Anda di halaman 1dari 7

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

(Nomor : ………………………….-IPI/III/2022)

Pada hari ini Jum,at tanggal bertempat di kantor PT Indopsiko Indonesia telah disepakati Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu,dengan ketentuan yang dituangkan dalam pasal pasal perjanjian ini, oleh dan antara
:

I. Nama : Gunardi
Jabatan : Direktur

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT Indopsiko Indonesia sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang Jasa Ketenagakerjaan, berkedudukan hukum di Jalan Pahlawan Revolusi
No. 59, Pondok Bambu Jakarta Timur;
Selanjutnya disebut dengan Pihak Pertama;

II. Nama : ………………………….


Jenis Kelamin : ………………………….
Tempat dan Tanggal Lahir : ………………………….
Alamat : ………………………….
………………………….
No Telephone : ………………………….
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama sendiri;
Selanjutnya disebut dengan Pihak Kedua;

Pihak Pertama dan Pihak Kedua (selanjutnya disebut dengan Para Pihak) sepakat untuk melakukan suatu
pekerjaan untuk jangka waktu tertentu yang isi dan syarat-syaratnya dituangkan dalam Perjanjian ini;
Pasal 1
RUANG LINGKUP PERJANJIAN
Pihak pertama berdasarkan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan dengan PT. Nusantara Ekspres Kilat yang
telah mendapat pengesahan sesuai Undang-Undang yang berlaku, dengan ini setuju untuk memberikan jasa
pekerjaan kepada pihak kedua, dan pihak kedua menerima dan menyetujui jasa pekerjaan tersebut untuk pihak
pertama;
Pasal 2
PENERIMAAN DAN MASA KERJA
Pihak Pertama menerima Pihak Kedua untuk bekerja sebagai karyawan bagi Pihak Pertama, seperti halnya
Pihak Kedua menyatakan kesediaannya untuk bekerja sebagai tenaga kerja/buruh bagi Pihak Pertama dengan
jangka waktu 3 ( Sembilan ) Bulan terhitung dari tanggal sampai dengan tanggal dengan jabatan
sebagai Kurir LM

Pasal 3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA
Pihak Kedua mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Uraian Pekerjaan (Job Description). (akan
diberitahukan Manager/atasan langsung di perusahaan dimana Pihak Kedua dipekerjakan );

Pasal 4
LOKASI KERJA
Pihak Kedua menyetujui bahwa selama berlakunya Perjanjian, Pihak Pertama menempatkan Pihak Kedua di
lokasi kerja PT. Nusantara Ekspres Kilat

Pasal 5
HAK PIHAK PERTAMA
1. Menerima, mengangkat, menempatkan, merotasi, memutasi, mempromosi dan/atau mendemosi Pihak
Kedua di Perusahaan dan unit-unit usahanya untuk jabatan yang sesuai dengan kompetensi dan prestasinya
tanpa memperhatikan jenis kelamin (kecuali Undang-undang mengatur lain), agama, ras, golongan,
kepercayaan dan paham (kecuali paham-paham yang berafiliasi dengan organisasi terlarang dan dapat
dibuktikan menurut hukum);
2. Memberikan pekerjaan/tugas yang layak kepada Pihak Kedua dalam hari/jam kerja;
3. Memberikan penugasan kerja lembur kepada Pihak Kedua, dengan didasarkan atas undang-undang atau
ketentuan lain mengenai ketenagakerjaan dan atau ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di lingkungan
Perusahaan;
4. Menuntut kontribusi dan prestasi kerja Pihak Kedua sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
Perusahaan;
5. Menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan jabatan, pendidikan, pengalaman dan
kompetensi;
6. Menetapkan, mengubah dan melaksanakan tata tertib/aturan kerja dalam perusahaan dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau ketetapan pemerintah lainnya;
7. Memutuskan hubungan kerja dengan Pihak Kedua sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan maupun ketentuan Perusahaan;

1
Pasal 6
KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. Memberikan imbalan berupa upah, tunjangan-tunjangan kepada Pihak Kedua sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Perusahaan dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
yang berlaku;
2. Menjalankan, mengawasi dan memelihara keselamatan kerja Pihak Kedua;
3. Mematuhi semua Peraturan/Ketetapan Pemerintah di bidang ketenagakerjaan;
4. Memperhatikan kesejahteraan Pihak Kedua sesuai dengan ketentuan dalam peraturan-peraturan yang
berlaku di lingkungan Perusahaan;

Pasal 7
HAK PIHAK KEDUA
1. Mendapatkan upah yang layak sebagai imbalan atas kontribusi tenaga, pikiran dan waktu dalam
menjalankan tugas pekerjaan;
2. Mendapatkan tunjangan dan fasilitas-fasilitas lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai
kemampuan Perusahaan;
3. Untuk pekerjaan tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Perusahaan, Pihak Kedua
mendapat upah lembur untuk kelebihan jam kerja dari waktu yang ditetapkan Perusahaan;
4. Mendapat cuti sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di lingkungan Perusahaan;

Pasal 8
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. Mulai bekerja tepat pada waktunya;
2. Mentaati perintah dan instruksi pimpinan;
3. Mentaati Tata Tertib Perusahaan;
4. Tidak meninggalkan tempat pekerjaan sebelum waktunya tanpa ijin;
5. Memberitahukan sebelumnya apabila tidak masuk kerja;
6. Jika tidak masuk kerja karena sakit harus dapat memberikan Surat Keterangan Sakit dari dokter/Balai
Pengobatan, pada hari pertama masuk kerja kembali;
7. Menjaga dan memelihara inventaris Perusahaan dengan sebaik-baiknya;
8. Mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap Perusahaan;
9. Melaporkan kepada Pimpinan dengan segera apabila mengetahui adanya hal yang dapat membahayakan
atau merugikan Perusahaan terutama dalam bidang keamanan, keuangan, material dan keselamatan kerja;
10. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
11. Mengisi daftar hadir pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja di tempat yang disediakan;
12. Memelihara alat-alat/kelengkapan kerja dengan baik dan teliti;
13. Tidak memakai/menggunakan alat-alat perlengkapan kerja milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi;

Pasal 9
UPAH
1. Pihak Pertama memberikan upah yang diberikan setiap bulannya kepada Pihak Kedua yang besarnya
sebagai berikut :
- Upah Pokok Rp. 1.875.000
- Tunjangan tetap Rp. 625.000
2. Besarnya upah yang dibayarkan sebagaimana yang diatur dalam ayat (1) di atas sudah termasuk pajak
penghasilan yang menjadi tanggungan Pihak Kedua sebagaimana yang diatur dalam pasal 12 Perjanjian ini;
3. Pembayaran upah oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua dilakukan pada setiap tanggal 25 setiap bulan
berjalan;
4. Apabila pembayaran upah sebagaimana disebutkan di dalam ayat (2) di atas jatuh pada hari libur, maka
pembayaran upah diberikan pada hari kerja sebelum hari libur dan atau akan dilakukan pada hari kerja
berikutnya;
5. Pihak Pertama akan melakukan penyesuaian upah pokok sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat (1)
yang dilakukan setiap tanggal 1 Januari setiap tahunnya hanya apabila upah tersebut menjadi lebih rendah
dari Upah Minimum Provinsi (UMP)/Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMKK)*) tahun berjalan;

Pasal 10
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THRK)
1. Pihak Pertama memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK) kepada Pihak Kedua yang telah
mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus atau lebih;
2. Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK) sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1) diberikan 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun;
3. Besarnya Tunjangan Hari Raya Keagamaan sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1) di tetapkan sebagai
berikut :
a. Apabila Pihak Kedua telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus menerus atau lebih
sebesar 1 (satu) bulan upah;
b. Apabila Pihak Kedua telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus tetapi kurang
dari 12 bulan diberikan secara proporsional dengan masa kerja yakni dengan perhitungan :

2
Masa Kerja X 1 (satu) bulan upah
12
4. Upah satu bulan sebagaimana dimaksud di dalam ayat (3) di atas adalah upah pokok ditambah tunjangan-
tunjangan tetap;
5. Pembayaran Tunjangan Hari Raya Keagamaan sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1) dilakukan oleh
Pihak Pertama kepada Pihak Kedua selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Keagamaan
kecuali Peraturan Perundang-undangan menentukan lain;
6. Pihak Kedua tidak berhak menerima Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK), jika Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu ini berakhir sebelum Hari Raya Keagamaan;

Pasal 11
PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan Pihak Kedua menjadi tanggungan Pihak Kedua sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Pasal 12
WAKTU KERJA
1. Waktu kerja normal adalah 5 ( lima ) dan/atau 6 ( enam ) hari dengan total jam kerja 40 (empat puluh) jam
per minggu;
2. Waktu dan istirahat kerja diatur pada perusahaan dimana Pihak Kedua dipekerjakan yang tidak melanggar
ketentuan undang-undang/peraturan pemerintah yang berlaku;

Pasal 13
KERJA LEMBUR
1. Dengan memperhatikan kepentingan Perusahaan, Pihak Pertama dapat memerintahkan Pihak Kedua untuk
melaksanakan kerja lembur;
2. Apabila Pihak Pertama memerintahkan Pihak Kedua untuk melaksanakan kerja lembur sebagaimana yang
disebutkan di dalam ayat (1) di atas maka Pihak Pertama wajib membayar upah lembur;
3. Atasan langsung berwenang memerintahkan kerja lembur dan disetujui oleh pimpinan;
4. Apabila Pihak Kedua akan melakukan kerja lembur maka Pihak Kedua wajib mendapatkan Surat Perintah
Kerja Lembur (SPKL) dari atasan langsung yang berwenang;
5. Surat Perintah Kerja Lembur memuat antara lain:
a. Nama Karyawan;
b. Tanggal dan Jam Pelaksanaan Kerja Lembur;
c. Pekerjaan yang harus diselesaikan beserta alasannya;
d. Nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang;

Pasal 14
PERHITUNGAN LEMBUR
1. Apabila Pihak Pertama memerintahkan Pihak Kedua untuk melakukan kerja lembur maka Pihak Kedua
berhak untuk mendapatkan upah kerja lembur;
2. Perhitungan upah kerja lembur dilakukan pada hari kerja adalah sebagai berikut;
a. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1.5 (satu setengah) kali upah sejam;
b. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam;
3. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi maka perhitungan upah
lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3 (tiga) kali
upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam;
4. Dasar perhitungan upah sejam:
Untuk upah bulanan: 1/173 X upah sebulan;

Pasal 15
ISTIRAHAT MINGGUAN DAN HARI LIBUR
1. Pihak Pertama memberikan istirahat mingguan kepada Pihak Kedua sebanyak 2 ( Dua ) hari setelah bekerja
5 ( lima ) hari berturut-turut dan 1 ( Satu ) hari setelah bekerja 6 ( enam ) hari berturut-turut dalam satu
minggu;
2. Pada hari-hari libur resmi, Pihak Kedua dibebaskan untuk bekerja dengan mendapat upah penuh;

Pasal 16
KERJA SHIFT
Bila Pihak Pertama memandang perlu dan/atau karena untuk pekerjaan tertentu,maka Pihak Pertama dapat
memerintahkan Pihak Kedua untuk bekerja dengan waktu shift dengan ketentuan sebagaimana yang diatur
dalam peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan Perusahaan;

Pasal 17
CUTI
1. Pihak Pertama memberikan cuti tahunan kepada Pihak Kedua sebanyak 12 (duabelas) hari kerja setelah
Pihak Kedua bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus- menerus, kecuali Perjanjian Kerja ini kurang
dari 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;

3
2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang kurang dari 12 (dua belas) bulan secara terus menerus, maka Pihak
Kedua berhak atas cuti yang diperhitungkan secara proporsional dengan perhitungan satu bulan bekerja
mendapatkan satu hari cuti;
3. Selama masa cuti Pihak Kedua dilarang bekerja pada perusahaan lain. Pelanggaran ketentuan ini akan
dianggap mengundurkan diri secara sepihak;
4. Apabila Pihak Kedua dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada atasannya disertai
surat keterangan dokter, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid;

Pasal 18a
TATA CARA IJIN UNTUK KARYAWAN KANTOR
1. Pihak Kedua wajib meminta ijin kepada atasannya apabila hendak datang terlambat atau pulang lebih awal
dari waktu yang telah ditentukan;
2. Pihak Kedua yang berhalangan kerja dikarenakan sakit maupun alasan lainnya wajib memberitahukan
kepada atasan secara lisan lima belas menit sebelum jam masuk kerja;
3. Pihak Kedua wajib menyerahkan surat keterangan tidak hadir kepada atasan pada hari pertama kehadiran
selanjutnya;
4. Pihak Kedua yang tidak hadir karena sakit, harus menyerahkan surat keterangan dari dokter;
5. Pihak Kedua yang tidak hadir tanpa disertai dengan pemberitahuan secara lisan maupun tertulis dianggap
sebagai mangkir;

Pasal 18b
TATA CARA IJIN UNTUK KARYAWAN LAPANGAN
1. Pihak Kedua yang tidak hadir karena sakit, harus menyerahkan surat keterangan dari dokter pada hari
pertama kehadiran selanjutnya;
2. Pihak Kedua yang tidak hadir tanpa disertai dengan pemberitahuan secara lisan maupun tertulis dianggap
sebagai mangkir;

Pasal 19
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN
1. Ijin meninggalkan pekerjaan dengan tetap menerima upah adalah sebagai berikut:

Diijinkan Dokumen yang perlu


Alasan Meninggalkan Tempat Kerja
selama diserahkan/dilampirkan
a. Pihak Kedua menikah 3 hari Surat keterangan nikah
kerja
b. Menikahkan anak 2 hari Surat keterangan nikah
kerja
c. Mengkhitankan/membaptiskan anak 2 hari Surat keterangan
kerja
d. Istri Pihak Kedua melahirkan/keguguran 2 hari Surat keterangan dokter
kerja
e. Suami/Isteri/Anak/Menantu/Orangtua/Mertua 2 hari Dilaporkan kepada perusahaan melalui
meninggal dunia kerja surat atau telpon pada hari kerja tersebut

f. Anggota keluarga dalam satu rumah 1 hari Dilaporkan kepada perusahaan melalui
meninggal dunia kerja surat atau telpon pada hari kerja tersebut

2. Apabila jumlah hari melebihi yang ditetapkan di atas, maka kelebihan hari dinyatakan sebagai mangkir;

Pasal 20
BPJS
Selama berlakunya Perjanjian, Pihak Pertama akan mengikutsertakan Pihak Kedua dalam program BPJS
Tenaga Kerja dan BPJS Kesehatan bagi pekerja dalam PKWT yang meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Jaminan Kematian;
c. Jaminan Hari Tua;
d. BPJS Kesehatan;

Pasal 21
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Pihak Pertama membuat syarat-syarat keselamatan kerja dalam rangka kegiatan Perusahaan dan peralatan
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan;
2. Pihak Kedua wajib menjaga keselamatan dirinya dan Karyawan lainnya dan wajib memakai alat-alat
keselamatan kerja yang telah disediakan oleh Pihak Pertama serta mengikuti/mematuhi ketentuan-
ketentuan mengenai keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku;
3. Apabila Pihak Kedua tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud di dalam ayat (2) di atas maka
Pihak Kedua dianggap melakukan pelanggaran dan akan diberikan sanksi sesuai dengan Peraturan yang
berlaku di lingkungan Perusahaan;

4
4. Apabila Pihak Kedua menemui hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan Pihak Kedua dan
Perusahaan, harus segera melaporkan kepada Atasannya;

Pasal 22
SERAGAM KERJA DAN TANDA PENGENAL
1. Pihak Kedua berkewajiban untuk memakai seragam kerja di lingkungan Perusahaan.
2. Pihak Kedua berkewajiban untuk memakai tanda pengenal setiap kali memasuki lingkungan Perusahaan;
3. Seragam kerja dan tanda pengenal tetap menjadi milik/inventaris Perusahaan, sehingga apabila Pihak
Kedua mengalami Pemutusan Hubungan Kerja wajib untuk dikembalikan kepada Perusahaan;
4. Bentuk, warna serta ketentuan seragam kerja dan tanda pengenal diatur tersendiri oleh Pihak Pertama;

Pasal 23
TATA TERTIB ADMINISTRASI
Pihak Kedua wajib memberitahukan kepada Pihak Pertama dan menyerahkan foto copy bukti pendukungnya
apabila terdapat perubahan data pribadi Pihak Kedua yang menyangkut:
a. keadaan keluarga (perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pendidikan, dan lain-lain;)
b. alamat rumah/tempat tinggal;
c. kewarganegaraan;
d. ahli waris;
e. kartu tanda penduduk;

Pasal 24
JENIS SANKSI
1. Jenis sanksi yang dapat diberlakukan oleh Pihak Pertama terhadap Pihak Kedua dapat berupa:
a. Peringatan lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Surat peringatan;
d. Pemberhentian sementara (Skorsing);
e. Pemutusan hubungan kerja;
2. Sanksi lain yang dapat dikenakan kepada Pihak Kedua dapat berupa atau disertai:
a. Mutasi;
b. Demosi;
c. Penggantian barang inventaris yang hilang atau rusak akibat kesengajaan atau kelalaian Pihak Kedua
dengan pemotongan upah maksimum 50 % (lima puluh per seratus) per bulan;

Pasal 25
PELANGGARAN TATA TERTIB YANG DAPAT DIBERIKAN SURAT PERINGATAN
TINGKAT I (SP I), TINGKAT II (SP II) DAN TINGKAT TERAKHIR (SP III)
1. Pelanggaran-pelanggaran tersebut terdiri dari:
a. Teguran Tertulis :
• Kedapatan merokok di ruangan kerja selama jam kerja;
• Menggunakan fasilitas kerja di tempat kerja untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
sehingga dapat merugikan Perusahaan;
• Mencoret-coret dan/atau merobek pengumuman/pemberitahuan dari manajemen yang sedang
dipasang dipapan pengumuman;
• Tidur di waktu kerja di lingkungan kantor dalam kurun waktu periode penilaian kinerja karyawan;
• Tidak memakai pakaian seragam beserta atributnya selama jam kerja bagi yang telah mendapatkan
pakaian seragam;
• Melakukan kewajiban secara tidak hati-hati;
b. Surat Peringatan Tingkat I (SP I) :
• Melakukan pengulangan pelanggaran yang sama setelah diberikan Teguran Tertulis;
• Tidak menunjukkan kesungguhan bekerja yang tercermin dari penilaian kinerja di bawah standar
meskipun sudah diberikan petunjuk kerja dan pelatihan oleh atasannya;
• Menolak perintah yang layak;
• Datang terlambat, meninggalkan tempat kerja selama jam kerja atau pulang lebih awal tanpa ijin
atasannya dalam kurun waktu 30 (tigapuluh) hari kerja sebanyak 3 (tiga) kali baik yang dilakukan
secara berturut-turut ataupun tidak;
c. Surat Peringatan Tingkat II (SP II) :
• Melakukan kesalahan yang sama dalam masa kurun waktu Surat Peringatan Tingkat I (SP I) masih
berlaku;
• Tidak menjalankan prosedur kerja dengan benar dan tidak berhati-hati menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sehingga dapat membahayakan rekan kerja atau mengakibatkan kerugian pada
Perusahaan;
• Tidak mematuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja, petunjuk atasan dan sebagainya;
d. Surat Peringatan Tingkat III (SP III)/Tingkat akhir :
• Melakukan kesalahan yang sama dalam masa kurun waktu Surat Peringatan Tingkat II (SP II)
masih berlaku;

5
• Membuat keributan yang dapat menggangu ketenangan kerja atau kelancaran kerja;
2. Apabila setelah mendapatkan Surat Peringatan Tingkat III (SP III)/Tingkat Terakhir ternyata Pihak Kedua
melakukan kembali pelanggaran terhadap ketentuan yang sama pada saat jangka waktu 6 (enam) bulan
masih berlaku maka Pihak Pertama berhak untuk melakukan proses Pemutusan Hubungan Kerja;
3. Setiap teguran tertulis dan surat peringatan yang diberikan sebagaimana yang dimaksud di dalam ayat (1)
di atas masing-masing berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan;
4. Surat Peringatan dapat diberikan secara tidak berurutan, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan;

Pasal 26
PELANGGARAN TATA TERTIB YANG DAPAT DILAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU
1. Pihak Pertama dapat melakukan proses pemutusan hubungan kerja terhadap Pihak Kedua apabila:
a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di
tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan negara; atau
j. melakukan pelanggaran lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih;
k. Melakukan mogok kerja yang tidak syah;
2. Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan terpenuhinya salah satu bukti
sebagai berikut:
a. Pihak Kedua tertangkap tangan;
b. Ada pengakuan dari Pihak Kedua; atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan dan didukung
oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi;
3. Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) di atas dilakukan oleh Pihak
Pertama sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Pasal 27
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) TANPA KOMPENSASI
1. Pihak Pertama dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Pihak Kedua tanpa
kompensasi dalam bentuk apapun termasuk biaya pemulangan ke tempat pertama kali penerimaan apabila
Pihak Kedua melanggar ketentuan mengenai Tata Tertib sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini;
2. Bila terjadi ketidakcocokan diantara kedua belah pihak sebelum perjanjian kerja berakhir,maka salah satu
pihak dapat memutuskan perjanjian kerja ini dengan memberitahukan maksud tersebut kepada pihak lain
dalam tenggang waktu 1 ( satu ) bulan sebelumnya;
3. Perjanjian ini akan secara otomatis berakhir sendirinya,apabila pemberi kerja dalam hal ini PT. Indopsiko
Indonesia mengakhiri perjanjian kerjasama dengan PT. Nusantara Ekspres Kilat ataupun sebaliknya;
4. Apabila terjadi kondisi Abnormal atau Forcé Majeure yang mengakibatkan Pihak Pertama memutuskan
hubungan kerja dengan Pihak Kedua, maka Pihak Pertama tidak wajib membayarkan kompensasi apapun
kepada Pihak Kedua;

Pasal 28
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila salah satu Pihak melanggar kewajiban, aturan yang berlaku dan/atau syarat-syarat yang telah
disepakati dalam Perjanjian ini, peraturan perundang-undangan dan Peraturan Perusahaan/Perjanjian Kerja
Bersama*), maka Pihak yang lain mempunyai hak untuk melaksanakan dan menerapkan ketentuan-
ketentuan yang berlaku dalam rangka penyelesaian perselisihan;
2. Kedua Belah Pihak sepakat, apabila terjadi perselisihan hubungan industrial, maka akan diselesaikan
dengan cara musyawarah untuk mufakat, dan atau melalui tahapan prosedur yang berlaku sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
3. Para Pihak sepakat apabila dikemudian hari terdapat perselisihan mengenai ketentuan dalam Perjanjian ini
maka akan diselesaikan berdasarkan hukum Indonesia yang berlaku;

6
Pasal 29
PERUBAHAN PERJANJIAN
1. Perubahan terhadap segala ketentuan dalam Perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan
para Pihak;
2. Segala bentuk perubahan yang akan dilakukan akan dituangkan dalam bentuk tambahan atas perjanjian
(addendum) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini;

Pasal 30
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
1. Perjanjian berakhir apabila:
a. Pihak Kedua meninggal dunia;
b. Berakhirnya jangka waktu Perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian;
c. Para Pihak sepakat untuk mengakhiri Perjanjian;
d. Salah satu Pihak melakukan pemutusan Perjanjian secara sepihak;
e. Adanya putusan pengadilan dan/atau penetapan lembaga penyelesaian hubungan industrial yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
2. Apabila Perjanjian berakhir maka Pihak Pertama tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan uang
pesangon ataupun uang penggantian apapun juga kepada Pihak Kedua;
3. Perjanjian ini akan secara otomatis berakhir sendirinya,apabila pemberi kerja dalam hal ini PT. Indopsiko
Indonesia mengakhiri perjanjian kerjasama dengan PT. Nusantara Ekspres Kilat ataupun sebaliknya;

Pasal 31
PEMBATALAN PERJANJIAN
1. Pihak Kedua pada saat ditandatanganinya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini tidak sedang dalam perkara
pidana/perdata;
2. Pihak Kedua pada saat ditandatanganinya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini tidak sedang mempunyai
hubungan kerja dengan Pihak lainnya;
3. Apabila dikemudian hari setelah ditandatangani Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini Pihak Kedua terbukti
melanggar ayat (1) dan (2) pasal ini, maka Perjanjian ini akan dibatalkan;
4. Pembatalan Perjanjian seperti yang dimaksud pada ayat (3) diselesaikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

Pasal 32
KETENTUAN PENUTUP
1. Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak secara sadar dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
dan dalam bentuk apapun;
2. Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kerja ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan
peraturan perusahaan;
3. Perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dibubuhi materai yang cukup dan masing-masing mempunyai
kekuatan hukum yang sama.

Jakarta, ………. ……..

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

GUNARDI ………………………………..

Anda mungkin juga menyukai