Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang professional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN adalah PNS dan PPPK yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No. 5 Tahun 2014). Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Selain itu, masyarakat yang juga semakin dinamis mengikuti perkembangan IPTEK menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Diperkirakan setidaknya 11% dari beban penyakit di dunia berasal dari penyakit atau keadaan yang sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan. WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah masalah kesehatan masyarakat (KEMENKES RI, 2018). Berkaitan dengan itu pula pada World Health Assembly bulan Mei tahun 2015 menyetujui suatu resolusi yang berjudul Strengthening emergency and essential surgical care anaesthesia as a component of universal health coverage, yang pada dasarnya meminta semua anggota WHO meningkatkan akses dan kualitas pelayanan bedah terutama dalam mengatasi masalah gawat darurat dan esensial. Pembedahan atau operasi adalah tindakan pengobatan dengan cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh, dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh yang akan ditangani serta dilakukan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Apriansyah, Romadoni & Andrianovita, 2015). Setelah selesai dilakukan tindakan pembedahan, pasien akan kembali ke ruang perawatan untuk mendapatkan perawatan pasca pembedahan. Salah satu intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien pasca pembedahan adalah mobilisasi dini. Pasien dengan pasca pembedahan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer, 2001). Indikasi di perbolehkan untuk latihan rentang gerak menurut Potter,P (2006) stroke atau penurunan tingkat kesadaran, kelemahan otot, fase rehabilitasi fisik, klien dengan tirah baring lama. Sedangkan kontra indikasi untuk latihan rentang gerak ialah trombus/emboli pada pembuluh darah, kelainan sendi atau tulang, klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung), trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat. Di ruang bedah II RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dalam kurun waktu 1 minggu terhitung tanggal 19 september 2022 sampai 25 september 2022 jumlah pasien yang menjalani operasi sebanyak 18 pasien. Jumlah pasien post operasi yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 8 pasien ( 44.5%). Sedangkan jumlah pasien post operasi yang tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 10 pasien (55.5 %). Pasien tidak melakukan mobilisasi dini dikarenakan rasa takut untuk bergerak, nyeri pada luka operasi bahkan bergantung dalam melakukan aktivitas sehingga enggan bergerak dan hanya berada diatas tempat tidur saja. Jika hal tersebut dibiarkan akan membuat proses pengembalian fungsi tubuh menjadi lama dan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terhambat. Berdasarkan uraian diatas dimana masih tingginya angka pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini pasca tindakan pembedahan, maka penulis memecahkan masalah atas isu yang diangkat dengan rancangan aktualisasi dan habituasi yang berjudul “Optimalisasi Mobilisasi Dini Menuju Penyebuhan Cepat Pada Pasien Post Operasi di Ruang Bedah II RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro”. 1.2 Tujuan Aktualisasi 1.2.1 Tujuan Umum Penulis mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (BerAKHLAK) di lingkungan kerja RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro 1.2.2 Tujuan Khusus a. Menyediakan media edukasi berupa leaflet dan video tutorial mobilisasi dini b. Melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya mobilisasi dini c. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien menuju penyebuhan cepat. 1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat bagi Penulis Terbentuknya pribadi ASN yang profesional dan berkarakter melalui nilai-nilai dasar BerAKHLAK saat menjalankan tugas di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro 1.3.2 Manfaat bagi Instansi Mendapat inovasi baru untuk membantu tercapainya mutu rumah sakit untuk pelayanan yang maksimal terhadap pasien. 1.3.3 Manfaat bagi Masyarakat Mendapatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas dari RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro sehingga tercapai kepuasaan masyarakat. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Fokus Aktualisasi Ruang lingkup dalam aktualisasi ini meliputi sosialisasi mobilisasi dini pada pasien dan keluarga pasien serta penatalaksanaan langsung ke pasien. 1.4.2 Lokasi Aktualisasi Lokasi aktualisasi dilaksanakan di Ruang Bedah II RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. 1.4.3 Waktu Aktualisasi Kegiatan aktualisasi dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober 2022 sampai 19 November 2022.
Skripsi - Full - Pengaruh Latihan Aktivitas Fisik Terhadap Tingkat Mobilisasi Pasien Paska Bedah Apendektomi Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung - Yuliana - Bayu PDF