lebih tahu kepada seseorang yang tidak tahu.
Pengertian dan Hakikat Pendidik
 Abuddin Nata (2005:114) mendefiniskan pendidik
secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang
melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan,
keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
 Peranan orang tua sangat berpengaruh dalam
mendidik anaknya karena secara moral dan teologis
keduanya dibebani tanggungjawab dalam mendidik
anaknya.
 Sedangkan di sekolah, tanggung jawab dibebankan
kepada guru, begitu juga di masyarakat dilakukan oleh
organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya.
 Oleh karena itu, peranan orang tua, guru dan tokoh
masyarakat dapat dikategorikan sebagai pendidik.
Pengertian dan Hakikat Pendidik
 Menurut Ahmad Tafsir (2006:170) pendidik
dalam pendidikan Islam ialah orang yang
mengajarkan dan mempengaruhi perkembangan
seseorang, yaitu manusia, alam dan kebudayaan.
 Manusia, alam, dan kebudayaan disebut dalam
ilmu pendidikan sebagai lingkungan pendidikan.
 Dari ketiga hal itu, yang terpenting adalah
manusia. Alam tidak melakukan pendidikan
secara sadar begitu juga dengan kebudayaan
tetapi manusia berperan dalam pendidikan
Pengertian dan Hakikat Pendidik
 Hakikat pendidik dalam Islam, adalah
orang-orang yang bertanggung jawab
dalam perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan seluruh potensi
anak didik, baik potensi afektif, kognitif
maupun potensi psikomotorik
(Hermawan, 2012).
Guru sebagai Pendidik
 Berhubungan dengan pendidikan di sekolah,
pendidik di sekolah adalah guru.
 Kata „guru‟ berasal dari kosa kata yang
sama dalam bahasa India yang artinya
“orang yang mengajarkan tentang kelepasan
dari sengsara”.
 Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal
sebagai “maha resi guru”, yakni para
pengajar yang bertugas untuk
menggembleng para calon biksu di bhinaya
panti (tempat pendidikan para biksu).
Guru sebagai Pendidik
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:377),
guru adalah manusia yang tugasnya (profesionalnya)
mengajar.
 Menurut St. Vembrianto, dkk., (dalam Hermawan,
2012) dalam buku Kamus Pendidikan yang dimaksud
dengan guru adalah pendidik profesional di sekolah
dengan tugas utama mengajar.
 Sementara pada sisi lain, guru diidentikkan dengan
istilah pendidik, karena makna pendidik adalah
usaha untuk membimbing, mengarahkan,
mentransfer ilmu dapat dilakukan secara umum.
 Akan tetapi, istilah guru biasa dipakai untuk
pendidik pada lembaga formal, seperti sekolah,
madrasah, dan dosen dalam dunia perguruan tinggi
(Arianto dalam Hermawan, 2012).
Guru sebagai Pendidik
 Menurut Ikhwa al Shafa pendidik tidak boleh menjejali
otak peserta didik dengan ide-ide atau keinginannya
sendiri. Pendidik hendaknya mengangkat potensi laten
yang terdapat dalam diri peserta didik.
 Pada empat tahun pertama, anak secara tidak sadar
menyerap semua ide dan perasaan dari lingkungan
sosialnya. Setelah itu, pada proses selanjutnya ia mulai
meniru sikap dan ide dari orang-orang disekitarnya.
 Di sini, pendidik dan orang tua dan guru anak usia dini
dituntut untuk memberikan contoh yang baik dalam
perilaku dan tindakannya sehari-hari, sehingga menjadi
panutan bagi peserta didik ke arah yang lebih baik
(C.A. Qadir dalam Hermawan, 2012).
Tugas Pendidik
 Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang
sebagai sesuatu yang mulia. Secara umum, tugas
pendidik adalah mendidik.
 Dalam operasionalisasinya, mendidik merupakan
rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan,
memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan,
dan lain sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa
tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar
sebagaimana pendapat kebanyakan orang.
 Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai
motivator dan fasilitator dalam proses belajar
mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis (Hasan
Langgulung, 1988).
Tugas Pendidik
 Penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap
pendidik. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan pendidik setingkat dibawah kedudukan
Nabi dan Rasul karena pendidik selalu terkait dengan
ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam sangat
menghargai pengetahuan (Hermawan, 2012).
 Penghargaan Islam terhadap pendidik Islam
digambarkan dalam-antara lain hadits dan ayat Quran
yang artinya sebagai berikut.
1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada;
2. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang
beribadah, yang berpuasa dan menghabiskan waktu
malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi
kebaikan orang yang berjuang di jalan Allah;
Tugas Pendidik
3. Apabila seorang alim meninggal, maka
terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak
dapat diisi kecuali oleh orang alim yang lain (A.
Tafsir dalam Hermawan, 2012).

 Firman Allah Swt:


“Allah meninggikan derajat orang beriman dan
berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujadalat:11)
Tugas Pendidik
 Menurut Abuddin Nata (2005) secara sederhana
mengatakan tugas pendidik adalah mengarahkan
dan membimbing para murid agar semakin
meningkat pengetahuannya, semakin mahir
keterampilannya dan semakin terbina dan
berkembang potensinya.
 Sedangkan tugas pokok pendidik adalah mendidik
dan mengajar. Mendidik tidak semudah mengajar.
 Dalam proses pembelajaran pendidik harus
mampu mengilhami peserta didik melalui proses
belajar mengajar yang dilakukan pendidik sehingga
mampu memotivasi peserta didik mengemukakan
gagasan-gagasan yang besar dari peserta didik.
Tugas Pendidik
 Secara khusus, bila dilihat tugas guru
pendidikan agama Islam di samping harus
dapat memberikan pemahaman yang
benar tentang ajaran agama, juga
diharapkan dapat membangun jiwa dan
karakter keberagamaan yang dibangun
melalui pengajaran agama tersebut.
 Artinya tugas pokok guru agama menurut
Abuddin Nata menanamkan ideologi Islam
yang sesungguhnya pada jiwa anak.
Tugas Pendidik
 Pada uraian yang lebih jelas Abuddin Nata (2005)
lebih merinci bahwa tugas pokok guru (pendidik)
adalah mengajar dan mendidik. Mengajar mengacu
kepada pemberian pengetahuan (transfer of
knowledge) dan melatih keterampilan dalam
melakukan sesuatu,
 Sedangkan mendidik mengacu pada upaya
membina kepribadian dan karakter si anak dengan
nilai-nilai tertentu, sehingga nilai-nilai tersebut
mewarnai kehidupannya dalam bentuk perilaku
dan pola hidup sebagai manusia yang berakhlak.
Tugas dan Peran Guru
 Guru juga sering dicitrakan memiliki
peran ganda yang dikenal sebagai
EMASLIMDEF (Educator, Manager,
Administrator, Supervisor, Leader,
Inovator, Motivator, Dinamisator,
Evaluator, dan Fasilitator).
Tugas dan Peran Guru
Akronim Peran Fungsi

E Educator Mengembangkan kepribadian, Membimbing, Membina budi


pekerti, Memberikan penghargaan
M Manager Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku
A Administrator Membuat daftar presensi, Membuat daftar penilaian,
Melaksanakan teknis administrasi pendidik.
S Supervisor Memantau, Menilai, Memberikan bimbingan teknis
L Leader Mengawal pelaksanaan tugas pokok tanpa harus mengikuti
secara kaku peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
I Inovator Melakukan kegiatan kreatif, Menemukan strategi dan konsep
baru dalam mengajar
M Motivator Memberikan dorongan kepada siswa agar dapar belajar lebih
Giat, Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan
kemampuan dan perbedaan individual siswa
D Dinamisator Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan
suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif
E Evaluator Menyusun instrument penilaian, Melaksanakan penilaian dengan
berbagai jenis dan bentuk
Penilaian, Menilai pekerjaan siswa
F Fasilitator Memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada
peserta didik
Etika Pendidik
 Hasyim Asy‟ari mengemukakan beberapa etika
yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, antara
lain berikut ini.
1) Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah
(taqarrub ila Allah); 2) Senantiasa takut kepada Allah;
3) Senantiasa bersikap tenang; 4). Senantiasa berhati-
hati (wara’); 5) Tawadhu; 6) Mengadukan segala
persoalannya kepada Allah Swt; 7) Tidak
menggunakan ilmunya untuk meraih keduniawian
semata; 8) Tidak selalu memanjakan anak didik; 9)
Menghindari berusaha dalam hal-hal yang rendah; 10)
Menghindari tempat-tempat yang kotor dan maksiat;
11) Mengamalkan sunnah Nabi; 12)
Mengistiqamahkan membaca Al-Qur‟an;
Etika Pendidik
13. Bersikap ramah, ceria, dan suka menaburkan
salam;
14. Membersihkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang tidak disukai Allah;
15. Menumbuhkan semangat untuk menambah
ilmu pengetahuan ;
16. Tidak menyalahgunakan ilmu dengan cara
menyombongkannya;
17. Membiasakan diri menulis, mengarang dan
meringkas.
REFERENSI

Dakir dan Sardimi. (2011). Pendidikan Islam dan ESQ (Komparasi-Integrasi Upaya Menuju Stadium
Insan Kamil. Semarang: RaSAIL Media Group.

Langgulung, Hasan. (1998). Asas-asas pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Hermawan, H. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kemenag RI.

Hidayat, Bahril. (2009). Psikologi Islam. Buku Daras. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim.

Hidayat, Bahril. (2014). Psikologi Islam. Buku Daras. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim.

Lubis, B. H., & Nashori, F. (2002). Dialektika psikologi dan pandangan Islam. Unri Press.

Nata, Abuddin. (2001). Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo.

Nata, Abuddin. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Samsul Nizar. (2002). Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis). Jakarta:
Ciputat Press.

Anda mungkin juga menyukai