Anda di halaman 1dari 3

RUMAH TANGGA JANG BAHAGIA

Kerdja sama jang harmonis antara suami istri


Oleh : Nadimah Tandjung

GARIS2 besar mengenai hubungan suami-isteri timbali balik dalam rumah tangga sudah diatur oleh
agama Islam. Sebagai diketahui, bentuk perkawinan itu menurut adjaran Islam pada lahirnja merupakan
ikatan persetudjuan antara dua manusia (laki2 dan perempuan), tetapi pada hakekatnja merupakan
satu-kesatuan. Rumah tangga adalah satu-kesatuan dalam organisasi kesatuan jang besar, jaitu kesatuan
bangsa2. Sebagaimana halnja dalam satu kesatuan organisasi jang besar harus ada pribadi jang
mengendalikannja, jang mengambil langkah2 dan tindakan pada saat2 jang memerlukan, maka dalam
organisasi kesatuan rumah tangga pun ada kendali jang demikian. Laki2 (suami) adalah pribadi jag
bertanggung djawab terhadap penduduk rumah tangganja (anak isteri, keluarga, dll), sedang perempuan
(isteri) merupakan pribadi jang memegang funksi memelihara rumah tangga suaminja dan mengasuh
anak2nja. Rumah tangga itu tak ubahnja seperti satu keradjaan dalam bentuk jang ketjil (een koningkrijk
in het klein), jang dikendalikan oleh suami-isteri. Masing2 mempunjai hak2, kewadjiban2 dan tugas2
jang tertentu dengan tanggung djawab dan kekuasaan jang penuh dalam bidangnja masing2. Sebab
kalau tidak demikian tentulah akan menimbulkan keadaan jang katjau-balau.
Menurut adjaran Islam kekuasaan jang tertinggi dalam kesatuan rumah tangga itu terletak di
tangan kaum laki2 (suami). Didalam Al-Quran dinjatakan :
“Laki2 adalah pengurus (pemimpin) atas perempuan, lantaran Allah telah melebihkan sebahagian dari
mereka atas sebahagian, dan dengan sebab apa jang mereka nafkahkan dari harta benda mereka”. (An-
Nisa’, 34).
Dalam ajat tersebut dipakai perkataan pengurus (pemimpin) sebagai predikat untuk kaum laki2.
Bahasa Arabnja ialah qawwamun’, berasal dari pokok kata qama. Artinya setjara harfiah (letterlijk) : ia
berdiri tegak.
Perlu didjelaskan lebih djauh, bahwa menurut Ahli2 Tafsir, jang dimaksud dengan perkataan
melebihkan pada ajat 34 surat An-Nisa’ itu ialah kelebihan laki2 daripada perempuan dalam beberapa
hal, seperti : kekuatan djasmani, keberanian, ketetapan pendirian dll. Sebagainja.
Dilihat dari sudut hubungan suami-isteri dalam rumah tangga, maka jang dimaksud ajat tsb. dengan
perkataan mengurus (qawwamun) mengandung dua pengertian. Pertama, laki2 (suami) mengurus dan
memberikan pimpinan kepada isterinja. Kedua, suami mengurus dan bertanggung djawab terhadap
keperluan2 rumah tangganja. Dengan pengertian dan alam pikiran jang demikian sudah selajaknja
apabila kepada suami diberikan kekuasaan jg lebih tinggi.
Hak2 dan kewadjiban antara suami-isteri memang ada perbedaannja. Perbedaan itu antara lain
disebabkan perbedaan kondisi djasmani dan rohani masing2, perbedaan pembawaan, tabiat, watak, dll.
Tetapi, djustru lantaran perbedaan2 itulah dapat diatur pembahagian tugas dan tanggung djawab,
pembahagian pekerdjaan taak & arbeidverdeling), jang sesuai dengan kondisi2 dan sifat masing2 itu.

Pada umumnja laki2 mempunjai badan jang lebih kuat, lebih sigap, dinamis lebih
berani, lebih banjak inisiatif, lebih keras kemauannja, tidak mudah tjemas dll. Sebaliknja

perempuan mempunjai badan jang lemah, lebih perasa, lebih tenang dan sabar, lebih hati2

dll. Masing2 ada kelebihan dan kekurangan 2nja.

Pembawaan dan sifat laki2 jang dilukiskan diatas menjebabkan mereka mempunjai daja
tahan dalam menghadapi dan mengatasi pukulan2 gelombang hidup, berdjoang mentjari
nafkah, bergulet dalam pertarungan penghidupan. Apalagi kaum laki2 pada umumnja
mempunjai kebebasan dan keleluasaan dalam segala gerak dan langkahnja.
Pembawaan dan sifat kaum perempuan menjebabkan mereka lebih hati2, tenang dan
sabar, lebih mempunjai bakat dalam pekerd jaan2 mengasuh dan memelihara, lebih sajang,
lebih tjinta dll.

Berdasar atas pembawaan dan sifat masing2 itulah maka soal mengusahakan dan

mengurus naf kah dan segala keperluan 2 rumah tangga dipikul kepada kaum laki2 (suami)
sedang pemeliharaan rumah tangga, mengasuh anak dll, jang semua itu berkehendak
kepada ketelitian, ketenangan, kesabaran dll, dibebankan kepada kaum perempuan (isteri).

Masing2 memegang funksi dan kekuasaan jg penuh dalam bidang dan lapangan masing2 .
Perlu ditegaskan, bahwa walaupun kaum perempuan pada umumnja diserahi mengurus

dan memelihara rumah tangga serta mengasuh anak2, tetapi tidaklah berarti bahwa

bidang 2 jang selain dari itu tertutup buat mereka. Sebagai manusia pribadi dan anggota

masjarakat, kaum perempuan mempunjai hak2 dan kewadjiban djuga diluar rumah
tangga. Mereka boleh pergi kemesdjid untuk melakukan ibadat, mempunjai kewadjiban

mentjampuri urusan 2 sosial dan kemasjarakatan, bahkan pada saat2 jang tertentu dalam
perdjuangan, bahkan djuga peperangan, mereka mempunjai kewadjibanmelakukan
pekerdjaan2 j ang sesuai dengan kemampuan dan kodrat kaum perempuan.

Seperti diterangkan lebih dahulu, adanja perbedaan hak", tugas2 dan kewadjiban 2
antara suami-isteri, titik beratnja hanjalah merupakan pembahagian pekerdjaan. Dalam
pembahagian pekerdjaan itu harus ada kerdja sama jang harmonis, saling bantu-membantu
dll. Dalam urusan naf kah umpamanja, walaupun kewadjiban untuk mengusahakan naf kah
itu mendjadi pikulan suami, tetapi isteri tidaklah boleh angkat bahu sadja mengenai hal itu
tidak selajaknja bersikap ,,tahu ada dan terima beres" sadja. Dalam hal2 jg. mungkin
dilakukan oleh isteri haruslah dia membantu suaminja. Membantu jang dimaksud disini
mempunjai pengertian jang amat luas. Umpaman ja, berlaku hemat dan tjermat dalam
mengeluarkan perbeland jaan rumah tangga, itupun sudah merupakan satu bantuan.
Sebaliknja, suami tidaklah selajakn ja ,,masa bodo" sadja terhadap pengurusan

rumah tangga dan mengasuh anak2 , melepaskan urusan2 tsb begitu sadja kepada

isterinja. Ada hal2 jang dapat dan perlu dibantunja.

Tjontoh2 dalam kehidupan Rasulullah menundjukkan bahwa beliau senantiasa membantu

dan ringankan pekerd jaan 2 isteri beliau dalam rumah tangga , sampai kepada soal2 j ang

ketjil kadang2 beliau kerdjakan seperti menambal sendiri pakaian 2nja jang robek,
memperbaiki terompahn ja, memeras susu kambing untuk minuman mereka dll. Ini ha nja
sebagai illustrasi sadja, walaupun kaum perempuan pada umumnja tentulah tidak
akan membiarkan suami mereka melakukan pekerdj aan2 jang serupa itu.
Dapatlah disini ditarik satu kesimpulan, bahwa kerdjasama, saling bantu membantu ,
saling timbang rasa, saling tenggang meneggang dll. antara suami isteri dalam kehidupan

perkawinan itu adalah unsur 2 j ang pen ting dalam menegakkan kebahagiaa n rumah tangga.

Hak 2 dan kewadjiban suami isteri jang didjelaskan diatas merupakan uraian setjara
umum dan menjeluruh.
Dinomor jang akan datang akan diuraikan setjara terperintji.

Anda mungkin juga menyukai