Tingkat / Kelas : II / B
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal yang berjudul “Proposal Terapi
Bermain Monopoli pada Anak Usia 10 - 12 Tahun” untuk memenuhi tugas praktik
laboratorium mata kuliah Keperawatan Anak I. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan pemikirannya.
Penulis berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan penulis juga berharap lebih agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untuk kesempurnaan
proposal ini.
Kelompok 21
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
3.6 Rencana Pelaksanaan .................................................................................................... 15
ii
BAB IV PENUTUP
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha penyembuhan dengan tujuan
untuk mencapai perkembangan secara optimal dengan bermain sebagai medianya. Dalam hal
ini perlu adanya peran serta perawat sebagai seorang terapis dalam prosedur terapi bermain
guna menyediakan materi permainan yang dipilih, dan memfasilitasi perkembangan suatu
hubungan yang baik dan aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan
mengeksplorasi dirinya melalui media permainan.
Hubungan yang baik dan aman pada perawat dan anak dapat mendukung interaksi
sosial anak terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Menurut Aminah (2021),
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan yang lainnya,
terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
atau kelompok dengan kelompok dalam arti kata setiap individu saling mempengaruhi dalam
bentuk tingkah laku yang akan memberikan dampak terhadap perkembangan tingkah laku
individu lainnya.
1.2 Tujuan
Anak dapat mengembangkan kreativitas dengan aktivitas bermain monopoli dan anak
dapat beradaptasi efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat.
1
d. Beradaptasi dengan lingkungan
1
e. Mempererat hubungan perawat dan anak
1.3 Manfaat
a. Bagi anak
b. Bagi perawat/terapis
Dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan anak/pasien, serta
membantu proses perawatan anak dengan cara membangun mood pada anak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nikmatur Rohmah (2018), adapun tujuan terapi bermain antara lain :
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dengan perawat, karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien.
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri.
5. Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya
3
2.3 Klasifikasi Bermain berdasarkan Kelompok Usia
Visual :
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
4
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
Auditory :
Kinestatik Taktil :
5
4. Usia 7 – 9 Bulan
Visual :
a. Berikan mainan warna terang yang lebih besar, dapat bergerak dan
berbunyi khas
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
Auditory :
6
b. tunjukkan bagian- bagian tubuh
Kinestatatik Taktil :
a. Pararel play
e. Boneka tangan
f. Cerita bergambar
a. Cooperative play
7
2. 4 Prinsip Bermain
a.Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan
f. Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan pasif
Perawat juga harus menetapkan jenis alat permainan yang akan digunakan.
Alat permainan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan alat permainan yang
dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain
melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan harga terjangkau. Yang penting
adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreatifitas perawat
dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.
Selanjutnya perawat harus dapat menguraikan proses bermain yang akan
dilakukan. Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi
dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan
8
pada anak, permainan tidak boleh diteruskan. Proses dalam melakukan permainan
merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya. Pada akhir kegiatan
8
bermain, perawat hendaknya melakukan evaluasi secara menyeluruh dengan cara
membandingkan pelaksanaan bermain dengan tujuan yang telah ditetapkan semula.
Tuliskan pula hambatan yang ditemui selama kegiatan bermain, terutama apabila
bermain dilakukan secara berkelompok dan melibatkan orang tua anak yang ikut
bermain. Hal positif yang perlu dipertimbangkan, hasil permainan anak dalam
bentuk gambar atau benda dari melipat kertas dapat dijadikan dekorasi di ruang
rawat anak, sekaligus juga berikan pujian dan penghargaan terhadap apa yang telah
dilakukan anak dengan baik.
b. Usia toddler
3) creative material
c. Usia sekolah
9
Bermain di rumah sakit berdasarkan tujuan:
3) Minta anak mengisi spuit dengan minuman dan semprotkan ke dalam mulut
4) Buat poster kemajuan, berikan pujian bila anak mau minum dalam
jumlah yang ditentukan
7) lakukan lomba balap sepeda roda tiga atau kursi roda di area yang aman
10
9) Mainkan plastisin
f. Bermain bersenang-senang
1) Menyanyi bersama-sama
11
BAB III
Anak akan merespon terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya atau
area sekelilingnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-
kejadian peristiwa yang mereka lakukan, pada benda-benda yang ada di sekitarnya,
mereka memiliki minat yang luas dan tersebar di lingkungannya.
Anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang
mereka lihat disekeliling mereka dan ingin mereka ketahui.
Anak memiliki ciri khas selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat.karna rasa ingin tau mereka lbih besar.
Pada setiap anak memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna bagi kita.
12
3.2 Pengertian Permainan Monopoli
Permainan monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di
dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui
pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan.
Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya dan
apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain ia dapat membeli petak itu
sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain
itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan (Erma Yulaini, 2017).
1. Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi
dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa
yang dikomunikasikan anak lain atau orang lain.
13
3. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
13
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi dengan cara lain seringkali dapat
dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam
kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan
menjadi pemimpin tentara mainan.
4. Sumber bermain
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, melalui buku, televisi,
atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh dari belajar dirumah atau disekolah
7. Belajar bermasyarakat
Dengan bermain bersama, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
tersebut.
8. Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik
dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain
dalam kelompok bermain.
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang
disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus
menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
14
10. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar
bekerja sama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.
1. Menyenangkan
Permainan monopoli ini adalah salah satu permainan yang tidak membosankan dan
menarik karena dalam permainan ini dapat belajar menyusun strategi, dan
meningkatkan rasa ingin tahu serta permainan ini dapat dimainkan oleh siapapun
karena terdapat aturan-aturan yang mudah dipahami.
Permainan monopoli merupakan bentuk sistem ekonomi, tawar menawar, jual dan
beli dengan cara melempar dadu. Secara tidak langsung permainan ini dapat
meningkatkan kecerdasan anak karena di dalam permainan tersebut anak dapat belajar
menyusun strategi.
Permainan monopoli bukanlah permainan yang berbahaya karena permainan ini ada
yang bentuknya papan, dan kertas serta properti-properti lain yang sama sekali tidak
tajam sehingga sangat aman bila dimainkan.
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain monopoli pada anak usia 10 – 12 tahun
15
E. Sasaran
15
Kegiatan ini ditujukan pada pasien di Ruang Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
yang memenuhi kriteria :
4. Pasien kooperatif
G. Pengorganisasian
Peran :
b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang lemah atau mendominasi
Peran :
16
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
Peran :
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok, baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
H. Susunan Kegiatan
17
2. Kegiatan Bermain 1. Mendengarkan 30 menit
1. Leader menjelaskan dan
cara permainan memperhatikan
2.Membagikan 2. Menerima
permainan permainan
3. Leader dan fasilitator 3. Anak antusias
memotivasi anak bermain
4. Observer mengamati 4. Anak antusias
anak bermain
I.
18
II. Setting Ruangan
observer
Anak ortu
J.Evaluasi
1. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi bermain dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama
2. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dan motorik kasar dengan
menyelesaikan permainan dan mendapatkan hasil yang maksimal
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak senang setelah mengikuti permainan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha penyembuhan dengan tujuan
untuk mencapai perkembangan secara optimal dengan bermain sebagai medianya. Terapi
bermain yang dipilih oleh kelompok adalah Terapi bermain monopoli. Permainan monopoli
adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan bermain monopoli
pada anak untuk memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak,
permainan ini juga memiliki fungsi sebagai perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi,
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi energi emosional yang
terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber bermain, rangsangan bagi
kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar
bermain sesuai jenis kelamin, dan perkembangan ciri pribadi yang diinginkan, permainan
monopoli juga mempunyai prinsip yaitu : menyenangkan, membangun kecerdasan, aman dan
tidak berbahaya.
4.2 Saran
1. Orang Tua
Bagi orang tua yang mempunyai anak usia 10-12 tahun dan dirawat di rumah sakit,
diharapkan dapat mendampingi dan memperhatikan kebutuhan anak selama dirawat
termasuk kebutuhan bermainnya.
2. Rumah Sakit
diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak dalam memberikan
perhatikan dan terapi bermain sesuai dengan usia,
20
pihak rumah sakit juga diharapkan dapat memberikan ruang dan fasilitas untuk terapi
bermain.
3. Mahasiswa
diharapkan dapat menjadi referensi untuk proses dalam belajar, sehingga dapat
diaplikasikan dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Sri, dkk. (2018). Terapi Bermain pada Anak Pra – Sekolah untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan saat Hospitalisasi di RSUD Kudus.
Jurnal Pengabdian Kesehatan, 1(1), 46 – 53.
Lestari, F., Maylita, F., & Juniwati, P. D. (2020). Memahami Karakteristik Anak.
Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia.
Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep Bermain pada Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 5(2), 106 – 117.
22