Disusun Oleh :
Kartini Yuliana 022.86233.0733
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelseikan makalah yang berjudul “ Perkembangan Anak Usia Dini Berdasarkan Teori
Psikoanalisis dari Sigmund Freud” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada junjunan alam Nabi Muhammad SAW keluarganya sahabatnya tabiin tabiit
nya hingga samai kepada kita selaku ummatnya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Ibu dewi
rika Juita,S.P.Si,M.Pd pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
perkembangan anak usia dini khususnya bagi penulis juga bagi pembaca pada umumnya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Rika Juita,S.P.Si,M.Pd selaku dosen
Psikologi Pendidikan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang saya
tekuni.
Saya Juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagoi
Sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari makalah yang sya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………. 2
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Usia Dini ……………………………………………….. 3
B. Aspek perkembangan Anak Usia Dini ……………………………………… 3
1. Nilai Agama dan Moral ……………………………………………… 4
2. Fisik Motorik ……………………………………………… 4
3. Kognitif ……………………………………………… 5
4. Bahasa ……………………………………………… 6
5. Sosial Emosional ……………………………………………… 6
6. Seni ……………………………………………… 7
C. Teori Psikologi Kepribadian Para Ahli ………………………………... 7
D. Teori Psikoanalisis Menurut Sigmund Freud ……………………………….. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 18
B. Saran ………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah anugerah terindah yang di titipkan Allah SWT kepada setiap orang tua
yang dengan kehadirannya menjadikan pembelajaran baru dalam hidup orang tua. Anak yang
dikategorikan sebagai anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun dan
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek. Sebagai orang
tua banyak yang dapat dilakukan untuk membantu dalam proses pematangan dan
kesempurnaan setiap aspek perkembangannya yaitu diataranya nilai agama dan moral, fisik
dan motoric, kognitif, social emosional, bahasa dan seni.
Selain 6 aspek yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini diatas ada juga aspek
lain yang menunjang dalam perkembangan anak usia dini yaitu aspek psikologis. Psikologis
merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai
perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Banyak Ahli yang mengemukakan teori-
teori tentang psikologis khusunya mengenai kepribadian yang dianut dan dipercaya dalam
dunia perkembangan anak yaitu teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Dewasa ini justru banyak orang tua yang cenderung memperhatikan anak hanya dari
segi pemenuhan kebutuhan fisik yang bersifat materil. Hingga kadang kurang banyak waktu
yang dihabiskan bersama anak-anaknya karena kesibukan dalam bekerja. Tidak hanya 6 aspek
yang mungkin hanya Sebagian terstimulus oleh orang tua tetapi bahkan aspek psikologis anak
juga kurang mendapat perhatian dari orang tua. Makalah ini mengulas 6 aspek yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak usia dini dan juga aspek psikologis khusunya tentang
kepribadian dari para ahli juga teori yang berkembang dan pada dunia anak usia dini yaitu teori
psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian anak usia dini baik secara umum maupun secara khusus .
2. Dapat mengetahui aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi perkembangan pada anak
usia dini.
3. Dapat mengetahui pengertian dan hal-hal yang terkait dengan teori psikoanalisa menurut
beberapa ahli.
4. Dapat mengetahui pengertian dan hal-hal yang terkait dengan teori psikoanalisis Sigmund
Freud.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah disebutkan sebelumnya dan ingin dicapi oleh penulis
melalui makalah ini maka diharapkan memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut :
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca khusunya mengenai
anak usia dini.
2. Dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai aspek-aspek
yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini.
3. Dapat memberikan pengetahuan baru dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis dan
pembaca mengenai teori psikologi kepribadian yang di kemukakan oleh beberapa ahli dan
teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional anak
usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun. Dalam masa ini anak sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek perkembangannya.
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013, anak usia dini adalah bayi yang
baru lahir hingga anak-anak yang belum genap berusia 6 tahun. Dalam pemantauan tumbuh-
kembangnya, kelompok usia ini dibagi lagi menjadi janin dalam kandungan sampai lahir, lahir
sampai dengan usia 28 hari, usia 1 sampai 24 bulan, dan usia 2 sampai 6 tahun.
Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Soemiarti Patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan
Snowman, yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.
Sedangkan pengertian anak usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah usia 6 tahun.
Batasan yang dipergunakan oleh the National Association For The Eduction Of Young
Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya adalah : “Early childhood” anak masa awal
adalah anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir
hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.
Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio emosional, kreativitas,
bahasa dan komunikasi khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
mental.
Proses tumbuh dan berkembangnya anak menjadi hal yang paling diamati oleh orang tua.
Tidak hanya dapat diamati, orang tua kini bisa membantu anak agar tumbuh menjadi pribadi
yang baik dengan cara mengetahui dan memperhatikan dengan seksama berbagai macam
aspek perkembangan anak. Selain fisik, banyak hal lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak seperti kejiwaan, hal-hal yang bersifat sosial, hingga mental. Aspek-aspek
3
perkembangan anak usia dini masuk dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 yakni (1) Nilai Agama dan Moral, (2) Fisik-
Motorik, (3) Kognitif, (4) Bahasa, (5) Sosial-Emosional, dan (6) Seni.
Aspek pertama dan yang paling utama untuk diajarkan kepada anak adalah nilai agama
dan moral. Hal ini berfokus dalam menanamkan nilai-nilai dasar, norma-norma yang berlaku
hingga kesadaran. Anak perlu mengenal agama dan menjalankan ibadah agar lebih memahami
arah hingga tujuan mereka dengan baik sejak dini. Belajar agama dan moral banyak memberi
manfaat serta untuk menanamkan sikap-sikap baik pada anak seperti menolong sesama,
bersikap jujur, sopan, menghormati orang yang lebih tua, hingga toleransi dengan penganut
agama yang berbeda. Harapannya, anak akan tumbuh dengan persepsi yang tepat dan benar.
Oleh karena itu, lingkungan terdekat sebaiknya mempraktikkan nilai-nilai agama dan moral
ini dan orang tua memiliki peran penting dalam hal ini.
2. Fisik Motorik
Perkembangan fisik motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung
ataupun tidak langsung (Hurlock, 1978: 114). Hurlock menambahkan bahwa secara langsung,
perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang
dirinya sendiri dan orang lain.
Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan , otot kasar dan otot halus, yang
selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus (Slamet Suyanto, 2005: 49).
Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan
otak seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan menarik. Sedangkan motorik halus
berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, menggunting,
mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu.
Adapula perkembangan fisik dan perilaku keselamatan. Hal ini meliputi berat badan,
tinggi badan dan lingkar kepala yang sesuai dengan ukuran anak seumuran. Selain itu, perilaku
keselamatan ini meliputi kemampuan hidup anak yakni bersih dan juga sehat untuk
keselamatan diri sendiri.
Berk menyatakan bahwa anak usia lima tahun memiliki banyak tenaga seperti anak usia
empat tahun, tetapi keterampilan gerak motorik halus maupun kasar sudah mulai terarah dan
4
terfokus pada tindakan mereka (Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik, 2008: 67). Keterampilan
gerak motorik menjadi lebih diperhalus dan keterampilan gerak motorik kasar menjadi lebih
gesit dan serasi,otot kasar dan otot halus anak sudah berkembang. Anak memiliki banyak
tenaga untuk melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat
melakukan gerakan yang terkordinasi.
3. Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cgnition ialah perolehan,penataan dan penggunaan
pengetahuan (Neiser dalam Jahja, 2013:56). Selanjutnya kognitif juga dapat diartikan dengan
kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari
keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di
lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal
sederhana (Pudjiati & Masykouri,2011:6). Sementara itu di dalam kamus besar bahasa
Indonesia, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.(Alwi, dkk, 2002: 579)
Aspek perkembangan kognitif berhubungan erat dengan akal dan pikiran sehingga
jangan heran jika pertumbuhan pada area ini memiliki jangkauan yang sangat luas. Banyak
pelajaran penting yang akan didapatkan oleh anak, beberapa diantaranya:
5
• Pembelajaran yang paling penting adalah anak dapat belajar memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan fleksibel, praktis, dan juga diterima secara sosial.
Anak juga dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka dapatkan
baik di sekolah maupun rumah.
4. Bahasa
Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat,
kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak berjalan sesuai
jadwal biologisnya (Eni Zubaidah, 2003: 13). Hal ini dapat digunakan sebagai dasar mengapa
anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertentu belum dapat
berbicara. Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan pada umur, namun mengarah pada
perkembangan motoriknya. Namun perkembang tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial dengan
orang dewasa (Kartini Kartono, 1995: 127).
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Suhartono
(2005: 13-14) menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai
sarana untuk berfikir, sarana untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara dan sarana agar anak
mampu membaca dan menulis. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan keinginan dan
pendapatnya kepada orang lain.
Mansur (2005: 36), menyatakan bahwa kemampuan bahasa berkaitan erat dengan
kemampuan kognitif anak, walaupun mulanya bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang
berbeda. Namun sejalan dengan perkembangan kognitif anak, bahasa menjadi ungkapan dari
pikiran
5. Sosial Emosional
6
anak mengalami perkembangan yang positif dalam kreativitas, banyak ide, imajinasi, bernani
mencoba, berani mengambil resiko dan mudah bergaul (Harun, 2009: 120). Pada tahap ini anak
dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan
mulai berinteraksi dengan lingkungan. Mereka dituntut untuk mengembangkan perilaku yang
diharapkan dalam lingkungan sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya.
Hal ini ditunjang dengan perkembangan motorik dan bahasanya yang sudah dapat
menjelaskan dan mencoba apa yang dia inginkan. Pada aspek tahap perkembangan yang satu
ini, sangat terkait erat dengan pengenalan diri dan orang-orang di sekitar.
• Anak mulai memperlihatkan kemampuan diri yang dimilikinya. Ia juga mengenal
perasaan sendiri, mengendalikan diri, dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
• Ia juga lebih senang bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan,
merespons, berbagi, mendengarkan, serta menghargai hak dan pendapat orang
lain. Ia pun lebih kooperatif dan bisa berperilaku sopan.
6. Seni
Aspek terakhir pada perkembangan anak adalah seni. Setiap anak yang terlahir bersifat
imajinatif dan memiliki sisi seni mereka sendiri. Anak akan tertarik untuk mengekspresikan
diri dan juga mulai mengeksplorasi diri dalam banyak hal dari sisi kesenian seperti musik,
lukisan, kerajinan, drama dan masih banyak lagi yang lainnya.
Seni merupakan salah satu dari sub domain perkembangan kognitif. Ekspresi artistik
adalah suatu komponen penting dalam perkembangan kepribadian dan pengalaman anak.
Melalui seni, anak-anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan fantasi serta kreativitas
dengan berbagai cara dan juga mereka akan belajar bagaimana cara mengekspresikan diri,
minat, kemampuan, serta ketrampilan mereka.
Menurut Alfred Adler, manusia merupakan makhluk individual yang termotivasi oleh
dorongan-dorongan sosial yang memang sudah dibawa ketika lahir. Alfred Adler merupakan
pelopor dalam ilmu psikologi yang membahas tentang teori bawah sadar yang merupakan
bagian penting di dalam sebuah kepribadian seseorang.
7
Adler juga menerapkan teori urutan lahir untuk memprediksi kepribadian seseorang.
Adler yakin bahwa keturunan, lingkungan, dan kreatifitas di dalam lingkungan mmampu
membantuk kepribadian seseorang. Berikut ini penggambaran sifat anak yang didasarkan pada
urutan lahir:
❖ Anak pertama: Lebih bersifat menjaga, mengatur dengan baik, memiliki kecemasan
yang tinggi, pengkritik, serta mampu melindungi.
❖ Anak kedua: memiliki motibvasi yang tinggi, senang bersaing, pemberontak, mudah
putus ada, serta dapat bekerja sama.
❖ Anak bungsu: realistis, manja, tergantung dengan yang lain, serta ambisius.
❖ Anak tunggal: manja, takut bersaing, berusaha menjadi pusat perhatian, namun dewasa
secara sosial.
2) Teori Kepribadian Karen Horney
Menurutnya, terdapat hubungan yang jelas antara neurosis dengan kehidupan sehari-hari.
Neurosis juga sebenarnya merupakan cara yang manusia gunakan untuk menjalani hubungan
dengan lainnya. Namun hanya sebagian saja yang bisa melakukan hal tersebut dengan baik.
Horney menemukan bahwa terdapat 10 bentuk kebutuhan orang neurotis, yang berdasarkan
pada beberapa kebutuhan primer yang terhambat akibat beragam kesulitan yang manusia
hadapi antara lain adalah:
Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian merupakan sebuah hipotesa, sehingga tak
dapat diamati secara terpisah melalui situasi yang interpersonal. Kerangka konsep dari teori
Sullivan adalah mengenai perkembangan kepribadian. Sullivan fokus terhadap sebuah
8
pandangan yang bersifat psikologi sosial tentang perkembangan kepribadian. Yang
kemudian pandangan tersebut memiliki pengaruh-pengaruh tertentu terkait dengan manusia
yang berperan sebagaimana mestinya. Sehingga membuat faktor sosial sebagai penentu dari
perkembangan psikologis.
Fromm melengkapi teori Freud dan Marx dengan sistem deterministik yaitu mengenai
kebebasan dan orang-orang dapat melampaui determinisme itu. Fromm menjadikan ide
kebebasan ini sebagai karakter utama dari manusia. Fromm juga mengemukakan pendapatnya
mengenai kepribadian yang sehat. Menurut Fromm, kepribadian yang sehat yaitu:
Carl Gustav Jung merupakan salah satu dari ahli psikologi yang cukup terkemuka pada
abad XX. Bahkan, beliau merupakan ahli psikologi pertama yang merumuskan tentang tipe
kepribadian manusia dengan menggunakan istilah introvert dan ekstrovert. Beliau membahas
hal-hal penting termasuk tentang ego, ketidaksadaran kolektif, serta ketidaksadaran personal.
Menurut Jung, manusia penuh pengaruh dari warisan generasi terdahulu, kemudian
kepribadian dibentuk secara tak sadar. Kepribadian seseorang akan terbentuk melalui
perjalanan proses yang panjang turun temurun dari generasi ke generasi yang ada. Menurut
Jung struktur jiwa terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
❖ Ego, merupakan bagian dari jiwa dasar yang terdiri dari ingatan, pikiran, persepsi, serta
perasaan yang sadar. Dari ego inilah muncul identitas dan kontinyuitas dalam diri
seseorang.
❖ Collective Unconscious, merupakan gudang yang berisikan bekas-bekas ingatan yang
diwariskan dari generasi sebelumnya. Tidak hanya meliputi sejarah manusia saja
namun juga leluhur nenek moyangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa
archetype, antara lain adalah Persona, Anima dan Animus, Shadow dan Self.
9
❖ Personal Unconscious, pada bagian ini terdiri dari pengalaman-pengalaman yang
dialami secara sadar namun dilupkan dengan cara suppression dan repression.
Pengalaman-pengalaman yang bersifat lemah juga akan masuk ke dalam bagian ini.
6) Teori Kepribadian Gordon W Allport
Ciri khas yang paling terlihat dari Teori Gordon W Allport adalah:
❖ Penggunaan model hewan, anak-anak, mesin tidak dapat digunakan untuk merumuskan
pada teori yang bermanfaat mengenai manusia.
❖ Tulisan-tulisan yang dibuatnya menjelaskan mengenai keunikan dari perilaku manusia.
❖ Karya-karyanya mengutamakan untuk masalah-masalah empiris, bukan ditujukan
untuk kesatuan teori dan metodologi.
❖ Penggunaan teorinya tidak terbatas.
❖ Sangat mengutamakan Trait, sehingga banyak menyebutnya teorinya sebagai Trait
Psychology.
Menurut Gordon, kerpibadian merupakan sesuatu hal yang unik dan dimiliki oleh manusia
pribadi masing-masing. Gordon juga menyatakan bahwa kesadaran manusia dipengaruhi oleh
3 komponen yaitu Dynamic Organization, Psychophysical System dan Determine.
Teori Psikologi Kepribadian selanjutnya adalah teori psikologi individual. Psikologi individual
sendiri dikembangkan langsung oleh Alfred Adler serta beberapa pengikutnya antara lain
adalah Martin Son Tesgard, Donal Dinkmeyer, dan Rudolph Drekurs. Ada 7 prinsip dasar dari
psikologi individual, antara lain adalah:
❖ Perasaan rendah diri dan kompensasi.
❖ Tujuan yang sifatnya semu.
❖ Berjuang menjadi superior.
❖ Gaya Hidup.
❖ Minat Sosial.
❖ Kreatif.
8) Teori Behaviorisme
10
9) Teori Trait
Teori trait sendiri dicetuskan oleh Gordon Allport yang merupakan ahli psikologi yang
meneliti mengenai kepribadian trait dalam diri manusia. Menurut Allport, teori trait merupakan
sistem neuropsikis yang dalam perkembangannya digeneralisasikan kemudian diarahkan agar
mendapatkan kemampuan untuk menghadapi berbagai perangsang secara bersamaan,
danjuga membimbing perilaku ekspresi dan adaptasi secara bersamaan. Terdapat lima faktor
yang dalam teori trait, antara lain adalah:
❖ Neurotikisme.
❖ Ekstraversi
❖ Keterbukaan
❖ Keramahtamahan
❖ Kehati-hatian.
10) Teori Humanistik
Teori Humanistik dicetuskan pertama kali oleh Arthur Combs, Carl Rogers, Erich
Fromm, Viktor Franki, serta Abraham Maslow. Pada teori humanistik, lebih melihat pada
perkembangan kepribadian seseorang. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan adalah untuk
melihat kejadian yang mana manusia dapat membangun dirinya sendiri untuk melakukan hal
yang positif.
Kemampuan untuk melakukan hal-hal positif inilah yang disebut potensi manusia. Para
ahli yang memiliki aliran humanism biasanya akan lebih fokus pada pengajaran kemampuan
hal-hal positif ini. Kemampuan positif sangat berkaitan dengan pengembangan emosi
positif yang berada dalam domain afektif. Emosi menjadi karakteristik yang kuat dan terlihat
dari orang-orang yang beraliran humanisme.Teori humanisme sangat cocok jika diterapkan
dalam pembelajaran yang sifatnya untuk membentuk kepribadian, perubahan sikap, kesadaran
hati nurani dan juga analisis pada fenomena sosial.
11
❖ Kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan teoritikus ( ahli teori ), bukan gambaran
tingkah laku individu.
❖ Kepribadian individu adalah gabungan beberapa peristiwa yang secara ideal meliputi
rentang hidup sang individu. Sejarah kepribadian yaitu : kepribadian itu sendiri.
❖ Definisi kepribadian mencakup semua unsur tingkah laku yang tepat dan berulang, juga
meliputi unsur unsur yang baru dan unik.
❖ Kepribadian merupakan fungsi yang mengatur dan menjadi penunjuk arah dalam diri
individu yang memiliki tujuan mengintegrasikan beberapa konflik yang terjadi
serta rintangan rintangan yang harus dilalui, memuaskan kebutuhan kebutuhan individu
dan menyusun rencana rencana untuk mencapai tujuan dimasa datang.
❖ Kepribadian terletak di otak, tanpa otak tidak ada kepribadian (no brain, no personality).
12) Teori Kepribadian Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan suatu aliran psikologi yang berkembang di Jerman pada
tahun 1912. Aliran Gestalt menentang aliran behavioristik yang memiliki pandangan
elementaristik. Menurut Gestalt, baik strukturalisme maupun behaviorisme sama-sama
memiliki kesalahan karena telah membagi pokok bahasan menjadi beberapa bagian terkait
yaitu perilaku menjadi sebuah elemen-elemen. Pandangan psikologi Gestalt berpusat pada apa
yang dipersepsi itu merupakan sebuah kebulatan. Teori ini juga dikenal dengan teori
pembelajaran yang mendalam.
Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu:
struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar. Pada
tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni: id, ego dan super-ego.
Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi melengkapi/menyempurnakan
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.
❖ Tingkat Kehidupan Mental :
• Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud
hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan)
yang masuk ke kesadaran (consciousness).
12
• Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula
disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
• Tak sadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik.
Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-
pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah
ke daerah tak sadar.
❖ Wilayah Pikiran ;
• Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan,
seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses
fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari
struktur kepribadian lainnya.
• Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id
dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek
yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama ;
pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan
dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Ego
sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri
akan memperoleh energi dari id.
• Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip
realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber
13
energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting – superego
tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun
menjadi tidak realistis.
2. Dinamika Kepribadian
14
akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup
adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat
agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi. Insting hidup dan insting
mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran
dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, menguyah
dan menelan makanan.
c. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak
terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan
adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu
bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego
yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun
dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral.
Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan
ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya
pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis.
d. Mekanisme Pertahanan Ego
Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai
strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-
dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar
kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
3. Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil
(0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling
menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase
anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks
berarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk
dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone)
15
a. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan
individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
b. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)
Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus dari
energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh
dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini
pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui
toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak
membuang kotorannya.
c. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika
energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak
mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud
memperoleh kepuasan. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada
perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki
ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya
anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
d. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)
Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls
seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen
baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena
biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak mengembangkan
kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual,
khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada
fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan
dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
16
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin
memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder
(suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis
genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan
manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk
tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek
diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis,
perkawinan dan keluarga.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional anak
usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun. Dalam masa ini anak sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek perkembangannya.
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013, anak usia dini adalah bayi yang
baru lahir hingga anak-anak yang belum genap berusia 6 tahun. Dalam pemantauan tumbuh-
kembangnya, kelompok usia ini dibagi lagi menjadi janin dalam kandungan sampai lahir, lahir
sampai dengan usia 28 hari, usia 1 sampai 24 bulan, dan usia 2 sampai 6 tahun.
Proses tumbuh dan berkembangnya anak menjadi hal yang paling diamati oleh orang tua..
Selain fisik, banyak hal lain yang dapat mempengaruhi perkembangan anak seperti kejiwaan,
hal-hal yang bersifat sosial, hingga mental. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini masuk
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2013 yakni (1) Nilai Agama dan Moral, (2) Fisik-Motorik, (3) Kognitif, (4) Bahasa, (5) Sosial-
Emosional, dan (6) Seni.
Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di
dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud.
Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu:
struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jaug dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
sangat diharapkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
https://www.silabus.web.id/anak-usia-dini/
https://www.google.com/search?q=anak+usia+dini+menurut+para+ahli&sxsrf=AOaemvIFG
https://eprints.uny.ac.id/9706/2/Bab%202%20-%2009111247004.pdf
https://morinagaplatinum.com/id/milestone/6-aspek-perkembangan-anak-usia-dini-yang-
wajib-bunda-ketahui
https://www.guesehat.com/apa-saja-6-aspek-perkembangan-anak-di-usia-dini
https://sites.google.com/site/duniabermainattaya/bundabelajar/catatan-rumah-main-
anak/perkembangansenianakusia0-6tahun
19