PENDAHULUAN
“Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan antara bank dan pihak lain
kredit dan sampai dengan saat pengembalian kredit oleh debitur kepada
ekonomi suatu negara, adanya Hukum Jaminanperan serta dan atau kerjasama
yang baik dari krediturdan debitur. Bank sebelum memberikan kredit kepada
yang pasti dan kuat merupakan salah satu indikasi untuk mempercepat
1
2
kepastian hukum dan mudah dalam eksekusinya sangat didambakan oleh para
pelaku bisnis.1
menyerahkan jaminan berupa hak atas tanah. Hak atas tanah ini kemudian
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
jaminan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda yang berada satu
ditegaskanbahwa :
Dalam Pasal 8 ayat (1) tersebut di atas, tidak ditegaskan dalam setiap
1
Habib Adjie, Eksekusi Hak Tanggungan, (Pro Justitia, Tahun XVII, Nomor 2, April
1999), hal.71.
3
atas, maka bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
dan prospek usaha dari Nasabah Debitur dikenal dengan istilah the Five C’s,
Debitur ketika akan memberikan kredit, tapi hal tersebut menjadi sangat
merupakan upaya antisipasi dari pihak bank agar debitur dapat membayar
yang utama dalam pemberian kredit, oleh karena itu pemberian jaminan
pokoknya yaitu perjanjian kredit, atau perjanjian accesoirakan ada jika ada
2
Habib Adjie, Hak Tanggungan sebagai Lembaga Jaminan Atas Tanah, (Bandung :
Mandar Maju, 2000), hal. 1.
4
dapat membagi jaminan atas 2 (dua), yaitu jaminan kebendaan dan jaminan
Khusus mengenai jaminan berupa tanah, sejak tahun 1996 telah ada
unifikasi hukum dalam Hukum Jaminan untuk tanah, yaitu dengan lahirnya
disingkat UUHT.
Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan tersebut dalam Pasal 25,
dalam Stb. 1908-52 sebagaimana telah diubah dengan stb 1937-190 Juncto
1937-191.
3
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2002), hal. 10.
5
ditetapkan bahwa Hak Tanggungan sebagai lembaga jaminan yang kuat yang
Untuk dapat dibebani hak jaminan atas tanah, obyek hak tanggungan
Adapun obyek dari Hak Tanggungan dalam Pasal 4 ayat (1) UUHT
disebutkan bahwa : “ Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan
adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan adalah hak-hak
mutlak dari hak atas tanah yang dapat dijadikan obyek tanggungan, salah
satunya adalah hak tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dalam umum, dalam hal kaitan ini pada Kantor Pertanahan. Unsur ini
4
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Edisi Revisi dengan UUHT,
(Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2008), hal. 56.
6
kreditur pemegang tanggungan terhadap kreditur lainnya. Untuk itu harus ada
catatan mengenai tanggapan tersebut pada buku tanah dan sertifikat hak atas
terdaftar dan memiliki sertifikat hak atas tanah. Namun demikian terdapat
yang bersangkutan.
girik, petuk dan lain-lain yang sejenis masih dimungkinkan sebagai jaminan
dan dibebani hak tanggungan, namun pada waktu yang bersamaan harus
tanggungan lahir dibuatnya buku tanah, maksudnya bahwa sejak saat itu
pertama kali memakan waktu yang cukup lama karena itu tidak memberikan
kepastian hukum bagi pihak kreditur yang menerima jaminan dengan tanah
Oleh Karena itu penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut diatas
Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
selesai.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
b. Manfaat Teoritis
Universitas Pamulang.
E. Kerangka Teori
dapat diuji.5Adapun teori yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari
Teori Perjanjian. Teori ini digunakan karena antara debitur dan kreditur
adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan
konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua
pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitur)
dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut
(kreditur).6
adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru ini tidak
5
H. Salim, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009)
hal. 9.
6
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2000), hal.13.
11
yaitu :
dari kata kerja overeenkomen yang artinya setuju atau sepakat. Jadi
dapat berupa perjanjian lisan dapat pula dalam bentuk perjanjian tertulis.
dengan surat dibawah tangan, ada pula yang dibuat dengan akta notaris.
salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian sesuai dengan yang telah
disepakati bersama.
bukti apabila dikemudian hari ada hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam
dibuatnya.
antara Pihak bank dengan debitur melalui penjanjian kredit dan pihak
9
Ibid, hal. 131
10
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya :
Bina ilmu, 1987), hal. 25.
15
menyelesaikan sengketa.11
kerugian akibat kelalaian maka bagi orang lain, menurut hukum untuk
hak dan kewajiban para pihak sebagaimana yang telah disepakati. Akan
jelas terlihat bahwa bentuk perlindungan hukum yang akan diterima oleh
11
Ibid, hal. 15.
16
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang ada
kreditur dalam kedudukan yang sama. Kedudukan yang sama disini terkait
12
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup, 2008), hal. 158.
17
a. Bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah
perundang-undangan.
kenyataan.
dilaksanakan.
13
Widhi Handoko, Kebijakan Dalam Pendaftaran Tanah, (Yogyakarta : Tafa Media,
2010), hal. 139.
18
pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak
fisik dan data yuridis bidang tanah dalam sertifikat, sangat tergantung
14
AP. Parlindungan, OP.Cit, hal. 15.
19
pada alat bukti kepemilikan tanah yang digunakan sebagai dasar bagi
e. Tanah Wakaf
h. Hak Tanggungan
i. Tanah Negara
setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak kreditur dan debitur
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan.
penelitian sebagai bagian dari penelitian lapangan. Oleh karena itu titik
masyarakat.
2. Spesifikasi Penelitian
pengumpulan data.
sebagai berikut:
1) Teknik wawancara.
2) Teknik analisis.
G. Kerangka Berpikir
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
24
H. Preposisi
perjanjian kredit yang di buat secara otentik oleh para pihak dan
ditempuh pihak kreditur agar tercipta win win solution dan debitur