Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS

TPA ( Taman Penitipan Anak )

Nama Mahasiswa : Siti asiyah

Nim : 835696945

Pokjar : Batang cenaku

Tutor : Ricca Angreini Munthe, S.Psi., M.A

PGPAUD

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ PEKANBARU

2022.1
LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS TPA

Judul Penelitian : Analisis pengembangan kognitif anak melalui kegiatan bermain


lego di TPA Aisyiyah Sinar Fajar
Waktu Pelaksanaan : 05 Juni 2022
Tempat penelitian : https://www.youtube.com/watch?v=m3zFARc3i08

I. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang secara tegas diamanatkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa PAUD
adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Dalam pelaksanaannya PAUD dapat
dilaksanakan melalui jalur formal maupun jalur nonformal. Jalur formal antara lain melalui
Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Anfal (RA) sedangkan jalur nonformal dapat
berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (Kober) dan bentuk lainnya
yang sederajat. Dengan demikian, TPA merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang
berusaha mengabungkan dua tujuan, yaitu tujuan pengasuhan karena orang tua anak
bekerja serta tujuan pendidikan melalui program-program pendidikan anak usia dini.
Dalam hal ini TPA merupakan solusi terbaik bagi orang tua yang keduanya bekerja yang
diharapkan anak-anak mereka aman dan memperoleh pendidikan yang baik.
Program S1 PGPAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusan menjadi tenaga
pendidik PAUD profesional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan
membuat inovasi-inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah
Analisis Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas
dalam mata kuliah tersebut maka penulis melaksanakan observasi/ pengamatan di TPA
pada hari Senin tanggal 05 Juni 2022 yang bertujuan mengumpulkan data mengenai
kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya
dianalisis secara kritis. Terpenuhinya hak anak di bidang pendidikan dan pengasuhan serta
kesejahteraan sosial sehingga tumbuh dan berkembang kecerdasannya secara optimal.

1. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini berfokus pada salah satu
kegiatan anak yaitu kegiatan bermain lego

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data mengenai :
1. Alasan pendidik melakukan kegiatan “bermain lego “
2. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
3. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Bagi Lembaga TK, sebagai referensi alternatif kegiatan untuk pengembangan
kognitif
b. Bagi mahasiswa, mengembangkan/mengasah kemampuan berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu program
kegiatan anak di lembaga PAUD

2. Landasan Teori

1. Pengertian perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif anak usia dini merujuk pada kemampuan yang dimiliki
anak untuk memahami sesuatu. Secara harfiah, Kata kognitif berasal dari kata kognisi
yang merupakan serapan dari kata cognitive/cognition. Kata cognition memiliki
kesamaan arti dengan knowing. Kognisi adalah proses berpikir , yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan , menilai , dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa.Proses kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan ( intellegensi )
yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama di yujukan kepada ide ide
dan belajar. Pada hakikatnya intellegensi adalah kemampuan yang di bawa sejak lahir
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu ( Monks,Knoers
dan Haditono,1999).
Gardner ( 2000 ) mengemukakan pengertian intellegensi sebagai kemampuan untuk
memeahkan masalah atau untuk mencipta karya yang di hargai dalam suatu
kebudayaan atau lebih. Istilah intellegensi berhubungan dengan kognitif , dimana
kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk
memahami sesuatu. Sedangkan intellensi lebih bersifat aktif yang merupakan
aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau
perilaku.
Jadi , kognisi adalah suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (
termasuk kesadaran , perasaan ,dsb )atau usaha mengenali sesuatu melalui
pengalaman sendiri. Proses kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan 9
intellegensi ) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali
ditujukan kepada ide ide dan belajar.

2. Indikator perkembangan kognitif


Darwin Syah mendeskripsikan bahwasannya indikator ialah suatu hal yang
ditunjukan untuk mengetahui bahwa anak didik mencapai standar kompetensi
pendidikan yang sudah ditentukan dan disepakati. Indikator adalah segala hal yang
dipakai untuk memberikan dasar dan acuan dalam menilai sebuah acuan peristiwa
dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran.
Berdasarkan dari kurikulum 2013 indikator perkembangan kognitif adalah
sebagai berikut: 1.Mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna.
2. Mengelompokkan benda ke sebuah klasifikasi yang sejenis, memiliki kemiripan
atau kelompok berpasangan dengan 2 varian 3. Membuat ukuran benda sesuai dengan
lima warna, ukuran ataupun seriasi. 4. Membuat urutan benda sesuai dengan urutan
terbesar sampai terkecil atau kebalikannyaDalam teori kognitif Piaget, berikut adalah
tahapan perkembangan kognitif anak.

a. Permainan lego
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang
mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang (Soetjiningsih, 1998).
Menstimulasi anak prasekolah dapat dilakukan dengan bermain. Bermain secara tidak
langsung akan membuat anak mengembangkan kemampuan fisik-motorik, sosial-
emosional, dan kognisinya . Banyak orangtua tidak menyadari bahwa dengan bermain
anak usia prasekolah dapat melatih kreatifitas, yang merupakan aspek kecerdasan. Anak
yang waktu bermainnya kurang akan menyebabkan anak tidak ceria, kurang percaya diri,
kurang supel, bahkan mudah takut pada temantemannya, dan kurang kreatif (Budiman,
2006).
Salah satu permainan yang dapat merangsang perkembangan kognitif anak usia
prasekolah adalah lego (Nad, 2005). Mainan Lego adalah mainan yang sering kali
dikenalkan orang tua pada anak yang berumur 2-6 tahun. Mainan bongkar pasang atau
Lego ini sudah sangat populer untuk anak umur 2-6 tahun. Mainan ini sangat disukai anak
karena dapat memicu daya kreatifitas anak dalam menciptakan sebuah karya atau benda.
Bermain Lego yang dimainkan bersama – sama antara anak dan orang tuanya akan
memunculkan ide Bersama .
Lego merupakan permainan konstruktif berupa kepingan plastik yang dapat disusun dan
dirangkaimenjadi aneka bentuk. Anak yang terbiasa memainkan permainan bongkar
pasang ini dapat memenuhi ketiga aspek perkembangan yaitu perkembangan motorik
kasar, halus, dan kognitif sekaligus (Handayani, 2005). Anak prasekolah juga akan belajar
untuk berpikir, berpendapat, menyelesaikan masalah, mengasah keterampilan melalui
kemampuannya menyusun lego, serta membangun koordinasi mata dan tangan sehingga
dapat menyiapkan anak untuk belajar membaca. Lego memiliki berbagai macam warna
yang dapat membantu anak belajar membedakan bentuk dan pola-pola, serta dari bentuk-
bentuk yang dibuat, anak akan belajar mengenal simetri .

b. Kerangka Berpikir

Setiap anak memiliki keunikan dan kecrdasan masing-masing. Sama halnya dengan
kemampuan anak dalam memecahkkan masalah yang lebih mengacu pada kognitif anak.
Dimana setiap anak memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda – beda
karena kecerdasan kognitif anak tidak sama. Disini guru akan dituntut untuk mampu
merangsang kognitif anak dan kemampuan anak berfikir. Dengan adanya bantuan media
akan memudahkan guru dalam merangsang anak. Karena anak sejatinya sifatnya meniru
dan anak tida bisa kita ajarkan dengan benda abstrak oleh sebab itu peran media dan alat
permainan edukatif sangat dibutuhkan untuk membatu dalam proses belajar mengajar.
Tidak hanya media dan alat permainan edukatif buku ada benda lainnya juga mampu
mambantu guru dalam melakukan pembelajaran.
Salah satunya adalah dengan alat permainan edukatif Lego. Dimana Lego ini akan
merangsang kemampuan berfikir anak dengan berbagai susuan bagunan yang kita ajarkan
pada anak, kemudia anak akan melihat dan kita ajak anak untuk Menyusun bangunan
seperti yang kita lakukan. Lego ini dapat membatu guru dalam proses pembelajar selain
dapat merangsang kemampuan pemecahan masalah penggunaan media juga memudahkan
guru dalam melakukan pembelajarann terhadap anak.

3. Metodologi Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah beberapa orang pengasuh dan Anak anak TPA
AISYIYAH Sinar Fajar
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data
mengenai fenomena / gejala yang diteliti dilapangan.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi ( tidak langsung ), yaitu untuk melihat fenomena yang unik/menarik
untuk dijadikan fokus penelitian
Langkah Langkah melakukan observasi tidak langsung :
- Menentukan video yang akan diamati.
- Mengumpulkan fakta terkait objek.
- Menyiapkan laporan untuk mencatat data hasil observasi.
- Melakukan pencatatan observasi.
- Menyunting hasil laporan observasi.
b. Dokumentasi , yaitu untuk mengumpulkan bukti bukti dan penjelasan yang lebih
luas mengenai focus penelitian.
4. Jadwal Penelitian
Menentukan judul : Jumat , 03 Juni 2022
Membuat Panduan Observasi: Sabtu , 04 Juni 2022
Malaksanakan Observasi : Minggu ,05 Juni 2022
Membuat Tabulasi Data : Senin , 06 Juni 2022
Menyusun Laporan : Selasa , 07 Juni 2022
4. Analisis Data

1. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai
berikut :

Observasi Dokumentasi / komentar video

Model pengembangan yang di lakukan yaitu model Terlihat dari ciri ciri nya yaitu, anak
pengembangan klasikal yaitu pola pembelajaran melakukan satu kegiatan Bersama sama dan
dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan pengasuh mengarahkan untuk membentuk
oleh seluruh anak sama dalam satu kelas (secara menjadi bendera. Tidak mengikuti minat
klasikal). anak
Kegiatan di lakukan di dalam Ruangan cukup luas , Terlihat di video
tempat anak bermain dan berinteraksi dengan
pengasuh dan teman temannya. Ada Kasur dan loker
kemudian penerangan juga cukup bagus.
Anak anak secara Bersama sama melakukan kegiatan
yang di sediakan oleh pengasuhnya yaitu bermain
lego , Menyusun berdasarkan warna menjadi bentuk
bendera
lego

Anak duduk bersama dengan pengasuh berada di Terlihat di video


antara mereka
Kegiatan yang di lakukan oleh pengasuh adalah
melakukan kegiatan pembukaan dengan berdoa
kemudian kegiatan inti Bersama sama bermain lego
dan terakhir dengan kegiatan penutup berdoa
Kembali

2. Analisis Kritis
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian
maka diperoleh hasil dalam kegiatan bermain lego di TPA Aisyiyah Sinar Fajar adalah
sebagai berikut : di TPA Aisyiyah Sinar Fajar guru melakukan kegiatan pembelajaran
bermain lego dengan harapan mampu mengembangkan kemampuan kognitif anak
melalui warna dan bentuk serta dapat mendorong anak agar berpikir kreatif . Hal ini
sesuai dengan teori Davida (2004) yang menyebutkan bahwa melalui permainan lego
akan terjadi pengenalan terhadap konsep warna, geometri, ukuran dan tekstur benda,
selanjutnya hasil pengamatan anak terhadap konsep-konsep tersebut akan tersimpan
dalam benak anak sehingga anak akan mengalami proses belajar, mencoba menggali
ingatan dalam benak anak yang telah didapatkan, serta belajar mengungkapkan
pendapat
Kegiatan bermain lego yang diamati pada TPA Aisyiyah sinar fajar adalah
anak anak Bersama sama bermain lego dengan bimbingan para pengasuh yang
kemudian membentuk bendera. Anak-anak akan terlatih kemampuan kognitifnya
melalui kegiatan yang mendorong anak untuk berpikir kreatif. Kegiatan
pengembangan bermain lego yang dilakukan di TPA Aisyiyah sinar fajar sudah
berjalan sesuai dengan pengembangan kognitif yang ada. Kegiatan awal yang
dilakukan oleh pengasuh di TPA Aisyiyah sinar fajar dengan berdoa tetapi tidak ada
kegiatan bercakap cakap terlebih dahulu sebelum kegiatan inti dilaksanakan. Model
pembelajaran yang dilakukan yaitu model klasikal dengan pola pembelajaran dimana
dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas
(secara klasikal), dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas,
serta kurang memperhatikan minat individu anak . Ruangan cukup luas , tempat anak
bermain dan berinteraksi dengan pengasuh dan teman temannya. Ada Kasur dan loker kemudian
penerangan juga cukup bagus tetapi di dinding tidak banyak gambar yang di tempel

sehingga ruangan belajarnya kurang menarik . Secara umum TPA Aisyiyah Sinar Fajar
telah mempunyai kegiatan yang baik dan terarah. Kegiatan tersebut telah disusun
sedemikian rupa sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga anak berkembang
dengan optimal.

5. Kesimpulan

1. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan bermain lego yang dilakukan di TPA Aisyiyah Sinar Fajar dapat
mengembangkan kemampuan kognisi anak.
b. Kegiatan yang dilaksanakan di TPA Aisyiyah Sinar Fajar sudah terarah dengan
baik seperti dalam hal model pembelajaran , penatan ruang , pengaturan /
pengelompokan anak dan cara guru memberikan Tahapan pembelajaran.

2. Saran
a. Pihak lembaga seharusnya memfasilitasi para pendidik untuk ikut dalam pelatihan
pengembangan media dan alat permaianan untuk memperkaya dan memperluas
wawasan tentang sumber belajar.
b. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti lebih mendalam tentang
kegiatan bermain lego untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam
pembelajaran.

Daftar Pustaka

Aisyiah, Siti dkk. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sakdiah , Elia. 2020. “ Pengembangan media lego dalam meningkatkan kognitf anak
usia dini DI RA AL-HIKMAH” (Skripsi S-1 Progdi PAUD). Medan : FKIP
Universitas Islam Negri Sumatra utara .

https://www.sehatq.com/artikel/pahami-kemampuan-kognitif-anak-untuk-membantu-
perkembangannya

Musfiroh , Tadkiroatun , 2017. Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini. Tangerang
Selatan. Universitas Terbuka

Sujiono ,Nurani Yuliani, 2015, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: PT Gramedia.


LAMPIRAN

NO Hal hal unik / ada Keterangan / uraian pertanyaan


menarik yang di ya tidak
temukan dalam :
1 Model  Model pengembangan yang di lakukan yaitu model
pengembangan klasikal yaitu pola pembelajaran dimana
pengembangan
dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh
kegiatan
anak sama dalam satu kelas (secara klasikal).
2 Penataan  Kegiatan di lakukan di dalam Ruangan cukup luas , tempat
anak bermain dan berinteraksi dengan pengasuh dan teman
ruangan
temannya. Ada Kasur dan loker kemudian penerangan juga
cukup bagus.
3 Kegiatan yang di  Anak anak secara Bersama sama melakukan kegiatan yang
di sediakan oleh pengasuhnya yaitu bermain lego ,
lakukan anak
Menyusun berdasarkan warna menjadi bentuk bendera
4 Alat peraga (  lego
APE ) yang di
gunakan
5 Pengaturan /  Anak duduk bersama dengan pengasuh berada di antara
mereka
Pengelompokan
anak
6 Cara pendidik  Kegiatan yang di lakukan oleh pengasuh adalah melakukan
kegiatan pembukaan dengan berdoa kemudian kegiatan inti
memimpin
Bersama sama bermain lego dan terakhir dengan kegiatan
kegiatan
penutup berdoa Kembali

Anda mungkin juga menyukai