Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang professional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN adalah PNS dan PPPK yang diangkat oleh
pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No. 5 Tahun 2014).
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Selain itu, masyarakat yang
juga semakin dinamis mengikuti perkembangan IPTEK menjadi
tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan
kualitas pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Diperkirakan setidaknya 11% dari beban penyakit di dunia
berasal dari penyakit atau keadaan yang sebenarnya bisa ditanggulangi
dengan pembedahan. WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah
masalah kesehatan masyarakat (KEMENKES RI, 2018). Berkaitan
dengan itu pula pada World Health Assembly bulan Mei tahun 2015
menyetujui suatu resolusi yang berjudul Strengthening emergency and
essential surgical care anaesthesia as a component of universal health
coverage, yang pada dasarnya meminta semua anggota WHO
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan bedah terutama dalam
mengatasi masalah gawat darurat dan esensial.
Pembedahan atau operasi adalah tindakan pengobatan dengan
cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh, dan
pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh
yang akan ditangani serta dilakukan perbaikan dan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Apriansyah, Romadoni & Andrianovita,
2015). Setelah selesai dilakukan tindakan pembedahan, pasien akan
kembali ke ruang perawatan untuk mendapatkan perawatan pasca
pembedahan. Salah satu intervensi keperawatan yang diberikan pada
pasien pasca pembedahan adalah mobilisasi dini.
Pasien dengan pasca pembedahan dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini. Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan
pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur
(latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakan tungkai)
sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar
mandi dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer, 2001). Indikasi di
perbolehkan untuk latihan rentang gerak menurut Potter,P (2006) stroke
atau penurunan tingkat kesadaran, kelemahan otot, fase rehabilitasi
fisik, klien dengan tirah baring lama. Sedangkan kontra indikasi untuk
latihan rentang gerak ialah trombus/emboli pada pembuluh darah,
kelainan sendi atau tulang, klien fase imobilisasi karena kasus penyakit
(jantung), trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat.
Di ruang bedah II RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro dalam kurun waktu 1 minggu terhitung tanggal 19
september 2022 sampai 25 september 2022 jumlah pasien yang
menjalani operasi sebanyak 18 pasien. Jumlah pasien post operasi
yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 8 pasien ( 44.5%).
Sedangkan jumlah pasien post operasi yang tidak melakukan mobilisasi
dini sebanyak 10 pasien (55.5 %). Pasien tidak melakukan mobilisasi
dini dikarenakan rasa takut untuk bergerak, nyeri pada luka operasi
bahkan bergantung dalam melakukan aktivitas sehingga enggan
bergerak dan hanya berada diatas tempat tidur saja. Jika hal tersebut
dibiarkan akan membuat proses pengembalian fungsi tubuh menjadi
lama dan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terhambat.
Berdasarkan uraian diatas dimana masih tingginya angka pasien
yang tidak melakukan mobilisasi dini pasca tindakan pembedahan,
maka penulis memecahkan masalah atas isu yang diangkat dengan
rancangan aktualisasi dan habituasi yang berjudul “Optimalisasi
Mobilisasi Dini Menuju Penyebuhan Cepat Pada Pasien Post
Operasi di Ruang Bedah II RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro”.
1.2 Tujuan Aktualisasi
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN
yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (BerAKHLAK) di lingkungan kerja
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyediakan media edukasi berupa leaflet dan video tutorial
mobilisasi dini
b. Melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai pentingnya mobilisasi dini
c. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien
menuju penyebuhan cepat.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi Penulis
Terbentuknya pribadi ASN yang profesional dan berkarakter
melalui nilai-nilai dasar BerAKHLAK saat menjalankan tugas di
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
1.3.2 Manfaat bagi Instansi
Mendapat inovasi baru untuk membantu tercapainya mutu
rumah sakit untuk pelayanan yang maksimal terhadap pasien.
1.3.3 Manfaat bagi Masyarakat
Mendapatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas dari
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro sehingga
tercapai kepuasaan masyarakat.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Fokus Aktualisasi
Ruang lingkup dalam aktualisasi ini meliputi sosialisasi mobilisasi
dini pada pasien dan keluarga pasien serta penatalaksanaan
langsung ke pasien.
1.4.2 Lokasi Aktualisasi
Lokasi aktualisasi dilaksanakan di Ruang Bedah II RSUD Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
1.4.3 Waktu Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober 2022
sampai 19 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai