Karya Ilmiah Inovatif ini digunakan sebagai prasyarat seleksi tenaga kesehatan
Disusun Oleh:
NIP. 199101162017042002
TAHUN 2018
i
PERNYATAAN
1. Karya ilmiah inovatif ini saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
lomba di instansi manapun.
2. Karya ilmiah inovatif ini saya adalah gagasan, rumusan dan penelitian saya
sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pendamping Puskesmas,
Pendamping Dinkes kabupaten blora dan Pendamping Tim Dinkes Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpanan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Upaya menurunkan resiko kasus kematian Ibu dan Bayi melalui gerakan keluarga
beraksi (beri pijat oksitosin) dengan minyak esensial lavender di wilayah kerja
( Wulan Anjani )
Mempersembahkan untuk:
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRAC
The objection of this experiment is to describe the effort of decreasing death case
risk on mother and infant by Keluarga Beraksi (amily give oxytocin massage)
with lavender essential oil in Blora Health Office area. (1) To obtain overview the
effort of decreasing death case risk on mother and infant by Keluarga Beraksi
(family give oxytocin massage) with lavender essential oil (2) To produce
implementation model of Keluarga Beraksi (family give oxytocin massage) (3)
The effectiveness of Keluarga Beraksi (family give oxytocin massage) with
lavender essential oil to decrease death case risk on mother and infant.
This experiment use quasi experiment methode and use model non randomized
control group pretest post test design.
The result of Keluarga Beraksi (family give oxytocin massage) with lavender
essential oil experiment has positive impact in decreasing death case risk on
mother and infant in Blora regency become 15 cases in 2017 from 22 cases in
2016 or 32%, whereas there is no death or 0% case on mother and infant in the
last three years at Sumberejo Village where researcher work. The reduction of
Fundus Uterus after 7 days from interveted group is about 5,481, while from
oxytocin massage 0,5938 with p value 0,001 (p value < 0,05). It means oxytocin
massage with lavender essential oil can reduce fundus uterus faster.
It can be concluded that oxytocin massage with lavender essential oil is very
effective and significant with study of theory to decrease death case risk on
mother and infant.
v
PRAKATA
Alhamdullillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya. Berkat karunia-nya, peneliti dapat
menyelesaikan karya ilmiah inovasi yang berjudul “ Upaya menurunkan resiko
kasus kematian Ibu dan Bayi melalui gerakan keluarga beraksi (beri pijat
oktitosin) dengan minyak esensial lavender di wilayah kerja dinas Kesehatan
Kabupaten Blora”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, semoga kita dapat memegang teguh syariat-Nya, yaitu Al-
Quran dan sunnah nabi dan kita tunggu syafaatnya dihari Qiyamul-qiyamah amin
ya rabbal alamin. Karya ilmiah inovasi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu penyelesaian
karya ilmiah inovasi ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yng telah
membantu selama proses penyelesaian karya ilmiah inovasi, diantaranya :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan
kesempatan peneliti menyelesaikan karya ilmiah inovasi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora dr.Henny Indriyanti, M.Kes, yang
telah memberikan kesempatan serta arahan selama penyelesaian karya ilmiah
inovasi ini.
3. Kepala UPT Puskesmas Japah Teguh Ratmono, S.Kep, Ners, M.Kes yang
telah memberikan kesempatan serta arahan selama penyelesaian karya ilmiah
inovasi ini.
4. Kepala Desa Sumberejo Dikan yang telah memberikan kesempatan serta
arahan selama penyelesaian karya ilmiah inovasi ini.
5. Kepala Desa Ngiyono Djasman yang telah memberikan kesempatan serta
arahan selama penyelesaian karya ilmiah inovasi ini.
Pihak yang terlibat langsung dan tak langsung rekan para pimpinan, teman
sejawat, masyarakat yang telah membantu peneliti dan semua yang membantu dan
mendukung peneliti mengucapkan banyak terimakasih sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis inovasi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan karya ilmiah inovasi ini masih
banyak terdapat kekurangan tiada gading tak retak .
Blora, 2018
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II PERMASALAHAN KESEHATAN ..................................................... 4
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 4
2.2 Kajian Kepustakaan ............................................................................. 6
2.2.1 Ibu Nifas ...................................................................................... 6
2.2.2 Bayi ............................................................................................. 6
2.2.3 ASI Eksklusif .............................................................................. 7
2.2.4 Pijat Oksitosin ............................................................................. 8
2.2.5 Perdarahan ................................................................................... 9
2.2.6 Minyak Lavrnder ......................................................................... 9
2.2.7 Pelaksanaan Pemijatan ................................................................ 12
2.3 Permasalahan Kesehatan di Wilayah Kerja ......................................... 14
Subyek Penelitian ................................................................................. 14
2.3.1 Kearifsn Lokal ............................................................................. 15
2.3.2 Sosialisasi/ Kampanye radio lokal .............................................. 15
2.3.3 Best Praactice Sharing ................................................................. 15
2.4 Karya Ilmiah Inovasi ............................................................................ 15
2.5 Hasil Penelitian .................................................................................... 17
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 18
3.1 Simpulan............................................................................................... 18
3.2 Saran ..................................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data SDKI tahun 2012 Indonesia mengalami peningkatan
angka kematian ibu yang significant yaitu sebesar 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 305 kematian per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2016). Jadi, berdasarkan data diatas angka
kematian ibu di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun 2012 ke
tahun 2015, namun angka kematian ibu tersebut masih cukup tinggi.
Kasus kematian Ibu di Jawa Tengah yaitu pada tahun 2016 terdapat 602
kasus kematian, mengalami penurunan di bandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak
619 kasus. Dengan demikian tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 111,16
kematian per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2016 mengalami penurunan
menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2017). Jadi,
berdasarkan data diatas angka kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2016
mengalami penurunan dari tahun 2015 tetapi angka kematian tersebut masih
cukup tinggi. Sedangkan di Kabupaten Blora tahun 2014 sebanyak 12 kasus
kematian ibu ditahun 2015 sebanyak 15 kasus, tahun 2016 sebanyak 22 dan
tahun 2017 sebanyak 15 kasus sehingga kematian ibu di Kabupaten Blora
menurut peneliti masih cukup tinggi resiko kematian ibu.
1
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Japah
kecamatan Japah Kabupaten Blora pada tanggal 15 Juli 2017 di Desa Sumberejo,
terhadap 10 orang ibu postpartum menyatakan bahwa semua ibu tidak pernah
diberikan terapi pijat oksitosin pada saat diberikan perawatan post partum untuk
merangsang kontraksi uterus, mengatasi perdarahan, maupun merangsang
keluarnya ASI. Tenaga kesehatan lebih sering menggunakan terapi farmakologi
seperti oksitosin melalui intramuskuler. Hal tersebut juga mempengaruhi
pengetahuan ibu mengenai pijat oksitosin dan cara menjaga involusi uterus
berjalan normal dalam mencegah perdarahan. Jadi, metode untuk mengatasi
perdarahan dan mempercepat involusi uterus melalui terapi non farmakologi
seperti terapi pijat oksitosin belum pernah diterapkan.
2
Pengaplikasian pijat oksitosin dan penggunaan minyak esensial
lavender diharapkan dapat membantu ibu relaksasi dan nyaman sehingga produksi
hormon oksitosin dapat lebih meningkat. Lavender esensial oil dikenal memberi
efek menyegarkan, memperkuat, menghidupkan, dan menenangkan (Danuatmaja
& Meilasari, 2008). Namun demikian karena sulitnya menemukan bahan baku
minyak esensial lavender, kami mencari bahan alternative lain yang mudah
ditemukan di masyarakat sehingga manfaat dan kualitas dari pijat oksitosin
tersebut tidak berubah.
Melihat besarnya manfaat pijat oksitosin pada ibu setelah melahirkan,
maka kami sangat tertarik untuk mengangkat sebuah inovasi berrnama Keluarga
BERAKSI (Keluarga Beri Pijat Oksitosin) kepada masyarakat umum, sehingga
kesehatan ibu setelah melahirkan dapat kembali dengan cepat dengan pijat
oksitosin dari keluarga tercintanya.
1.2 Tujuan
Untuk capaian keberhasilan penelitian karya ilmiah ini adalah
1.2.1 Upaya menurunkan resiko kasus kematian Ibu dan Bayi melalui gerakan
keluarga beraksi (beri pijat oksitosin) dengan minyak esensial lavender.
1.2.2 Gerakan keluarga beraksi (beri pijat oksitosin) dengan minyak esensial
lavender menurunkan resiko kasus kematian ibu dan bayi.
1.2.3 Efektifitas gerakan keluarga beraksi (beri pijat oksitosin) dengan minyak
esensial lavender.
3
BAB II
PERMASALAHAN KESEHATAN
2.1 Kajian Teori
Bab ini, akan dibahas teori-teori menjadikan konsep teoritis mengenai
persoalan pokok yang akan diteliti yaitu ibu nifas, pijat oksitosin dan minyak
lavender. Menurut hasil penelitian Leli Khairani tentang Pengaruh pijat
oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum di ruang post partum
kelas iii RSHS Bandung Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka
kematian ibu sehabis melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan. Salah satu
cara untuk mengatasi perdarahan itu dengan cara melakukan pijat oksitosin.
Pijatan ini dapat merangsang hormon oksitosin yang menyebabkan kontraksi
uterus sehingga proses involusi bisa berjalan normal. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi pengaruh pijat oksitosin pada ibu post partum yang dipijat
oksitosin dan yang tidak dipijat oksitosin.Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain post test only. Sampel
dalam penelitian ini diambil melalui cara purposive sampling. Sampel berjumlah
30 orang yang terdiri dari 15 orang sebagai responden yang di intervensi dan 15
orang sebagai variabel kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
lembar observasi untuk mengamati penurunan tinggi fundus uterus pada hari
pertama post partum. Hasil dari penelitian ini teridentifikasi pengaruh oksitosin
terhadap involusi uterus pada ibu post partum di Ruang Post Partum Kelas III
RSHS Bandung, melalui uji statistik Chi-square dengan nilai p < 0.05. Saran buat
institusi tempat penelitian, diharapkan diadakan sosialisasi dan pelatihan tentang
pijat oksitosin kepada para perawat dan bidan, dan juga tindakan pijat oksitosin
ini dijadikan sebagai prosedur pelayanan tetap pada ibu melahirkan.
4
Menurut hasil penelitian Faizatul Ummah tentang Pijat oksitosin untuk
mempercepat pengeluaran asi pada ibu pasca salin normal di Dusun Sono Desa
Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. Dilatar belakangi oleh tidak keluarnya ASI
pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak
terwujudnya pemberian ASI ekskusif. Terlambatnya pengeluaran ASI dapat
disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam
kelancaran pengeluaran ASI. Pijat Oksitosin merupakan salah satu cara yang
efektif untuk merangsang sekresi oksitosin. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu bersalin. Metode
penelitian menggunakan rancangan Randomised Control Trial. Populasi sebanyak
28 ibu pasca salin normal. Sampel diambil secara exhaustive sampling berjumlah
28 ibu pasca salin normal yang dibagi menjadi 2 kelompok secara randomisasi
yaitu 14 orang kelompok intervensi yang diberikan pijat oksitosin dan 14 orang
kelompok control yang tidak diberikan pijat oksitosin. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi dan data dianalisa dengan uji independent sample
test (tingkat kemaknaan 0.05) Hasil penelitian menunjukkan pengeluaran ASI
pada kelompok intervensi pijat oksitocin lebih cepat (Mean= 6.2143) daripada
kelompok kontrol (Mean = 8.9286). hasil uji independent sampel test didapatkan
p value = 0,000 (p<0,005), artinya ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal di Dusun Sono Desa Ketanen
Kecamatan Panceng Gresik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin
dapat mempercepat pengeluaran ASI.
Menurut Peneliti hasil penelitian Faizatul Ummah tentang Pijat oksitosin
untuk mempercepat pengeluaran asi pada ibu pasca salin normal di Dusun Sono
Desa Ketanen Kecamatan Panceng Gresik tidak siginfikan tetapi masih berkaitan
erat dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menurunkan resiko kematian
Ibu dan Bayi.
5
2.2 Kajian Kepustakaan
Setiap ibu melahirkan akan mengalami masa nifas. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah plasenta lahir sampai dengan ketika alat alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin et al., 2009). Puerperium merupakan
masa (kira-kira 6 minggu) setelah bayi lahir, dan selama tubuh beradaptasi seperti
keadaan sebelum hamil (Ladewig & Patricia, 2005).
Menurut (Saifuddin et al., 2009), tujuan dalam pemberian asuhan masa nifas
yaitu 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya secara fisik maupun psikologik 2)
Melaksanakan skrining secara komprhensif, melakukan deteksi masalah,
mengobati atau merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya 3)
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
2.2.2 Bayi
Bayi baru lahir adalah bayi yang dilahirkan baik dalam kondisi cukup
bulan atau hampir cukup bulan (Saifuddin AB, 2002). Bayi adalah anak usia 0 –
12 bulan.
Tahapan bayi Tahapan – tahapan bayi ada 2, yaitu :
1. Masa bayi dini ( 1- 12 bulan ) Pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinue terutama meningkatkan fungsi sistim syarat.
2. Masa bayi akhir ( umur 1-2 tahun ) kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kinerja dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi
6
2.2.3 Asi esklusif
Pengertian ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan
minuman lain. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi
(Depkes, 2005). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan, bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif diberikan untuk
jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi bila diberikan sampai usia
6 bulan (Roesli U, 2001).
Fisiologi laktasi dipengaruhi oleh kerja gabungan antara hormon dan
reflek. Menurut Rulina (2004) , selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang
berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Terbentuknya hormon estrogen dan progesteron berfungsi untuk maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI.
Sebelum kehamilan, hormon prolaktin dari placenta meningkat, tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat kadar estrogen dan progesteron
yang tinggi. Pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis dan
pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Pada waktu bayi menghisap ASI akan
terjadi 2 reflek yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat pada jumlah
yang tepat yaitu reflek prolaktin dan reflek let down.
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke hipofisis
anterior, tapi juga ke hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon yang
berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di alveolus dan dinding saluran
ASI sehingga ASI dipompa keluar (Rulina, 2004).
Menurut Roesli (2005) macam-macam ASI dibedakan menjadi kolostrum,
ASI transisi dan ASI mature. Kolostrum yaitu ASI yang keluar dari hari pertama
sampai hari keempat atau hari ke tujuh, berwarna kuning atau dapat pula jernih.
Ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang
menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman. Pada hari pertama dan
kedua setelah persalinan, meskipun ASI yang keluar sedikit, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang
berusia 1-2 hari. Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibanding dengan
7
ASI matang. ASI transisi / peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang. Dimulai sejak hari keempat atau hari ketujuh sampai
hari kesepuluh atau hari keempat belas, berwarna kuning keputihan-keputihan.
Kadar protein masih rendah sedangkan kadar karbohidrat makin meninggi dengan
volome yang makin meningkat. ASI matang mature merupakan ASI yang keluat
sekitar hari ke empat belas dan seterusnya dengan komposisi relatif konstan,
berwarna putih. Pada Ibu yang sehat dengan ASI cukup. Untuk bayi sampai umur
6 bulan.
Komposisi yang terkandung di dalam ASI antara lain, karbohidrat dan
protein. Karbohidrat ASI terasa manis dan segar, karena laktosa ASI memang
manis dan segar, rasanya, sedangkan susu formula rasanya karena laktosa
memang manis dan susu formula seperti aroma kaleng. Karbohidrat utama ASI
adalah laktosa (gula) menurut Roesli (2005), ASI mengandung lebih banyak
laktosa dibanding dengan susu formula, atau sangat menguntungkan karena
laktosa ini difermentasikan menjadi asam laktat.
Adanya asam laktat memberikan suasana di dalam usus memberikan
keuntungan, yaitu: 1) menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis 2)
memacu petumbuhan mikrooganisme yang memproduksi asam organic dan
mensisntesis vitamin 3) memudahkan absorbs dari mineral misalnya kalsium,
magnesium. Laktosa relatiftidak larut sehingga waktu proses 4) Memudahkan
terjadinya absorbsi dari mineral misalnya adalah kalsium dan
magnesium. Laktosa relatif tidak larut sehingga waktu proses 5) digesti didalam
usus bayi lebih lama sehingga dapat diabsorbsi dengan baik oleh usus bayi. Selain
laktosa yang merupakan 7% dari total ASI juga terdapat glukosa, galaktosa, dan
glukosamin yang merupakan produk-produk dari laktosa. Galaktosa penting untuk
pertumbuhan otak dan medulla spinalis karena pertumbuhan di medulla spinalis
dan sintesis galaktosa di otak membutuhkan galaktosa
2.2.4 Pijat Oksitosin
Merupakan pemijatan yang dilakukan pada daerah tulang belakang leher,
punggung, atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima sampai keenam. Pijat oksitosin merupakan pijat yang dapat dilakukan oleh
8
suami untuk memberikan kenyamanan sehingga ibu dapat menyusui bayinya.
Oksitosin diproduksi oleh kelenjar pituitary posterior (neurohipofisis). Hisapan
bayi akan mengirimkan stimulasi ke neurohipofisis untuk memproduksi dan
melepaskan oksitosin. Oksitosin akan mengalir ke darah ibu dan merangsang sel
otot disekeliling alveoli berkontraksi membuat ASI yang telah terkumpul di
dalamnya mengalir ke saluran-saluran duktus (Rahayu, 2016).
Menurut Rahayu (2016), pijat oksitosin memiliki banyak manfaat terutama
bagi ibu dalam proses menyusui. Manfaat pijat oksitosin tersebut yaitu : 1)
Membantu ibu secara psikologis, dapat menenangkan dan tidak stress 2) Dapat
membangkitkan rasa percaya diri 3) Membantu ibu untuk mempunyai pikiran dan
perasaan baik tentang bayinya 4) Dapat meningkatkan produksi ASI.
2.2.5 Perdarahan
Dalam membantu proses involusi uterus agar berjalan dengan lancar, maka
dilakukan terapi pijat oksitosin pada tulang belakang costa 5-6 sampai ke scapula
sehingga merangsang hipofise posterior dan menyebabkan hormone oksitosin
keluar. Setelah hormone oksitosin meningkat, menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus kemudian pembuluh darah tertekan dan mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus dan terjadilah proses involusi uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi luka pada tempat implantasi plasenta dan
mengurangi perdarahan.
2.2.6 Minyak Lavender
Bunga lavender (Lavandula officialis) merupakan tanaman yang berada
didaratan Eropa dan Afrika Utara, juga dibudidayakan disejumlah Negara seperti
Perancis dan Amerika Serikat. Bunga lavender dapat digunakan untuk membuat
nyaman dan memudahkan tidur, membantu menghilangkan palpitasi jantung dan
insimnia. Dapat digunakan dalam bentuk seduhan, digosokkan pada kulit (oil),
dan digunakan ketika mandi (Akoso & Akoso, 2009).
Penggunaan minyak esensial lavender dapat membantu ibu rileks dan
nyaman sehingga diharapkan dapat menambah produksi ASI. Lavender
merupakan minyak esensial yang popular dibidang kesehatan khususnya
mengatasi permasalahan psikomatik dalam ginekologi. Manfaat lavender adalah
9
berkhasiat membikan ketenangan, rasa nyaman, dan mengurangi stress (sedatif),
antipasmodik, analgesic, antiseptic, serta mengobati berbagai gangguan kulit
(Suranto, 2011).
Minyak esensial dianggap mudah menyerap berdasarkan kerutannya dalam
lipid yang ditemukan didalam startum korneum. Penyerapan senyawa ini
berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan epidermis kulit dan masuk
kedalam saluran limfe serta darah, kelenjar keringat, saraf serta masuk ke dalam
aliran darah dan menuju kesetiap sel tubuh untuk bereaksi (Price, 1997)
Aromaterapi dalam penggunaan sehari-hari dibagi menjadi tiga yaitu
aromaterapi klinik, aromaterapi holistic dan aromaterapi estetik (kecantikan).
Aromaterapi klinik merupakan penggunaan minyak asiri (minyak volatile/minyak
esensial) yang diberikan secara diminum (internal) maupun pemakaian luar
(eksternal) seperti mandi, kompres, pijat, dan inhalasi. Aromaterapi holistik
merupakan aromaterapi yang penerapannya sebagai bagian dari pengobatan yang
memperhatikan aspek medis, diet, gaya hidup, olahraga dan permasalahan lain
yang dihadapi oleh pasien. Aromaterapi estetik adalah aromaterapi yang
diterapkan untuk upaya perawatan tubuh, kecantikan dan kebugaranseseorang,
termasuk rambut, tubuh, kaki, tangan, kuku dan kulit (Suranto, 2011)..
Minyak asiri merupakan unsur utama dalam pengobatan. Selain minyak
asiri, diperlukan minyak pelarut yang disebut carrier oil (minyak pembawa).
Minyak pembawa yang dapat digunakan misalnya adalah minyak bunga matahari,
minyak zaitun, minyak kelapa, minyak almond, dan minyak jagung. Menurut Dr.
Alan Huck, seorang Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago,
menyatakan bahwa bau dapat mempengaruhi langsung terhadap otak manusia.
Apabila dihirup minyak asiri dapat mempengaruhi otak yang berkaitan dengan
mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Suranto, 2011).
Minyak esensial yang digunakan dalam pemijatan persalinan harus
mengandung aroma dan konsentrasi bahan yang tepat sehingga aman. Minyak
esensial yang umum digunakan salah satunya yaitu minyak esensial lavender.
Minyak esensial lavender dapat memberikan kesegaran, memperkuat,
menghidupkan dan menenangkan (Danuatmaja & Meilasari, 2008).
10
Ketika aromaterapi digunakan pada permukaan tubuh, molekul-molekul
minyak esensia akan terabsorbsi melalui kulit masuk ke sirkulasi limfatik,
kemudian masuk ke aliran darah. Setelah masuk ke aliran darah, molekul minyak
atsiri akan merangsang hypothalamus anterior yang merupakan pusat
parasimpatis, sehingga menimbulkan efek inotropik dan kronotropik negative
pada jantung yang menyebabkan penrunan kuat kontraksi dan frekeunsi denyut
jantung (Guyton, 2008).
Ketika minyak esensial dihirup, molekul-molekul minyak tersebut akan
menempel pada binding-site yang terdapat pada cilia dari reseptor Olfactorius di
concha nasi superior. Akibatnya, protein G teraktivitas, sehingga menyebabkan
terjadinya serangkaian reaksi intraseluler cAMP-dependent yang akan membuat
kanal Na+ akan memicu perubahan impuls elektrokimia yang akan disalurkan
menuju otak oleh nervus Olfactorias (Guyton, 2008). Impuls yang masuk ke otak
mengakibatkan aktifnya jaras ke nucleus Raphe sehingga dihasilkan serotonin. Zat
neurokimia ini akan memberikan efek euforik, relaksan dan sedative (Price,
1997). Serotonin yang dihasilkan merangsang hypothalamus anterior sebagai
pusat parasimpatis. Aktivasi system saraf parasimpatis menimbulkan efek
inotropik dan kronotropik negative pada jantung yang menyebabkan penurunan
kuat kontraksi dan frekeunsi denyut jantung. Perangsangan area preoptik medial
pada hypothalamus juga akan menimbulkan efek penurunan tekanan darah dan
frekeunsi denyut jantung (Guyton, 2008).
Selain merangsang reseptor Olfactorius, molekul-molekul minyak atsiri
yang terhirup akan terbawa ke saluran pernapasan hingga ke alveoli di dalam
paru-paru, kemudian menembus membrane mukosa saluran pernapasan dan paru-
paru untuk masuk ke dalam aliran darah (Price, 1997).
Aromaterapi diberikan dengan melalui pijatan. Saat dilakukan pijatan
minyak esensial lavender mengenai epidermis kulit, molekul-molekul minyak
esensial akan terabsorbsi melalui kulit masuk ke sirkulasi limfatik, kemudian
masuk ke aliran darah. Setelah masuk ke aliran darah, molekul minyak atsiri akan
merangsang hypothalamus anterior yang merupakan pusat parasimpatis, sehingga
menimbulkan efek inotropik dan kronotropik negative pada jantung yang
11
menyebabkan penrunan kuat kontraksi dan frekeunsi denyut jantung akibatnya ibu
akan merasa rileks dan menyebabkan hormone oksitosin meningkat dan terjadi
proses involusi uterus yang berjalan lancar. Sehingga menghentikan perdarahan.
12
2. Apabila ibu bersedia ibu dapat melakukan kompres hangat dan pijat
payudara sebelum dilakukannya pijat oksitosin agar memperlancar
sirkulasi darah.
3. Meminta bantuan untuk melakukan pemijatan, yang dapat dilakukan oleh
suami ataupun keluarga yang bersedia melakukan pemijatan
4. Posisi yang dapat dilakukan yaitu, pertama ibu dapat telungkup di meja
atau ibu telungkup di sandaran kursi.
5. Mencari tulang yang paling menonjol pada tengkuk atau leher bagian
belakang atau disebut cervical vertebrae 7.
6. Dari titik tonjolan tulang tersebut turun kebawah kurang lebih 2 cm, titik
tersebut merupakan posisi untuk memijat.
7. Pemijatan dilakukan selama 2-3 menit atau sampai ibu merasa payudara
terasa penuh dengan menggunakan minyak lavender.
8. Pemijatan dilaksanakan kapan saja
Manfaat dari pemijatan oksitosin dengan minyak esensial lavender adalah
pijat oksitosin akan merangsang hipofise posterior dan menyebabkan hormone
oksitosin meningkat yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus kemudian pembuluh darah tertekan dan mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus dan terjadilah proses involusi uterus dan membantu untuk
mengurangi luka pada tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan.
Sedangkan aromaterapi diberikan dengan melalui pijatan akan melalui kulit
masuk ke sirkulasi limfatik, kemudian masuk ke aliran darah.akan merangsang
hypothalamus anterior yang merupakan pusat parasimpatis, sehingga
menyebabkan penrunan kuat kontraksi dan frekeunsi denyut jantung akibatnya ibu
akan merasa rileks dan menyebabkan hormone oksitosin meningkat dan terjadi
proses involusi uterus yang berjalan lancar.
13
menurunnya angka kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh perdarahan pasca
melahirkan dan bayi terpenuhi asupan nutrisinya.
14
2.3.1 Pendekatan kearifan lokal yaitu dengan melibatkan tokoh masyarakat
seperti Kepala Kelurahan melalui kegiatan PKK maupun tokoh yang
disegani oleh masyarakat.
2.3.2 Sosialisasi / kampanye melalui media radio lokal. Pemilihan radio sebagai
media sosialisasi cukup efektif karena sebagian besar masyarakat Blora
yang hidup di pedesaan seperti desa Sumberejo masih menjadikan radio
sebagai sumber informasi dan hiburan. Radio yang kami gunakan dalam
proses sosialisasi/kampanye gerakan Keluarga BERAKSI adalah Radio
Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Gagak Rimang Blora, 105.9 FM. Kami
membuat jingle iklan layanan masyarakat yang diputar pada spot-spot
acara Radio seperti Dangdut, Campur Sari, maupun Wayang.
2.3.3 Best Practice Sharing dengan bidan koordinator di Kabupaten Blora.
Harapannya dengan adanya kegiatan best practice tersebut dapat
memberikan masukan serta berbagi informasi positif yang dapat
berdampak baik bagi kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar bidan.
2.4 Karya ilmiah inovasi
Tindakan pemijatan oksitosin dengan minyak esensial lavender telah
dipraktekkan dan dikembangkan melalui penelitian sehingga menghasilkan model
pijat oksitosin 21 langkah yang sudah di ujicoba di wilayah kerja peneliti dengan
nama “Gerakan Keluarga Beraksi” yaitu gerakan keluarga beri pijat oksitosin
pada ibu post partum dengan tujuan : 1) Melaksanakan pijat oksitosin dengan
minyak esensial lavender mampu mempercepat involusi uterus sehingga dapat
mencegah perdarahan bagi ibu pasca melahirkan sehingga pulih lebih cepat. 2)
Dengan melaksanakan pijat oksitosin mampu meningkatkan hormone, pijat
oksitosin mampu meningkatkan produksi ASI.
Menurut peneliti, pijat oksitosin mampu menurunkan kasus kematian ibu
yang disebabkan oleh perdarahan pasca melahirkan dan sekaligus pijat oksitosin
mampu memenuhi kebutuhan bayi dengan asupan nutrisi dari ASI eksklusif ibu.
Sehingga tidak terjadi kekurangan gizi bagi bayi.
15
Sehingga, tindakan pemijatan oksitosin pada tahap awal dan peneliti
mendampingi keluarga ibu pasca melahirkan dengan pijat oksitosin melakukan
langkah-langkah efektif sesuai dengan kajian teori :
2.4.1 Ibu dianjurkan dalam keadaan telanjang dada saat dilakukan pijat
oksitosin. Kemudian menyiapkan cangkir yang diletakkan didepan
payudara untuk menampung ASI yang dapat menetes keluar saat
dilakukan pemijatan.
2.4.2 Apabila ibu bersedia ibu dapat melakukan kompres hangat dan pijat
payudara sebelum dilakukannya pijat oksitosin agar memperlancar
sirkulasi darah.
2.4.3 Meminta bantuan untuk melakukan pemijatan, yang dapat dilakukan oleh
suami ataupun keluarga yang bersedia melakukan pemijatan
2.4.4 Posisi yang dapat dilakukan yaitu, pertama ibu dapat telungkup di meja
atau ibu telungkup di sandaran kursi.
2.4.5 Mencari tulang yang paling menonjol pada tengkuk atau leher bagian
belakang atau disebut cervical vertebrae 7.
2.4.6 Dari titik tonjolan tulang tersebut turun kebawah kurang lebih 2 cm, titik
tersebut merupakan posisi untuk memijat.
2.4.7 Pemijatan dilakukan selama 2-3 menit atau sampai ibu merasa payudara
terasa penuh dengan menggunakan minyak lavender.
2.4.8 Pemijatan dilaksanakan kapan saja
Manfaat dari pemijatan oksitosin dengan minyak esensial lavender adalah
pijat oksitosin akan merangsang hipofise posterior dan menyebabkan hormone
oksitosin meningkat yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus kemudian pembuluh darah tertekan dan mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus dan terjadilah proses involusi uterus.dan membantu untuk
mengurangi luka pada tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan.
Sedangkan aromaterapi diberikan dengan melalui pijatan akan melalui kulit
masuk ke sirkulasi limfatik, kemudian masuk ke aliran darah.akan merangsang
hypothalamus anterior yang merupakan pusat parasimpatis, sehingga
menyebabkan penrunan kuat kontraksi dan frekeunsi denyut jantung akibatnya ibu
16
akan merasa rileks dan menyebabkan hormone oksitosin meningkat dan terjadi
proses involusi uterus yang berjalan lancar. Model pijat oksitosin 21 langkah yang
sudah di ujicoba dengan 3 kali experiment dengan hasil penelitian
17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil anaisis data, mulai dari tahap penelitian pendahuluan di
Desa Sumberejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora sampai pada tahap
pelaksanaan praktek eksperimen hasil penelitian dan desiminasi (penyebarluasan)
diperoleh hasil penelitian sebahai berikut :
3.1.1 Program keluarga beraksi yang dilaksanakan di Kabupaten Blora
berdampak signifikan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat
untuk berpartisipasi menjaga kesehatan masyarakat dengan
melaksanakan program keluarga beraksi (Beri Pijat Oksitosin) dengan
lavender.
3.1.2 Pijat oksitosin dengan minyak lavender akan merangsang hipofise
posterior dan menyebabkan hormone oksitosin meningkat yang
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus kemudian
menekan pembuluh darah mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus dan terjadilah proses involusi uterus dan mencegah perdarahan dan
membuat ibu merasa sehat.
3.1.3 Program keluarga beraksi (beri pijat oksitosin) dengan minyak lavender
berdampak positif mengurangi angka kematian ibu di Kabupaten Blora
dilihat dari profil kesehatan Kabupaten Blora di tahun 2017 kematian ibu
sebanyak 15 kasus mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016
sebanyak 22 kasus kematian ibu yaitu mengalami penurunan 32 %,
sedangkan pelaksanaan di Desa Sumberejo wilayah kerja peneliti selama
tiga tahun tidak terdapat kematian ibu yaitu 0%. Penurunan TFU
sebelum diberikan pijat oksitosin dengan minyak esensial lavender rata-
rata 6,80, sedangkan penurunan TFU sesudah diberikan Pijat oksitosin
dengan minyak esensial lavender rata-rata 4,406. Ada perbedaan
penurunan TFU yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan
terapi pijat oksitosin dengan minyak esensial lavender didapatkan nilai p
18
value =0,001 (α < 0,05) yang artinya ada perbedaan antara yang memakai
dan tidak.
3.2 Saran
3.2.2 Bagi kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
a. Membuat regulasi kepada tenaga kesehatan untuk menumbuhkan
minat meneliti tentang kesehatan kemasyarakatan
b. Memberikan reward kepada tenaga kesehatan yang berprestasi,
mengembangkan produktivitas hasil penelitian.
c. Pentingnya sosialisasi hasil penelitian
3.2.3 Bagi kepala Puskesmas
a. Mensosoialisasi setiap regulasi dari dinas Kesehatan kabupaten
Blora
b. Memberikan kesempatan dan peluang tenaga kesehatan untuk
mengembangkan kompetensinya Penelitian dibidang kesehatan.
c. Memberikan reward kepada tenaga kesehatan yang berhasil
mengembangkan penelitian.
3.2.4 Bagi Tenaga Kesehatan
a. Menjadikan referensi agar berminat membuat karya ilmiah dalam
bidang penelitian.
b. Melaksanakan hasil penelitian dan mengembangkan sesuai dengan
bidang tugas masing-masing
c. Berupaya membuat karya inovasi kesehatan masyarakat dibidang
tugasnya
3.2.5 Bagi Masyarakat.
a. Dapat mendukung dan melaksanakan hasil penelitian
b. Memanfaatkan hasil inovasi penelitian untuk menjadikan
pengetahuan yang mempertahankan kesehatan masyarakat.
c. Menggunakan hasil penelitian untuk dilaksanakan dan digunakan
sebagai upaya masyarakat sehat.
19
BAB IV
PENUTUP
Gerakan ini membutuhkan dukungan yang luas dari berbagai tokoh dan
element masyarakat.Selain itu kesempurnaan program ini juga harus didukung
dengan program lainnya seperti PHBS, GSIB, Posyandu ibu dan anak maupun
Posyandu Remaja. Amin.
20
DAFTAR PUSTAKA
Albertina, M et al., (2015). Produksi ASI pada Ibu Post Partum, III(9), 452–458.
Astriana Willy. (2016). Pengeluaran Lochea Rubra Ditinjau dari Mobilisasi Dini
pada Ibu Pasca Opetasi Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah.
2016
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. (M. Ester, Ed.)
(pertama). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bobak et al. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (R. Komalasari, Ed.)
(4th ed.). Jakarta: EGC.
Cunningham, et al. (2005). Obstetri Williams. (H. Hartono, Ed.) (21st ed.).
Jakarta: EGC.
Danuatmaja, B., & Meilasari, M. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
(Y. Harlinawati, Ed.) (IV). Jakarta: Puspa Swara.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2015.
i
Fraser, D. M., & Cooper, M. A. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. (E. Karyuni, Ed.)
(14th ed.). Jakarta: EGC.
Khairani, L., Komariah, M., & Mardiah, W. (n.d.). Pengaruh pijat oksitosin
terhadap involusi uterus pada ibu post partum di ruang post partum kelas iii
rshs bandung, 1–14.
Khairani Leli. (2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus pada
Ibu Post Partum di Ruang Postpartum Kelas III RSHS Bandung. Jurnal
Keperawatan.2012.
Ladewig, Patricia W et al. (2005). Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru
Lahir. Jakarta: EGC
Manuaba, & Gde, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Bidan. Jakarta: EGC.
ii
Sarwono Prawirohardjo.
Price, S., & Price, L. (2007). Aromatherapy for Health Professionals (4th ed.).
USA: Elsevier.
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. (R. Fiva,
Ed.). Yogyakarta: Andi Offset.
Manuaba, & Gde, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Suryani, E., & Astuti, K. E. W. (2010). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi
Asi Ibu Postpartum Di Bpm Wilayah Kabupaten Klaten Emy Suryani, Kh Endah
Widhi Astuti, 2, 123–128.
iii
Varney et al., (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. (E. Wahyuningsih, Ed.) (2nd
ed.). Jakarta: EGC.
Walsh, L. V. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. (M. Ester, Ed.).
Jakarta: EGC.
iv
LAMPIRAN
BEST PRACTICE
KELUARGA BERAKSI (BERI PIJATOKSITOSIN) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BLORA
i
ii
SOSIALISASI KELUARGA BERAKSI DI TINGKAT KABUPATEN BLORA
iii
iv
SOSIALISASI GERAKAN KELUARGA BERAKSI DI MASYARAKAT BLORA
v
vi
BROSUR GERAKAN KELUARGA BERAKSI
vii