Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MONOPOLI

PADA ANAK USIA 10 - 12 TAHUN

Disusun oleh : Kelompok 21

Nama : Natalia Putri Widiawati (201923067)

Nur Zahra Ikaputri Ardianto (201923068)

Para Mesti Marsa Adristi (201923069)

Tingkat / Kelas : II / B

Mata Kuliah : Keperawatan Anak I

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal yang berjudul “Proposal Terapi
Bermain Monopoli pada Anak Usia 10 - 12 Tahun” untuk memenuhi tugas praktik
laboratorium mata kuliah Keperawatan Anak I. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan pemikirannya.

Penulis berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan penulis juga berharap lebih agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untuk kesempurnaan
proposal ini.

Yogyakarta, 12 Juli 2021

Kelompok 21

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Terapi Bermain .............................................................................................. 3

2.2 Tujuan Terapi Bermain ................................................................................................... 3

2.3 Klasifikasi Bermain Berdasarkan Usia ........................................................................... 4

2.4 Prinsip Bermain ............................................................................................................... 8

2. 5 Teknik Bermain ............................................................................................................. 8

2.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan.................................................................................... 9

2.7 Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan.................................................................. 11

BAB III TERAPI BERMAIN MONOPOLI

3.1 Karakteristik Anak Usia10-12 Tahun............................................................................. 12

3.2 Pengertian Permainan Monopoli ................................................................................... 13

3.3 Tujuan Bermain Monopoli ........................................................................................... 13

3.4 Fungsi Bermain Monopoli .............................................................................................


13

3.5 Prinsip Bermain Monopoli .............................................................................................15

ii
3.6 Rencana Pelaksanaan .................................................................................................... 15

ii
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 20

4.2 Saran .............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


22

iii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha penyembuhan dengan tujuan
untuk mencapai perkembangan secara optimal dengan bermain sebagai medianya. Dalam hal
ini perlu adanya peran serta perawat sebagai seorang terapis dalam prosedur terapi bermain
guna menyediakan materi permainan yang dipilih, dan memfasilitasi perkembangan suatu
hubungan yang baik dan aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan
mengeksplorasi dirinya melalui media permainan.

Hubungan yang baik dan aman pada perawat dan anak dapat mendukung interaksi
sosial anak terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Menurut Aminah (2021),
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan yang lainnya,
terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
atau kelompok dengan kelompok dalam arti kata setiap individu saling mempengaruhi dalam
bentuk tingkah laku yang akan memberikan dampak terhadap perkembangan tingkah laku
individu lainnya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Anak dapat mengembangkan kreativitas dengan aktivitas bermain monopoli dan anak
dapat beradaptasi efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak dapat :

a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan

c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

1
d. Beradaptasi dengan lingkungan

1
e. Mempererat hubungan perawat dan anak

1.3 Manfaat

a. Bagi anak

Dapat membantu proses perawatan, mengembangkan komunikasi, dan pola berpikir


anak, melatih interaksi sosial serta anak dapat beradaptasi dengan lingkungan.

b. Bagi perawat/terapis

Dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan anak/pasien, serta
membantu proses perawatan anak dengan cara membangun mood pada anak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Terapi Bermain

Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan dampak


hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakinin paling
efektif adalah dengan terapi bermain. Terapi bermain merupakan aktivitas bermain yang
dilakukan pada anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit untuk memfasilitasi tumbang
anak. Pada saat bermain, anak memiliki kesempatan untuk “memainkan‟ perasaan dan
permasalahannya, anak merasa menjadi orang yang paling penting, mengatur situasi dan
dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif untuk anak yang sedang
mengalami kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi (Nikmatur Rohmah, 2018)

2.2 Tujuan Terapi Bermain

Menurut Nikmatur Rohmah (2018), adapun tujuan terapi bermain antara lain :

1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dengan perawat, karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien.

2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.

3. Permainan anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih, tegang, dan nyeri.

4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk


mempunyai tingkah laku yang positif.

5. Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya

3
2.3 Klasifikasi Bermain berdasarkan Kelompok Usia

1. Usia 0-1 Bulan

Visual :

a. Tatap bayi dalam jarak dekat


b. Gantung benda-benda yang berwarna menyolok 20-25 cm di atas
muka bayi
c. Letakkan bayi pada posisi yang memungkinkan bayi memandang
bebas ke sekelilingnya

Auditory :

a. Berbicara dengan bayi


b. Menyanyi dengan suara lembut
c. Box musik
d. Mendengar tape atau radio
e. Mendengar suara dan melihat dari TV

Kinestatik Taktil :

a. Dipeluk dan digendong


b. Diayun
c. Diletakkan di kereta gendong

2. Usia 2-3 Bulan

Visual :

a. Beri obyek warna yang terang


b. Tempatkan pada
c. Ruangan yang terang dengan gambar-gambar dan kaca di dinding
d. Letakkan bayi agar dapat memandang sekitar

4
Auditory :

a. Berbicara dengan bayi


b. Memberi mainan yang berbunyi, seperti lonceng atau kerincingan
c. Melibatkan anggota keluarga lain untuk selalu berkomunikasi dengan
bayi

Kinestatik Taktil :

a. Membelai waktu mandi


b. Mengganti pakaian dan menyisir rambut dengan lembut
c. Ajak bayi jalan- jalan dengan kereta dorong
d. Latihan gerakan seperti berenang

3. Usia 4-6 Bulan

Visual :

a. Letakkan bayi di depan cermin


b. Beri bayi mainan yang berwarna terang dan dapat dipegang

Auditory :

a. Ajak anak berbicara dan ulangi suara-suara yang dibuatnya


b. Senyum saat bayi tersenyum dan panggil namanya
c. Berikan mainan yang menimbulkan bunyi/ bel pada tangannya

Kinestatik Taktil :

a. Beri anak mainan dalam berbagai tekstur (lembut/kasar)


b. Ajak anak bermain di dalam bak mandi
c. Sokong ketika anak duduk
d. Tempatkan anak di lantai untuk merangkak

5
4. Usia 7 – 9 Bulan

Visual :

a. Berikan mainan warna terang yang lebih besar, dapat bergerak dan
berbunyi khas

b. Tempatkan cermin agar anak bisa melihat dirinya

c. Bermain “ciluuk…ba….” dan muka lucu

Auditory :

a. Panggil nama anak


b. Ajarkan kata-kata simpel : “mama…”, “papa….”, “dada….”
c. Bicara anak dengan kata-kata yang jelas
d. Ajarkan nama- nama bagian- bagian tubuh
e. Beritahukan apa yang dilakukan ibunya
f. Beri perintah yang sederhana

Kinestatik Taktil :

a. Meraba bahan berbagai tekstur


b. Bermain air mengalir
c. Berdiri untuk belajar menahan berat badan
d. Meletakkan mainan agak jauh dan perintahkan anak mengambilnya.

5. Usia 10-12 bulan

Visual :

a. perlihatkan gambar-gambar dalam buku, bawa anak ke tempat lain seperti


kebun binatang, shooping center
b. ajarkan anak membuat menara balok

Auditory :

a. kenalkan suara- suara binatang

6
b. tunjukkan bagian- bagian tubuh

Kinestatatik Taktil :

a. kenalkan benda dingin dan hangat


b. berikan mainan yang dapat ditarik dan didorong

6. Usia 2-3 Tahun

a. Pararel play

b. Memanjat, berlari dan memainkan sesuatu di tangannya

c. Berikan mainan imitasi sesuai dengan perbedaan seks, boneka, alat


memasak, furnitur mini

d. Ajarkan untuk berbicara saat bermain, main telpon-telponan, boneka yang


bisa berbicara

e. Boneka tangan

f. Cerita bergambar

g. Water toys, busa sabun, boks pasir

7. Usia 4-5 Tahun

a. Assosiative play, dramatic play, dan skill play


b. Melompat, berbicara dan mengingat, bermain sepeda dan bermain dalam
kelompok

8. Usia 6-12 Tahun

a. Cooperative play

b. Belajar untuk independent, kooperatif, bersaing dan menerima orang lain

c. Anak laki-laki: mekanikal ; anak perempuan: mothers role

9. Usia 13-18 Tahun

a. sepak bola, badminton, drama dan buku-buku

7
2. 4 Prinsip Bermain
a.Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan

b. Tidak membutuhkan banyak energi

c. Harus mempertimbangkan keamanan anak

d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama

e. Melibatkan orang tua

f. Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan pasif

2.5 Teknik Bermain

Tehnik bermain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: tetapkan


tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain
anak mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangakan tujuan yang
ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu
menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan
takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri. Perawat harus menguraikan kegiatan
bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya sebagai fasilitator
dan kegiatn bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan orang tuanya.
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang ditetapkan
seblumnya, apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan
jelas aktifitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orangtua
setiap anak.

Perawat juga harus menetapkan jenis alat permainan yang akan digunakan.
Alat permainan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan alat permainan yang
dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain
melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan harga terjangkau. Yang penting
adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreatifitas perawat
dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.
Selanjutnya perawat harus dapat menguraikan proses bermain yang akan
dilakukan. Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi
dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan

8
pada anak, permainan tidak boleh diteruskan. Proses dalam melakukan permainan
merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya. Pada akhir kegiatan

8
bermain, perawat hendaknya melakukan evaluasi secara menyeluruh dengan cara
membandingkan pelaksanaan bermain dengan tujuan yang telah ditetapkan semula.
Tuliskan pula hambatan yang ditemui selama kegiatan bermain, terutama apabila
bermain dilakukan secara berkelompok dan melibatkan orang tua anak yang ikut
bermain. Hal positif yang perlu dipertimbangkan, hasil permainan anak dalam
bentuk gambar atau benda dari melipat kertas dapat dijadikan dekorasi di ruang
rawat anak, sekaligus juga berikan pujian dan penghargaan terhadap apa yang telah
dilakukan anak dengan baik.

2.6 Hal-hal yang harus diperhatikan


Dalam aktifitas bermain di rumah sakit antara lain: alat-alat bermain, tempat
bermain, pelaksanaan aktivitas bermain. Contoh permainan yang dapat
digunakanpada anak di ruang rawat (Nikmatur Rohmah, 2018) adalah sebagai
berikut :
Bermain di Rumah Sakit berdasarkan usia
a. Usia infant.

1) mainan bergerak dan berbunyi

2) ayunan atau dipangku oleh ibu atau perawat

3) jika mampu, beri kesempatan anak untuk merangak atau stimulasi


untuk berjalan.

b. Usia toddler

1) bermain balok susun di atas tempat tidur

2) mendengarkan musik dari tape atau radio

3) creative material

c. Usia sekolah

1) game, buku bacaan, magic crayon

2) radio atau tape

3) nonton TV dan kemudian mendiskusikannya

9
Bermain di rumah sakit berdasarkan tujuan:

a. Meningkatkan masukan cairan

1) Gunakan cangkir bergambar kecil yang lucu

2) Buat pesta teh di meja kecil

3) Minta anak mengisi spuit dengan minuman dan semprotkan ke dalam mulut

4) Buat poster kemajuan, berikan pujian bila anak mau minum dalam
jumlah yang ditentukan

5) Bermain boneka simon’s says

b. Latihan nafas dalam

1) bermain meniup busa sabun atau bola kapas

2) simon’s says: “ambil nafas dalam” meniup gelembung dengan peniup

3) meniup gelembung dengan sedotan tanpa sabun

4) meniup bulu, balon, peluit, harmonika, terompet mainan, peniup pesta

5) lakukan kontes meniup dengan menggunakan balon, bola kapas, bulu,


bola pingpong, selembar kertas

c. Latihan otot, rentang gerak dan ektremitas

1) bermain simon’s says “angkat tangan..”

2) lempar dan tangkap bola

3) memainkan gerakan tiruan seperti pesawat, kupu-kupu

4) bermain tendangan bola: lemparkan benda atau bola ke dalam tempat


yang diam.

5) sentuh dan tendang balon atau bola

6) mainkan gerakan burung atau kupu-kupu

7) lakukan lomba balap sepeda roda tiga atau kursi roda di area yang aman

8) mainkan video game atau pinnball

10
9) Mainkan plastisin

10) Buat gambar di kertas yang besar

11) Main salon-salonan (menyisir rambut sendiri)

d. Bermain untuk injeksi

1) Mintalah anak untuk berhitung 1-10 selama injeksi

e. Bermain untuk ambulasi

1) Berikan pada anak sesuatu untuk didorong

f. Bermain bersenang-senang

1) Menyanyi bersama-sama

2.7 Antisipasi untuk meminimalkan hambatan

1. Membatasi waktu bermain.

2. Permainan bervariasi/ tidak monoton.

3. Jadwal bermain disesuaikan à tidak pada waktu terapi.

4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.

5. Melibatkan perawat dan orangtua

11
BAB III

TERAPI BERMAIN MONOPOLI

3.1 karakteristik Anak Usia 10-12 Tahun

1. Anak Merespon (Menaruh Perhatian)

Anak akan merespon terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya atau
area sekelilingnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-
kejadian peristiwa yang mereka lakukan, pada benda-benda yang ada di sekitarnya,
mereka memiliki minat yang luas dan tersebar di lingkungannya.

2. Anak Adalah Seorang Penyelidik

Anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang
mereka lihat disekeliling mereka dan ingin mereka ketahui.

3. Anak Ingin Berbuat

Anak memiliki ciri khas selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat.karna rasa ingin tau mereka lbih besar.

4. Anak Mempunyai Minat Yang Kuat

Pada setiap anak memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna bagi kita.

5 Anak Kaya Akan imaginasi

Pada karakter ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang


dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga siswa dapat memahami orang

12
3.2 Pengertian Permainan Monopoli

Permainan monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di
dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui
pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan.
Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya dan
apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain ia dapat membeli petak itu
sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain
itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan (Erma Yulaini, 2017).

3.3 Tujuan Bermain Monopoli

Tujuan bermain pada anak adalah memberikan kesenangan maupun mengembangkan


imajinasi anak. sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan efektif sehingga anak akan dapat mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas, dan penuh inovatif.

3.4 Fungsi Bermain Monopoli

Fungsi utama bermain yaitu merangsang perkembangan sensoris-motorik,


perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Fungsi khusus dari bermain
monopoli adalah melatih ketangkasan, berstrategi, kedisiplinan, pengetahuan dan
keterampilan sosial, sehingga permainan dapat menumbuhkan perkembangan emosi, bahasa,
sosial, kreativitas siswa, dan kecerdasan.

1. Dorongan berkomunikasi

Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi
dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa
yang dikomunikasikan anak lain atau orang lain.

2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang


disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.

13
3. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan

13
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi dengan cara lain seringkali dapat
dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam
kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan
menjadi pemimpin tentara mainan.

4. Sumber bermain

Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, melalui buku, televisi,
atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh dari belajar dirumah atau disekolah

5. Rangsangan bagi kreativitas

Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang


sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka
dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

6. Perkembangan wawasan diri

Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan


temannya bermain. Ini memingkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya
dengan lebih pasti dan nyata.

7. Belajar bermasyarakat

Dengan bermain bersama, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
tersebut.

8. Standar moral

Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik
dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain
dalam kelompok bermain.

9. Belajar bermain sesuai jenis kelamin

Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang
disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus
menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.

14
10. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan

Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar
bekerja sama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

3.5 Prinsip Bermain Monopoli

1. Menyenangkan

Permainan monopoli ini adalah salah satu permainan yang tidak membosankan dan
menarik karena dalam permainan ini dapat belajar menyusun strategi, dan
meningkatkan rasa ingin tahu serta permainan ini dapat dimainkan oleh siapapun
karena terdapat aturan-aturan yang mudah dipahami.

2. Membangun kecerdasan anak

Permainan monopoli merupakan bentuk sistem ekonomi, tawar menawar, jual dan
beli dengan cara melempar dadu. Secara tidak langsung permainan ini dapat
meningkatkan kecerdasan anak karena di dalam permainan tersebut anak dapat belajar
menyusun strategi.

3. Aman dan tidak berbahaya

Permainan monopoli bukanlah permainan yang berbahaya karena permainan ini ada
yang bentuknya papan, dan kertas serta properti-properti lain yang sama sekali tidak
tajam sehingga sangat aman bila dimainkan.

3.6 Rencana Pelaksanaan

A. Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain monopoli pada anak usia 10 – 12 tahun

B. Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak

C. Hari / Tanggal : Kamis / 15 Juli 2021

Waktu : 40 menit / 09.00 – 09.40

D. Tempat : Ruang playground Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

15
E. Sasaran

15
Kegiatan ini ditujukan pada pasien di Ruang Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
yang memenuhi kriteria :

1. Anak usia 10 – 12 tahun sebanyak 3 orang

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Pasien kooperatif

F. Sarana dan Media

1. Sarana : Playground dan karpet untuk duduk

2. Media : Permainan monopoli

G. Pengorganisasian

Adapun susunan organisasinya sebagai berikut :

1. Leader : Nur Zahra

Peran :

a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi agar tercipta situasi


dan suasana yang memungkinkan agar pasien termotivasi dalam
mengekspresikan perasaannya

b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang lemah atau mendominasi

c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan ke arah pencapaian tujuan


dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
tersebut

2. Observer : Natalia Putri

Peran :

a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain

b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

16
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain

d. Menilai performa dari setiap tim terapi dalam memberikan terapi

3. Fasilitator : Para Mesti

Peran :

a. Mempertahankan kehadiran peserta

b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok, baik dari luar maupun
dari dalam kelompok

H. Susunan Kegiatan

N Kegiatan Respon Anak Waktu


o.

1. Pembukaan 1. Menjawab salam 5 menit


1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri dan
terapis memperhatikan
3. Memperkenalkan anak 3. Anak saling
satu persatu berkenalan
4. Kontrak waktu dengan
temannya
4. Menyetujui

17
2. Kegiatan Bermain 1. Mendengarkan 30 menit
1. Leader menjelaskan dan
cara permainan memperhatikan
2.Membagikan 2. Menerima
permainan permainan
3. Leader dan fasilitator 3. Anak antusias
memotivasi anak bermain
4. Observer mengamati 4. Anak antusias

anak bermain

3. Penutup 1. Selesai bermain 5 menit


1. Leader menghentikan 2. Mengungkapkan
permainan perasaan
2. Menanyakan perasaan 3. Anak tampak
anak senang
3. Membagikan 4. Menjawab salam
souvenir / kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
4. Salam penutup

I.

18
II. Setting Ruangan

observer

Fasiliator Media leader

Anak ortu

J.Evaluasi
1. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi bermain dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama
2. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dan motorik kasar dengan
menyelesaikan permainan dan mendapatkan hasil yang maksimal
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak senang setelah mengikuti permainan

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha penyembuhan dengan tujuan
untuk mencapai perkembangan secara optimal dengan bermain sebagai medianya. Terapi
bermain yang dipilih oleh kelompok adalah Terapi bermain monopoli. Permainan monopoli
adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan bermain monopoli
pada anak untuk memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak,
permainan ini juga memiliki fungsi sebagai perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi,
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi energi emosional yang
terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber bermain, rangsangan bagi
kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar
bermain sesuai jenis kelamin, dan perkembangan ciri pribadi yang diinginkan, permainan
monopoli juga mempunyai prinsip yaitu : menyenangkan, membangun kecerdasan, aman dan
tidak berbahaya.

4.2 Saran

1. Orang Tua

Bagi orang tua yang mempunyai anak usia 10-12 tahun dan dirawat di rumah sakit,
diharapkan dapat mendampingi dan memperhatikan kebutuhan anak selama dirawat
termasuk kebutuhan bermainnya.

2. Rumah Sakit

diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak dalam memberikan
perhatikan dan terapi bermain sesuai dengan usia,

20
pihak rumah sakit juga diharapkan dapat memberikan ruang dan fasilitas untuk terapi
bermain.

3. Mahasiswa

diharapkan dapat menjadi referensi untuk proses dalam belajar, sehingga dapat
diaplikasikan dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Sri, dkk. (2018). Terapi Bermain pada Anak Pra – Sekolah untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan saat Hospitalisasi di RSUD Kudus.
Jurnal Pengabdian Kesehatan, 1(1), 46 – 53.

Lestari, F., Maylita, F., & Juniwati, P. D. (2020). Memahami Karakteristik Anak.
Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia.

Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep Bermain pada Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 5(2), 106 – 117.

Rohman, N. (2018). Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas Muhammadiyah


Jember.

Siti, Aminah. (2021). Penerapan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Interaksi


Sosial Pada Anak Autis Di Yayasan Rumah Mentari Kecamatan Sidoharjo
Kabupaten Pringsewu. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung.

Wati, E. (2018). Pengembangan Permainan Aktivitas Jasmani Dalam Meningkatkan


Kemampuan Fisik Motorik Anak Di Paud Permata Bunda. Skripsi, 19-20.

Yulaini, Erma. (2017). Permainan Monopoli Sebagai Media Pembelajaran Ekonomi


Bagi Siswa Tingkat Sekolah Menengah Atas. Prosiding Dosen Universitas
PGRI Palembang Edisi 12.

22

Anda mungkin juga menyukai