Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KUNJUNGAN KILANG CEPU FIELD

KAWENGAN

Disusun oleh:

Kelompok : 5 (lima)
Anggota :
1. Bungka Rico Hutabalian (221420002)
2. Chika Adelia (221420030)
3. Daffa Yoganza (221420043)
4. Fauzan Azmi (221420012)
5. Muhammad Jaggu A. (221420018)
Program studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : 1 (satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya,
sehingga penyusunan laporan kunjungan lapangan Kilang Cepu Field Kawengan dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh selama kegiatan
kunjungan lapangan dan data-data dari internet. Penulis mengucapkan terimakasih
terutama kepada:
1. Ibu Dr, Erdilla Indriani.S.Si.,M.T. Selaku Direktur PEM Akamigas Cepu.
2. Bapak Annasit, S.T, M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Pengolahan
Minyak dan Gas.
3. Bapak Edi Untoro, Ir., M.T. Selaku Dosen Pengampu.
4. Dan seluruh pihak yang terkait dengan kunjungan lapangan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kunjungan lapangan ini masih
memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, saya berharap mendapatkan saran serta kritik dari
semua pihak sehingga dapat menjadi bahan perbaikan bagi penulis. Demikian tugas
laporan ini penulis sampaikan, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya
bagi diri kami pribadi dan umumnya untuk pembaca.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Cepu, Oktober 2022

Penuli
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................3
1.2 Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Sejarah Kawengan..........................................................................................................................4
2.2 Pengaruh Pengawasan Tambang Minyak....................................................................................7
2.3 Jumlah Produksi Minyak...............................................................................................................7
2.4 Undang-Undang..............................................................................................................................8
2.5 Hasil Penelitian...............................................................................................................................8
2.6 Pergantian Pengelola......................................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Cepu Field Kawengan......................................................................................................9
3.2 Proses Pengolahan PPSDM Migas Cepu...................................................................................10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................................13
4.2 Saran..............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunjungan lapangan dipilih untuk menambah pengalaman dan wawasan mahasiswa
mengenai dunia kerja. Kegiatan kunjungan lapangan tersebut berkaitan dengan mata
kuliah PIM Hulu & PIM Hilir dengan tujuan agar mahasiswa mengerti proses eksploitasi,
produksi dan pengolahan minyak dan gas serta peralatan yang digunakan. Mahasiswa
dituntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan lapangan untuk memperoleh
pengetahuan tentang proses eksploitasi, produksi dan pengolahan minyak dan gas.
Kunjungan lapangan dilakukan untuk memberikan gambaran tentang proses eksploitasi,
produksi dan pengolahan minyak dan gas. Mahasiswa harus membandingkan proses
eksploitasi, produksi dan pengolahan di dunia kerja dengan ilmu yang diperoleh di
perkuliahan. Siswa diwajibkan membuat laporan atas informasi yang diperoleh selama
kunjungan lapangan tentang proses serta peralatan yang bersangkutan.

1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan kunjungan lapangan ke Cepu Field Kawengan adalah sebagai berikut:
1. Mengamati dan membandingkan teori yang didapat pada mata kuliah Pengantar
Industri Migas Hulu dengan keadaan sesungguhnya di lapangan.

2. Memahami rangkaian proses produksi minyak bumi menjadi minyak dan gas yang
siap diolah.
3. Memahami cara kerja peralatan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi
minyak dan gas.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sejarah Kawengan
Sebelum dunia mengharu biru dilanda Perang Dunia II, tujuh perusahaan besar
menguasai industri minyak internasional, yaitu: Shell, Standard of New Jersey, Gulf,
Texaco, British Petroleum, Standard of California dan Standard of New York. Lima di
antara tujuh perusahaan besar itu beroperasi di Hindia Belanda, yang menjelma dalam
tiga perusahaan kelas atas: Shell; Standard of California dan Texaco lewat Caltex; dan
Standard of New Jersey bersama Standard of California melalui Stanvac.Gerak maju
pasukan Jepang tak tertahan lagi. Rasa panik melanda pemerintah Hindia Belanda.
Ladang-ladang dan kilang-kilang minyak yang dibangun dengan jerih payah sengaja
diluluhlantakkan tentara Hindia Belanda. Api berkobar di sumur-sumur minyak di
Kawengan, Cepu, begitu juga kilang minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij di
Cepu; terlebih lagi di kilang Pangkalan Brandan. Untungnya tak semua instalasi minyak
benar-benar hancur lebur. Kilang minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij di Palju
misalnya, masih relatif utuh, yang berhasil direbut tentara Jepang. Selama pendudukan
Jepang yang singkat, kilang-kilang dan sumur-sumur minyak yang rusak diperbaiki
kembali.
Para serdadu Jepang mencoba memperbaiki instalasi industri minyak sembari
menunggu tenaga ahli dan teknisi perminyakan. Tenaga-tenaga perminyakan yang
bernaung di bawah Nampo Nen Rioso Butai, di Angkatan Darat Jepang. Dengan adanya
tenaga ahli itu, ditambah tenaga perminyakan Indonesia yang bekerja di perusahaan
minyak, perbaikan industri perminyakan berlangsung cepat. Dalam waktu relatif
singkat, Jepang telah mampu memproduksi minyak bumi. Meski perbaikan dilakukan
dengan peralatan dan suku cadang serba terbatas, Jepang mampu mendapatkan sumur
minyak baru, seperti di Lirik, Sumatera Tengah; Kawengan, Cepu; dan Minas I, Riau.
Sampul majalah propaganda Jepang di Indonesia, Djawa Baroe. Tujuannya menebar
simpati untuk mengajak rakyat Indonesia terlibat dalam Perang Asia Timur Raya.
Jepang memompa sumur-sumur minyak Indonesia dengan kekuatan penuh. Minyak
diperlukan untuk menggerakkan mesin-mesin perang negeri Matahari terbit itu. Kurang
lebih selama dua bulan, Jepang telah menangguk minyak bumi dari sumur yang telah
diperbaiki dan sumur baru. Dalam tahun 1943 saja, produksi minyak bumi zaman
Jepang ini mencapai 50 juta barrel, yang pada 1940 produksi mencapai 65 juta barrel.
Aroma perang masih menyelimuti dunia. Tentara Sekutu diam-diam terus merangsek.
Sekutu dan Jepang saling intai dan saling incar. Sekutu ternyata tertakdirkan menjadi
pemenang. Perempuan Eropa yang meghuni kamp tawanan perang memberikan hormat
kepada militer Jepang. Usai bom atom menghancurkan Hiroshima pada 6 Agustus 1945,
disusul Nagasaki pada 9 Agustus, Jepang akhirnya mengibarkan bendera putih pada 14
Agustus. Tiga hari kemudian, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Pada zaman kemerdekaan ini industri minyak Indonesia
memasuki babak baru. Kendati telah merdeka, Sekutu memasuki Indonesia. Dalam
barisan Sekutu, terdapat pasukan Belanda. Ini berarti juga ada kepentingan tiga
perusahaan kelas kakap—Shell, Caltex (kini, Chevron Pasific Indonesia) dan Stanvac,
yang telah menguasai berbagai ladang dan kilang minyak sebelum masa perang.
Selepas Jepang bertekuk lutut, seperti telah banyak diketahui, Belanda menggelar
dua kali Agresi Militer I dan II, dibarengi dengan berbagai perundingan. Hakikatnya:
Belanda berniat kembali menguasai Indonesia. Selama masa awal kemerdakaan dan
zaman Agresi, kaum pergerakan merespon dengan menguasai industri minyak yang
ditinggalkan Jepang. Sumatera bagian Utara para pejuang Laskar Minyak mengambil
alih lapangan minyak milik Bataafsche Petroleum Maatschappij. Jepang menyerahkan
Pangkalan Brandan—yang dibangun De Koninlijke—kepada Residen Abdul Karim MS
dan Luat Siregar sebagai wakil Republik Indonesia. Laskar Minyak lantas membentuk
Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia, yang mengoperasikan
instalasi yang telah dikuasai. Serdadu Australia menguasai kilang-kilang Tarakan, 1945.
Geliat penguasaan lapangan minyak terus berlangsung. Di Aceh, Perusahaan
Minyak Republik Indonesia atau Permiri, memegang kendali kilang Langsa dengan
kapasitas 40 ton sehari. Permiri menangguk minyak bumi dari lapangan Rantau, Serang
Jaya, Julu Rajeu Darat, Pelaga Said, Rantau Panjang, Perlak, Arubai Uebong dan Pase.
Nasib berbeda dialami kilang Plaju, Sumatera Selatan. Kilang untuk mengolah minyak
dari lapangan seputar Palembang ini dihancurkan pejuang Indonesia dalam pertempuran
sengit dengan tentara Belanda. Begitu juga, Angkatan Pemuda Indonesia Minyak juga
menguasai kilang Sungai Gerong. Nasib tambang-tambang minyak di Jawa tak jauh
beda dengan yang di Sumatera. Panitia 15 mengambil alih ladang minyak di Cepu dan
sekitarnya. Perusahaan Tambang Minyak Negara mengelola ladang minyak di Ledok,
Nglobo, Kawengan, dan Semanggi. Sementara itu, Belanda bisa menguasai kembali
kilang minyak Wonokromo. Di tepian jalanan Balikpapan, dua seorang serdadu
Australia memberikan biskuit kepada warga.
Situasi Indonesia saat itu belum benar-benar tertata. Belanda masih saja
menghendaki kembalinya ladang-ladang minyaknya yang dulu. Setelah Konferensi
Meja Bundar pada 1949, kilang minyak Cepu dan lapangan Kawengan, Ledok,
Semanggi dan Nglobo dikembalikan kepada Bataafsche Petroleum Maatschappij
sebagai pemilik awal. Meski begitu, Perusahaan Tambang Minyak Negara masih
memegang kendali lapangan minyak yang lain. Hingga akhirnya, Republik Indonesia
menguasai dua wilayah industri perminyakan: Permiri di Langsa dan Cepu Barat. Divisi
Ketujuh Australia menangkap serdadu Jepang yang menjadi tawanan perang pada 1 Juli
1945. Setelah melewati berbagai pergolakan, pemerintah Indonesia membentuk Panitia
Negara Urusan Pertambangan pada 1951. Salah satu tugas Panitia Negara itu adalah
memberi pertimbangan tentang sengketa dalam tambang minyak. Pada awal 1956,
pemerintah Republik Indonesia menghapus perjanjian Konferensi Meja Bundar. Panitia
Negara bertugas memberi pertimbangan soal Tambang Minyak Sumatera Utara.

2.2 Pengaruh Pengawasan Tambang Minyak


Pada tahun itu juga, Indonesia mengatur pengawasan tambang minyak di Aceh
dan Sumatera Utara, yang dikenal sebagai Tambang Minyak Sumatera Utara itu. Demi
kepentingan rakyat banyak, pemerintah pusat mengambil alih urusan Tambang Minyak
Sumatera Utara. Lantas pemerintah, lewat Angkatan Darat, membentuk PT Eksploitasi
Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU). Ibnu Sutowo sebagai pemegang saham
atas nama pemerintah. Tak lama kemudian, PT ETMSU berubah nama menjadi PT
Perusahaan Minyak Nasional (PT Permina). Kilang minyak Jepang di Palembang
terbakar saat diserang oleh pesawat Inggris. Foto pada Januari 1945, dari salah satu
pesawat penyerang. Dalam sejarah pembangunan nasional, minyak bumi dan gas alam
memiliki peran penting dan strategis. Minyak bumi dan gas alam juga merupakan
sumber energi bagi kegiatan ekonomi nasional. Sektor migas turut berkontribusi dalam
penerimaan negara bersumber dari pengelolaan minyak dan gas bumi. Pertambangan
minyak dan gas memerlukan waktu ribuan bahkan jutaan tahun untuk terbentuk karena
ketidakmampuan sumber daya tersebut untuk melakukan regenerasi (nonrenewable).
Sumber daya alam ini sering disebut juga sumber daya alam yang memiliki stok yang
tetap (Fauzi, A. 2006).

2.3 Jumlah Produksi Minyak


Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan produksinya
semakin menurun. Sepanjang sejarah Republik Indonesia merdeka, puncak produksi
minyak terjadi sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1977 dan 1995 dimana produksi minyak
bumi masing-masing sebesar 1,68 juta bpd dan 1,62 juta bpd. Setelah 1995 produksi
minyak Indonesia rata-rata menurun dengan natural decline rate sekitar 12% per tahun.
Namun sejak tahun 2004 penurunan produksi minyak dapat ditahan dengan decline rate
sekitar 3% per tahun (Restra KESDM, 2015).

2.4 Undang-Undang
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32
Tahun 2009 bahwa neraca sumber daya alam dan lingkungan perlu disusun oleh semua
pemerintah baik ditingkat nasional maupun ditingkat daerah. Perhitungan nilai fisik
cadangan minyak dan gas bumi sebaiknya dilakukan pada seluruh sistem reservoar
lapangan migas, dengan lebih memperhatikan tingkat ketidakpastian parameter pada
metode perhitungan teknis sehingga nilai fisik cadangan yang dihasilkan lebih akurat
(Masyitoh, OC 2016). Ramba (2012) melakukan penelitian tentang penentukan metode
terbaik dalam penilaian cadangan minyak dan gas bumi, berdasarkan data publikasi PT
Medco Energi International Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2011 dengan
menggunakan Discounted Cash Flow (DCF), Net Asset Value (NAV), Rule of Thumb,
Estimated Ultimate Reserves (EUR). Hasil penelitian ini menemukan bahwa Metode
NAV memberikan penilaian yang mendekati keakuratan terhadap nilai sesungguhnya
cadangan migas, dengan nilai rata-rata 0,976 mendekati nilai 1 cadangan migas dengan
penilaian EUR.

2.5 Hasil Penelitian


Pribadi (2012) melakukan penelitian dengan Teknik evaluasi Discounted Cash
Flow (DCF) dan Real Option (RO) pada valuasi investasi sumur di Blok Sanga-Sanga.
Hasilnya dalam metode DCF dan RO memiliki perbedaan yang mendasar dalam hal
ketidak pastian dalam sebuah proyek. Penilaian berdasarkan RO akan memberikan nilai
tambah dalam pengambilan keputusan investasi pengembangan lapangan sumur migas.
Hook, M (2009) melakukan penelitian dengan tujuan untuk memahami konsep
penurunan dan deplesi minyak dan mengukur tingkat penurunan dan penyusutan minyak
bumi untuk berbagai kategori ladang minyak. Metode penelitian yang digunakan adalah
decline curve analysis, depletion rates after the onset of decline dan depletion rates for
regions. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat penurunan minyak bumi
dapat diukur langsung dari data produksi, sementara tingkat deplesi tergantung pada
perkiraan sumber daya yang dapat dipulihkan. Perubahan dalam pemulihan akan
mempengaruhi penipisan tingkat dan tingkat deplesi, sementara tingkat penurunan tidak
terpengaruh. Sumber data dan sumber daya yang berbeda perkiraan yang dilakukan pada
waktu yang berbeda cenderung memberikan hasil yang berbeda.

2.6 Pergantian Pengelola


Setelah ditinggalkan Belanda tahun 1951, Lapangan minyak Kawengan di
Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, diambil alih perusahaan Minyak dan Gas Negara
(PERMIGAN). Perusahaan tersebut dibentuk pemerintah Republik Indonesia era
Presiden Soekarno untuk menasionalisasi aset-aset Minyak dan Gas (Migas) yang
sempat dikelola asing. Selanjutnya lapangan Kawengan berganti-ganti pengelola.
Diantaranya Perusahaan Perminyakan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPTMGB),
Lembaga Minyak dan Gas (LEMIGAS), PPT Migas dan selanjutnya di ambil alih
Pertamina pada tahun 1988 hingga sampai sekarang. Kejayaan lapangan Kawengan
yang kini dikelola Petamina EP (Eksplorasi-Produksi) itu mulai pudar. Keberadaan
industri minyak kini tak dapat dirasakan warga sekitar sebagai berkah. sehingga kerap
terjadi gesekan antara pekerja dengan masyarakat sekitar. Lebih dari itu, Desa
Banyuurip yang pernah menjadi sentral produksi minyak kini hanya menyisakan
kebisingan. Banyak pemuda desa yang lebih memilih merantau dan bekerja di kota
besar. Karena tidak kebagian pekerjaan di tanah kelahirannya sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Cepu Field Kawengan


Lapangan Kawengan merupakan lapangan tua, ditemukan 1894 oleh Belanda.
Letak: ± 20 km sebelah Utara Kota Cepu. Memiliki 6 lapisan produktif (L1-L6),
kedalaman sekitar 400 – 600 mbpl, merupakan Formasi Ngrayong (Miosen Tengah),
Lingkungan Pengendapan Transisi-Deltaik. Struktur antiklin tersesarkan, memanjang
Tenggara Baratlaut, panjang + 13 Km dan lebar + ½-1 Km.

3.2 Proses Pengolahan PPSDM Migas Cepu


Produksi Crude oil di Cepu Field Kawengan dilaksanakan dengan sistem Natural
Flow dan Artificial Lift. Adapun prinsip kerja beberapa system produksi crude oil
sebagai berikut :
1. Natural Flow

Gambar 3.1 Natural Flow

Sumur sembur alam adalah tekanan reservoir mampu mengalirkan fluida mengatasi
kehilangan tekanan sepanjang lubang sumur hingga ke separator di permukaan / ada ∆P
dari lubang sumur hingga permukaan. Keadaan demikian umumnya dapat ditemui pada
awal masa produksi suatu sumur, tetapi keadaan ini tidak dapat terus dipertahankan,
disebabkan tekanan reservoir akan terus menerus berkurang dari waktu ke waktu. Sumur
Sembur Alam (Natural Flow) di Distrik I ada 1 di lapangan Tapen dan jumlah paling
banyak di Struktur Gundih. Rata-rata sumur produksi Gas. Metoda
pemakaian Pompa Angguk atau Sucker Rod Pump (SRP) digunakan apabila suatu
sumur minyak sudah tidak dapat mengalirkan fluida dari dasar sumur ke atas permukaan
secara sembur alam.
2. Artificial Lift
Kriteria Sumur Minyak yang menggunakan Sucker  Rod Pump (SRP):Produktivitas
sumur, Q antara : 100 –  2000 BPD Tekanan reservoir (Pr), dimana Pr sebanding 
dengan tinggi kolom cairan dalam tubing dimana, minimal 1/3 dari kedalaman perforasi.
Kemampuan SRP untuk mengatasi problem :
                         Pasir      : sedang
                         Parafin   : buruk
                         Scale     : baik
                         Korosi   : baik
                         GOR     : sedang
                         Emulsi   : baik
Jenis penggerak SRP ini menggunakan 2, yaitu :
 Menggunakan walking Beam Type PU
 Menggunakan system Hydralic (HPU)
Artificial Lift sucker Rod pump di Field Cepu jumlah cukup banyak. Yang tersebar
di struktur Kawengan, Nglobo dan Ledok.

Gambar 3.2 Prinsip Kerja Artificial Lift


Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh sistem pitman-
crank assembly, kemudian gerak naik turun ini oleh horse head, dijadikan gerak lurus
naik turun (angguk) untuk menggerakan plunger melalui rangkaian rod. Pada saat up
stroke plunger bergerak ke atas menyebabkan tekanan di bawah turun. Karena tekanan
dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam pompa, akibatnya standing valve terbuka
dan minyak masuk ke dalam barrel. Pada saat down stroke beban fluida yang ada di
dalam barrel dan tekanan yang diakibatkan oleh naiknya plunger, maka standing valve
menutup sedangkan travelling valve pada plunger terbuka akibat tekanan minyak yang
tidak di dalam barrel, selanjutnya pada saat up stroke maksimum minyak akan
dipindahkan ke dalam tubing. Proses ini dikakukan secara berulang – ulang, sehingga
minyak dapat mengalir ke permukaan.
3. Hydraulic Pump Unit
Hydraulic fluid bertekanan tinggi dari power pack dipompakan menuju ke hydraulic
jack guna mentransmisikan pressure dari hydraulic fluid menjadi gerakan naik turun
pada hydraulic jack.
4. Progressive Cavity Pump (PCP)
Salah satu metoda pengangkatan ini yaitu menggunakan Progressive Cavity Pump
(PCP). PCP merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan lifting minyak
dari sumur-sumur produksi. Progressive Cavity Pump (PCP) adalah salah satu alat yang
digunakan dalam metodaartificial lift (Nelik, 2005) [2] . PCP sangat baik diaplikasikan
pada sumur yang mengandung pasir, mampu mengatasi problem minyak parafin dan
tidak menyebabkan gas lock pada sumur produksi. Progressive Cavity Pump (PCP)
merupakan jenis pompa putar (Rotary Pump) yang terdiri dari dua komponen utama
yaitu Rotor dan Stator. Prinsip Kerjanya yaitu proses pemindahan dari rongga-rongga
yang terbentuk antara rotor dan stator yang berlangsung secara terus-menerus dimana
rotor yang berputar dalam stator. Pada waktu rotor berputar secara eksentris di dalam
stator serangkaian rongga-rongga yang terpisah 180’ satu sama lain bergerak maju dari
sisi sebelah bawah naik menuju sisi pompa sebelah atas. Pada saat rongga yang satu
mengecil rongga yang bersebelahan akan membesar dengan kecepatan yang sama
sehingga terjadi aliran fluida tanpa kejutan-kejutan, karena tidak ada katup (valve)
seperti pada pompa sucker rod sehingga tidak ada gas yang terperangkap (gas lock).
5. Electric Submergible Pump (ESP)
Electric Submersible Pump (ESP) adalah sejenis pompa sentrifugal berpenggerak motor
listrik yang didesain untuk mampu ditenggelamkan di dalam sumber fluida kerja.
Tujuannya adalah untuk dapat menghindari terjadinya kavitasi pada pompa. Pompa
dengan desain khusus ini digunakan pada kondisi-kondisi yang khusus pula. Seperti
untuk mengangkat air dari sumber / mata air yang berada di dalam tanah, mengangkat
fluida berwujud sludge (lumpur), dan juga mengangkat minyak mentah pada proses
pengeboran minyak bumi.
Pompa ini berjenis sentrifugal multistage dengan jumlah stage yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan. Setiap stage terdiri atas impeller dan difuser yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida serta mengalirkannya langsung ke stage selanjutnya
Dilapangan Field Cepu pompa jenis ini juga digunakan pada beberapa sumur. Prinsip
kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk kedalam pompa melalui intake akan diterima
oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai
akibat proses centrifugal maka fluida akan terlempar keluar dan diterima oleh diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial
(tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki
energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi
terus-menerus sehingga tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages,
artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan
pompa mengangkat fluida
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah pelaksanaan kunjungan lapangan ini, dapat disimpulkan bahwa :
 Kunjungan Cepu Field Kawengan dikategorikan sebagai kunjungan lapangan sektor
hulu yang dimana memperlihatkan cara produksi Crude Oil dari bagian bawah tanah
atau reservoir.

 Produksi minyak dan gas memerlukan proses yang kompleks agar mendapatkan hasil
yang diinginkan.
 Kunjungan seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa karena dapat menyinkronkan
apa yang selama ini di dapat dalam kelas dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.

4.2 Saran
Pendamping sebaiknya diberikan oleh alumni PEM Akamigas agar mahasiswa yang
berkunjung dapat bertanya mengenai prospek karir dalam bidang refinery dan pengolahan
migas.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Fauzi. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.


https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2394168/inilah-lapangan-minyak-kawengan-
setelah-ditinggal-belanda
Rosyidi dkk. 2020.Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif.

Anda mungkin juga menyukai