Anda di halaman 1dari 5

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Analisis
Masalah
N eksplorasi
yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
o. penyebab
diidentifikasi
masalah
Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil
1. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Sesiomadika kajian literatur dan
(2019) wawancara
(http://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika) dengan teman
Menurut Abdurrahman (2012:20) menyatakan bahwa faktor lain sejawat, maka
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah diambil
kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal kseimpulan bahwa
ini disebabkan adanya anggapan bahwa matematika adalah salah satu penyebab hasil
mata pelajaranyan paling sulit dan menakutkan dibanding dengan belajar
mata pelajaran lain. matematika siswa
kurang adalah :
2. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1. Motivasi
halaman 28-34. ISBN: 978-623-91681-0-0 (Arviana, Azura., belajar siswa
Syahrilfuddin., & Antosa, Zariul. 2020. Analisis Penyebab rendah
Rendahnya Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika 2. Kemampuan
Kelas IVB SD Negeri 147 Pekanbaru) dasar
Hasil belajar
Menurut Ruseffendi (Ahmad Susanto, 2014) mengidentifikasi faktor- berhitung
Matematika
1 faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, masih kurang
siswa masih
yaitu:
rendah
(1) Kecerdasan Anak,
(2) Kesiapan atau Kematangan,
(3) Bakat Anak,
(4) Kemauan Belajar,
(5) Minat,
(6) Model Penyajian Materi Pelajaran,
(7) Pribadi dan Sikap Guru,
(8) Suasana Pengajaran,
(9) Kompetensi Guru,
(10) Masyarakat.

Hasil wawancara :
1. Sebagian siswa di kelas 8 mendapat nilai di bawah KKM
2. Kemampuan dasar berhitung siswa masih belum tuntas
3. Motivasi dan minat belajar siswa masih kurang

Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


1. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika kajian literatur dan
Sesiomadika (2019) wawancara
(http://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika) dengan teman
Abdurrahman (2012:20) menyatakan bahwa yang menjadi faktor sejawat, maka
penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman peserta didik diambil
terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode kseimpulan bahwa
Kemampuan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam penyebab
dasar pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang kemampuan dasar
2
matematika menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai matematika siswa
siswa rendah pendengar. rendah adalah :
1. Pembelajaran
2. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 13, No.2 (2020) belum inovatif
Menurut Adrina Fauza (2020) terdapat beberapa faktor yang menjadi 2. Dampak
penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis “learning
siswa, diantaranya adalah proses pembelajaran yang belum mampu loss” selama
memberikan semangat dan keinginan siswa dalam belajar, sehingga pembelajar-an
pembelajaran masih bersifat satu arah, belum ada interaksi yang kuat daring
antara guru dan siswa dalam proses belajar, serta tidak pernah
diajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah
sehingga siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal berbentuk
pemecahan masalah.

3. Jurnal Ilmiah Didaktika Agustus 2021 Vol. 22, No.1 (2021)


Hafriani (2021) menyatakan bukan salah siswa di Indonesia tidak
dapat menaklukkan matematika, akan tetapi salah satu penyebabnya
dikarenakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajarannya masih
kurang kreatif dan inovatif, sehingga membuat siswa bosan dan
mudah jenuh dalam proses pembelajaran. Guru masih banyak
menjelaskan sehingga peserta didik kurang mengalami proses
penemuan konsep-konsep pembelajaran, hal ini menyebabkan siswa
menjadi mudah lupa terhadap materi yang diterimanya dan kurang
aktif dalam pembelajaran matematika.

Hasil wawancara :
1. Siswa jarang belajar dan tidak berlatih selama pembelajaran daring
2. Guru lebih banyak menjelaskan/ ceramah
3. Pembelajaran matematika cederung membosankan karena siswa
lebih banyak mendengar dan berhitung
4. Rendahnya keingintahuan siswa terhadap pembelajaran
5. Siswa cenderung pasif selama pembelajaran

Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


1. Jurnal Empati, Agustus 2017 Vol. 7 (Nomor 3), Halaman 154 – 159 kajian literatur dan
Gina Nadya Emeralda, Ika Febrian Kristiana (2017), “... ada wawancara
hubungan positif dukungan orangtua dengan motivasi belajar siswa dengan teman
sekolah menengah pertama.” sejawat, maka
diambil
2. Skripsi kseimpulan bahwa
SAPUTRA, ISNADIE FEBRIAN (2012) IDENTIFIKASI FAKTOR- penyebab
FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG komunikasi antara
TUA WALI MURID DI TK LUAR BIASA PUTRA JAYA MALANG. S1 guru dan orangtua
thesis. Universitas Muhammadiyah Malang siswa terkai
(https://eprints.umm.ac.id/32026/) pembelajaran
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah faktor penghambat masih kurang
Komunikasi
komunikasi orangtua dan guru yaitu dari faktor dari orang tua yang adalah:
antara guru
meliputi: sulit mencari orang tua dan rumah jauh, orang tua tidak 1. Orangtua
dan orangtua
3 perhatian, kesibukan orang tua, kemampuan orang tua, faktor kurang
siswa terkait
ekonomi dan orang tua yang over komunikasi dan guru. Faktor mendukung
pembelajaran
selanjutnya yaitu berasal dari faktor dari guru yang meliputi proses belajar
masih kurang
kurangnya motivasi guru untuk melakukan kunjungan kepada wali siswa (baik
murid (home visit), kurangnya respon dari orang tua dalam proses dari segi
komunikasi, sulit menyesuaikan waktu dan kurang adanya kerjasama perhatian,
antara guru dan wali biaya, waktu,
dll)
Hasil Wawancara : 2. Kurangnya
1. Orangtua kurang memberi respon terkait proses belajar siswa kerjasama
2. Orangtua kurang memberi perhatian kepada siswa antara guru
3. Orangtua lebih fokus dalam memenuhi ekonomi keluarga dan wali kelas
4. Guru dan wali kelas kurang bersinergi dalam menangani siswa
5. Siswa tidak tinggal bersama orangtuanya atau tempat tinggalnya jauh
6. Guru muda dianggap tidak memahami penanganan siswa

Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


Implementa-
1. Jurnal Pesona Dasar Vol.6 Bo.2, Oktober 2018, hal 22 – 32. kajian literatur dan
4 si model
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Syiah Kuala wawancara
pembelajar- dengan teman
an inovatif di Mislinawati, Nurmasyitah (2018) menyatakan kendala yang sangat sejawat, maka
kelas belum dirasa oleh guru adalah ketika menyesuaikan sintak dengan kerjaan diambil
maksimal yang dilakukan oleh guru. Guru mengalami kendala dalam kseimpulan bahwa
mengarahkan siswa mengidentifikasi masalah, siswa belum dapat penyebab
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada materi pelajaran. implementasi
Hal ini bisa disebabkan oleh kebiasaaan guru mengajar dengan model
metode lama yang lebih dominan peran guru daripada siswa. Selain pembelajaran
itu, guru juga terkendala dalam mengarahkan siswa terlihat aktif inovatif di kelas
dalam kerja kelompok. belum maksimal
adalah :
2. Skripsi WAHYU HARISMAWAN (2019) PERMASALAHAN 1. Pemahaman
YANG DIHADAPI GURU DALAM MENGEMBANGKAN guru mengenai
PEMBELAJARAN INOVATIF PADA MAPEL PPKN (STUDI model
DESKRIPTIF di SMPN 2 SELONG). S1 thesis. Universitas Mataram pembelajaran
Adapun temuan dalam penelitian ini yaitu : inovatif masih
Pertama permasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kurang
pembelajaran inovatif yaitu : (a) ketersediaan sarana dan prasarana 2. Guru belum
yang belum terpenuhi. (b) kemampuan siswa yang tidak sama rata, terbiasa
perbedaan daya serap oleh siswa membuat guru harus mengulang – menerapkan
ulang materi atau penjelasan terhadap sesuatu saat proses pembelajaran
pembelajaran berlangsung. Kedua faktor penyebab terjadinya inovatif
permasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan
pembelajaran inovatif yaitu : (a) Minimnya kemampuan personal
guru dalam mengadakan alat peraga atau alat praktek mengajar. (b)
Kompetensi guru yang dimiliki belum maksimal

3. Itqan, Vol. 8, No.2, Juli – Desember 2017


Said Alwi (2017), “problematika yang dihadapi guru dalam
pengembangan media yaitu masih kurangnya alat-alat media
pembelajaran yang ada disekolah dan kemampuan guru dalam
menggunakan alat-alat media pembelajaran masih kurang.”

Hasil Wawancara :
1. Pembelajaran cenderung membosankan
2. Siswa hanya menjadi penerima pembelajaran
3. Siswa cemderung pasif dalam pembelajaran
4. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah
5. Guru belum menerapkan pembelajaran inovatif dengan maksimal
6. Perbedaan karakteristik siswa sehingga guru sering mengulang
penjelasan yang sama
7. Siswa aktif sulit ditangani ketika pembelajaran berkelompok
8. Guru belum memberi stimulus yang tepat agar siswa antusias

Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil


1. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Unesa Volume kajian literatur dan
10 Nomor 1 (2022) wawancara
Tri Nuraini, Julianto (2022) Adapun faktor yang dapat menyebabkan dengan teman
peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal sejawat, maka
berbasis HOTs, yaitu karena peserta didik yang belum terbiasa dalam diambil
Pembelajaran
menyelesaikan soal berbasis HOTs, peserta didik masih memerlukan kseimpulan bahwa
di kelas belum
5 bantuan orang lain dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam penyebab
berorientasi
memahami kalimat atau maksud dari soal, kurang teliti dalam pembelajaran di
HOTS
membaca dan memahami soal, serta pemahaman materi yang kurang. kelas belum
Dalam menyelesaikan soal HOTs terkadang guru perlu memberi berorientasi
stimulus pada peserta didik agar peserta didik dapat menyelesaikan HOTS adalah :
soal HOTs tersebut. 1. Pemahaman
guru dalam
membuat
2. Naradidik : Journal of Education & Pedagogy Volume 1 Nomor soal HOTS
12022, pp 103 – 112 (https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/mar ) dan menerap-
Rizki Pratama Dalma, Junaidi (2022), “...mereka tidak memahami kan
materi karena kesulitan dari cara guru mengajar baik itu karena guru pembelajar-
yang menggunakan istilah yang sulit dipahami, penyampaian materi an berbasis
yang terkadang kurang jelas maupun guru yang terlalu cepat HOTS masih
mengajarkan materi dalam proses belajar. Di lain hal berdasarkan kurang
observasi dapat ditemui penyebab siswa kesulitan memahami materi maksimal
adalah karena mereka yang tidak serius dalam belajar. Hal tersebut 2. Kemampu-
terlihat dari sikap mereka yang mengantuk saat belajar dan ada juga an
yang mengobrol dengan siswa lain. Ketidaktarikan siswa dalam pemecahan
belajar disebabkan oleh guru yang mengajar banayak menggunakan masalah
metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan kemampuan matematika
berfikir siswa tidak terasah. Penyebab guru yang banyak siswa rendah
menggunakan metode ceramah adalah karena kurangnya pelatihan
yang di dapat berkenaan pembelajaran HOTS dan soal HOTS,
sehingga pengalaman guru tentang HOTS masih terbilang rendah.”

3. Skripsi SUCI RAMDHANTI (2020) ANALISIS KEMAMPUAN


GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATA PELAJARAN IPS
KELAS TINGGI. S1 thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta
“...dapat diketahui bahwa kendala yang dialami guru diantaranya
yaitu: keterbatasan waktu untuk menyusun soal HOTS, belum paham
dalam mencari dan mencocokan KKO untuk soal HOTS, pemilihan
KD yang terkadang kurang tepat, minimnya sosialisasi mengenai
pembuatan soal HOTS, masih membuat soal yang modelnya sama.”

4. JURNAL SAINTIKA UNPAM : Jurnal Sains dan Matematika


Unpam Vol. 3, No. 2 (2021), page 150 – 160
Arie Purwa Kusuma, Syifa Faith (2021) dalam penilitiannya
diperoleh faktor peyebabnya adalah 1) Kurangnya pemahaman
konsep yang digunakan dalam perhitungan, 2) tidak mampu
memahami soal berupa narasi, 3) salah mendeskripsikan pertanyaan
dari soal, 4) kurangnya berlatih dalam menyelesaikan soal sistem
persamaan linier dua variable. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal
HOTS sistem persamaan linier adalah kurang memahaminya konsep
SPLDV, kurangnya berlatih dalam menyelesaikan soal sistem
persamaan linier yang membutuhkan pemahaman dan penalaran
tinggi
Phonapichat, Wongwanich, dan Sujiva (2014) telah mengidentifikasi
siswa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika yaitu
kesulitan memahami kata kunci masalah, menemukan asumsi dan
informasi kunci dalam masalah, menebak-nebak ketika siswa gagal
memahami masalah, ketidaksabaran dan keengganan untuk membaca
masalah secara menyeluruh, dan siswa tidak menyukai masalah kata
panjang.

Hasil Wawancara :
1. Guru terbiasa memberikan soal LOTS dan MOTS agar melewati
KKM
2. Guru belum terbiasa membuat soal HOTS
3. Siswa kesulitan memahami soal matematika
4. Siswa tidak tertarik pembelajaran matematika
5. Siswa tidak memahami materi
6. Kemampuan dasar matematika siswa rendah
7. Siswa sulit mengubah masalah matematika ke dalam model
matematika dan tidak bisa menyelesaikannya
Hasil Kajian Literatur : Berdasarkan hasil
1. Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) : 131 – 138 kajian literatur dan
Vol.4 No.1 (Januari, 2014) Ceha, dkk (2014) wawancara
“masalah utama yang dihadapi mitra saat ini adalah kemampuan guru dengan teman
dalam pemanfaatan IT atau ICT untuk kegiatan pembelajaran belum sejawat, maka
merata. Selain itu perkembangan internet yang juga membawa diambil
dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat sehingga perlu kseimpulan bahwa
dilakukan upaya secara aktif dari semua stakeholder sekolah dalam penyebab
peningkatan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pemanfaatan
informasi dan komunikasi” teknologi/ inovasi
dalam
2. Seminar matematika dan Pendidikan Matematika UNY 2017 pembelajaran
Edi Winarko (2017) menyatakan “... faktor terakhir adalah asumsi matematika belum
bahwa matematika itu sulit dari si anak sendiri. Matematika sudah maksimal adalah :
telanjur dianggap sebagai sesuatu yang susah sehingga tertanam 1. Pemahaman
dalam pada anak membuatnya malas untuk belajar. Anak-anak guru
kurang tertarik saat mereka tidak melihat tujuan atau manfaat dari mengenai
materi yang mereka pelajari. Untuk itu penting untuk terus pembelajar-
menunjukkan kepada mereka bagaimana matematika berguna dalam an berbasis
kehidupan nyata. Misalkan, libatkan mereka dalam kegiatan seperti teknologi dan
memasak, dimana dalam kegiatan keseharian ini kita memerlukan inovasi
pengukuran, perlu tahu waktu, suhu dan uang. Contoh lain, anak kecil belum
Pemanfaatan
bisa diminta mengurutkan koin, yang lebih tua bisa membantu maksimal
teknologi/
memperkirakan pengeluaran saat berbelanja. Anak-anak selalu 2. Motivasi diri
inovasi dalam
tertarik pada game, terutama bila ada unsur persaingan dengan teman, guru untuk
6 pembelajaran
orang tua atau saudara kandung. Beberapa situs online, seperti menerapkan
Matematika
Mathville (www.mathville.com/), dreambox (www.dreambox.com/) pembelajara
belum
menyediakan pengajaran Matematika berbasis game.” n berbasis
maksimal
teknologi
3. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 3 No 2 (2015) dan inovasi
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan TIK oleh Guru, Sri masih rendah
Lestari (2015). Hal: 121 – 134 3. Pengawasan
“.. di kalangan peserta didik, ada kecenderungan bahwa mereka sudah terhadap
merasa puas terhadap materi pelajaran yang diberikan guru secara siswa dalam
tatap muka atau langsung sehingga menyebabkan mereka tidak mau menggunaka
atau malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di internet n teknologi
walaupun sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam terbatas
penerapan TIK.”

Hasil Wawancara :
1. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah
2. Siswa cenderung pasif dan cuek
3. Siswa tidak siap dengan pembelajaran tatap muka
4. Guru jarang memperbaharui pengetahuan teknologinya dalam
pembelajaran
5. Penggunaan teknologi/ aplikasi pembelajaran di dalam kelas terbatas
6. Siswa sulit diawasi dalam penggunaan teknologi di kelas
7. Guru belum banyak mengenali pembelajaran berbasis teknologi dan
inovasi

Anda mungkin juga menyukai