Anda di halaman 1dari 30

PERILAKU INDIVIDU KELAS V DI MIS NURUL HUDA

DUSUN MUDO

Mini Riset
Disusun untuk memenuhi syarat ujian semester
Mata kuliah psikologi pendidikan

Oleh:

1. Dina Hadira NIM : T.PAI.2020.043

2. Hayatul Saidah NIM : T.PAI.2020.099

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH MAULANA QORI BANGKO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt, atas berkat rahmat-
nya penulis dapat menyelesaikan sebuah mini riset yang berjudul’’
Perilaku Individu kelas V di MIS Nurul Huda Dusun Mudo . sholawat
beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut
dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat
dan Patuh pada ajaranya, dan berkat beliau pula mampu mengubah
dari zaman jahiliyah menjadi zaman ilmiah yang penuh dengan
inovasi ilmu- ilmu baru.Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bapak Syarul Alimarno, S. Pd, M. Pd .I. selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas yang telah membantu dalam menyelasikan
mini riset ini.Saya menyadari bahwa mini riset ini masih memiliki
kekurangan, oleh sebab itu saya akan sangat berterima kasih sekiranya
mendapat kritik dan masukan yang positif untuk kesempurnaan mini
riset ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik allah Yang
Maha kuasa.Demikianlah mini riset ini penulis buat semoga dapat
memberi manfaat kepada pembaca.
Wassalamuaikum wr. wb.

Bangko, januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................
B. Batasan Masalah..........................................................................................
C. Rumusan Masalah........................................................................................
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................
E. Manfaat........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN METODE PENELITIAN........................


1. Kajian teori..................................................................................................
2. Metode Penelitian........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN...................................


A. Temuan umum.............................................................................................
B. Pembahasan Hasil........................................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai makhluk sosial, manusia akan menampilkan perilaku tertentu
antara lain interaksi individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
sosialnya. Di dalam interaksi – interaksi sosial tersebut, akan terjadi
peristiwa saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang
lain. Hasil dari perilaku tersebut adalah perilaku sosial.
Sejalan dengan hal di atas banyak pengertian perilaku sosial yang
dikemukakan oleh para ahli. salah satu diantaranya Hurlock (1998:250)
mengemukakan bahwa perilaku sosial menunjukan terdapatnya tingkah
laku sosial yang sesuai dengan tuntutan sosial atau kemampuan untuk
menjadi orang yang bermasyarakat. Sobariah (2005:21) mendefinisikan
bahwa suatu perbuatan atau tingkah laku yang ditampilkan individu dalam
situasi sosial dengan teman sebaya baik individual maupun kelompok.
Hubungan teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan
sosial yang normal pada masa remaja. Berdasarkan penelitian Roff, Sells
dan Golden, 1972 (Santrock, 2003:220) mengatakan bahwa hubungan
teman sebaya yang buruk pada masa anak – anak berkaitan dengan
berhentinya dari sekolah dan kenakalan yang terjadi pada masa remaja
akhir. Sedangkan hasil penelitian (Hightower, 1990) lain mengatakan
bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja
berhubungan denga kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan
(Santrock, 2003:220)

Fenomena yang terjadi pada kebanyak remaja yang gagal


berhubungan sosial dengan teman sebaya, sehingga mereka diabaikan dan
ditolak dalam kelompok teman sebaya, seperti perilaku tertutup atau pasif,
sehingga remaja yang menarik dirinya dari hubungan positif dengan orang
lain akan memilih menyendiri, dan bahkan mereka enggan mengikuti
kegiatan – kegiatan dalam sekolah (Ekstrakulikuler) atau acuh tak acuh
terhadap lingkungannya. Hal ini tentunya sangat merugikan, mereka akan
kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman yang hanya bisa
didapat dalam keanggotaan kelompok.
Selain perilaku pasif, banyak juga remaja yang berperilaku agresif,
seperti berbuat keonaran, menghina orang lain, membual, berpakaian yang
tidak sesuai dengan aturan dan bersikap kasar. Perilaku yang demiakan itu
menyebabkan teman sebaya cenderung menjauhi, sehingga mereka akan
tersisihkan oleh teman sebaya yang lainnya.
Baik perilaku tertutup atau perilaku agresif, sangat berbahaya bagi
perkembangan psikologinya. Oleh karena itu mereka butuh dukungan baik
dari keluarga maupun dari sekolah untuk membantu merubah perilaku
sosial yang sesuai dengan tuntunan lingkungan.
Berbicara tentang sekolah, merupakan sarana efektif untuk membina
perkembangan sikap dan perilaku sosial anak atau remaja secara tepat.
Disana anak atau remaja bisa berinteraksi secara sosial dengan guru dan
teman sebaya yang berasal dari beragam latar belakang dan budaya. Para
siswa akan lebih sering bertemu dan berganti guru di kelas. Perilaku sosial
di titik beratkan pada teman sebaya, aktivitas ekstrakulikuler, dan
kegiatan organisasi yang ada disekolah. Sehingga mungkin bukan hanya
akan berpengaruh pada perilaku sosial saja, namun berpengaruh juga pada
prestasi belajar anak.
Tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa : Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (UU
SISDIKNAS:2003).
Peserta didik merupakan suatu organisme yang sedang tumbuh dan
berkembang. Setiap dari peserta didik memiliki potensi masing-masing
seperti bakat, minat, kebutuhan dan lain-lain. Oleh karena itu para peserta
didik butuh dan perlu dikembangkan memalui pendidikan dan pengajaran,
sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Dalam era modern ini di bidang
pendidikan, perbedaan karakteristik peserta didik perlu dipertimbangkan
dan diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, setiap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah harus sesuai dengan
karakteristik, gaya belajar, dan kecerdasan masing masing peserta didik.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yeti dan Mumuh (2014: 72) yang
menyatakan bahwa peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan
objek utama yang kepadanya ialah segala yang berhubungan dengan
aktivitas pendidikan dirujukkan. Melihat penjelasan diatas, karakteristik,
gaya belajar, kecerdasan peserta didik merupakan hal yang perlu diketahui
oleh pelaksana pendidikan terutama pendidik yang secara langsung
mendidik peserta didik tersebut. Bagi sesama peserta didik juga perlu
diketahui agar dapat bertoleransi dengan sesama peserta didik yang
memiliki perbedaan karakteristik. Guru dapat memberikan contoh sikap
penerimaan dan toleransi sehingga peserta didik merasa nyaman di
sekolah sekaligus untuk menanamkan nilai-nilai dan bahkan menikmati
perbedaan diantara mereka tanpa adanya rasa curiga (Law Nolte & Harris,
2016: 137). Dengan demikian karakteristik, gaya belajar, dan kecerdasan
peserta didik perlu diketahui dan dipahami oleh para pelaksana pendidik
agar dapat merancang rencana pelaksaanan pendidik dengan optimal.
Dengan demikian juga jika masing masing karakterisitik peserta didik
dipahami maka masing masing peserta didik akan merasa diperhatikan dan
akan melaksanakan pembelajaran dengan menyenangkan tanpa tekanan.
Siswa Kelas V MIS Nurul Huda telah mendapakan pengarahan,
bimbingan serta pembinaan melalui ekstrakulikuler ataupun langsung dari
guru – guru di sekolah, namun ternyata setelah diadakan penelitian awal,
masih terdapat siswa yang berperilaku kurang baik sehingga diduga
mempengaruhi pada prestasi belajar.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “ Perilaku Individu
Kelas V Di MIS Nurul Huda ”.

B. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami permasalahan
yang akan dibahas, maka perlu diberikan pembatasan masalah. Dalam hal
ini penulis membatasinya permasalahan yaitu bagaimana perilaku awal,
perilaku positif dan negatif dan faktor yang mempengaruhi perilaku.

C. Rumusan Masalah
Dengan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan masalah
penelitiannya adalah:

a. Bagaimana Perilaku Awal Siswa Kelas V di MIS Nurul Huda Dusun


Mudo ?
b. Bagaimana Perilaku Positif dan Perilaku Negatif siswa Kelas V di MIS
Nurul Huda Dusun Mudo ?
c. Bagaimana Faktor yang mempengaruhi perilaku Siswa Kelas V di MIS
Nurul Huda Dusun Mudo ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian yang ingin dicapai adalah :

a. Mengetahui Bagaimana Perilaku Awal Siswa Kelas V di MIS Nurul


Huda Dusun Mudo ?
b. Mengetahui Bagaimana Perilaku Positif dan Perilaku Negatif siswa
Kelas V di MIS Nurul Huda Dusun Mudo ?
c. Mengetahui Bagaimana Faktor yang mempengaruhi perilaku Siswa
Kelas V di MIS Nurul Huda Dusun Mudo ?
E. Manfaat Penelitian
Dengan berakhirnya kegiatan penelitian ini diharapkan hasilnya
mempunyai manfaat yang antara lain sebagai berikut :

a. Bagi orang tua

Sebagai masukan agar sentiasa memantau, memperhatikan,


membimbing, dan mengasuh anak-anaknya dengan baik sesuai
karakter anak-anaknya.
b. Bagi Lembaga
Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat
dijadikan sebagai acuhan guna penelitian lebih lanjut. Sebagai
masukan agar sentiasa memantau, memperhatikan, membimbing, dan
mengasuh anak-anaknya dengan baik sesuai karakter anak-anaknya.

c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini agar dapat memberi dorongan siswa agar
menunjukan prestasi dalam belajarnya

d. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan


Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat
dijadikan sebagai acuhan guna penelitian lebih lanjut.
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN METODE PENELITIAN

A. Perilaku Awal
Dalam ilmu psikologi, perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu
dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak
sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang tidak dirasakan.
Dalam interaksinya, seseorang bisa menimbulkan perilaku yang bermacam-
macam. Bila dikaitkan dengan belajar dan pendidikan, perilaku bergeser
mengalami sebuah perubahan, misalnya, perilaku buruk menjadi baik, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari tidak tahu menjadi tahu, dan lain sebagainya.
Dalam menentukan sebuah sistem instruksional, terdapat tiga macam sumber yang
dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional dalam menentukan
prilaku awal siswa, yaitu :

a. Siswa atau calon siswa

b. Orang-orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon siswa dari dekat
seperti pengajarnya terdahulu atau atasannya

c. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata pelajaran


tersebut.

Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa


yaitu kuesioner, interview, observasi, dan tes. Subjek yang memberikan informasi
diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasaan siswa atau calon
siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian.

Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih akurat adalah tes
penampilan siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta
tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi bila tes
semacam ini tidak dapat atau tidak tepat untuk dilaksanakan karena
beberapa sebab, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala
penilaian tersebut diisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap
kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sendiri sebagai self-report. Tidak
semua aspek dari keadaan siswa pada awal proses belajar mengajar sama-
sama penting; aspek mana yang penting sebagai titik tolak dalam interaksi
guru-murid selama pelajaran berlangsung tergantung dari tujuan
instruksional. Misalnya, dalam rangka pelajaran sejarah, tidak relevan
ditinjau apakah siswa sudah mampu mengapung dalam air, karena
pelajaran itu tidak bertujuan membekali siswa dengan kemampuan
berenang. Yang relevan ialah meninjau, sampai berapa jauh siswa memiliki
suatu kerangka historis, sehingga peristiwa yang terjadi pada tahun 1990
akan ditangkap sebagai peristiwa yang belum lama terjadi, dibanding
dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1950. menyelidiki apakah siswa
sudah mampu mengapungkan badannya dalam air (tingkah laku awal), baru
menjadi relevan dalam pelajaran pendidikan jasmani yang bertujuan supaya
siswa mampu berenang dengan gaya katak (tingkah laku final).

Inilah pentingnya bagi pengajar untuk mengetahui perilaku awal siswa,


karena dari perilaku inilah tergantung bagaimana proses belajar mengajar
sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-mula
ditetapkan harus mengalami perubahan. Hal ini lebih-lebih berlaku bila
perilaku awal itu menyangkut suatu kemampuan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan instruksional. Ketika pengajar telah mengetahui perilaku
awal siswa, perlu kiranya memperhatikan hasil tersebut bagi pengembangan
tujuan instruksional. Perlu diperhatikan bahwa tugas selanjutnya bagi
pengajar tidak hanya sekedar menyesuaikan perilaku awal siswa dengan
desain instruksional saja, tetapi lebih dari itu, pengajar harus mempunyai cara
dalam memodifikasi tingkah laku awal menjadi tingkah laku final yang ingin
dituju. Seorang psikolog terkenal Fred. S. Keller, merancang suatu program
modifikasi tingkah laku bagi suatu kursus non gelar dalam psikologi umum.telah
mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga prosedur-prosedurnya dipakai
untuk kursus-kursus psikologi atau bidang akademi lain di universitas-universitas
beberapa negara. Programnya tersebut menekankan kepada individualisasi dalam
kecepatan belajar, penentuan tujuan pendidikan, evaluasi yang dilakukan terus
menerus untuk menentukan tingkat kemajuan setiap siswa dalam mencapai
tujuan instruksional.

B. Perilaku Positif dan Perilaku negatif

Perilaku positif inilah yang diharapkan oleh para guru dan pihak yang
terkait. Juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan
pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Maksudnya manusia yang lengkap, selaras, dan serasi serta seimbang dalam
perkembangan segi kepribadiannya.

Sedangkan perilaku negatif ditunjukkan dengan perilaku siswa yang


menyimpang (Deviant Behavior). Penyimpangan bisa didefinisikan sebagai
setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat (Cohen, 1992:218).
Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan
ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di
dalam masyarakat. Contoh: penyimpangan meliputi kebrutalan, kelemahan
mental, kenakalan remaja, kecongkakan, kecenderungan atau ketergantungan
pada obat bius dan lain-lain. Adapun perilaku menyimpang menurut Lawang
adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma- norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial.

Penyimpangan primer. Dalam beberapa hal mungkin seseorang melakukan


tindakan penyimpangan, namun penyimpangan itu hanya bersifat temporer dan
tidak berulang. Individu yang melakukan tindak penyimpangan ini masih tetap
sebagai orang yang dapat diterima secara sosial, yaitu orang yang gaya hidupnya
tidak didominasi oleh perilaku menyimpang. Orang yang semacam ini tidak akan
menganggap dirinya sebagai orang yang menyimpang.

Penyimpangan sekunder. Dalam bentuk penyimpangan sekunder, seseorang


secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang. Masyarakat tidak bisa
menerima dan tidak menginginkan individu-individu semacam itu.

Untuk itu perlu adanya pengendalian sosial, yaitu segenap cara dalam proses
yang ditempuh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya
dapat ditindak sesuai dengan harapan kelompok masyarakat (Husain, 2004). Jadi
perilaku disini adalah bentuk kemampuan siswa dalam proses pembelajaran yang
diwujudkan melalui sikap, perbuatan yang terkandung dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotorik.

Guru tatkala akan melakukan proses pembelajaran harus mengetahui sistem


yang mempengaruhi proses kegiatannya, siapa kelompok sasaran, populasi atau
sasaran pembelajaran itu. Untuk itu guru sebelum melakukan proses
pembelajaran harus mengenal dan mengidentifikasi perilaku awal siswa.

Martinis Yamin (2007:25), mengemukakan bahwa perilaku awal siswa


adalah perilaku yang telah diperoleh siswa sebelum dia memperolah perilaku
terminal tertentu yang baru. Perilaku awal menentukan status dan ketrampilan
siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan oleh
guru. Dengan perilaku awal dapat ditentukan dari mana pengajaran harus
dimulai. Perilaku terminal menuju pada akhir pengajaran. Jadi pengajaran
berlangsung dari perilaku awal sampai ke perilaku terminal, itulah yang menjadi
tanggung jawab pengajaran.

Untuk itu berdasarkan hal tersebut, guru sebelum memulai pembelajaran


guru harus mengenal karakteristik siswa sehingga proses pembelajaran pun dapat
terlaksana seefektif mungkin dan terjadinya perubahan pada perilaku siswa.

Sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam mempengaruhi


perilaku siswa. Di sekolah siswa berinteraksi dengan siswa lain dengan para guru
yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di dalam komponen-
komponen sekolah.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Siswa

Perilaku siswa di kelas banyak dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Guru


menguasai banyak faktor yang mempengaruhi perilaku siswa. Banyak faktor
sosial yang mempengaruhi belajar siswa yang berpangaruh terhadap perilaku
siswa khususnya dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru-guru juga perlu
secara kritis berefleksi terhadap apa yang terjadi didalam kelas karena
perilaku siswa sering kali hasil reaksi dari faktor-faktor di dalam sekolah. Guru
perlu berefleksi tentang lingkungan belajar yang telah mereka ciptakan dan
apakah lingkungan tersebut melibatkan semua anak secara aktif dan bermakna.
Menurut Tulus Tu’u (2004:16), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku siswa diantaranya :

a. Lingkungan Keluarga

Perilaku siswa juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Hal ini
disebabkan karena keluarga merupakan orang-orang terdekat bagi seorang
anak. Kondisi yang baik pada keluarga cenderung memberi stimulus dan
respon yang baik dari anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Sebaliknya jika keluarga yang ada adalah keluarga broken home maka
perilaku juga cenderung terhambat disini muncul siswa-siswa yang
bermasalah dalam perilaku dan prestasi.

b. Pergaulan di luar rumah

Lingkungan ini dapat terdiri dari teman-teman, tetangga sekitar ataupun


kerabat jauh. Pergaulan luar rumah sangat sulit dibatasi, apalagi dewasa ini
pergaulan dikalangan remaja rawan terhadap ancaman penggunaan obat-
obatan terlarang.

c. Media Massa

Media massa sebenarnya bertugas mendidik masyarakat dengan


menyampaikan berita-berita yang aktual. Akan tetapi berita-berita yang ada
sering memberikan dampak negatif.

d. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan. Di sekolah nilai-nilai


etik, moral, mental, perilaku, ilmu pengetahuan dan sebagainya itu
ditumbuhkan dan dikembangkan.
Adapun menurut Nana Syaodih (2004:44), bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku individu, baik bersumber dari dalam dirinya (faktor
internal) ataupun berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal
diperoleh dari hasil keturunan dan faktor eksternal merupakan segala hal
yang diterima individu dari lingkungannya.

Perilaku sosial siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari
faktor keturunan, pembawaan, dan faktor lingkungan (Ngalim Purwanto,
2004: 68). Adapun faktor-faktor yang dimaksud akan diuraikan sebagai
berikut :

a) Faktor Keturunan dan Pembawaan

(a) Keturunan

Keturunan adalah sifat-sifat yang ada pada seseorang yang diwariskan


(jadi ada persamaannya dengan orang yang mewariskannya) melalui sel-
sel kelamin dan generasi yang satu kepada generasi berikutnya.
(b) Pembawaan
Pembawaan adalah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam benih
yang akan berkembang mencapai perwujudannya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa semua yang dibawa oleh si anak
sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang
adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semua diperoleh
karena keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keturunan
dapat dikatakan pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan-keturunan.
b) Faktor Lingkungan (environment)

Sartain dikutip Ngalim Purwanto (2004: 72) membagi lingkungan, yaitu


sebagai berikut:

(a) Lingkungan alam dan luar (external or physical environment)

Lingkungan alam dan luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia
ini yang bukan manusia, yaitu seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air,
iklim, dan hewan.

(b) Lingkungan dalam (internal environment)

Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk ke dalam diri


kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita.
(c) Lingkungan sosial (social environment)

Lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang


mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang langsung
dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, misalnya:
dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga,
teman-teman dan lain sebagainya. Yang tidak langsung, melalui radio,
televisi, majalah-majalah dan dengan berbagai cara yang lain.

Sedangkan menurut Al-Ghazali yang dikutip Mahmud (2006:44),


menyatakan bahwa “sebagian perilaku manusia ditentukan oleh faktor
personal (potensi perilaku bawaan) dan situasional (lingkungan)”.

c) Faktor Personal

Ada dua faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu


faktor biologis dan faktor sosio-psikologis. Hal ini akan diuraikan sebagai
berikut:

a. Faktor Biologis

Seluruh ahli mantik Islam sepakat bahwa manusia adalah hewan


(hayawan). Definisi manusia yang paling populer dalam disiplin ilmu mantik
adalah hewan yang berpikir. Selanjutnya karena skripsi ini tidak berkapasitas
untuk mengkaji tentang rekayasa genetika dan lain sebagainya. Maka penulis
serahkan kepada ahlinya (bidang studi biologi) untuk menggarapnya. Masalah
rekayasa genetika tersinggung sedikit dalam skripsi ini karena penulis ingin
menunjukkan bahwa faktor biologis sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku
manusia (siswa).
b. Faktor Sosio-psikologis
Proses sosial membentuk karakteristik manusia sebagai pelakunya.
Beberapa komponen dalam diri manusia dibentuk secara perlahan tapi pasti oleh
proses sosial tersebut. Komponen-komponen dalam diri manusia yang biasa
dibentuk oleh proses sosial ada tiga, yaitu komponen afektif, komponen kognitif
dan komponen konatif. Afektif merupakan komponen intelektual manusia.
Sedangkan konatif adalah aspek volisional yang terkait dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak. Faktor sosio-psikologis, yaitu diantaranya adalah:
a. Motif ingin tahu

Setiap orang, siswa salah satunya, berusaha memahami dan memperoleh


arti dari lingkungan (sekolah). Bila siswa bertanya terhadap materi yang
sedang diajarkan karena kekurang pahamannya itu adalah dalam rangka
untuk memperoleh arti. Ketika siswa itu merasa tidak puas, dia kesal dengan
gurunya dan bahkan malas untuk bertanya lagi. Kata para psikolog,
perkembangan adalah bentuk peresponan pada dunia yang sedang
dihadapinya.

b. Motif kompetensi

Siswa yang ingin membuktikan bahwa dirinya mampu mengatasi


persoalan hidup. Perasaan ini terkait dengan tingkat emosional,
perkembangan sosial dan kapasitas kecerdasan intelektual siswa. Sehingga
siswa akan rela menempuh perjalanan yang panjang demi mencapai cita-
citanya di masa depan.
c. Motif cinta

Siswa akan menjadi agresif, kesepian, frustasi bahkan bunuh diri, bila
kebutuhan kasih sayang siswa tidak terpenuhi. Ketidak terpenuhinya kasih
sayang akan mengakibatkan perilaku siswa yang kurang baik.
d. Motif harga diri

Kehadiran siswa yang selalu datang tepat waktu ke sekolah, tentu


ingin diperhitungkan oleh para guru. Siswa ingin dianggap paling disiplin.

Jose Delgado (1969), dikutip Mahmud (2006: 55), menyatakan


bahwa respon otak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional
(suasana). Selain itu Edwar G. Sampson dikutip Mahmud (2006:56),
merangkum seluruh faktor situasional. Pertama, aspek-aspek objek dari
lingkungan, seperti ekologis, faktor desain dan arsitektur, faktor temporal,
analisis suasana perilaku, faktor teknologi, dan faktor sosial. Kedua,
lingkungan psikososial, seperti iklim organisasi, etos, iklim situasional, dan
kultural. Ketiga, stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku,
seperti orang lain dan situasi pendorong perilaku.

e. Faktor Situasional

Faktor situasional yang mempengaruhi perilaku sosial (manusia


pendidikan) menurut Mahmud (2006: 50), yaitu dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor Ekologis

Faktor ekologis adalah keadaan alam yang melingkupi seluruh


manusia. Keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku kita. Dengan
sementara memperlihatkan bahwa temperatur ruangan berpengaruh pada
konsentrasi belajar siswa. Tidak jarang siswa tertidur di saat belajar karena
temperatur ruangan yang sejuk dan sedikit hangat.

b. Faktor Rancangan dan Arsitektural

Para ahli psikologi arsitektur menemukan bahwa rancangan dan bentuk


bangunan mempengaruhi perilaku penghuninya. Suatu rancangan arsitektur
dapat mempengaruhi pola belajar di antara orang yang ada dalam bangunan
sekolah tertentu. Tata letak meja dan kursi belajar di yakini oleh sebagian
orang berpengaruh terhadap semangat belajar dan konsentrasi di saat
menyimak pelajaran.
c. Faktor Temporal

C. Panati, dikutip Rahmat (1996), menyebutkan bahwa waktu


mempengaruhi bioritma manusia. Dari tengah malam hingga pukul 4 pagi
fungsi tubuh manusia berada pada tahap paling rendah sementara
pendengaran sangat tajam.
d. Teknologi

Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku


sosial. Pola- pola teknologi yang menghasilkan berbagai loncatan membentuk
serangkaian perilaku manusia.

Teknologi pendidikan yang menjamur saat ini mempengaruhi beberapa


perilaku siswa termasuk tingkat penguasaan informasi. Kehadiran teknologi
dunia maya (virtual) telah membawa perubahan yang tidak kecil terhadap
psikososial manusia pendidikan. Tidak jarang para siswa yang mengalami
perubahan secara psikis akibat ledakan teknologi dunia maya yang kini telah
menghiasi kamar setiap orang.
e. Lingkungan Psikososial

Anak kecil yang dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang patuh


pada aturan agama berperilaku seperti orangtuanya di waktu yang akan
datang. Apabila di sekolah siswa di didik oleh seorang guru yang keras dan
otoriter akan memiliki karakter seperti gurunya di kemudian. Anak ini
menyerap nilai-nilai yang dibawa oleh guru tersebut. Dalam hal ini memang
lingkungan sangat mempengaruhi perilaku sosial siswa. Perilaku di kelas dan
hasil belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. Guru menguasai
banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa
mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami
siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor
penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang
optimal.

Perilaku siswa di kelas banyak dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran.


Guru menguasai banyak faktor yang mempengaruhi perilaku siswa. Banyak
faktor sosial yang mempengaruhi belajar siswa yang berpangaruh terhadap
perilaku siswa khususnya dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru-guru
juga perlu secara kritis berefleksi terhadap apa yang terjadi didalam kelas
karena perilaku siswa sering kali hasil reaksi dari faktor-faktor didalam
sekolah. Guru perlu berefleksi tentang lingkungan belajar yang telah mereka
ciptakan dan apakah lingkungan tersebut melibatkan semua anak secara aktif
dan bermakna.

Adapun menurut Nana Syaodih (2004:44), bahwa banyak faktor yang


mempengaruhi perilaku individu, baik bersumber dari dalam dirinya (faktor
internal) ataupun berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal
diperoleh dari hasil keturunan dan faktor eksternal merupakan segala hal yang
diterima individu dari lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas banyak faktor yang mempengaruhi perilaku


siswa khususnya yang berpengaruh terhadap belajar siswa di sekolah baik itu
dari segi kognitif, afektif, psikomotorik yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku siswa dan diharapkan dapat menciptakan efektifitas belajar siswa.

Adapun menurut Dollar dkk yang dikutip Abin Syamsudin (2000:50),


menegaskan bahwa keefektifan perilaku belajar siswa itu dipengaruhi oleh
empat hal yaitu :
1) Adanya motivasi

2) Adanya perhatian

3) Adanya usaha

4) Adanya evaluasi dan penepatan hasil

Membicarakan tentang perilaku siswa pada akhir-akhir ini tampaknya


sudah sangat mengkhawatirkan seperti kehidupan seks bebas, keterlibatan
narkoba dan masih banyak lagi. Begitu pula di lingkungan internal seperti
sekolah perilaku negatif masih sering ditemukan dari pelanggaran tingkat
ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi seperti: kasus bolos, nyontek,
berperilaku tidak sopan pada guru, tidak mengikuti pelajaran di kelas sampai
pada perkelahian dan tawuran. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan
salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa.
Berdasarkan hal tersebut, di sekolah, siswa berinteraksi dengan para guru
yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan, perkataan, wawasan
yang semuanya ada dalam kompetensi seorang guru yang dilihat dan didengar
serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang
tuanya di rumah.

D. Metode Dalam Mengajar Perilaku Siswa


Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri atas
komponen tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Sebagai suatu
sistem, komponen-komponen tersebut berkaitan erat, saling mempengaruhi. Oleh
karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yaitu dapat
mengetahui karateristik pembelajaran. Pembelajaran (learning) dapat
didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan
keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata.

Metode perilaku dapat dilakukan melalui penguatan. Penguatan itu dapat


memotivasi individu untuk menuruskan dan menghentikan perilakunya.
Kebanyakan penguatan perilaku, termasuk aktivitas fisik, dipelajari dan
dipelihara di bawah rentang waktu yang cukup kompleks menuntut manfaat
masa depan yang diantisipasi. Penguatan bisa dalam bentuk eksitrinsik (seperti
hadiah) dan intrinsik (seperti, perasaan puas). Dalam jangka panjang, penguatan
eksternal kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan penguatan internal.
Metode mengajar adalah merupakan sebuah perencenaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Dengan
demikian metode mengajar adalah untuk membantu guru meningkatkan
kemampuannya untuk lebih mengenal perilaku siswa dan menciptakan suasana
proses belajar mengajar yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar peserta
didik. Berikut ini disajikan beberapa metode teori mengajar perilaku:

a. Model lintas teori


Model lintas teori atau transtheoritical model mengandung makna bahwa
perubahan perilaku telah dikonseptualisasikan sebagai lima tahap proses atau
kontinum yang terkait dengan kesiapan seseorang untuk mengubah perilakunya,
yaitu psikontemplasi, kontemplasi (perenungan), persiapan, tindakan, dan
pemeliharaan. Orang-orang berpikir untuk kemajuan melalui tahapan ini pada
berbagai tingkat, sering bergerak bolak balik beberapa kali sepanjang kontinum
sebelum mencapai tujuan pemeliharaan. Dalam model ini, orang menggunakan
proses perubahan yang berbeda ketika bergerak dari satu tahap perubahan ke
tahap yang lain.

Menurut teori ini, penyesuaian intervensi (campur tangan) antara guru dan
peserta didiknya dengan mencocokkan kesiapan materi atau langkah-langkah
yang dilakukan oleh seorang guru untuk memasuki tahap-tahap perubahan.
Misalnya bagi orang yang belum memungkinkan melakukan perubahan terjadi
lebih aktif, maka untuk mendoronganya dilakukan selangkah demi selangkah
sepanjang rangkaian perubahan yang mungkin lebih efektif daripada mendorong
mereka untuk bergerak secara langsung ke dalam perbuatan yang mengubah
perilaku peserta didik.

b. Aksi beralasan dan perilaku yang direncanakan

Teori aksi beralasan menyatakan bahwa kinerja individu dari suatu perilaku
tertentu terutama ditentukan oleh niat seseorang untuk melakukan perilaku itu.
Niat itu ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sikap seseorang terhadap
perilaku (yaitu, keyakinan tentang hasil perilaku dan nilai hasil) dan pengaruh
lingkungan sosial orang atau norma subyektif (yakni, keyakinan tentang apa
yang harus dilakukan dan motivasi seseorang untuk mematuhi pendapat orang
lain). Dalam teori ini seseorang yang mengalami perilaku yang baik, maka guru
memberi semangat dan penguatan dengan teori tindakan beralasan, seperti
mengontrol atas kesempatan, yang dimiliki peserta didik, dengan keterampilan
yang diperlukan untuk berperilaku. Dengan demikian kemampuan manampilkan
perilakunya diberi kesempatan untuk mengembangkannya.
c. Belajar sosial
Teori belajar sosial, menjadi teori kognitif sosial, mengusulkan bahwa
perubahan perilaku dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, faktor pribadi, dan
atribut dari perilaku itu sendiri. Jadi setiap orang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh salah satu dari yang lainnya. bahwa individu melakukan
pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-
perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku
model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka
perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran
menurut proses kognitif individu dan kecakapan dalam membuat keputusan.

Dalam teori ini juga seseorang yang mengalami perilaku yang kurang
normal maka harus menjalani pemeriksaan fisik (misalanya, mengalami
perbaikan di bidang kesehatan karena mengalami perilaku yang kurang normal).
Dengan demikian guru dapat meningkatkan beberapa cara, diatantarnya
menyediakan pembelajaran yang jelas, kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan yang ia miliki atau pelatihan.

Pendekatan sosial sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa


dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Pola
pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku dimana guru hendaklah
dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat menyusuaikan diri, baik
dalam individu maupun dilingkungan sosialnya.

d. Pendekatan ekologi
Ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan organisme-
organisme dengan keseluruhan yang ada dilingkungannya. Jadi seorang guru
mampu mempelajari peserta didiknya dengan mengamati hubungan
dilingkungannya, sementara itu sebuah kritik terhadap teori dan model
perubahan perilaku menekankan proses perubahan perilaku individu dan
pengaruh lingkungan fisik dan sosial budaya terhadap perilaku. Pendekatan
ekologis menekankan penciptaan lingkungan yang mendukung setara dengan
pengembangan keterampilan pribadi dan peninjauan kembali yang dilakukan
peserta didik dilingkungannya. dalam hubungan manusia dan lingkungannya
memerlukan kerangka kerja yang memperhatikan syarat-syarat yang memadai
pada kemungkinan terjadinya perubahan dan penurunan lingkungan yang terjadi
karena aktivitas manusia. Adaptasi budaya tidak dapat dilihat sebagai sesuatu
yang tidak dapat berubah, yang diperoleh dilingkungannya. Sebaliknya
hubungan antara manusia dengan alamnya adalah suatu dinamika dimana baik
budaya maupun lingkungan terus-menerus beradaptasi dan readaptasi ketika
sesuatu berubah yang merupakan respons terhadap pengaruh yang lain. faktor
ekologis yang berpengaruh seperti faktor-faktor. Interpersonal, kelompok,
kelembagaan, masyarakat, dan kebijakan publik.

e. Model paradigma belajar

Metode belajar paradigma merupakan proses perubahan perilaku pada diri


siswa, dengan tanpa bantuan guru. Setiap strategi guru didasari pada paradigma
yang yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Proses pembelajaran akan
berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep Pakem
(pembelajaran aktif kreatif menyenangkan) jika peran para guru dalam
berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya
tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, dan
membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat
mereka melalui proses pembelajaran yang terencana.
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan umum
1. Histori

MIS Nurul Huda adalah salah satu satuan dengan jenjang sd di Desa
Mudo kab. Merangin, jambi. Dalam menjalankan kegiatanya, MIS Nurul
Huda berada di bawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan.
MIS Nurul Huda beralamat di RT.06 Desa Mudo kab.merangin, jambi,
menyediakan listrik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. Sumber
listrik yang digunakan oleh MIS Nurul Huda berasal dari PLN. MIS
Nurul Huda menyediakan akses internet yang dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar menjadi lebih mudah. MIS Nurul
Huda memiliki akreditasi C, dengan SK Pendirian Madrasah Pada tahun
2019.
2. Geografis
RT. 06 Desa Dusun Mudo Kec. Bangko Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi.

B. Temuan Khusus (hasil penelitian dan pembahasan)


Adapun pembahasan hasil penelitian tentang Perilaku Siswa Kelas V di MIS
Nurul Huda adalah sebagai berikut :
Dan menurut hasil wawancara yang saya dapatkan dari seorang guru selaku
tenaga pengajar di MIS Nurul Huda , bahwasanya Fenomena yang terjadi
pada kebanyak remaja yang gagal berhubungan sosial dengan teman sebaya,
sehingga mereka diabaikan dan ditolak dalam kelompok teman sebaya,
seperti perilaku tertutup atau pasif, sehingga remaja yang menarik dirinya dari
hubungan positif dengan orang lain akan memilih menyendiri, dan bahkan
mereka enggan mengikuti kegiatan – kegiatan dalam sekolah
(Ekstrakulikuler) atau acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Hal ini
tentunya sangat merugikan, mereka akan kehilangan kesempatan untuk
belajar dari pengalaman yang hanya bisa didapat dalam keanggotaan
kelompok.
Menurut guru lainnya, Selain perilaku pasif, banyak juga remaja yang
berperilaku agresif, seperti berbuat keonaran, menghina orang lain, membual,
berpakaian yang tidak sesuai dengan aturan dan bersikap kasar. Perilaku yang
demiakan itu menyebabkan teman sebaya cenderung menjauhi, sehingga
mereka akan tersishkan oleh teman sebaya yang lainnya.
Baik perilaku tertutup atau perilaku agresif, sangat berbahaya bagi
perkembangan psikologinya. Oleh karena itu mereka butuh dukungan baik
dari keluarga maupun dari sekolah untuk membantu merubah perilaku sosial
yang sesuai dengan tuntunan lingkungan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kami melakukan Observasi langsung di MIS Nurul Huda adalah


Perilaku atau kegiatan individu selalu terjadi dalam interaksi dengan
lingkungan internal, dan lingkungan eksternal, dan lingkungan eksternal
meliputi, fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan internal meliputi
psikologis atau yang timbul dari dirinya sendiri. Interaksi individu dengan
lingkungannya maka akan terjadi penyusuaian diri atau saling mendekatkan
diri, penyusuaian diri dapat berbentuk menyusuaikan diri dengan
lingkungannya, atau lingkungan yang diubah atau berubah sesuai dengan
kepentingan atau keadaan individu.

Perilaku atau kegiatan individu selalu terarah terhadap sesuatu dan di dorong
oleh kekuatan atau motivasi dari seorang guru. Oleh karena itu guru dituntut
untuk mempunyai metode atau pendekatan dalam mengajar perilaku siswa,
pendekatan yang di tulis dalam makalah ialah, model lintas teori, aksi
beralasan dan perilaku yang direncanakan, belajar sosial, dan pendekatan
ekologi. Kemudian pemberian motivasi untuk semangat siswa tersebut.

B. Saran
Keragaman perilaku siswa yang dimiliki di sekolah sangat mempengaruhi
terhadap efeknya pembelajaran yang efektif. Beberapa kegiatan yang
berpengaruh terhadap perilaku siswa di sekolah dan efeknya terhadap
lingkungan pembelajaran tersebut: yaitu, Ujian dan kompetensi, Efek belajar,
Desain kurikulum sekolah, Prinsip-prinsip pembelajaran, dan perilaku guru.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, Guru Profesional: menguasai Metode dan Terampil


Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009.

Alang, Sattu. Kesehatan Mental dan Terapi Islam. Makassar: Berkah Utami,
2006. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet.
I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Abin Syamsudin Makmun, 2000, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya Agus Sujanto, 2006, Psikologi Kepribadian, Bandung: Bumi Aksara

Hasan Husain, Tanggung jawab Guru. Blog. Com. 10 Maret 2008. Mahmud.

2006. Psikologi Pendidikan, Bandung: Mutakhir Shafira.

Martinis Yamin, 2006, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta:


Gaung Persada Press.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina

Aksara. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara

Ali, M., Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: Bumi Aksara.
PROFIL SEKOLAH

Nama Madrasah : MIS Nurul Huda


NSM : 111215020003
NPSN : 60704673
Nama Kepala : Albadri, S.Pd.I
Alamat : RT 06 Desa Mudo
Status Akreditasi : Sudah
Terakditasi :C
Bentuk Pendidikan : Formal
Status Kepemilikan gedung : Milik Sendiri
Sk Pendirian Madrasah : Tahun 2009
Nama Bank : BRI
Cabang : Bangko
Rek AN : MIS Nurul Huda
Status BOS : Penerima
Jumlah Guru :9
Siswa Laki" : 18
Perempuan : 16
Rombel :6
Kurikulum : K13
Sumbrik : PLTA
Darik : 900
Ruang kelas : 4 baik 2 rusak ringan
UKS : Tidak ada
Perpustakaan : Tidak ada
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai