SKRIPSI
Untuk Mememuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Universitas Haji Sumatera Utara
DINAMIKA HIA
2115302142
NIM : 2115302142
Prodi : Kebidanan (Program Sarjana Terapan)
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui :
Ka.Program Studi Kebidanan
NIM : 2115302142
Prodi : Fakultas Kebidanan (Program Sarjana Terapan) Universitas
TIM PENGUJI
Mengesahkan:
Herlia Sumardha Nasution, SST, M.Keb Prof. Dr. Dian Armanto, M.Pd.,M.A.,
M. Sc., Ph.D
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 2115302142
Program studi : Fakultas Kebidanan (Program Sarjana Terapan) Universitas
Tahun 2022
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar- benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Dinamika Hia
Nim. 2115302142
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
Penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
berbagai pihak sebagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth :
sarana prasarana.
2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara beserta civitas akademi yang telah
3. Ibu Mestika Rija Helti, SKM, SST, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing yang
ini.
4. Bapak Irwan dan Ibu Kristina, S.Kep, Ns, MPH sebagai penguji I dan II yang
telah memberikan arahan dan sarannya kepada penulis sehingga dapat mudah
tua, suami, dan saudara-saudara saya yang memberikan dukungan dan yang
ii
tidak henti memberikan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan Skripsi
ini.
Dinamika Hia
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pesetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................................. iii
Daftar Tabel..............................................................................................................v
Daftar Gambar.........................................................................................................vi
Daftar Lampiran...................................................................................................... ix
Bab I : Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian...................................................................................
Bab II: Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6
2.1 Konsep Gizi Balita .............................................................................................. 6
2.1.1 Balita .................................................................................................... 6
2.1.2 Tugas Awal Balita ................................................................................ 7
2.1.3 Karateristik Balita Berdasarkan Usia.................................................... 7
2.1.4 Perkembangan Balita ........................................................................... 10
2.2 Gizi Kurang ......................................................................................................... 10
2.3 Status Gizi ........................................................................................................... 11
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan Gizi ................................................ 17
2.5 Dampak Kekurangan Gizi ................................................................................... 18
2.6 Dampak Kekurangan Gizi ................................................................................... 27
2.7 Kerangka Konseptual .......................................................................................... 30
iv
2.8 Hipotesis Penelitian.............................................................................................. 31
Bab III : Metode Penelitian .................................................................................... 32
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................................32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................................32
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................32
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................................33
3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................................33
3.3.1 Populasi ................................................................................................33
3.3.2 Sampel ..................................................................................................33
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................................35
3.4.1 Data Primer ...........................................................................................35
3.4.2 Data Sekunder ......................................................................................35
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional .....................................................................36
3.6 Metode Pengukuran.............................................................................................36
3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data .....................................................................37
3.7.1 Pengolahan Data .....................................................................................37
3.7.2 Analisa data ............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................40
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi Menurut Standar Baku Nasional .................. 26
Tabel 4.2.1 Frekuensi Responden berdasrkan jenis kelamin dan umur ............. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut (Fajryah Nur,dkk : 2022) Gizi kurang merupakan suatu keadaan
dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu
tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada dibawah
lapisan lemak dan organ tubuh. Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Menurut (Ardi O, dkk : 2021) Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat di
lihat dari indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan suatu bangsa,
yaitu mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan),masalah
kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Saat ini, masalah kesehatan balita
masih merupakan masalah nasional yang dimana perlu mendapatkan prioritas
utama karena sangat menentukan bagaimana kualitas sumber daya manusia pada
generasi mendatang.
Balita termasuk dalam kelompok rentan gizi, dimana pada umur 0 – 5 tahun
merupakan saat pertumbuhan bayi yang relatif cepat. Dan pada masa ini
merupakan masa pertumbuhan besar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa
kehidupannya merupakan hal yang sangat penting. Kekurangan gizi dapat
memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifestasi terburuk
dapat menyebabkan kematian. Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan yang
berpengaruh terhadap kekebalan tubuh, kerentanan terhadap penyakit, serta
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan
1
kesakitan, kecacatan, dan kematian sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. (Andi mutiah : 2021)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, kekurangan gizi bertanggung
jawab atas 2,7 juta kematian anak setiap tahun, terhitung 45 persen dari semua
kematian anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Secara global Malnutrisi
diperkirakan mempengaruhi 155 juta anak di bawah usia lima tahun pada
tahun 2016, dan 150,8 juta anak di bawah usia lima tahun diperkirakan
mengalami kekurangan gizi pada tahun 2017. Malnutrisi mempengaruhi hingga
0,5 juta anak di Amerika Utara, 5,1 juta di Amerika Selatan, 59,2 juta di
Afrika, dan 83,6 juta di Asia (Musaruddin et al., 2020)
Menurut (data di Indonesia)
Menurut (sumatera utara )
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
faktor sosial ekonomi keluarga, pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat penyakit
infeksi, faktor pengetahuan, pola asuh orang tua, asupan makanan, kesehatan anak,
kesehatan ibu, jumlah anak dalam keluarga, wilayah tempat tinggal dan faktor
pekerjaan ibu (Irma : 2020). Namun pada penelitian ini membahas 4 faktor yang
mempengaruhi status gizi pada balita yaitu faktor pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, pendapatan ibu dan pekerjaan ibu.
Sehingga berdasarkan survey awal pada bulan juni data di Puskesmas Lahusa
Balita 1-5 tahun ada sebanyak 130 orang diantaranya dari bulan januari-juni
terdapat 10 orang balita yang mengalami Gizi kurang, sedangkan pekerjaan
orangtua mayoritas petani, dan pendidikan orang tua mayoritas rendah SD-SMP,
dan berdasarkan survey awal pengetahuan ibu tentang gizi kurang pada anak atau
balitanya sangat kurang atau tidak tahu. (Puskesmas Lahusa : 2022)
Dampak kekurangan gizi sangat kompleks, anak dapat mengalami gangguan
pada perkembangan mental, sosial, kognitif dan pertumbuhan yaitu berupa
ketidakmatangan fungsi organ, dimana manifestasinya dapat berupa kekebalan
tubuh yang rendah yang menyebabkan kerentanan terhadap penyakit-penyakit
2
seperti infeksi saluran pernafasan, dan diare. Usaha pemutusan rantai kekurangan
gizi ini tentunya dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat mengetahui
permasalahan utama yang menyebabkan terjadinya gizi kurang dan gizi buruk.
Dampak jangka pendek dari kasus gizi kurang adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain, sedangkan
dampak jangka panjang dari kasus gizi kurang adalah penurunan skor IQ,
penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan
penurunan rasa percaya diri (Natalia sihombing : 2017)
Status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan per umur
(BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan ( BB/TB)
(Nana Aldriana : 2020)
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat
badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Indeks tinggi badan menurut umur
adalah pertumbuhan linier dan LILA adalah pengukuran terhadap otot, lemak, dan
tulang pada area yang diukur (Minda : 2019)
Sehingga solusi yang sangat disarankan dengan menggunakan stimulasi
deteksi dini pada balita, salah satunya dengan alat Kusioner PraSekrining
Perkembagan yang meruapkan periksaan prasekrining untuk deteksi dini
perkembangan balita yang hanya boleh digunakan oleh tenaga kesehatan seperti
dokter, perawat, bidan. Solusi untuk permasalahan gizi balita dengan memeberikan
makanan yang mengandung gizi yang seimbang untuk masa perkembangan (Yogi
ahmad : 2019)
Berdasarkan Data diatas menunjukkan bahwa masih banyak terdapat Balita
Gizi Kurang terkhususnya di Puskesmas Lahusa, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di
Puskesmas Lahusa Tahun 2022”
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi
rumusan masalah penelitian ini yaitu Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi
Status Gizi kurang pada Balita Di Wilayah Puskemas Lahusa Nias Barat Tahun 2022.
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
4
1.4 Manfaat Penelitian
a) Tempat Penelitian
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi kurang pada balita di Puskesmas Lahusa
Nias Barat.
b) Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber informasi tentang Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi kurang pada balita di Puskesmas Lahusa
Nias Barat.
c) Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
dan kajian bagi peneliti lain atau peneliti selanjutnya.
5
(p=0,642), ada
hubungan yg
bermakna antara
pengatahuan ibu
dengan status gizi
balita (p=0,002)
Natalia Analisis Pengetahuan ibu Desain Cross Teknik sampling
Faktor Faktor dengan hasil ρ-value
Sihombing Section . menggunakan total
Yang (0,004)<0,05,
Mempengaruhi Pendapatan Teknik analisis populasi,
Kejadian Gizi keluarga dengan hasil
chi square pengumpulan data
Kurang Pada ρ-value (0,014)< 0,05,
Anak Balita Di Kelengkapan kuesioner dengan
Wilayah Kerja imunisasi ρ-value
food recall 24 jam.
Puskesmas (1,000)>0,05,
Saitnihuta Pemberian ASI Waktu penelitian,
Kecamatan Ekslusif dengan hasil
Lokasi penelitian,
Doloksanggul ρ-value (0,030)<0,05,
Kabupaten Asupan Responden
Humbang makanan dengan hasil
penelitian.
Hasundutan ρ-value (0,012)<0,05,
Penyakit infeksi
dengan hasil ρvalue
(1,000)>0,05.
Evi Prevalensi dan Faktor yang Desain Teknik sampling
Lutviana Determinan berhubungan dengan dan analisi
data. variable yang diteliti,
dan Irwan Kejadian Gizi status gizi adalah
Budiono. Kurang Pada konsumsi energi (p = waktu penelitian,
Balita. 0.001), konsumsi
Lokasi penelitian,
protein (p = 0.001),
penyakit infeksi (p = Responden
0.001), tingkat
Penelitian.
pengetahuan (p =
0.002), tingkat
pendidikan (p=
0.001), tingkat
pendapatan (p =
0.002).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis,karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.Gangguan gizi yang terjadi pada
periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada
masa selanjutnya terpenuhi
8
f) Bermain dengan teman di lingkungan sekitar
4. Usia 36 bulan sampai 48 bulann
a) Balita dapat berjalan sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar
b) Balita sudah dapat berjinjit
c) Balita mulai belajar memakai pakaian dan melepasnya sendiri
d) Balita sudah bisa mengambar garis silang
e) Balita sudah dapat mengambar orang hanya kepala dan badan kebawah
hanya garis
f) Balita sudah dapat mengenali 2 sampai 3 warna
g) Balita sudah dapat menegndalikan dirinya sendiri
h) Balita sudah dapat berbicara dengan lancar
i) Balita mulai bertanya tentang banyak hal
j) Balita suka mendengarkan cerita
k) Balita akan mulai bermain dengan temanya
l) Balita sudah mempunya rsa kasih sayang terhadap saudaranya
5. Usia 48 bulan sampai 60 bulan
a) Balita sudah dapat melompat dan menari
b) Balita sudah dapat mengambar orang dengan utuh
c) Balita sudah dapat mengambar banguan datar
d) Balita sudah lancar berbicara
e) Balita sudah bisa berhitung dan menyebut nama-nama hari
f) Balita sudah dapat mendengar dan mengulang cerita
g) Balita sudah dapat menunjukan ketertarikan pada kosa kata baru
h) Balita sudah bisa menjukan protes bila keinginanya tidak dituruti
i) Balita sudah bisa menyebutkan 4 warna
j) Balita sudah dapat mebedakan benda besar dan kecil
k) Balita sudah tertarik pada kegiatan orang dewasa
9
2.1.3 Perkembangan Balita
Gizi kurang merupakan kondisi dimana seseorang tidak memiliki nutrien yang
dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan. Secara
sederhana kondisi ini terjadi akibat kekurangan zat gizi secara terus menerus dan
menumpuk dalam derajat ketidak seimbangan yang absolute dan bersifat immaterial
(Sihombing Natalia, 2017).
Adapun Angka Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk balita
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2013):
10
Tabel 2.1 Angka Kecukupan energi dan Protein yang dianjurkan untuk anak balita
(per orang perhari)
Status gizi merupakan suatu kondisi tubuh yang berakibat pada makanan yang
dikonsumsi serta penggunaan zat gizi yang baik diperoleh dari makanan yang
seimbang baik, akan berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan otak anak,
serta kesehatan. Status gizi yang tidak seimbang akan berdampak bahaya didalam
tubuh yang dapat menimbulkan efek toksik. (Istiany& Rusilanti, 2014)
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien, penelitian
status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia. Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang
didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Status Gizi adalah ekspresi
dan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Rani Minda, 2019).
11
Menurut Nurlela Lutfiana (2013) penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu
penilaian status gizi secara langsung dantidak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung terdiri dari:
1. Antropometri
Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi, yang terlihat pada pola
pertumbuhan fisik, proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk melihat status gizi masyarakat
berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dibandingkan ketidak
cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei
klinis secara cepat (rapid clinical survey), dimana semua dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti
darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
12
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Untuk penilaian gizi secara tidak langsung terdiri dari:
1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Data yang dikumpulkan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
2) Statistika Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian, serta data-data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi, seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutirsi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
Sedangkan parameter yang cocok digunakan untuk balita adalah berat
badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U), berat badan per
tinggi badan (BB/TB), dan lingkar kepala serta survei konsumsi makanan
dengan menggunakan food recall 24 jam yang diberikan pada yang
mengasuh balita. Lingkar kepala digunakan untuk memberikan gambaran
tentang perkembangan otak. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada
13
perkembangan fisik dan mental anak (Etika Proverawati dan Erna
Kusuma Wati, 2010).
Untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat
dilihat mulai dari penampilan umum (berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda
fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi anak. Indonesia memiliki kesepakatan
10 tanda anak sehat bergizi baik. Adapun ke-10 tanda tersebut sebagai berikut:
14
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Dilihat dari intensitas anak
makan dan nafsu makan, idealnya sebanyak 3 kali sehari. Aktivitas buang air
besar pun seharusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besar tidak
menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu makan.
8. Bergerak aktif dan berbicara sesuai umur. Anak aktif atau mungkin cerewet
dan banyak bertanya sebenarnya adalah tanda yang baik. Orang tua perlu
memperhatikan setiap ucapan yang dikeluarkan anak apakah sesuai umurnya
atau tidak.
9. Penuh perhatian dan bereaksi aktif. Fokus pada satu merupakan hal yang
sulit dilakukan anak, terutama anak yang aktif. Apabila anak bisa
menyelesaikan sesuatu, maka itu tandanya ia sudah bisa melatih perhatian
dan kemampuan fokusnya.
10. Tidur nyenyak. Setelah beraktivitas sepanjang hari tubuh anak perlu istirahat
(tidur) selama 8 jam sehari. Tidur dibutuhkan agar tubuh dapat berkembang
dengan baik, untuk membuat anak bisa tidur dengan nyenyak, buatlah
perutnya kenyang terlebih dahulu.
15
yang dibutuhkan tubuh secara umum dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
a. Beragam jenisnya.
b. Jumlah atau porsinya cukup (tidak kurang atau berlebihan).
c. Higienis dan aman (bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta tidak
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan)
d. Makan dilakukan secara teratur.
e. Makan dilakukan dengan cara yang baik.
16
saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keadaan
Gizi meliputi:
1. Pendapatan
17
Penelitian Supandi menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi balita adalah terletak pada pola asuh makan.
Sementara pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anak balitanya adalah
salah satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi rendahnya
pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik buruknya pola asuh
makan yang pada akhrnya berpengaruh pada status gizi balita.
2. Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan gizi
balita karena ibu berperan sebagai pengasuh dan pengatur konsumsi makanan
anggota keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang cukup untuk
mengasuh dan merawat anaknya sehingga anaknya dapat menderita gizi kurang.
3. Pendidikan
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tubuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
baik. pendidikan formal maupun informal diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan gizi ibu. Pendidikan formal sangat diperlukan oleh ibu rumah tangga
dalam meningkatkan pengetahun dalam upaya mengatur dan mengetahui hubungan
makanan dan kesehatan atau kebutuhan tubuh termasuk kebutuhan gizi bagi
18
anggota keluarganya. Seorang ibu dengan pendidikan yang tinggi akan dapat
merencanakan menu makanan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya
dalam upaya memenuhi zat gizi yang diperlukan.
4. Pengetahuan ibu
19
makan kepada balita. Pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan titik penting
yang menentukan pola makan balita yang nantinya akan menentukan status gizi
balita. Seorang ibu yang yang memiliki pengetahuan tinggi tentang gizi balita akan
mampu memilih jenis bahan yang akan digunakan untuk memberi makan balitanya.
Demikian juga dalam memilih frekuensi serta waktu makan bagi balita, sehingga
kebutuhan nutrisi balita akan terpenuhi dengan baik. Dengan demikian, status gizi
dari balita tersebut akan semakin baik pula. Berbeda dengan seorang ibu yang
pengetahuannya rendah tentang gizi balita, maka dalam pemberian makan, serta
waktu maupun frekuensi makan pun akan kurang teratur karena tidak mempunyai
pedoman gizi yang baik, sehingga status gizi balitanya pun semakin rendah.
(Natalia Sihombing : 2017)
5. Kemampuan Keluarga
a. Kesehatan
Salah satu hal yang menyebabkan masalah gizi adalah keadaan infeksi.
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2012) menyatakan bahwa ada
hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
kejadian malnutrisi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam,
baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat
gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
20
mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi
akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta
meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan
parasit yang terdapat dalam tubuh.
a. Masalah Sulit Makan pada Balita dan Cara Menanganinya
Faktor yang diperhatikan dalam pengaturan sulit makan pada balita
meliputi:
1) Ajari anak untuk makan sendiri sejak dini. Makan secara mandiri
akan menciptakan dan meningkatkan kebiasaan untuk mencegah
dan mengurangi kesulitan makan pada anak pada masa yang akan
datang.
2) Berilah makanan dengan bentuk dan porsi yang sesuai dengan
kemampuannya.
3) Perkenalkan makanan satu persatu
4) Kurangi memberikan snack yang berlebihan
5) Menghindari menu yang bervariasi
6) Mempercantik tampilan makanan, sehingga makanan yang
dihidangkan akan lebih meningkatkan nafsu makan.
7) Atasi masalah yang dapat mempengaruhi nafsu makan, mencoba
membuat perasaan anak lebih baik sehingga perasaan lebih
nyaman dan baru memberikan makanan.
8) Jangan memaksakan makan pada saat anak tidak mau makan,
dekati anak beri penjelasan bahwa makan sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan di masa depan.
9) Pengaturan jadual pemberian makanan dan selingan
10) Merangsang anak untuk senantiasa aktif bergerak sehingga akan
cepat merasakan lapar dan meningkatkan nafsu makan, sehingga
mencegah kesulitan makan.
21
11) Ciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan tempat makan
yang menyenangkan.
12) Makan bersama keluarga agar anak mudah meniru apa yang
dilakukan orang tuanya. Ajarkan pada anak kebebasan untuk
memilih makanan tanpa harus memaksa anak, namun arahkan bila
menyimpang.
13) Biarkan anak makan bersama teman-temannya pada saat-saat
tertentu.
22
Lingkar Lengan Atas Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lengan
otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh bila
dibandingkan berat badan.
Lipatan Kulit Ukuran tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan
subskapuler merupan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah
kulit yang mencerminkan kecukupan energi.
23
2.8 Dampak Kekurangan Gizi
Menurut (Natalia,Sihombing : 2017) Dampak kekurangan gizi sangatlah
kompleks. Pada anak, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan
mental, sosial, kognitif, dan pertum-buhan serta keluarga.
24
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/ susah buang air besar, serta
penyakit kronik.
6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.
Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang lebih dominan. Berat
badan menurut umur dan berat badan menurut panjang/ tinggi biasanya
sangat rendah.
b. Kwashiorkor
Menurut departemen gizi dan kesehatan masyarakat (2007), kwashiorkor
(kekurangan protein) adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma
perkembangan anak dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI
sesudah 1 tahun. Penderita kwashiorkor ditandai dengan ciri-ciri yaitu :
1) Oedema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum
pedis).
2) Wajahnya membulat dan sembab
3) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan
duduk.
4) Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.
5) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia).
6) Pembesaran hati.
7) Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret.
8) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis)
10) Pandangan mata anak tampak sayu.
c. Marasmik - Kwashiorkor
Marasmik - Kwashiorkor merupakan kombinasi antara marasmus dan
kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang
meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya. Tanda-tanda marasmus-
25
kwashiorkor adalah gangguan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan
kwashiorkor
4. Keluarga
Pada keluarga, bentuk terparah akibat kekurangan gizi dapat menghambat
produktivitas keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga, bentuk perhatian
akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi dan hal itu
dapat mengganggu keseimbangan pemenuhan kebutuhan keluarga.
Hipotesis berasal dari kata hypo (dibawah) dan thesis (kaidah) adalah suatu
pernyataan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan uji
statistik yang sesuai. Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan hubungan antar 2
26
variabel atau lebih yang disusun berdasarkan kerangka konsep penelitian (Supardi,
2013).
Adapun hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis (Ha): ada Pengaruh Status Pendapatan, Pekerjaan, Pendidikan terhadap
status kurangnya Gizi Balita diwilayah Puskesmas Lahusa Kabupaten Nias Barat
Tahun 2022.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
3.2.2 Waktu Penelitian
Bulan/Tahun
N Kegiatan Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
o 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1 Pengajuan Judul
2 Acc Judul
3 Membuat Bab 1-3
4 Mengantar surat penelitian
5 Acc Bab 1-3
6 Ujian Proposal
7 Membuat Bab 4-5
8
Populasi adalah kelompok yang menjadi asal dimana sampel dipilih atau
dengan kata lain kumpulan individu atau objek yang akan diamati berdasarkan
sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Wilayah Puskesmas
Lahusa yang berumur 1-5 tahun yang berjumlah 40 orang balita.
29
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti, dimana telah
mewakili secara keseluruhan populasi atau sampel yang dipilih oleh peneliti untuk
terlibat dalam penelitian (Amirullah, 2015).
Pengambilan sampel dilakukan dengan non random sampling dengan jenis
teknik purposive sampling dimana peneliti mengambil sampel sesuai dengan yang
dikehendaki dari populasi yaitu sebanyak 20 orang dan yang telah memenuhi
kriteria ekslusi dan inklusi adapun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yakni:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian merupakan karakteristik umum dari suatu subjek
penelitian terhadap suatu populasi yang akan diteliti. Adapun kriteria inklusi dari
sampel yang akan diambil adalah :
1. Balita dengan usia 12 - 60 bulan yang tinggal di lingkungan Puskesmas
Lahusa.
2. Balita dengan usia 12 - 60 bulan yang bersedia ikut dalam penelitian
(informed consent dan wawancara melalui orang tua/wali yang dapat
berkomunikasi dengan baik dan bersedia diteliti dan menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden)
b. Kriteria eksklusi adalah
Kriteria eksklusi dipakai untuk mengeluarkan subjek yang tidak layak
untuk dilakukan penelitian. Adapun Kriteria Ekslusi yakni :
1. Orang tua yang mempunyai balita yang cacat/ kelainan bawaan
2. Balita dengan yang pindah dari tempat domisili saat penelitian berlangsung
3. Balita yang meninggal saat penelitian berlangsung.
30
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari :
31
pengakuan responden
3 Independen Status pekerjaan ibu Kuesioner 1. Tidak Nominal
Pekerjaan yang mempengaruhi bekerja:
perhatian ibu dalam adalah ibu
pemberian makan rumah
tangga.
anak
2. Bekerja:
berkurang, berkaitan adalah
dengan lamanya PNS,karyaw
seseorang bekerja an swasta,
dalam wiraswasta,
sehari-hari. honorer,
petani/buruh.
4 Independen: Tingkat kemampuan Kuesioner 1. Baik= 76- Ordinal
Tingkat responden untuk 100%
pengetahuan menjawab 2. Cukup= 56-
tentang gizi dengan benar 75%
pertanyaan 3. Kurang=
terkait gizi untuk balita <56%.
yang diperoleh dari
kuesioner.
5 Dependen: Keadaan gizi balita 1. Gizi Baik (Z Ordinal
Status Gizi berdasarkan score = - 2 SD
Balita kesesuainan s/d + 2 SD).
hasil penimbangan 2. Gizi Kurang
(keadaan tubuh balita (Z score < - 2
yang SD s/d = – 3
dinilai menggunakan SD).
indeks antopometri 3. Gizi Lebih (Z
berat score > + 2
badan menurut umur) SD)
dengan nilai di tabel 4. Gizi Buruk (Z
BB/U score <-3 SD).
(WHO) yang diambil
dari
catatan dalam buku
KIA/
buku register
Posyandu.
32
3.6 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menjunjung tinggi etika dalam penelitian, dengan
1. Informed consent
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
33
2. Data tentang pengetahuan ibu
Variabel pengetahuan responden diukur dengan 12 pertanyaan. Nilai
untuk option a = 2, b = 1, sehingga skor yang tertinggi menjadi 24 dan
dikategorikan menjadi:
1) Kurang Baik, apabila skor yang diperoleh responden 0-12 dari
total jawaban pertanyaan.
2) Baik, apabila skor yang diperoleh responden 13-24 dari total
jawaban pertanyaan.
3. Data tentang tingkat pendapatan keluarga,
Data tingkat pendapatan di dapatkan dari hasil kuesioner yang
diberikan ke ibu. Dengan tingkatan :
1) Rendah, jika pendapatan keluarga = < Rp1.000.000
2) Tinggi, jika pendapatan keluarga = > Rp1.000.000
4. Data tentang tingkat pendidikan.
Data tingkat pendidikan didapatkan dari hasil kuesioner yang
diberikan ke ibu, dengan tingkatan :
1) Tinggi (SMA-PT)
2) Rendah (SD-SMP)
5. Data tentang pekerjaan.
Data tentang pekerjaan didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan
ke ibu, dengan tingkatan :
1) Tidak bekerja: adalah ibu rumah tangga.
2) Bekerja: PNS,karyawan swasta, wiraswasta,honorer
petani/buruh.
34
3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengolahan Data
kuesioner, perlu dilakukan proses editing, coding, tabulasi, dan entry data sehingga
(Efendi, 2012).
1. Editing data
Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan
telah lengkap.
2. Coding data
Teknik coding ini digunakan untuk memudahkan dalam proses analisis data.
3. Tabulasi
Memasukkan data kedalam diagram atau tabel-tabel sesuai dengan kriteria agar
4. Entery data
35
3.7.2 Analisa Data
1. Analisis Univariat
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
2. Analisis Bivariat
Keluarga
Dengan nilai α 0,05 chi square menguji hipotesis apakah ada hubungan antara
36
a. Bila p < α, berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara
b. Bila p > α, berarti secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan
3. Analisis Multivariat
terikat. Analisis regresi yang digunakan yaitu regresi logistik dengan metode
enter. Metode enter yaitu dengan cara memasukkan semua prediktor ke dalam
analisis sekaligus.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Gambaran Tempat Penelitian
Puskesmas Lahusa terletak di Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.
Luas wilayah Puskesmas Lahusa adalah ± 1.200 Km yang memiliki 5 wilayah Desa
yang termasuk dalam lingkup Puskesmas Lahusa. Batas wilayah Puskesmas Lahusa
sebelah utara berbatasan dengan Desa Ombolata Sebelah selatan berbatasan dengan
Puskesmas Lahusa pada tahun 2022 tercatat 35 kader. Setiap bulan kader terlibat di
lainnya.
dan yang bersedia menjadi respodend yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak
35 orang.
38
2. Data Demografi
39
Tabel diatas menunjukkan bahwa frekuensi pendidikan responden Rendah
SD-SMP lebih besar yaitu 32 orang dengan jumlah frekuensi 91,4% dari pada yang
berpendidikan tinggi SMA-PT 3 orang dengan frekuensi yaitu 8,6 %.
40
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 3 8.6 8.6 8.6
Kurang 32 91.4 91.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden kurang 32 orang
91,4% sedangkan pengetahuan cukup 3 orang 8,6%.
Tabel 4.1.6 Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid GiziBaik 3 8.6 8.6 8.6
GiziKurang 32 91.4 91.4 100.0
Total 35 100.0 100.0
Tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi responden balita yang kurang
gizi 32 orang 91,4% sedangkan Gizi baik 3 orang 8,6%.
3. Hasil Penelitian
1. Hubungan Pendidikan orangtua dengan Gizi kurang pada Balita
Tabel 4.1.7 Tabulasi hubungan pendidikan orangtua dengan status gizi kurang
pada Balita di Puskesmas Lahusa.
41
% within Pendidikan 8.6% 91.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.131 a
1 .000
Continuity Correctionb 7.186 1 .007
Likelihood Ratio 7.757 1 .005
Fisher's Exact Test .015 .015
Linear-by-Linear 13.728 1 .000
Association
N of Valid Cases 35
Data dari tabel 4.1.7 menunjukkan bahwa pendidikan Tinggi SMA-PT gizi
baik (66,7%) gizi kurang (33,3%) sedangkan pendidikan SD-SMP gizi baik (3,1%)
dan gizi kurang (96,9%).
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai yang signifikan (p= 0.015) yang
lebih rendah dari nilai (α=0,05). Sehingga kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima,
ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita.
42
% within Pekerjaan 8.6% 91.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .430 a
1 .512
Continuity Correctionb .003 1 .959
Likelihood Ratio .436 1 .509
Fisher's Exact Test .603 .478
Linear-by-Linear .418 1 .518
Association
N of Valid Cases 35
Data dari tabel 4.1.8 menunjukkan bahwa orang tua sebagai Ibu Rumah
Tangga (tidak bekerja) gizi baik (11,8%) gizi kurang (88,2%) sedangkan Ibu yang
bekerja (PNS,Honorer) gizi baik (5,6%) dan gizi kurang (94,4%).
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai yang signifikan (p= 0.959) yang
lebih besar dari nilai (α=0,05). Sehingga kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak,
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan status gizi balita.
43
% within Pendapatan 8.6% 91.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .100 a
1 .752
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .095 1 .758
Fisher's Exact Test 1.000 .603
Linear-by-Linear .097 1 .756
Association
N of Valid Cases 35
Data dari tabel 4.1.9 menunjukkan bahwa orang tua yang pendapatan Tinggi
gizi baik (11,1%) gizi kurang (88,9%) sedangkan orangtua yang pendapatan rendah
gizi baik (7,7%) dan gizi kurang (92,39%).
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai yang signifikan (p= 1,000) yang
lebih besar dari nilai (α=0,05). Sehingga kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak,
tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita.
44
% within Pengetahuan 8.6% 91.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .308 a
1 .579
Continuity .000 1 1.000
Correction b
Data dari tabel 4.1.10 menunjukkan bahwa orang tua yang pengetahuannya
cukup gizi baik (0,0%) gizi kurang (100%) sedangkan orangtua yang
pengetahuannya kurang gizi baik (9,4%) dan gizi kurang (90,6%).
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai yang signifikan (p= 1,000) yang
lebih besar dari nilai (α=0,05). Sehingga kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak,
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
balita di Puskesmas Lahusa, yaitu: pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan
pengetahuan ibu tentang gizi balita. Berdasarkan penelitian diketahui sebagian besar
responden memiliki pendapatan rendah, sebagian besar responden bekerja, sebagian
besar responden memiliki tingkat pendidikan rendah. Tingkat pengetahuan
responden tentang gizi balita sebagian besar kurang. Selain itu sebagian besar status
gizi balita adalah kurang.
1. Hubungan Pendidikan orangtua dengan status gizi balita
45
Penelitian ini didapatkan hasil bahwa pendidikan ibu secara statistik
berhubungan dengan status gizi balitanya (p= 0,015). Sebagian besar ibu 32 orang
memiliki pendidikan rendah dan memiliki anak balita dengan status gizi kurang.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anik
Sholikhan bahwa hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status
gizi balita di pedesaan (p=0.778 > 0.05) dan pendidikan ibu dengan status gizi balita
di perkotaan (p =0.373 > 0.05).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Astuti di kecamatan
Godean yaitu tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status
gizi anak (p 0471 > 0.05). Tidak adanya hubungan pendidikan dengan status gizi
dapat dikarenakan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Ibu dengan tingkat
pendidikan rendah dengan adanya perkembangan teknologi saat ini dapat dengan
mudah mengakses informasi dari berbagai media, sehingga mereka dapat
meningkatkan pengetahuannya.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak
ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita p=0,366 (p>0,05).Hasil ini
berdeda dengan penelitian Putri yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Hasil ini didukung dengan hasil
analisis multivariat yang menunjukan bahwa pendidikan ibu memang merupakan
faktor yang berhubungan dengan status gizi balita.Hasil penelitian George di Nigeria
(2014) mengemukakan bahwa Pendidikan ibu memainkan peran utama dalam
menentukan status gizi anak-anak dengan kebanyakan studi pendidikan ibu rendah
adalah faktor penentu utama dari malnutrition.
Tingkat pendidikan ibu balita di Kelurahan Bumijo sebagian besar adalah
menengah yaitu SMA, sedangkan status gizi balita sebagian besar adalah baik. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya kegiatan rutin ke posyandu yang ada
penyampaian informasi kesehatan secara berkala. Sehingga sangat membantu ibu
dalam meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
46
perkembangan balita sehingga balita dapat tumbuh secara optimal. Selain itu tingkat
pendidikan ibu berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam
memahami informasi kesehatan yang didapat ibu sehingga ibu dapat memberikan
pola asuh yang baik bagi balita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Marimbi, H., (2010). Tumbuh Kembang, Status gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada
Energi Protein (KEP) pada Balita (6-59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas
48
Supariasa, I.D.N., Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC; 2012.
Yogi, Ahmad. 2019. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Balita Usia 1-5
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021
Musaruddin, R. S., Sety, L. O. M., & Yasnani. (2020). Hubungan Pola Asuh
Dan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah
113–119.
Irma Citra Savitri. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada
Desa Kepenuhan Hulu Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu. Prodi D III
Minda Rany. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Gizi Kurang Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu
Tahun 2019.
49
50
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
Yth. Saudara/I
Saya Dinamika Hia yang merupakan mahasiswi Program Studi Non Regular
Sarjana Terapan Kebidanan, Universitas Haji Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian mengenai hubungan Pendidikan, pekerjaan dan pendapatan
orang tua terhadap status giji kurang pada balita di Wilayah Puskesmas Lahusa Tahun
2022.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
Mempengaruhi Status Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Puskemas Lahusa
Kabupaten Nias Barat Tahun 2022 yang hasilnya juga dapat dijadikan selain sebagai
referensi penelitian juga dapat menjadi masukan dan dasar bagi kebijakan pemerintah
terkait perbaikan gizi anak.
Maka dari itu, demi kelancaran penelitian ini saya membutuhkan informasi
sebagai data penelitian dengan memohon kesediaan Saudara/I untuk mengisi
kuesioner ini. Semua jawaban yang anda tuliskan sangat membantu saya dalam
menyelesaikan penelitian ini, dan tidak dapat mencapai sasaran jika jawaban anda
tidak sesuai dengan realita pada diri anda. Semua data akan dirahasiakan dan hanya
digunakan dalam keperluan penelitian ini. Mohon untuk membaca instruksi sebelum
mengisi kuesioner dan diharapkan untuk memeriksa kembali sebelum dikembalikan.
Atas bantuan dan kerjasama Anda, saya mengucapkan terima kasih.
( )
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
No Kuesioner :
Tanggal Wawacanra ..................................................... 2022
Nama petugas lapangan : ………………………………………