Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : EKO SULISTIAWATI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 031367927

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4440 / KEUANGAN PUBLIK

Kode/Nama UPBJJ : 20 / BANDAR LAMPUNG

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN
1. Di dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada Bab VI
Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa daerah mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi. Kemudian hal ini di follow up dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditujukan untuk menyelenggarakan
fungsi pemerintahan yang lebih luas kepada daerah dalam wujud desentralisasi untuk mengurus
daerahnya. Melalui kebijakan otonomi daerah dapat berdampak positif terhadap : (1)
Perkembangan pembangunan ekonomi daerah yang efektif, efisien dan tangguh dengan
memberdayakan stakeholder dan potensi ekonomi daerah; (2) Kemajuan pembangunan
pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat; dan (3) Meningkatkan kualitas hidup melalui
sumber daya manusia di daerah yang handal yang mampu mengelola potensi dan kepentingan
daerah. Hal ini dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Untuk
merealisasikannya diperlukan dukungan resources financing (sumber daya pendanaan) dalam
membangun daerah sejalan dengan implementasi desentralisasi. Oleh sebab itu harus disertai
juga dengan pengelolaan keuangan daerah yang baik oleh pemerintah daerah (good
governance). Di dalam pengelolaan keuangan daerah harus berorientasi pada prinsip-prinsip :
 Transparance (Transparansi), yaitu adanya keterbukaan dari pemerintah daerah dalam
proses pembuatan kebijakan mengenai keuangan daerah, dan memberikan kebebasan
memperoleh informasi kepada masyarakat berkaitan dengan penggunaan keuangan
dalam pembangunan daerah.
 Efficient (Efisien), yaitu setiap pengeluaran anggaran daerah berdasarkan proporsi
kebutuhan program dan kegiatan daerah guna menghasilkan output atau income tanpa
mengurangi pelayanan yang optimal kepada public.
 Effective (Efektif), yaitu dalam implementasi kebijakan keuangan harus tepat guna dan
tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat, serta realisasi anggaran sesuai dengan
rencana pembangunan dan habis terpakai.
 Accountability (Akuntabilitas), yaitu kepercayaan dalam pengelolaan keuangan daerah
wajib dipertanggungjawabkan kepada semua elemen masyarakat. Secara institusional
pertanggungjawaban dilakukan kepada Legislatif (DPRD) sebagai representatif dari
masyarakat yang dapat menilai kinerja Eksekutif (PEMDA) dengan menggunakan
kriteria dan tolok ukur yang bersifat komprehensif yang mencakup aspek kebijakan dan
penggunaan anggaran.
 Participative (Partisipatif), yaitu adanya peran serta langsung atau tidak langsung dari
publik dalam memberikan kajian, koreksi/kritikan, dan masukan yang
konstruktif terhadap system pengelolaan keuangan daerah yang profesional dan
akuntabel. Di samping itu, kebijakan pembangunan dalam anggaran daerah
mengakomodasi aspirasi masyarakat serta memberi peran yang besar kepada
masyarakat dalam wujud pemberdayaan masyarakat dalam membangun daerah melalui
proyek-proyek pembangunan.
Dalam kebijakan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah di masa otonomi
daerah membawa konsekuensi berbagai fluktuasi dalam keuangan daerah yang didalamnya
struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). adapun struktur APBD
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yang meliputi : (a) Pendapatan daerah; (b) Belanja Daerah; dan (c) Pembiayaan.
2. Musgrave and Peacock (eds, 1958) dalam Peacock and Scott (2000) menyatakan paling tidak
ada tiga interpretasi dari hukum Wagner yang sering dirujuk, sejak dikeluarkan tahun 1883
hingga dicapai final statement pada tahun 1911. Rangkuman dari formulasi yang dikemukakan
Wagner disajikan oleh Peacock & Scott sebagai beriku:
 Wagner mempertimbangkan bahwa beliau mengamati semacam pola keteraturan dari
pertumbuhan pengeluaran pemerintah, dengan mendefinisikan pemerintah sebagai
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan oleh Peacock & Scott ditambahkan termasuk
Badan Usaha Milik Negara. Adanya keteraturan ini, oleh Wagner dipandang sebagai
suatu hukum, yang mungkin berlaku di beberapa negara, namun tidak berlaku di
beberapa negara yang lain.
 Wagner menyatakan hukum tentang pengeluaran pemerintah, dan ini bisa diartikan
sebagai perkembangan pengeluaran pemerintah baik secara absolut dan secara relatif.
Wagner juga menyatakan adanya kemungkinan bahwa perkembangan pengeluaran
pemerintah mungkin berbeda-beda antara level pemerintah pusat dan level pemerintah
daerah. Perbedaan ini menyangkut fungsi dasar dari pemerintah yaitu, pengeluaran
untuk bidang pertahanan dan keamanan, termasuk dalam tanggung jawab pemerintah
dalam konsep welfare state seperti akses pendidikan, jaminan pensiun, dan tunjangan
pada pengangguran.
 Wagner menyadari bahwa hukum yang menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
pengeluaran pemerintah seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita
masyarakat, mungkin akan menimbulkan pertanyaan apakah ada treshold sampai kapan
hal ini akan berlaku? Timm (1961: I.3) dalam Peacock & Scott (2000) yang khusus
melakukan kajian analisis pada buku dari Wagner menyatakan bahwa Wagner sendiri
tidak yakin dengan hukum ini akan berlaku sampai kapan. Yang jelas, Wagner
melakukan pengamatan panjang pada masa negara-negara di Eropa mengalami proses
industrialisasi. Wagner juga menyadari bahwa tentu ada batas dari pertumbuhan
pengeluaran pemerintah. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan G pasti akan diikuti
dengan peningkatan pajak (T), dan para pembayar pajak tentu keberatan jika harus
menanggung pajak yang semakin tinggi untuk membiayai kenaikan G.

3. kata ini berasal dari bahasa latin, yaitu fiscus yang berarti pemegang kekuasaan atau keuangan
pertama ketika zaman Romawi kuno, yang harfiahnya punya arti tas atau keranjang. kebijakan
fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan cara mengatur pengeluaran
dan pendapatan negara (berupa pajak). Kebijakan ini diadakan supaya pemerintah bisa
mengatasi persoalan pembangunan dalam negara. Instrumen kebijakan fiskal adalah APBN
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Melalui unsur APBN ini, cuma pembelanjaan,
pengeluaran, dan pajak yang bisa diatur pemerintah lewat kebijakan fiskal. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian negara ke arah yang lebih
baik lagi dan lebih sejahtera. Kalau kebijakan fiskal dijalankan oleh pemerintah, kebijakan
moneter dijalankan oleh bank sentral (Bank Indonesia). Berikut ini beberapa tujuan kebijakan
fiskal:
 Mencegah pengangguran.
 Membuka lapangan kerja yang luas.
 Menstabilkan harga lewat penggerakan pos penerimaan dan pengeluaran dalam APBN.
 Menjaga stabilitas harga agar terhindar dari inflasi.
 Memicu pertumbuhan ekonomi.
 Mencapai keadilan sosial.
 Mendorong perkembangan investasi.
Ada 4 fungsi kebijakan fiscal diantaranya
 Fungsi Alokasi. Fungsi ini untuk menentukan secara tepat ke mana dana akan
dialokasikan. Fungsi ini erat berkaitan dengan perpajakan dan pengeluaran karena
alokasi dana tergantung dengan pengumpulan pajak dan pemerintah dalam
menggunakan dananya.
 Fungsi Distribusi. Kalau fungsi alokasi berguna untuk menentukan berapa banyak dana
yang akan disisihkan dan ke mana tujuannya, fungsi distribusi ini berguna untuk
menentukan lebih spesifik lagi bagaimana cara dana tersebut akan didistribusikan ke
seluruh segmen ekonomi. Misalnya, pemerintah mengalokasikan dana 3T untuk
program kesehatan.
 Fungsi Stabilisasi. Fungsi ini bertujuan untuk mencapai kestabilan laju pertumbuhan
ekonomi lewat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
 Fungsi Pembangunan. Kebijakan fiskal yang tepat sasaran dalam jangka panjang akan
memengaruhi terciptanya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai