Anda di halaman 1dari 180

1

2
3
i

KATA PENGANTAR

‫يم‬ ٰ ‫ٱلرحْ هم ِن‬


ِ ‫ٱلر ِح‬ ِ ٰ ‫س ِم ه‬
ٰ ‫ٱَّلل‬ ْ ِ‫ب‬
Assalaamu ‘alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
menganugerahkan hidayah, taufiq dan inayah sehingga
proses penulisan buku ini dapat diselesaikan. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad Saw. sebagai Rasul pembawa risalah,
penyempurna syariat Islam dan pembawa rahmat bagi
seluruh alam.
Buku ini ditulis berdasarkan keinginan penulis
untuk memiliki buku referensi dalam pembelajaran Fikih
Dasar dalam Fikih Lintas Minat yang memang
notabenenya belum memiliki buku pegangan, sehingga
para guru sendiri yang harus mencari, memilih,
mengumpulkan, dan memilah materi yang dibutuhkan.
Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan pembelajaran
kemungkinan besar tidak terstruktur dengan baik dan
membutuhkan waktu lebih untuk menyusun materi
pembelajaran sesuai kebutuhan. Buku ini mencakup
tentang thaharah, ketentuan salat dan tata cara salat baik
salat secara munfariq (sendiri) maupun salat secara
berjamaah yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan
disertai dengan dalil-dalil yang shahih.Buku ini juga
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang ingin belajar
ii

dan mengajarkan tentang tata cara bersuci dan tata cara


pelaksanaan shalat.
Terselesaikannya buku ini berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, karena itu penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada Ibu Hardiwati, Lc., M.Pd.
dan Ibu Mardiana Suyuti, S.Si., M.Pd. selaku
pembimbing kegiatan induksi sekaligus sebagai editor
sehingga buku ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada kedua orang tua, teman-teman
guru peserta induksi dan seluruh stakecholder MAN 3
Kota Makassar serta semua pihak yang penulis tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendoakan,
memotivasi dan menginspirasi sehingga penulis
memiliki semangat yang tinggi dalam penulisan buku
ini.
Buku ini tentu belum mencapai kesempurnaan,
oleh karena itu jika di dalam buku ini terdapat kekeliruan
yang dilakukan oleh penulis , maka penulis
mengharapkan masukan sebagai pedoman untuk
perbaikan selanjutnya.

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………….. i


Daftar Isi ………………………………………… iii
Petunjuk Penggunaan Buku ……………………... iv
Daftar Gambar……………………………………. v
Bab 1 Thaharah 1
A. Pengertian Thaharah 1
B. Dasar Hukum Bersuci 3
C. Kedudukan Air untuk Bersuci 4
D. Alat – Alat Bersuci Selain Air 10
Bab 2 Bersuci Dari Najis Dan Hadas 13
A. Najis Dan Tata Cara
13
Mensucikannya
B. Istinja’ 21
C. Hadats Dan Tata Cara
36
Pensuciannya
D. Tata Cara Bersuci Dari Hadas 43
Bab 3 Shalat Lima Waktu 85
A. Ketentuan Shalat Lima Waktu 85
B. Tata Cara Shalat 98
Bab 4 Shalat Berjamaah 135
A. Ketentuan Shalat Berjamaah 135
B. Ketentuan Makmum Masbuq 152
C. Cara Mengingatkan Imam yang
156
Lupa
D. Cara Mengganti Imam Yang Batal 159
Daftar Pustaka
iv

Petunjuk Penggunaan Buku

1. Buku Fikih Dasar Tuntunan


Thaharah Dan Salat ini
terdiri dari 4 bab yang dibagi
atas beberapa sub tema.

2. Buku ini dilengkapi


dengan gambar-gambar
sebagai penjelas untuk
memudahkan dalam
belajar.
v

DAFTAR GAMBAR

No. Deskripsi Gambar Halaman

1.1 Air untuk bersuci 1


Mandi untuk mensucikan diri dari
2.1 13
Najis dan Hadats
2.2 Membasuh tangan dan sela-sela jari 58
Berkumur-kumur dan menghirup
2.3 59
air ke dalam hidung
Batas muka yang harus dibasuh air
2.4 60
wudhu
2.5 Membasuh tangan sampai siku 61

2.6 Membasuh kepala 63

2.7 Membasuh kedua telinga 64

2.8 Membasuh kaki sampai mata kaki 65


Meletakkan telapak tangan pada
2.9 76
debu yang suci
2.10 Mengusap wajah dengan debu 76
Meletakkan Meletakkan telapak
2.11 77
tangan pada debu yang suci
Mengusap tangan yng dimulai dari
2.12 tangan kesiku kemudian kembali 77
lagi ujung tangan
vi

3.1 Mendirikan shalat 85

3.2 Berdiri tegak menghadap kiblat 98


Posisi tangan ketika takbiratul
3.3 101
ihram
3.4 Posisi tangan ketika bersedekap 103
Posisi tangan ketika hendak ruku’
3.5 111
dan pada saat ruku’
Posisi tangan dan pandangan ketika
3.6 115
I’tidal
Posisi kaki, lutut, tangan dan muka
3.7 118
ketika sedang sujud

Posisi kaki dan tangan pada saat


3.8 121
duduk diantara dua sujud

Posisi tangan, pandangan dan kaki


3.9 126
saat duduk tasyahud awal

3.10 Posisi duduk tasyahud akhir 130


Memalingkan muka ke kanan dan
3.11 133
ke kiri ketika salam
4.1 Pelaksanaan shalat berjamaah 135
Shalat berjamaah dengan 1 imam
4.2 147
dan 1 makmum
Shalat berjamaah dengan 1
4.3 makmum laki-laki dan makmum 148
perempuan
vii

Posisi imam dengan 2 makmum


4.4 148
laki-laki
Posisi imam dengan makmum
4.5 149
perempuan
Posisi imam dengan makmum
4.6 terdiri dari laki-laki dan perempuan 150
serta anak-anak
Posisi jika jamaah dan imam adalah
4.7 151
perempuan
BAB THAHARAH
1

Gambar 1.1 Air untuk bersuci


Sumber https://www.headlinejabar.com/profil/air-mengayun-mewahyu-bumi/

A. Pengertian Thaharah

Thaharah berasal dari bahasa Arab ‫ طهاره‬-‫ ي ْط ُه ُر‬-


‫ ط ُهر‬berarti bersuci. Menurut istilah syara’ thaharah
adalah mensucikan diri, pakaian, tempat, dan benda-
benda lain dari najis dan ‫ا‬adas dengan cara yang telah
ditentukan oleh syariat Islam.

Thaharah dibagi menjdi dua yaitu:


1. Thaharah lahiriyah yaitu membersihkan dan
mensucikan diri, tempat tinggal dan lingkungan
sekitar dari segala bentuk najis dan hadas.
2

2. Thaharah batiniyah yaitu membersihkan jiwa


dari kotoran batin yang berupa dosa, maksiat,
dengki, takabur, iri hati dan lain-lain. Adapun
cara membersihkannya yaitu dengan melakukan
taubatan nasuha, yakni memohon ampun
kepada Allah Swt. serta berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.

Thaharah atau bersuci merupakan syarat wajib


yang harus dipenuhi sebelum melakukan beberapa
ibadah misalnya salat.
Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surah Al
–Maidah ayat 6

۟ ُ‫صلَ ٰوةِ فَٱ ْغ ِسل‬


‫وا ُو ُجو َه ُك ْم َوَأ َ ْي ِِيَ ُك ْم‬ َّ ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ٱل‬
۟ ‫س ُح‬
‫وا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْٱل َك ْعبَي ِْن ۚ َوإِ ن ُُنت ُ ْم‬ َ ‫ق َوٱ ْم‬ ِ ِ‫إِلَى ْٱل َم َراف‬
‫سفَ ٍر َأَ ْو َجا َٰٓ َء َأ َ َحٌِ ِمن ُكم‬ َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰ َٰٓى َأ َ ْو‬
َ ‫وا ۚ َو ِإ ن ُُنتُم َّم ْر‬ ۟ ‫ٱط َّه ُر‬َّ َ‫ُجنُبًا ف‬
‫طيِبًا‬ َ ‫ص ِعيًِا‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫ُوا َما َٰٓ ًء فَتَيَ َّم ُم‬
۟ ِ‫سا َٰٓ َء فَلَ ْم ت َِج‬ َ ِ‫ِمنَ ْٱلغَآَٰئِ ِط َأ َ ْو ٰلَ َم ْست ُ ُم ٱلن‬
‫علَ ْي ُكم ِم ْن‬ َ ‫ٱَّللُ ِليَ ْجعَ َل‬ َّ ُِ‫وا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ َ ْيِِي ُكم ِم ْنهُ ۚ َما ي ُِري‬ ۟ ‫س ُح‬ ْ َ‫ف‬
َ ‫ٱم‬
َ‫علَ ْي ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْْش ُك ُرو ن‬ َ ُ‫ج َو ٰلَ ِكن ي ُِريُِ ِلي‬
َ ُ‫ط ِه َر ُُ ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمت َ ۥه‬ ٍ ‫َح َر‬
Artinya:
“ Hai orang – orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
3

dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu


sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamummlah
dengan tanah yang baik (bersih);sapulah mukamu dan
tanganmu degan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.” ( Q.S. Al Maidah ayat 6 )

Bersih dan suci adalah dua hal yang tidak dapat


dipisahkan. Karena keduannya berhubungan dengan
kesehatan. Bersih merupakan kata sifat yang
menunjukkan keadaan terbebas dari kotoran.
Kebersihan bersifat umum dan tidak terkait langsung
dengan tata cara dalam peribadatan. Tetapi tetap saja
merupakan keharusan bagi setiap muslim untuk
melaksanakannya dalam kehdupan sehari-hari.
Sedangkan, suci dalam ajaran Islam ialah untuk
menghindarkan diri dari najis dan hadas. Agar seorang
muslim menjadi suci harus melakukannya sesuai dengan
syariat tentang tata cara thaharah (bersuci).

B. Dasar Hukum Bersuci

a) Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 222 :


َ َ ‫ٱَّللَ ي ُِحبُّ ٱلت َّ ٰ َّو ِبينَ َوي ُِحبُّ ْٱل ُمت‬
... َ‫ط ِه ِرين‬ َّ ‫ِإ َّ ن‬
4

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang


yang bertaubat dan mencintai orang - orang
yang mensucikan diri.“ (QS. Al-Baqarah (2):
222)

b) Al-Qur’an surah At- Taubah ayat 108 :


َّ ‫ٱَّللُ ي ُِحبُّ ْٱل ُم‬
َ‫ط ِه ِرين‬ ۟ ‫ط َّه ُر‬
َّ ‫وا ۚ َو‬ َ َ ‫فِي ِه ِر َجا ٌل ي ُِحبُّو نَ َأَ ن يَت‬

Artinya: “Di dalamnya terdapat orang-orang yang


ingin membersihkan diri. Allah mencintai
orang-orang yang bersih“ (QS. Al-Taubah (9):
108)

C. Kedudukan Air untuk Bersuci

1. Air sebagai alat bersuci


Air menjadi hal yang penting sebagai sarana
dalam bersuci, baik bersuci dari hadas maupun bersuci
dari najis. Seorang muslim bisa melaksanakan berbagai
ibadah setelah memenuhi syarat sahnya yaitu bersuci
dari hadas dan najis yang dihasilkan dengan
menggunakan air.

Melihat begitu pentingnya air dalam bersuci,


maka dalam fiqih Islam, air dibagi dalam berbagai
macam kategori hingga menentukan hukum-hukumnya.
Di dalam mahzab Imam Syafi’i para ulama membagi air
menjadi 4 (empat) kategori beserta hukum
5

penggunaannya dalam bersuci. Keempat kategori itu


adalah air suci dan menyucikan (air mutlak), air
musyammas, air suci namun tidak menyucikan, dan air
mutanajis.

1. Pembagian Air Ditinjau Dari Tingkatannya

Air Mutlak

Air mutlak atau air suci dan mensucikan yaitu air


yang zatnya suci dan bisa dipakai untuk bersuci. Air
mutlak dapat dipakai bersuci apabila warna, rasa, dan
baunya tidak mengalami perubahan. Menurut Ibnu
Qasim Al-Ghazi ada tujuh macam air yang termasuk air
mutlak yaitu :
1. Air hujan
Sebagaimna firman Allah Swt. dalam surah Al –
Anfal ayat 11:

َّ ‫علَ ْي ُكم ِمنَ ٱل‬


‫س َما َٰٓ ِء َما َٰٓ ًء‬ َ ‫اس َأ َ َمنَةً ِم ْنهُ َويُن َِز ُل‬
َ َ‫ِإذْ يُغَْشِي ُك ُم ٱلنُّع‬
‫علَ ٰى‬
َ ‫ط‬ َ ٰ ‫ْش ْي‬
َ ‫ط ِن َو ِليَ ْر ِب‬ َّ ‫عن ُك ْم ِرجْزَ ٱل‬َ ‫ِب‬ َ ‫ط ِه َر ُُم ِبِۦه َويُذْه‬ َ ُ‫ِلي‬

َ َِ‫ت ِب ِه ْٱْل َ ْق‬


‫ام‬ َ ‫قُلُو ِب ُك ْم َويُث َ ِب‬
Artinya :
“( Ingatlah ) ketika Allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatu penetraman dari pada-
Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan
dari langit untuk menyucikan kamu dengan
hujan itu dan menghilangkan dari kamu
6

gangguan – gangguan setan untuk menguatkan


hatimu dan memperteguh dengannya telapak
kaki(mu). ( Q.S. Al –Anfaal ayat 11 )

2. Air laut
Air laut termasuk air yang suci dan dapat dipakai
untuk bersuci, hal ini sesuai hadis Rasulullah Saw .
yaitu

ُ‫ ْال ِح ُّل َم ْيتَتُه‬،ُ‫الط ُه ْو ُر َماؤُ ه‬


َّ ‫ُه َو‬
Artinya: “Air laut itu suci dan halal bangkainya.”
( H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Nasa’i ).

3. Air sungai
4. Air sumur
Air sumur termasuk air yang suci dan
mensucikan dan dapat dipakai untuk bersuci,
sebagaimana hadis Rasulullha Saw . yaitu:

ِ ‫سول هللاِ صلٰى هللا ُعل ْي ِه وسلٰم دعا ِبس ِِج ٍّل ِم ْن م‬
‫اء‬ ُ ‫إِ ٰن ر‬
‫ز ْمزم فش ِرب ِم ْنهُ وتوضٰأ‬
Artinya: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meminta seember penuh dan air
zamzam, lalu diminumnya sedikit dan
dipakainya buat berwudhuk. (HR Imam
Ahmad )
7

5. Air salju
Salju sebenarnya hampir sama dengan hujan, yaitu
sama-sama air yang turun dari langit. Hanya saja
kondisi suhu udara yang membuatnya menjadi butir-
butir salju yang intinya adalah air juga namun
membeku dan jatuh sebagai salju. Hukumnya tentu
saja sama dengan hukum air hujan, sebab keduanya
mengalami proses yang mirip kecuali pada bentuk
akhirnya saja.Seorang muslim bisa menggunakan salju
yang turun dari langit atau salju yang sudah ada di
tanah sebagai media untuk bersuci, baik wudhu`,
mandi atau lainnya.

Air salju disebut dengan air es, biasanya air ini


berada di daerah kutub utara. Turun dari atas langit
dalam keadaan cair, kemudian membeku karena
saking dinginnya. Air salju walaupun membeku bisa
juga digunakan untuk bersuci.

6. Air dari mata air


Sebagaimana sabda Rasulullah Saw . yaitu:
ِ ‫سول هللاِ صلٰى هللا ُعل ْي ِه وسلٰم دعا بِس ِِج ٍّل ِم ْن م‬
‫اء‬ ُ ‫إِنٰ ر‬
‫ز ْمزم فش ِرب ِم ْنهُ وتوضٰأ‬
Artinya: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam meminta seember penuh dan air
8

zamzam, lalu diminumnya sedikit dan


dipakainya buat berwudhu. (HR Imam Ahmad)

7. Air embun
Embun juga bagian dari air yang turun dari langit,
meski bukan berbentuk air hujan yang turun deras.
Embun lebih merupakan tetes-tetes air yang akan
terlihat banyak di hamparan kedaunan pada pagi hari.
Maka tetes embun yang ada pada dedaunan atau pada
barang yang suci, bisa digunakan untuk mensucikan,
baik untuk berwudhu, mandi, atau menghilangkan
najis.

Air Musyammas

Air musyammas adalah air yang dipanaskan


dibawah sinar terik matahari dengan menggunakan
bejana logam selain emas dan perak, sehingga air
tersebut berubah menjadi panas. Air ini suci dan
menyucikan, karena ia masih memiliki sifat air mutlak,
namun ia makruh digunakan untuk bersuci. Menurut
Imam Asy-Syafi’i, air musyammas menjadi makruh
apabila dianggap dapat mempengaruhi kesehatan seperti
menyebabkan penyakit kusta.

Air Suci Namun Tidak Mensucikan

Air suci namun tidak mensucikan adalah air yang


memiliki sifat suci tetapi tidak bisa dipakai untuk
9

bersuci dari hadas dan najis karena sesuatu hal. Jenis air
ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Air suci bercampur dengan benda yang suci, yang
menyebabkan berubahnya salah satu sifat air
(warna, rasa, dan bau) dan menghilangkan sifat
mensucikan yang dimiliki oleh air, maka air ini
tidak bisa diapakai untuk bersuci. Contohnya air
teh, air kopi, air sirup.
b) Air musta’mal yaitu air yang ukurannya sedikit
atau kurang dari 2 (dua) kullah dan merupakan
bekas pakai untuk menghilangkan najis maupun
hadas, sehingga air ini tidak bisa lagi dipakai
untuk bersuci. tetapi jika ukuran airnya lebih dari
2 kullah maka air tersebut masih bisa dipakai
untuk bersuci. Ukuran 2 kullah itu setara dengan
270 liter air.

Rasulullah SAW . bersabda:

‫ث يَحْ ِم ِل لَ ْم قُلَّتَي ِْن ْال َما ُء بَلَ َغ ِإذَا‬


َ َ‫ْال َخب‬
Artinya:
”Apabila air mencapai dua kullah, maka ia tidak
akan najis” (HR. Asy-Syafi’i, Ibnu Khuzaimah,
Al-Hakim, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi)

c) Air yang keluar dari tumbuh-tumbuhan maupun


buah - buahan, baik yang mengalir dengan
sendirinya atau yang sengaja dibuat. Contohnya
10

air kelapa dan air yang keluar dari batang pisang.


Air itu tergolong air yang suci namun tidak boleh
dipakai untuk bersuci.

Air Mutanajis

Air mutanajis adalah air suci dengan volume yang


sedikit dan terbatas yang kurang dari dua kullah, yang
tercampur dengan benda-benda najis sehingga
menyebabkan perubahan rasa, bau dan warna pada air
tersebut. Maka air ini tidak boleh dipakai untuk bersuci.

D. Alat – Alat Bersuci Selain Air

1. Batu sebagai Alat Bersuci

Ketika berada di tengah hutan atau tempat -


tempat yang gersang, terkadang kita tidak menemukan
air untuk bersuci. Olehnya itu dalam fikih
memperbolehkan penggunaan batu dan benda padat
lainnya. Bersuci dengan batu tidak hanya sekedar
membersihkan sisa kotoran, tetapi harus memperhatikan
kebersihan dan kesuciannya sesuai syara’. Oleh karena
itu, penggunaan batu dalam bersuci harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Menggunakan tiga buah batu
Dalam bersuci dengan batu, maka dianjurkan
menggunakan 3 buah batu. Akan tetapi jika tidak
11

menemukan tiga buah batu, maka diperbolehkan


menggunakan satu batu yang memiliki tiga sisi.
Kebersihan menjadi tolak ukur dalam menggunakan
batu. Oleh karena itu, selama kotoran masih belum
bersih dan suci, maka wajib membersihkannya
sampai bersih walaupun harus menggunakan lebih
dari 3 buah batu.

2. Batu yang digunakan dapat membersihkan


Batu yang dipakai untuk bersuci tidak terlalu datar
dan runcing sehingga benar-benar dapat
membersihkan kotoran di sekitar tempat
keluarnya.dan aman dalam penggunaannya.

3. Belum mengering
Kotoran atau najis yang hendak disucikan harus
dalam keadaan belum mengering, sehingga sisa-sisa
yang melekat benar-benar bisa dibersihkan.

4. Belum berpindah
Kotoran tersebut masih menempel di tempatnya
semula dan jika telah bergeser akibat digaruk tanpa
sengaja atau sebab lainnya, maka tidak
diperbolehkan menggunakan batu untuk
mensucikannya.
5. Tidak bercampur dengan kotoran lain
Kotoran yang melekat tidak bercampur dengan
kotoran lainnya, seperti berak yang terkena percikan
12

air kencing. Tetapi jika bercampur dengan benda-


benda padat yang suci seperti pasir maka tetap
diperolehkan menggunatan batu untuk bersuci.

6. Tidak meluber
7. Batu dalam keadaan tidak basah
8. Batu dalam keadaan suci
Tidak boleh menggunakan batu yang terkena najis
atau tertempel najis untuk mensucikannya.

2 Menggunakan Benda Padat Selain Batu


.
Selain batu ada beberapa benda padat yang bisa
dipakai bersuci dan bisa menghilangkan najis ,
diantaranya:
1. Daun kering;
2. tisu;
3. kulit kayu.

Syarat benda yang dapat dipergunakan bersuci


selain Batu yaitu:
a. Benda tersebut Suci;
b. benda tersebut padat dan kering;
c. benda tersebut mampu menyerap, menghilangkan,
dan membersihkan najis;
d. benda tersebut bukan benda yang sangat dihormati
dan sangat dibutuhkan.
BAB
BERSUCI DARI NAJIS DAN HADAS
2

Gambar 2.1 Mandi untuk mensucikan diri dari Najis dan Hadas
Sumber https://cdn.bobobox.co.id/blog/wp-
content/uploads/2020/01/tempatwisata-750x430.jpg

A. Najis Dan Tata Cara Mensucikannya

1. Pengertian Najis

Najis (‫ )النجاسة‬secara bahasa adalah sesuatu yang


menjijikkan atau benda yang kotor. Menurut istilah
fikih, najis merupakan kotoran yang wajib untuk
dihilangkan dan disucikan dengan tata cara yang telah
ditentukan oleh syariat. (Nadlir, 2020)
14

Dalam kitab fathu al-Qarib, karya Ibnu Qasim Al-


Gazzi yang dikutip dari “Fiqih Thaharah: Pengertian
Najis dan Jenisnya” oleh Muhammad Abu Nadlir,
menyebutkan bahwa secara syara’ najis adalah “setiap
benda yang haram dipergunakan untuk dikonsumsi atau
yang lain secara mutlak dalam kondisi ada kebebasan
memilihnya.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah yang


dikutip dari “Fiqih Thaharah: Pengertian Najis dan
Jenisnya” oleh Muhammad Abu Nadlir, mengatakan
bahwa najis adalah “kotoran yang bagi setiap muslim
wajib disucikan dari padanya dan mensucikan apa yang
telah dikenainya”.

Dalam kitab al-Fiqh al-Islmamy wa adillatuhu


karya Wahbah az-Zuhaily, yang dikutip dari “Fiqih
Thaharah: Pengertian Najis dan Jenisnya” oleh
Muhammad Abu Nadlir, kata an-najasah itu lawan dari
kata thaharah yang berarti “kesucian”. Secara bahasa,
an-najasah berarti “kotoran” (‫)القذارة‬. Disebut juga
dengan ‫س ال َّْش ْيء‬
َ ‫ تَنَ َّج‬yang maknanya adalah “sesuatu
menjadi kotor”.

Kitab Hasyiah Qalyubi ‘ala Syarh al-Mahalli ‘ala


Minhaj ath-Thalibin, karya al-Qalyubi, yang dikutip
dari “Fiqih Thaharah: Pengertian Najis dan Jenisnya”
oleh Muhammad Abu Nadlir, menjelaskan definisi an-
15

najasah menurut Syafi’iyah adalah “kotoran yang


menghalangi salat”.

Sedangkan Malikiyah, sebagaimana yang tertulis


dalam kitab Asy-Syarhul Kabir ‘ala matni al-Muqni’
karya Syamsudin Abu al-Farraj Ibnu Qudamah, yang
dikutip dari “Fiqih Thaharah: Pengertian Najis dan
Jenisnya” oleh Muhammad Abu Nadlir, mendefinisikan
an-najasah dengan “sesuatu yang bersifat hukum yang
mewajibkan dengan sifat itu penghalangan atas salat
dengan sifat itu atau di dalam sifat itu”.

Dalam kitab Tuhfah, yang dikutip dari “Fiqih


Thaharah: Pengertian Najis dan Jenisnya” oleh
Muhammad Abu Nadlir,dijelaskan bahwa najasah adalah
“benda-benda yang menjijikkan yang mencegah sahnya
salat ketika tidak ada hal-hal yang meringankannya atau
keadaan tertentu yang memperbolehkan salat, seperti
ketika tidak ada alat bersuci, maka diperbolehkan salat
meskipun terkena najis.

2. Dasar – dasar Hukum Perintah Bersuci

a. Firman Allah Swt. dalam surah Al- Mudatstsir


ayat 4
ْ ‫ف َط ِه‬
َ ‫اب َك‬
َ َ‫وثِي‬
Artinya:”Dan bersihkanlah pakaianmu” (QS. Al-
Mudatstsir (74):4)
16

b. Firman Allah dalam surah Al – Baqarah ayat 125


ُّ ‫لطآَٰئِ ِف ۡينَ َو ۡالعٰ ِک ِف ۡينَ َو‬
ُّ ‫الر َّک ِع ال‬
ِ ‫س ُج ۡو‬ َّ ‫ی ِل‬ َ ‫ا َ ۡ ن‬
َ ِ‫ط ِہ َرا بَ ۡيت‬
Artinya: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-
orang yang tawaf, orang yang iktikaf,
orang yang rukuk dan orang yang
sujud!” ( Q.S. Al – Baqarah : 125 )

Ayat Al-Qur’an di atas memiliki kesamaan


kandungan yang sangat erat kaitannya dengan bersuci.
Allah Swt. menyukai orang yang membiasakan dan
selalu mensucikan diri, baik badannya, pakaian maupun
lingkungannya. Allah Swt. juga memerintahkan agar
setiap muslim menjadi contoh bagi orang lain dalam hal
keberhasihan baik yang bersifat lahir maupun batin.

3 Pembagian Najis Ditinjau dari Cara


Pensuciaannya

NAJIS MUKHAFFAFAH

Najis mukhaffafah adalah najis ringan. Disebut


ringan, karena cara mensucikannya sangat ringan, yaitu
cukup dengan memercikkan air, pada benda yang
terkena najis tersebut, maka benda itu berubah menjadi
suci. Satu-satunya najis ini adalah air kencing bayi laki-
laki yang belum makan apa pun kecuali air susu ibunya.
Apabila bayi itu perempuan, maka air kencingnya tidak
17

termasuk ke dalam kategori najis ringan, tetapi tetap


dianggap najis sedang. Demikian juga apabila bayi laki-
laki itu sudah pernah mengkonsumsi makanan yang
selain dari air susu ibu, seperti susu kaleng buatan
pabrik, maka air kencingnya sudah tidak termasuk najis
ringan lagitetapi masuk dalam kategori najis
pertengahan.

Hal ini berdasarnya pada hadis Rasulullah berikut:

‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ قَا َل اَلنَّب‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ح َر‬ َّ ‫ع ْن َأَبِي اَل‬
ِ ‫س ْم‬ َ
ِ ُ‫ش ِم ْن بَ ْو ِل ا َ ْلغ‬
ُ‫الم – َأ َ ْخ َر َجه‬ ِ ‫س ُل ِم ْن بَ ْو ِل ا َ ْل َج‬
ُّ ‫اريَ ِة َوي َُر‬ َ ‫سلَّ َم يُ ْغ‬
َ ‫َو‬
‫ص َّح َحهُ اَ ْل َحا ُِم‬
َ ‫ي َو‬ َ َّ‫َأَبُو َ ُاو َ َوالن‬
ُّ ‫سا ِئ‬

Artinya:
Dari As-Sam’i Ra. berkata bahwa Nabi Saw.
bersabda: “Air kencing bayi perempuan harus
dicuci sedangkan air kencing bayi laki-laki
cukup dipercikkan air saja”. (HR. Abu Dawud,
an-Nasai dan al-Hakim)

NAJIS MUTHAWASSITHAH
Najis mutawassithah adalah najis pertengahan
atau najis sedang. Disebut pertengahan karena
kriterianya berada ditengah-tengah antara najis ringan
dan najis berat. Untuk mensucikan najis ini cukup
dihilangkan secara fisik ‘ain najisnya, sehingga rasa,
18

bau dan warnanya hilang. Dan semua najis yang tidak


termasuk dalam kriteria najis yang berat atau ringan,
maka secara otomatis masuk dalam golongan najis
pertengahan ini.
Contoh-contoh najis mutawassithah yaitu
a. Air kencing anak laki-laki dan perempuan yang
hanya meminum air susu ibu dan telah berusia dua
tahun atau lebih.
b. Madzi yaitu air yang keluar dari kemaluan laki-
laki dan perempuan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1) berwarna kekuning-kuningan;
2) proses keluarnya disertai rasa syahwat atau
bersamaan dengan melemahnya rasa syahwat;
3) tanpa ada rasa kenikmatan;
4) terjadi pada orang yang telah baligh;
5) lebih sering terjadi pada perempuan;
6) terkadang keluar tanpa disadari.
c. Air wadi yaitu air yang keluar dari kemaluan laki-
laki dan perempuan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1) berwarna campuran putih, keruh, dan kental;
2) keluar setelah buang air kecil;
3) dalam kecapekan setelah mengangkat barang
berat;
4) dialami oleh yang sudah atau belum baligh.
d. Bangkai binatang yang tidak melalui proses
penyembelihan sesuai dengan ketentuan syariat.
19

e. Darah baik yang mengalir maupun tidak, seperti


darah dalam genangan dari banyaknya
penyembelihan binatang kurban, darah hewan
yang baru saja di sembelih atau mati akibat
kecelakaan, darah haidh, dan darah nifas.
f. Muntah dalam jumlah yang agak banyak.
g. Segala bentuk minuman keras yang memabukkan.
h. Air luka atau air bisul yang telah berubah salah
satu dari ketiga sifatnya (warna, rasa, dan bau).
i. Nanah yang bercampur maupun tidak bercampur
dengan darah.

NAJIS MUGHALLADZAH

Najis mughalladzah adalah najis berat. Disebut


najis yang berat karena cara pensuciannya tidak hanya
menghilangkan najisnya secara fisik seperti rasa, baud
an warnanya, tetapi memiliki cara tertentu dalam
mensucikannya. Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa
najis berat hanya dua saja, yaitu anjing dan babi. Cara
pensuciannya adalah mencuci dengan air sebanyak tujuh
kali dan salah satu diantaranya dengan menggunakan
tanah.

Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah Saw .


yaitu:
20

َّ‫صلَّى َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْن َأَبِي ُه َري َْرة َ رضي للا عنه قَا َل‬
ِ َّ َ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ
‫س ْب َع‬ ُ ‫َاء َأ َ َح ِِ ُُ ْم إِذْ َولَ َغ فِي ِه ا َ ْلك َْل‬
َ ُ‫ب َأ َ ْ ن يَ ْغ ِسلَه‬ ِ ‫ور إِن‬ ُ ‫ط ُه‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫ب – َأ َ ْخ َر َجهُ ُم ْس ِل ٌم‬ ِ ‫ت َأُوال ُه َّن بِالت ُّ َرا‬ٍ ‫َم َّرا‬

Artnya:
Dari Abu Hurairah Ra. berkata bahwa Rasulullah
Saw . bersabda: “sucinya wadah air kalian yang
diminum anjing adalah dengan mencucinya tujuh
kali, salah satunya dengan tanah”. (HR. Muslim)

4. Pembagian Najis Ditinjau Dari Bentuk


Barangnya

Ditinjau dari sifatnya, najis dibedakan menjadi


dua yaitu najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah.

a. Najis ‘Ainiyah adalah najis yang masih dapat


dilihat dan dirasakan salah satu atau ketiga
sifatnya, baik warna, rasa, dan baunya. seperti
kotoran manusia,benda cair yang memabukkan,
air madzi, air wadi, bangkai, kecuali ikan dan
belalang.

Cara pensuciannya yaitu dengan membasuh


tempat yang terkena najis dengan air sampai
hilang rasa bau dan warnanya. akan tetapi apabila
warna dan baunya tidak bisa hilang sepenuhnya
setelah dibersihkan maka hal itu dibolehkan.
21

b. Najis ‘hukmiyah merupakan najis yang yang


sudah hilang warna, rasa, dan baunya karena suatu
sebab tertentu, seperti sudah dalam keadaan
kering dan hilang tertiup angin atau sudah
dibersihkan. Proses pembersihannya tidak
mengikuti ketetentuan yang berlaku.

B. ISTINJA

1. Pengertian Istinja

Secara bahasa kata istinja ( ‫ ) اسنتجاء‬berasal dari


bahasa Arab yang berarti menghilangkan kotoran.
Sedangkan secara istilah ilmu fiqih kata istinja ini
mempunyai beberapa makna yaitu:menghilangkan najis
dengan air, menguranginya dengan batu, dan
menghilangkan najis yang keluar dari qubul (kemaluan)
dan dubur (pantat). Selain istinja ada istilah lain yang
mirip dan terkait yaitu istijmar ( ‫ ) استجمار‬dan istibra’
(‫) استبراء‬. Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air
dengan menggunakan batu atau benda-benda yang
sejenisnya. Sedangkan istibra’ adalah menghabiskan
atau mengeluarkan sisa-sisa kotoran atau air kencing
hingga yakin sudah benar-benar keluar semua.
22

2. Hukum Istinja

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum


istinja. Oleh karena itu secara umum hukum istinja
dibagi menjadi dua yaitu:

1. Wajib
Istinja hukumnya wajib ketika ada sebabnya yaitu
adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua
lubang (anus atau kemaluan). Pendapat ini didukung
oleh Mazhab Al Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al
Hanabilah. Dengan mengacu pada hadis Rasulullah
Saw . berikut ini:

‫َب َأ َ َحُِ ُُ ْم‬


َ ‫ ِإذَا ذَه‬: ‫س ْو ُل للاِ قَا َل‬ ُ ‫ع ْن ُها َأ ن َر‬ َ ُ‫ي للا‬َ ‫ض‬ ِ ‫ْشةَ َر‬ َ ِ‫عائ‬َ ‫ع ْن‬
َ
. ُ‫ع ْنه‬
َ ‫جْزي‬ ٍ ‫ط فَ ْليَ ْست َِطبْ بِثَالَث َ ِة َأَحْ َج‬
ِ ُ ‫ار فَإِنَّ َها ت‬ َ ِ‫لى الغَائ‬
َ ِ‫إ‬
)‫( رواه َأحمِ والنسائي وَأبو او والِارقطني‬

Artinya: Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anh berkata


bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda; Bila kamu pergi ke tempat
buang air maka bawalah tiga batu untuk
membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk
membersihkan. (HR. Ahmad, Nasai Abu
Daud Ad Daaruquthuni)
23

Hadis lain yang bentuknya perintah dan


konsekuensinya adalah sebuah kewajiban yaitu.

َ : ‫س ْل َما ن‬
‫علَّ َم ُكم نَ ِبيُّكُم ُُ َّل‬ َ ‫ قِ ْي َل ِل‬: ‫الرحْ َمن ب ِْن يَ ِزيِ قَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ِِ ‫ع ْب‬ َ
َ‫ َأ َ َج ْل نَ َهانَا َأ َ ْ ن نَست َ ْق ِب َل ال ِق ْبلَة‬: ‫س ْل َما ن‬
َ ‫ فَقَا َل‬, ‫الخ َرا َءة‬ ِ ‫ش ْيءٍ َحتَّى‬ َ
‫ َأ َ ْو َأ َ ْ ن نَ ْست َ ْن ِجي ِباليَ ِمين َأ َ ْو َأ َ ْ ن يَ ْست َ ْن ِجي َأ َ َحُِنَا‬, ‫ِبغَائِطٍ َأ َ ْو بَ ْو ٍل‬
َ َ‫ي ِب َر ِجي ٍْع َأ َ ْو ِبع‬
. ‫ظ ٍم‬ َ ‫ َأ َ ْو َأ َ ْ ن يَ ْست َ ْن ِج‬, ‫ار‬
ٍ ‫ِبأَقَ ِل ِم ْن ثَالَثَةَ َأَحْ َج‬
⸨‫⸩ رواه مسلم وَأبو او والترمذي‬
Artinya:
Dari Abdirrahman bin Yazid Radhiyallahu ‘Anh
berkata bahwa telah dikatakan kepada Salman
”Nabimu telah mengajarkan kepada kalian segala
sesuatu”. Salman berkata Benar beliau telah
melarang kita untuk menghadap kiblat ketika berak
atau kencing. Juga melarang istinja dengan tangan
kanan dan istinja dengan batu yang jumlahnya kurang
dari tiga buah. Dan beristinja dengan tahi atau
tulang. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmizy)

2. Sunnah
Istinja menjadi sesuatu yang sunnah, hal ini
didukung oleh Al Hanafiyah dan sebagian riwayat dari
Al Malikiyah. Maksudnya adalah beristinja dengan
menggunakan air itu hukumnya adalah sunnah bukan
wajib. Yang terpenting adalah najis bekas buang air itu
24

sudah bisa dihilangkan meskipun tanpa menggunakan


air.

Dasar yang digunakan Al Imam Abu Hanifah


dalam masalah kesunnahan istinja ini adalah hadis
Rasulullah Saw. yang artinya "Siapa yang beristijmar
maka ganjilkanlah bilangannya. Siapa yang
melakukannya maka telah berbuat ihsan. Namun bila
tidak maka tidak ada keberatan". (HR. Abu
Daud). Selain itu Imam abu Hanifah berpendapat
bahwa najis yang ada karena sisa buang air itu
termasuk najis yang sedikit dan bisa dimaafkan.

3. Adab-Adab Istinja

Adab Masuk Kamar Mandi (WC)

1. Tidak membawa sesuatu yang bertuliskan zikir


Allah dan Rasul-Nya,
Hadis Rasulullah Saw. yaitu:

َ ُ‫صلَّى للا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ي‬َّ ِ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن النَب‬
َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ع ْن َأَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ض َع خَات َ َمهُ (حسن‬َ ‫ َو‬، ‫سلَّ َم َُا نَ ِإذَا َ َخ َل ْالخَال َء‬َ ‫َوآ ِل ِه َو‬
)‫صحيح غريب الترمذي‬

Artinya: Dari Anas bin Malik ra, telah diriwayatkan


sesungguhnya Nabi Saw. jika memasuki
kamar kecil beliau melepaskan cincinya
25

(HR at-Tirmidzi). Cincin beliau tertulis


”Mumammad Rasulallah”

2. Membaca do’a sewaktu hendak masuk dengan


mendahulukan kaki kiri
Berikut do’a ketika hendak masuk kamar mandi
yaitu:

ِ‫ث َو ْال َخبَائِث‬


ِ ُ‫عوذُ ِب َك ِم ْن ْال ُخب‬
ُ َ ‫ِب ْس ِم للاِ اللَّ ُه َّم ِإ ِني َأ‬
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syetan laki- laki
dan syetan perempuan.

Sebagaimana hadis Rasulullah Saw. yaitu

‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ ُ َّ‫ضي َّللا‬
ِ ‫ب َر‬ َ ‫ع ِلي ِ ابن َأَبِي‬
ٍ ‫طا ِل‬ َ ‫ع ْن‬
َ
‫ت‬
ِ ‫ع ْو َرا‬ ِ ‫ ِستْ ُر ما بَيْنَ َأ َ ْعي ُِن‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫الجن َو‬ َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫للا‬
‫َأ ن يَقُو َل باس ِْم َّللاَّ ِ (الترمذي و‬
ْ ‫يف‬َ ِ‫بَنِي آ َ َم إذَا َ َخ َل ال َكن‬
)‫إسنا ه ليس بالقوة‬

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib ra, bahwa


Rasulallah Saw . bersabda: penutup
(dinding) antara Jin dan aurat manusia
jika memasuki kamar kecil ia berkata:
“bismillah” (HR at-Tirmidzi).
26

Dalam hadis lain yaitu:

‫صلَّى‬ ُّ ِ‫ َُا نَ النَب‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬


َ ‫ي‬ َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ع ْن َأَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َر‬
َ ‫ض‬ َ
ُ َ ‫ اللَّ ُه َّم إِنِي َأ‬: ‫سلَّ َم إِذَا َ َخ َل ال َخالَ َء قَا َل‬
ُ‫عوذ‬ َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫للا‬
)‫ث (رواه الْشيخا ن‬ ِ ِ‫ث َو ْال َخبَائ‬ِ ُ‫بِ َك ِم ْن ْال ُخب‬

Artinya: Hadis lainnya dari Anas bin Malik ra


sesungguhnya Rasulallah Saw. jika
memasuki kamar kecil beliau berkata
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syetan laki- laki
dan syetan perempuan” (HR Bukhari
Muslim)

3. Membaca do’a sewaktu keluar dengan


mendahulukan kaki kanan

َ ‫عني ِ اْلذَى و‬
ِ ‫عافَاني‬ َ ‫َّلل الَّذِي َأَذْه‬
َ ‫َب‬ ِ َّ ِ ُِ‫غ ْف َران ََك اْل َح ْم‬
ُ

Artinya: Pengampunan-Mu ya Allah, segala puji


bagi Allah yang telah mengeluarkan
kotoran dariku dan memberikan
kepadaku kesehatan.

Hadis Nabi Muhammad Saw. yaitu:

َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َّللا‬ ْ َ‫ع ْن ُها قَال‬
ُ ‫ َما خ ََر َج َر‬: ‫ت‬ َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ْشةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
27

ُ : ‫سلَّ َم ِمنَ ْالغَائِ ِط إِال قَا َل‬


” ‫غ ْف َران ََك‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َ
)‫(َأبو او وابن ماجه والترمذي‬

Artinya: dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulallah


Saw . tidak keluar dari WC kecuali
beliau berkata ”pengampunan-Mu ya
Allah” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, At-
Tirmidzi).

Hadis lainnya yaitu:

‫صلَّى للاُ عَلَ ْي ِه َوآ ِل ِه‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن النَب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن َأَبِي ذَ ٍر َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫َّلل الَّ ِذي‬ِ َّ ِ ُِ‫ ْال َح ْم‬: ‫سلَّ َم َُا نَ ِإذَا خ ََر َج ِم ْن ْالخ ََال ِء قَا َل‬ َ ‫َو‬
َ ‫عنِي ْاْلَذَى َو‬
‫عافَانِي (ابن ماجه ضعيف يعمل به‬ َ ‫َأَذْه‬
َ ‫َب‬
)‫في الفضائل‬

Artinya:
Dari Abu Dzarr ra. sesungguhnya Rasulallah Saw.
jika keluar dari kamar kecil beliau berkata:
”Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan
kotoran dariku dan memberikan kepadaku
kesehatan ” (HR Ibnu Majah, dhaif untuk
pelengkap ibadah).

4. Membaca do’a dalam hati sewaktu beristinja


(cebok)
28

ِ ‫ط ِه ْر قَ ْلبِي ِم ْن النِفَا‬
‫ق‬ ِ ‫ص ْن فَ ْر ِجي ِم ْن ْالفَ َو‬
َ ‫اح ِش َو‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم َح‬
Artinya: Ya Allah jagalah kemaluanku dari
perbuatan keji dan bersihkanlah hatikau
dari nifak.

Adab Buang Air di Tempat Terbuka

1. Bersembunyi atau di tempat jauh dari pandangan


manusia agar tidak terdengar suara atau terhendus
bau dari yang keluar.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw . yaitu

‫سلَّ َم َُا َ ن‬ َ ُ‫صلَّى للا‬


َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َّ ِ‫ َأ َ َّ ن النَب‬، َ ‫ع ْن يَ ْعلَى ب ِْن ُم َّرة‬
َ ‫ي‬ َ
)‫َب إِلَى ْالغَائِ ِط َأ َ ْبعََِ(صحيح َأحمِ والترمذي وغيرهما‬ َ ‫إِذَا ذَه‬

Artinya: Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw . ”


jika hendak buang air besar maka beliau
pergi jauh.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi
dll).

Hadis lainnya yaitu:

َ ُ‫صلَّى للا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن النَ ِب‬
َ ُ‫ي للا‬َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن َأَبِي‬
ِ ‫هري َْرة َ َر‬ َ
َّ‫ط فَ ْليَ ْستَتِ ْر فَإِ ْ ن لَ ْم يَ ِجِْ إال‬ َ ِ‫ َم ْن َأَت َى الغَائ‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫َوآ ِل ِه َو‬
‫َأ َ ْ ن يَ ْج َم َع َُثِيبا ً ِم ْن َر ْم ٍل فَ ْليَ ْستَتِ ْر بِ ِه (َأحمِ و َأبو او‬
)‫بأسانيِ حسنة‬
29

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Rasulallah Saw .


bersabda “Barang siapa yang hendak
buang hajat maka hendaklah bertabir.
Kalau dia tidak mendapatkan tabir
(tutup) hendaklah dengan cara
mengumpulkan pasir (untuk dijadikan
tabir), maka lakukanlah” (HR Ahmad,
Abu Daud dengan sanad baik)

2. Jangan buang air di air tenang/tergenang.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw . yaitu

َ ُ‫صلَّى للا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ِ‫س ْو ُل للا‬ُ ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن َر‬
َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ع ْن َجابِ ٍر َر‬
َ ‫ض‬ َ
)‫الرا ُِ ِِ (رواه مسلم‬ َّ ‫اء‬ ِ ‫َأ ن يُبَا َل في ال َم‬ ْ ‫سلَّ َم نَ َهى‬
َ ‫َوآ ِل ِه َو‬

Artinya: Dari Jabir ra, bahwa Rasulallah Saw.


telah melarang seseorang itu kencing di
air yang tenang. (HR Muslim)

3. Jangan buang air di lubang karena kemungkinan


ada jin dan binatang.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yaitu

‫صلَّى‬ ُ ‫س َأ َ َّ ن َر‬
َ ِ‫س ْو ُل للا‬ َ ‫س ْر ِج‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ع ْب ِِ للاِ ب ِْن‬ َ ،َ ‫ع ْن قَت َا َة‬
َ
ِ ‫ع ِن ْالبَ ْو ِل في ْال ُج‬
‫حْر (صحيح‬ َ ‫سلَّ َم نَ َهى‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫للا‬
)‫َأحمِ وَأبو او والنسائي والحاُم والبيهقي‬
30

Artinya: Dari Qatadah ra, dari Abdullah bin


Sarjis ra., sesungguhnya Rasulullah
Saw . telah melarang seseorang
kencing di suatu lubang” (Ahmad,
Abu Daud, An-Nasa’I, Al-Hakim, dan
Al-Baihaqi)

4. Jangan buang air di jalanan orang dan di tempat


orang berteduh.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yaitu

‫صلَّى‬ ُ ‫ قَا َل َر‬، ُ‫ع ْنه‬


َ ِ‫س ْو ُل للا‬ َ ُ‫ي للا‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن َأ َ ِبي‬
ِ ‫هري َْرة َ َر‬ َ
ْ ‫ اِتَّقُوا اللعَّان‬: ‫سلَّ َم‬
‫ َو َما‬:‫ قَالُ ْوا‬. ‫َين‬ َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫للا‬
‫ق‬ َ ‫ ” الَّذِي يَت َخلَّى في‬:‫ال‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ َ َ‫س ْو َل للا؟ ق‬ُ ‫َا ن يَا َر‬ ِ ‫اللَعَّان‬
)‫اس َأ َ ْو فِي ِظ ِل ِه ْم ” (رواه مسلم‬
ِ َّ‫الن‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah Saw.
bersabda “Jauhilah dua (perbuatan)
yang menyebabkan laknat, yaitu buang
hajat (besar/kecil) di jalan umum atau
diperteduhan mereka” (HR Muslim).

5. Jangan buang air di bawah pohon rindang atau


berbuah dan di tempat yang ada angin kencang
6. Jangan berbicara disaat buang air.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yaitu
31

ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫ي‬ َ :‫ع ْنهُ قَا َل‬


َّ ِ‫س ِم ْعتُ النَب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ع ْن َأَبِي‬
ِ ‫س ِع ْي ٍِ َر‬
َ ‫ض‬ َ
َ ِ‫ا ن ْالغَائ‬
‫ط‬ َّ ْ‫ َال يَ ْخ ُرج‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬
ِ َ‫الر ُج َال ِ ن يَض ِْرب‬ َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ
ُ‫ع َّز َو َج َّل يَ ْمقُت‬ ِ َ ‫ع ْو َرتِ ِه َما يَت َ َحَِّث‬
َ َ َّ‫ا ن فَإِ َّ ن َّللا‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫َُا ِشفَي ِْن‬
) ‫علَى ذَ ِل َك (رواه َأحمِ و َأبو او‬
َ
Artinya: Dari abu Said ra, ia mendengar
Rasulallah Saw . bersabda ” Tidaklah
dua orang laki-laki keluar bersama
untuk buang hajat lalu mereka
membuka aurat mereka dan bercakap-
cakap, maka sungguh Allah murka atas
hal itu” (HR Ahmad,Abu Dawud).

7. Jangan menghadap kiblat atau membelakanginya


pada saat buang air.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw . yaitu

ُ ‫ قَا َل َر‬، ُ‫ع ْنه‬


‫س ْو ُل‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ي َر‬
َّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ع ْن َأَبِي َأَي‬
َ ‫ُّوب اْل َ ْن‬ َ
‫َب َأ َ َحُِ ُُ ُم الى‬
َ ‫ إِذَا ذَه‬: ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َ ِ‫للا‬
‫ط فَالَ يَ ْست َ ْقبِ ِل ْال ِق ْبلَةَ َوالَ يَ ْستَِْبِ ْرهَا ِلغَائِطٍ َأ َ ْو‬
َ ِ‫ْالغَائ‬
)‫بَ ْو ٍل (صحيح الْشافعي‬

Artinya: Rasulallah Saw . bersabda: “Apabila


salah seorang diantara kalian pergi
32

untuk buang hajat, maka janganlah


menghadap kiblat atau membelakanginya
ketika buang air besar dan kecil” (HR
shahih Syafie)

Hal-hal yang disyariatkan dalam istinja


1. Disunnahkan beristinja dengan menggunakan air,
karena air lebih menyucikan dan lebih
membersihkan tempat keluarnya najis. Hal ini
banyak disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad
Saw. tentang istinja dan Allah sangat memuji
para sahabat yang beristinja sebagaimana dalam
firman-Nya;

َ َ ‫فِي ِه ِر َجا ٌل ي ُِحبُّو نَ َأ َ ْ ن يَت‬


‫ط َّه ُروا‬
Artinya: Di dalamnya ada orang-orang yang
senang untuk bersuci. (QS. At-Taubah:
108)
2. Dianjurkan masuk ke kamar kecil dengan kaki kiri
dan keluar dengan kaki kanan.
3. Sebelum masuk ke kamar kecil, disunnahkan
membaca doa
4. Diwajibkan untuk menjaga aurat ketika istinja,
jangan sampai auratnya terlihat oleh orang lain,
selain istri dan budaknya. Nabi Muhammad Saw.
bersabda, yang artinya “Jagalah auratmu kecuali
dari istrimu dan budakmu.” (HR. Abu Daud dari
Muawiah bin Haidah).
33

5. Jika sudah selesai disunnahkan menggosokkan


tangan kiri ke tanah atau mencucinya dengan
sabun

Hal-hal yang dilarang dalam istinja

1. Dimakruhkan berbicara dengan pembicaraan yang


berhubungan dengan keagamaan. Hal ini
berdasarkan firman Allah Swt.

ِ ‫ٱَّلل فَإِنَّ َها ِمن ت َ ْق َوى ْٱلقُلُو‬


‫ب‬ َ ‫ٰذَ ِل َك َو َمن يُعَ ِظ ْم‬
ِ َّ ‫ش ٰعََٰٓئِ َر‬
Artinya:“Demikianlah bagi yang memuliakan
syiar-syiar Allah, maka itu termasuk dari
ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

Hal ini juga diriwayatkan dalam sebuah hadis


yaitu “ ada seorang sahabat yang pernah
memberi salam kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam dalam keadaan beliau kencing,
maka beliau tidak menjawab salamnya “.(HR.
Muslim dari Ibnu Umar).

2. Dimakruhkan membawa mushaf atau buku atau


yang semisalnya, jika di dalamnya terdapat ayat
Al-Quran atau zikir kepada Allah.

3. Diharamkan menghadap dan membelakangi kiblat


(Ka’bah) dalam buang air secara mutlak, baik di
luar bangunan maupun di dalam bangunan. Nabi
Muhammad Saw. bersabda;
34

Artinya:“Kalau kalian mendatangi kamar kecil,


maka janganlah kalian menghadap
kiblat dalam buang air besar dan
kencing, dan jangan pula
membelakanginya.” (HR. Bukhari dan
Muslim dari Abu Ayyub).

4. Tata Cara Istinja

Cara melakukan istinja dapat dilakukan dengan


salah satu dari tiga cara sebagai berikut:

1) Membasuh atau membersihkan tempat keluar


kotoran air besar atau air kecil dengan air sampai
bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh
keyakinan masing-masing.
2) Membasuh atau membersihkan tempat keluar
kotoran air besar atau air kecil dengan batu,
kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
3) Membasuh dan membersihkan tempat keluar
kotoran air besar atau air kecil dengan batu atau
benda-benda kesat lainnya sampai bersih.
Membersihkan tempat keluar kotoran air besar
atau air kecil ini sekurang-kurangnya dengan tiga
buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga
permukaan sampai bersih. Rasulullah Saw.
bersabda sebagai berikut:
35

ِ َ‫ اِنَّ ُه َما يُعَذَّب‬: ‫سلَّ َم َم َّربِقَي ِْن فَقَا َل‬


‫ ا َ َّما‬,‫ا ن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫لى للا‬
َ ‫ص‬َ ُ‫اَنَّه‬
ْ ‫ا َ َحُِ ُه َما فَ َكا نَ يَ ْمْشِى بِالنَّ ِم ْي َم ِة َوا َ َّم‬
ُ‫ااالَ ِخ ُر فَ َكا نَ الَيَ ْست َ ْن ِزه‬
⸨‫ِم ْن بَ ْو ِل ِه ⸩ رواه البخارى ومسلم‬

Artinya: “Sesungguhnya Nabi Saw. melalui dua


buah kuburan, kemudian beliau
bersabda: Sesungguhnya kedua orang
yang berada dalam kubur itu sedang
disiksa. Adapun salah seorang dari
keduanya sedang disiksa karena
mengadu-ngadu orang, sedangkan yang
satunya sedang disiksa karena tidak
menyucikan kencingnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).

5. Hal yang dilakukakan ketika selesai istinja


. (baik di toilet maupun tidak)

1. Membaca do’a sebagaimana berikut:

‫ص ْن فَ ْر ِجى ِمنَ ْالفَ َو ِخ ِش‬ ِ ‫ط ِه ْر قَ ْل ِبى ِمنَ النِفَا‬


ِ ‫ق َو َح‬ َ ‫َأَلل ُه َّم‬.

Artinya: Ya Allah bersihkanlah hatiku dari sifat


munafik dan jagalah kemaulanku dari
berbagai kejelekan

2. Mengusapkan tangan kiri yang dipakai


membersihkan kemaluan dari kotoran pada tanah
atau pakai sabun.
36

C. Hadas Dan Tata Cara Pensuciannya

1. Pengertian Hadas

Hadas secara etimologi (bahasa), artinya keadaan


tidak suci pada. Adapun menurut terminologi (istilah)
Islam, hadas adalah keadaan badan yang tidak suci
atau kotor dan hanya dihilangkan dengan cara
berwudhu, mandi wajib, ataupun dengan cara
tayammum. Dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak
sah) untuk mengerjakan ibadah yang menuntut
keadaan badan bersih dari hadas dan najis, seperti
salat, thawaf, ’itikaf. (Anonymous, 2013)

2 Pembagian Hadas Dan Cara Pensuciannya

1. Hadas Kecil

Hadas kecil menurut istilah syara’ ialah sesuatu


kotoran yang secara maknawi (tidak dapat dilihat
dengan mata kasar), yang berada pada anggota wudhu’,
yang menyebabkan seseorang tidak diperbolehkan
melakukan ibadah salat dan ibadah lainnya, selama
tidak diberi kelonggaran oleh syara’.
a. Sebab – sebab hadas kecil yaitu
1) Keluar sesuatu dari 2 jalan yaitu qubul atau
dubur seperti kencing, buang air besar atau
buang angin (kentut),
37

2) Hilang akal dengan sebab gila , mabuk atau


sakit
3) Tidur nyenyak, kecuali tidurnya orang yang
duduk, yang tetap kedua papan punggungnya.
4) Bersentuh kulit lelaki dan kulit perempuan
yang halal berkawin dengan tidak berlapis dan
keduanya telah dewasa.
5) Menyentuh qubul atau dubur dengan tapak
tangan tanpa pelapis walaupun qubul atau
duburnya sendiri.

b. Hal – hal yang dilarang ketika berhadas kecil


1) Mendirikan salat, baik yang fardhu atau yang
sunat.
2) Tawaf, baik fardhu atau yang sunat.
3) Menyentuh Al-Qur’an
c. Cara mensucikan diri dari hadas kecil yaitu
dengan cara berwudhu atau tayammum.

2. Hadats Besar

Hadas besar menurut istilah syara’ artinya


sesuatu yang secara maknawi tidak dapat dilihat oleh
mata kasar yang ada pada seluruh badan seseorang
yang dengannya mencegah untuk mendirikan salat dan
ibadah lainnya sesuai ketentuan syariat. Cara
mensucikan diri dari hadas besar adalah dengan cara
mandi wajib.
38

a. Sebab – sebab hadas besar yaitu:


1. Mengeluarkan mani (sperma)
Keluarnya mani seseorang dapat terjadi dalam
berbagai keadaan, baik diwaktu jaga maupun diwaktu
tidur (mimpi), dengan cara disengaja atau tidak, yang
terjadi pada laki-laki dewasa. Sebagaimana hadis
Rasulullah Saw. yang artinya: bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: “Apabila air itu terpancar keras maka
mandilah”. (H.R. Abu Daud)

2. Hubungan kelamin (Jima’)


Hubungan kelamin, baik disertai dengan
keluarnya mani, ataupun belum mengeluarkannya
mengakibatkan dirinya dalam kondisi junub. Hal ini
didasarkan pada Al – Qur’an surah Al-Maaidah ayat 6.

۟ ‫ٱط َّه ُر‬


...‫وا‬ َّ َ‫َو ِإ ن ُُنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬

Artinya:“Dan jikalau kamu junub hendaklah


bersuci”.( Q.S. Al Maaidah ayat 6)

Hadis Rasulullah Saw. yaitu:

ِ ‫إِنَّ َما ْال َما ُء ِمنَ ْال َم‬


‫اء‬

Artinya: “Sesungguhnya (mandi) dengan air


disebabkan karena keluarnya air
(mani).” (HR. Muslim)
39

Hadis lain yaitu:

ُ‫ب ْالغَ ْسل‬


َ ‫ فَقَِْ َو َج‬، ‫شعَبِ َها اْل َ ْربَ ِع ث ُ َّم َج َهَِهَا‬ َ َ‫إِذَا َجل‬
ُ َ‫س بَيْن‬

Artinya: Sesungguhnya Rasulullah Saw.


Bersabda: “Jika seseorang telah duduk
diantara kedua tempat anggota
badannya (menggaulinya) maka
sesungguhnya wajiblah untuk mandi,
baik mengeluarkan (mani) ataupun
tidak”. (H.R. Ahmad dan Muslim).

3. Terhentinya haid dan nifas


Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah Swt.
yang terdapat dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat
222:

‫سا َٰٓ َء ِفى‬


َ ‫ٱلن‬
ِ ‫وا‬ ۟ ُ‫يض قُ ْل ُه َو َأَذًى فَٱ ْعت َِزل‬ ِ ‫ع ِن ْٱل َم ِح‬ َ ‫َويَسْـَٔلُون ََك‬
َ‫ط ُه ْر نَ فَإِذَا تَطَ َّه ْر ن‬ ْ َ‫يض َو َال ت َ ْق َربُو ُه َّن َحت َّ ٰى ي‬ ِ ‫ْٱل َم ِح‬
ُّ‫ٱَّللَ ي ُِحبُّ ٱلت َّ ٰ َّوبِينَ َويُ ِحب‬
َّ ‫ٱَّللُ إِ َّ ن‬ ُ ‫فَأْتُو ُه َّن ِم ْن َحي‬
َّ ‫ْث َأ َ َم َر ُُ ُم‬
َ َ ‫ْٱل ُمت‬
َ‫ط ِه ِرين‬
Artinya:
“Dan janganlah kamu dekati istri (yang
sedang haid) sebelum mereka suci. Dan
apabila sudah berxuci (mandi) maka
gaulilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepada kalian”.
40

( Q.S. Al- Baqarah ayat 222).

Hadis tentang hal ini adalah dari ‘Aisyah


radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad Saw.
besabda kepada Fathimah binti Abi
Hubaisy,

ْ ‫صالَة َ َوإِذَا َأ َ ْبَ َر‬


‫ت فَا ْغ ِس ِلى‬ َ ‫ت ْال َح ْي‬
َّ ‫ضةُ فََِ ِعى ال‬ ِ َ‫فَإِذَا َأ َ ْقبَل‬
َ ‫ع ْن ِك الِ ََّم َو‬
‫ص ِلى‬ َ

Artinya:“Apabila kamu datang haid hendaklah


kamu meninggalkan salat. Apabila darah
haid berhenti, hendaklah kamu mandi
dan mendirikan salat.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Adapun hukum keluarnya darah dikarenakan


habis melahirkan anak yang sering disebut nifas, maka
berdasarkan ijma’ sahabat hukumnya sama dengan
hukum setelah haid.

3. Meninggal dunia
Orang yang meninggal dunia diwajibkan untuk
mandi, akan tetapi orang yang sudah meninggal tidak
bias mandi sendiri maka kewajiban ini ditujukan pada
orang yang hidup, maksudnya orang yang hidup wajib
memandikan orang yang meninggal dunia. Jumhur
(mayoritas) ulama menyatakan bahwa memandikan
41

orang meninggal disini hukumnya adalah fardhu


kifayah, artinya jika sebagian orang sudah
melakukannya, maka yang lain gugur kewajibannya.

Dalil mengenai wajibnya memandikan si mayit


diantaranya adalah perintah Nabi Muhammad Saw.
kepada Ummu ‘Athiyah dan kepada para wanita yang
melayat untuk memandikan anaknya,

ً ‫ا ْغس ِْلنَ َها ثَالَثًا َأ َ ْو َخ ْم‬


‫سا َأ َ ْو َأ َ ُْث َ َر َم ْن ذَ ِل َك إِ ْ ن َرَأ َ ْيت ُ َّن ذَ ِل َك بِ َما ٍء‬
‫َو ِسِْ ٍر‬

Artinya : “Mandikanlah dengan mengguyurkan


air yang dicampur dengan daun bidara
tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika
kalian anggap perlu dan jadikanlah yang
terakhirnya dengan kafur barus
(wewangian).” (HR. Bukhari dan
Muslim).

4. Orang kafir masuk Islam


Mengenai wajibnya hal ini terdapat dalam Hadis
dari Qois bin ‘Ashim radhiyallahu ‘anhu, yaitu:

ٍ‫سلَّ َم َأ َ ْ ن يَ ْغت َ ِس َل ِب َماء‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ‫َأَنَّهُ َأ َ ْسلَ َم فَأ َ َم َرهُ النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
‫َو ِس ِْ ٍر‬
42

Artinya: “Beliau masuk Islam, lantas Nabi


Muhammad Saw. memerintahkannya
untuk mandi dengan air dan daun sidr
(daun bidara).” (HR. An Nasai ,At
Tirmidzi, Ahmad. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadis ini shahih).

Perintah yang berlaku untuk Qois berlaku pula


untuk yang lainnya. Dalam kaidah ushul fikih, hukum
asal perintah mandi adalah wajib. Ulama yang
mewajibkan mandi ketika seseorang masuk Islam
adalah Imam Ahmad bin Hambal dan pengikutnya dari
ulama Hanabilah, Imam Malik, Ibnu Hazm, Ibnull
Mundzir dan Al Khottobi.

b. Hal – hal yang dilarang ketika sedang berhadas


besar
1. Salat,
2. tawaf,
3. menyentuh dan membaca Al – Qur’an,
4. itikaf,
5. berpuasa bagi perempuan yang sedang haid
atau nifas.

D. Tata Cara Bersuci Dari Hadats

WUDHU

1. Dalil perintah berwudhu


Al-Qur'an Surat Al-Ma’idah Ayat 6
43

‫وا ُو ُجو َه ُك ْم‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةِ فَٱ ْغ ِسل‬َّ ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإلَى ٱل‬
۟ ‫س ُح‬
‫وا ِب ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأ َ ْر ُج َل ُك ْم ِإلَى‬ َ ‫ٱم‬ْ ‫ق َو‬ ِ ِ‫َوَأ َ ْي ِِيَ ُك ْم ِإلَى ْٱل َم َراف‬
َ ‫ض ٰ َٰٓى َأ َ ْو‬
‫علَ ٰى‬ َ ‫وا ۚ َو ِإ ن ُُنتُم َّم ْر‬ ۟ ‫ٱط َّه ُر‬ َّ َ‫ْٱل َك ْعبَي ِْن ۚ َو ِإ ن ُُنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬
‫ُوا‬ َ ِ‫سفَ ٍر َأ َ ْو َجا َٰٓ َء َأ َ َحٌِ ِمن ُكم ِم َن ْٱلغَآَٰئِ ِط َأ َ ْو ٰلَ َم ْست ُ ُم ٱلن‬
۟ ِ‫سا َٰٓ َء فَلَ ْم ت َ ِج‬ َ
‫وا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ َ ْيِِي ُكم ِم ْنهُ ۚ َما‬ ۟ ‫س ُح‬
َ ‫ٱم‬ َ ‫ص ِعيًِا‬
ْ َ‫ط ِيبًا ف‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫َما َٰٓ ًء فَتَيَ َّم ُم‬
‫ج َو ٰلَ ِكن ي ُِريُِ ِليُطَ ِه َر ُُ ْم َو ِليُتِ َّم‬
ٍ ‫علَ ْي ُكم ِم ْن َح َر‬ َ ‫ٱَّللُ ِليَجْ عَ َل‬ َّ ُِ‫ي ُِري‬
ْ َ ‫علَ ْي ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت‬
َ‫ْش ُك ُرو ن‬ َ ُ‫نِ ْع َمت َ ۥه‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila


kamu hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (wc) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. ( Q.S.Al – Maidah
ayat 6 ).
44

2. Syarat, Fardhu dan Sunnah Wudhu

1. Syarat Wudhu
a. Islam,
b. tamyiz,
c. suci dari haid dan nifas,
d. tidak ada sesuatu yang mencegah sampainya
air keanggota wudhu,

Hadis Rasulullah Saw .

َ ْ‫علَى قَِ َ ِم ِه فَأَب‬


ُ‫ص َره‬ ُ ‫ض َع‬
َ ‫ظفُ ٍر‬ ِ ‫َأ َ َّ ن َر ُج ًال ت ََوضَّأ َ فَت ََر َك َم ْو‬
‫ضو َء َك‬ ُ ‫ار ِج ْع فَأ َ ْحس ِْن ُو‬ْ ‫ فَقَا َل‬، ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫النَّ ِب‬
‫صلَّى‬
َ ‫ فَ َر َج َع ث ُ َّم‬،
Artinya:
“Ada seseorang yang berwudhu dan
meninggalkan satu tempat di kakinya (tidak
dibasuh), kemudian Nabi sallallahu’aalihi wa
salam melihatnya, maka beliau bersabda,
“Kembali dan perbaiki wudhu anda, maka dia
kembali kemudian dia salat.”(HR. Muslim)
e. menggunakan air yang suci dan mensucikan,
f. mengetahui mana yang wajib dan mana yang
sunnah.
45

2. Fardhu Wudhu

a. Niat
Jika seseorang membasuh anggota wudhu dengan
niat untuk mengurangi rasa panas atau untuk
membersihkannya maka tidak dianggap sebagai
orang yang berwudhu.

‫ئ َما ن ََوى‬ ْ ‫ْاْل َ ْع َما ُل بِالنِيَّ ِة َو ِل ُك ِل‬


ٍ ‫ام ِر‬
Artinya:“Semua perbuatan tergantung niatnya,
dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan…“(HR.
Muttafaqun Alaihi).

Niat berwudhu yaitu:

‫ضا ِهللِ تَعَالَى‬ ِ َِ‫ض ْو َء ِل َر ْف ِع ْال َح‬


ْ َ‫ث اْال‬
ً ‫صغ َِر فَ ْر‬ ُ ‫ن ََويْتُ ْال ُو‬
Artinya:"Saya niat berwudhu untuk
menghilangkan hadast kecil fardu karena
Allah".

b. Membasuh wajah
Hadis Rasulullah Saw.
‫ت َحنَ ِك ِه فَخَلَّ َل‬
َ ْ‫َُا نَ ِإذَا ت ََوضَّأ َ َأ َ َخذَ َُفًّا ِم ْن َما ٍء فَأ َ ْ َخلَهُ تَح‬
َ ‫ِب ِه ِل ْحيَتَهُ َوقَا َل َه َكذَا َأ َ َم َر ِنى َر ِبى‬
‫ع َّز َو َج َّل‬
46

Artinya :“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu


‘alaihi was sallam) jika beliau akan
berwudhu, beliau mengambil
segenggaman air kemudian beliau
basuhkan (ke wajahnya) sampai
ketenggorokannya kemudian beliau
menyela-nyela jenggotnya”. Kemudian
beliau mengatakan, “Demikianlah cara
berwudhu yang diperintahkan Robbku
kepadaku.” (HR. Abu Dawud)

c. Membasuh kedua tangan sampai siku,


Hadis Rasulullah Saw . Yaitu:

ُ‫س َل يََِه‬ َ ‫ ث ُ َّم‬، ‫ق ثَالَثًا‬


َ ‫غ‬ ِ ِ‫س َل يََِهُ ْالي ُْمنَى ِإلَى ْال َم ْرف‬ َ ‫ث ُ َّم‬
َ ‫غ‬
‫ْاليُس َْرى ِإلَى ْال َم ْرفِ ِق‬

Artinya:
“…Kemudian beliau membasuh tangannya yang
kanan sampai siku sebanyak tiga kali, kemudian
membasuh tangannya yang kiri sampai siku
sebanyak tiga kali…”(HR. Muttafaqun Alaihi).

d. Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala,


Sebagaimana hadis Rasulullah Saw. yaitu:
47

‫ بَََِأ َ بِ ُمقََِّ ِم َرَأْ ِس ِه‬، ‫ فَأ َ ْقبَ َل بِ ِه َما َوَأ َ ْبَ َر‬، ‫سهُ بِيََِ ْي ِه‬َ ْ‫س َح َرَأ‬
َ ‫ث َّم َم‬
ِ ‫ ث ُ َّم َر َّهُ َما إِلَى ْال َمك‬، ُ‫َب بِ ِه َما إِلَى قَفَاه‬
‫َا ن الَّذِى‬ َ ‫ َحتَّى ذَه‬،
ُ‫بَََِأ َ ِم ْنه‬

Artinya:
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala
dengan tangannya,(dengan cara) menyapunya ke
depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari
bagian depan kepalanya ditarik ke belakang
sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya
lagi ke bagian depan kepalanya.”(HR.
Muttafaqun Alaihi)

e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki


Hadis Rasulullah Saw. yaitu:
‫س َل ِرجْ لَ ْي ِه إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن‬ َ ‫ث ُ َّم‬
َ ‫غ‬
Artinya: “…Kemudian beliau membasuh kedua
kakinya hingga dua mata kaki…”(HR.
Muttafaqun Alaihi).

f. Tertib.
3. Sunnah Wudhu
a. Bersiwak
Dalilnya adalah hadis shahih riwayat Imam
Bukhari dan Muslim:
48

‫ صلى للا‬- ِ ‫ ع ْن النبِي‬- ُ‫َّللاُ ع ْنه‬ ٰ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ ر‬- ‫ع ْن َأبِ ْي ُهر ْيرة‬
‫اك‬ ِ ِ‫علَى َأ ُ َّمتِ ْي ْلم ْرت ُ ُه ْم ب‬
ِ ‫السو‬ ُ َ ‫ "لَ ْو َال َأ َ نَ َأ‬:‫ قال‬- ‫عليه وسلم‬
َ ‫شق‬
⸨‫⸩ رواه البخاري ومسلم‬. ٍ‫مع ُُ ِل وض ْوء‬.
Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘Anhu, dari Nabi Saw. beliau bersabda:
"Seandainya tidak memberatkan
ummatku maka sungguh akan aku
perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali wudhu. (HR. Bukhari dan
Muslim).

b. Membaca basmalah,
Dalilnya adalah hadis Hasan riwayat Imam an-
Nasa'i:

ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْنهُ – قَا َل‬


‫س ْو ْل للاِ صلى‬ َ ُ‫ي للا‬
َ ‫ض‬ َ َ‫ع ْن َأن‬
ِ ‫ َر‬- ‫س ِء‬ َ
⸨‫ ⸩رواه النسائي‬.ِ‫ "تَ َوضا ُ ْوا بِ ْس ِم للا‬:‫للا عليه وسلم‬.

Artinya: Dari sahabat Anas RA, Rasulullah Saw.


bersabda: Berwudhulah dengan menyebut
nama Allah. (HR. An-Nasa'i)

c. Membasuh kedua telapak tangan sampai dengan


pergelangan tangan
49

Dalilnya adalah hadis Rasulullah Saw . :

‫ع ْنهُ َأ َ ْ ن النَ ِبي ِ صلى للا عليه‬


َ ُ‫ي للا‬ ِ ‫ع ْن َأ َ ِب ْي ُه َر ْي َرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
ْ ‫ظ َأ َ َحُِ ُُ ْم ِم ْن منامه فَ َال يَغْ ِم‬
‫س يََِهُ فِي‬ َ َ‫ إذَا ا ْست َ ْيق‬:‫وسلم قَا َل‬
‫⸩ رواه‬.ُ‫ت يََِه‬ ْ َ ‫ي َأ َ ْينَ بَات‬
ْ ‫النا َ ِء َحت َّى يَ ْغ ِسلَ َها فَإِنَّهُ َال يَِْ ِر‬
َِ
⸨‫البخاري ومسلم‬.

Artinya:
Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi Saw.
beliau bersabda: "Jika salah satu dari kalian
bangun dari tidur maka janganlah memasukkan
kedua tangan ke dalam wadah air hingga dia
mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu
dimana tangannya tadi malam." (HR. Bukhari dan
Muslim).

d. Berkumur – kumur
Dalilnya adalah hadis Rasulullah Saw. :
،‫ض‬ َ ‫ض َم‬ ْ ‫عا ِب َوضُوءٍ … ث ُ َّم َم‬ َ َ َ‫عثْ َما ن‬ ُ ‫ َأ َ َّ ن‬:َ‫ع ْن ُح ْم َرا ن‬ َ
َ ‫ضأ‬
َّ ‫َّللا ت َ َو‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ َرَأَيْتُ َر‬:‫ ث ُ َّم قَا َل‬... ‫ َوا ْست َ ْنث َ َر‬، َ‫َوا ْست َ ْنْشَق‬
‫متفق عليه‬.‫ضو ِئي َهذَا‬
ُ ‫نَح َْو ُو‬
Artinya:
Dari Humran bahwa Utsman RA meminta air
wudhu: "… Lalu berkumur-kumur dan menghirup
air dengan hidung dan mengembuskannya keluar.
50

Kemudian Utsman berkata: "Saya melihat


Rasulullah Saw . berwudhu seperti wudhu-ku
ini." (HR. Bukhari Muslim)

e. Menghirup air ke dalam hidung setelah berkumur


( istinsyaq)
f. Membasuh seluruh kepala
Dalilnya adalah hadis Rasulullah Saw . ,:

- ‫ضو ِء‬ ُ ‫صفَ ِة ْال ُو‬ ِ ‫ ِفي‬- ‫اص ٍم‬ ِ ‫ع‬ َ ‫َّللاِ ب ِْن يَ ِزيِ َ ب ِْن‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ِِ ‫ع ْب‬ َ
َ ‫ بَََِأ‬: ٍ‫ َوفِي لَ ْفظ‬.‫ فَأ َ ْقبَ َل بِيََِ ْي ِه َوَأ َ ْبَ َر‬،‫س َح النبي بِ َرَأْ ِس ِه‬ َ َ‫ق‬
َ ‫ َو َم‬:‫ال‬
ِ ‫ ث ُ َّم َر َّ ُه َما إِلَى ْال َم َك‬،ُ‫َب بِ ِه َما إِلَى قَفَاه‬
‫ا ن‬ َ ‫ َحتَّى ذَه‬،‫بِ ُمقَِ َِّم َرَأْ ِس ِه‬
َ ‫ ( ُمتَّفَ ٌق‬.ُ‫الَّذِي بَََِأ َ ِم ْنه‬
)‫علَيْه‬
Artinya:
Dari Abdullah bin Yazid bin Ashim tentang cara
berwudhu, dia berkata: "Rasulullah mengusap
kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke
belakang dan dari belakang ke muka." Dalam
lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan
kepalanya sehingga mengusapkan kedua
tangannya sampai pada tengkuknya lalu
mengembalikan kedua tangannya ke bagian
semula." (HR. Bukhari Muslim)

g. Mengusap seluruh bagian luar dan dalam kedua


telinga dengan menggunakan air yang baru
51

Sabda Rasulullah Saw . :


‫س َح‬َ ‫سلَّ َم َم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫ «َأ َ َّ ن َر‬،‫َّاس‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ
،‫ظاه ِِر َأُذُنَ ْي ِه‬
َ ‫ف إِ ْب َها َم ْي ِه ِإلَى‬
َ َ‫ َوخَال‬،‫سبَّابَتَي ِْن‬ ِ َ ‫َأُذُنَ ْي ِه‬
َّ ‫اخلَ ُه َما بِال‬
َ ‫س َح‬
ِ َ‫ظاه َِرهُ َما َوب‬
)‫اطنَ ُه َما» (رواه ابن ماجه‬ َ ‫فَ َم‬
Artinya:
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw. mengusap
kepala dan dua telinganya. Beliau memasukkan dua
jari telunjuk (ke bagian dalam daun telinga),
sedangkan kedua jempolnya ke bagian luar daun
telinga. Beliau mengusap sisi luar dan dalam
telinga. (HR. Ibnu Majah)

h. Menyela – nyela jenggot yang tebal bagi laki -


laki
Sabda Rasulullah Saw. :
َ‫سلَّ َم َُا ن‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ َأ َ َّ ن َر‬: ٍ‫ع ْن َأَن ٍَس بْنَ َمالِك‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ َ
‫ت َحنَ ِك ِه فَخَلَّ َل بِ ِه‬
َ ْ‫ َأ َ َخذَ َُفًّا ِم ْن َماءٍ فَأ َ ْ َخلَهُ تَح‬،َ‫إِذَا ت ََوضَّأ‬
‫ع َّز َو َج َّل» (رواه َأبو‬ َ ‫ « َه َكذَا َأ َ َم َرنِي َربِي‬:‫ َوقَا َل‬،ُ‫ِل ْحيَتَه‬
)‫او والبيهقي‬

Artinya:
Dari Anas bin Malik, Nabi Saw . bila berwudhu
mengambil secukupnya dari air, dan
memasukkannya ke bawah dagunya dan
meresapkan air ke jenggotnya. Beliau bersabda:
52

"Beginilah Tuhanku memerintahkanku." (HR.


Abu Daud dan Baihaqi)

i. Menyela jari – jari tangan dan jari – jari kaki


Sebagaimana dalam hadis berikut:

‫صلَّى للاُ َعلَ ْي ِه‬ ِ َّ ‫سو ُل‬


َ ‫َّللا‬ ُ ‫ال َر‬ َ َ‫ َع ْن َأَبِي ِه ق‬، ٍ‫اص ِم ب ِْن لَقِيط‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ِ ‫ع‬َ ‫َع ْن‬
‫صابِعِ» (رواه‬ َ َ ‫ضو َء َوخ َِل ْل بَيْنَ ْاْل‬ َ ْ ‫ « ِإذَا ت ََوضَّأ‬:‫َو َسلَّ َم‬
ُ ‫ت فَأ َ ْسبِ ِغ ْال ُو‬
) ‫الترمذي والنسائي وَأبي او‬
Artinya:
Dari 'Ashim bin Laqith, dari ayahnya (Laqith), ia
berkata: Rasulullah bersabda: Jika engkau
berwudhu, ratakanlah wudhu dan basahi sela-sela
jari dengan air. (HR. Tirmizi, Nasa’i, dan Abi
Dawud)

j. Mendahulukan bagian kanan


Sabda Rasulullah Saw . :

‫صلَّى للاُ عَلَ ْي ِه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،َ ‫ع ْن َأَبِي ُه َري َْرة‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ

ِ َ‫ فَا ْبَِ ُءوا ِبأَي‬،‫ َو ِإذَا ت ََوضَّأْت ُ ْم‬،‫ « ِإذَا لَ ِب ْست ُ ْم‬:‫سلَّ َم‬
‫امنِ ُك ْم» (رواه‬ َ ‫َو‬
‫َأحمِ وَأبو او وابن ماجه وابن خزيمة وابن حبا ن‬
)‫والبيهقي‬
53

Artinya:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw.
bersabda: "Bila kalian berpakaian dan berwudhu
maka mulailah dari bagian-bagian kananmu."
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)

k. Membasuh dan mengusap 3 kali


Sabda Rasulullah Saw. berikut ini:
‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى للاُ عَلَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ ت ََوضَّأ َ َر‬:‫ع ِن اب ِْن عُ َم َر قَا َل‬ َ
‫ص َالة َ إِ َّال‬ َّ ‫ضو ُء َم ْن َال يَ ْقبَ ُل‬
َّ ‫َّللاُ ِم ْنهُ ال‬ ُ ‫ َهذَا ُو‬:‫َم َّرة ً َم َّرة ً َوقَا َل‬
ُ ‫ َهذَا ُو‬:‫ ث ُ َّم ت ََوضَّأ َ َم َّرتَي ِْن َم َّرتَي ِْن َوقَا َل‬.‫بِ ِه‬
‫ضو ُء َم ْن‬
‫ ث ُ َّم ت ََوضَّأ َ ث َ َالثًا ث َ َالثًا‬.‫َّللاُ لَهُ ْاْلَج َْر َم َّرتَي ِْن َم َّرتَي ِْن‬
َّ ‫ف‬ ُ ‫ع‬
َ ‫ضا‬
َ ُ‫ي‬
‫سلِينَ ِم ْن قَ ْب ِلي‬ َ ‫ضو ُء ْال ُم ْر‬ ُ ‫ضوئِي َو ُو‬ ُ ‫ َهذَا ُو‬:‫َوقَا َل‬
)‫(رواه الِارقطني‬
Artinya:
Dari Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Nabi Saw.
membasuh anggota wudhu masing-masing satu
kali lalu bersabda: "Ini adalah amal yang Allah
tidak akan menerimanya kecuali dengan cara ini."
Kemudian beliau membasuh masing-masing dua
kali dan bersabda: "Ini yang membuat Allah
melipat gandakan amal dua kali lipat." Kemudian
beliau membasuh masing-masing tiga kali dan
54

bersabda: "Ini adalah wudhu'ku dan wudhu'nya


para Nabi sebelumku." (HR. Daruquthuni)

l. Membaca do’a setelah berwudhu


Sabda Rasulullah Saw . yaitu:
،ُ‫ َما ِم ْنكُ ْم ِم ْن َأ َ َح ٍِ يَت ََوضَّأ‬:‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع َم َر قَا َل‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن‬
َ
ُ ‫فَيُ ْس ِب ُغ ْال ُو‬
َّ ‫ (َأ َ ْش َهُِ َأ َ ْ ن َال ِإلَهَ ِإ َّال‬:ُ‫ ث ُ َّم يَقُول‬،‫ضو َء‬
‫َّللاُ َو ْحَِهُ َال‬
ْ ‫ ِإ َّال فُ ِت َح‬،)ُ‫سولُه‬
ُ‫ت لَه‬ َ ‫ َوَأ َ ْش َهُِ َأ َ َّ ن ُم َح َّمًِا‬،ُ‫يك لَه‬
ُ ‫عبُِْهُ َو َر‬ َ ‫ش َِر‬
:‫ َوزَ ا َ الترمذي‬.)‫ي‬ ِ ‫ (َأ َ ْخ َر َجهُ ُم ْس ِل ٌم َو‬.‫اب ْال َجنَّ ِة‬
ُّ ‫الت ْر ِم ِذ‬ ُ ‫َأَب َْو‬
َ َ ‫ َواجْ عَ ْل ِني ِمنَ ْال ُمت‬، َ‫(اللَّ ُه َّم اجْ عَ ْلنِي ِمنَ الت َّ َّوابِين‬.
) َ‫ط ِه ِرين‬

Artinya:
Dari Umar, ia berkata Rasulullah bersabda: Siapa
pun di antara kalian yang berwudhu, dan
menyempurnakan wudhunya, lalu membaca:
"asyhadu alla ilaaha illallahu wahdahuulaa
syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan
abduhu wa rasuuluh…", pasti akan dibukakan
baginya pintu-pintu surga. (HR. Muslim dan
Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan
bacaan: "Allahummaj'alni minat tawwabiina
waj'alni minal mutathohhiriin." (HR. Tirmizi)

m. Ad – Dalku yaitu menggosok-gosokkan atau


memijit anggota wudhu
Sebagaimana hadis Rasulullah Saw.:
55

ُ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
‫ي‬َ ‫سلَّ َم َأ ِت‬ َ ُ‫صلَّى للا‬ َّ ِ‫ «َأ َ َّ ن النَّب‬،ٍِْ‫َّللاِ ب ِْن زَ ي‬
َ ‫ي‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ِِ ‫ع ْب‬ َ
‫عهُ» ⸩رواه ابن خزيمة وقال قال‬ َ ‫بِثُلُث َ ْي ُم ٍِ فَ َجعَ َل يَِْلُكُ ذ َِرا‬
⸨‫ إسنا ه صحيح‬:‫اْلعظمي‬
Artinya:Dari Abdullah bin Zaid: bahwa Nabi Saw.
mengambil seperti mud air, yang
digunakan untuk menggosok lengannya.
(HR. Ibnu Khuzaimah. Al-A'zhami
berkata: Isnadnya shahih).

n. Muwalah.
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’
(wafat 593 H) disebutkan bahwa termasuk sunnah
wudhu adalah muwalah. Muwalah adalah
berwudhu dengan berkesinambungan tanpa dijeda
atau tanpa diputus-putus. Dalilnya adalah
perbuatan Nabi Saw. dalam setiap wudhu. Namun
apabila kita menjeda wudhu (tidak muwalah)
maka wudhunya tetap sah. Misalnya ketika
membasuh tangan tiba - tiba air yang kita gunakan
habis. Sehingga harus mencari air terlebih dahulu
di tempat lain. Maka ini terjeda beberapa saat
disebut dengan tidak muwalah. Dan ketika
menemukan air kemudian langsung lanjut
mengusap kepala maka tidak apa apa. Namun
56

lebih baik mengulangi wudhu dari awal. (Siregar,


2020)

3 \ Tata Cara Wudhu

Wudhu merupakan salah satu ibadah wajib


bermaksud menghilangkan hadas kecil dan untuk
menunaikan ibadah tertentu misalnya salat, baik salat
wajib maupun salat sunnah, karena wudhu menjadi
syarat sahnya salat. Sebelum berwudhu kita harus
membersihkan dahulu najis – najis yang ada pada
badan.

Tata cara wudhu yang dicontohkan oleh


Rasulullah Saw. sesuai dengan hadis yang diriwayatkan
dari Humron -budak yang telah dimerdekakan- oleh
'Utsman bin 'Affan ra. sebagai berikut:

‫ض‬
َ ‫ض َم‬ ْ ‫ ث ُ َّم َم‬،ٍ‫ث َم َّرات‬ َ َ‫عا ِب َوضُوءٍ فَت ََوضَّأ َ فَغ‬
َ ‫س َل َُفَّ ْي ِه ث َ َال‬ َ َ
‫س َل يََِهُ ْالي ُْمنَى ِإلَى‬ َ ‫غ‬ َ ‫ ث ُ َّم‬،ٍ‫ث َم َّرات‬ َ ‫س َل َوجْ َههُ ث َ َال‬ َ ‫غ‬َ ‫ ث ُ َّم‬،‫َوا ْست َ ْنث َ َر‬
‫س َح‬َ ‫ ث ُ َّم َم‬،‫س َل يََِهُ ْاليُس َْرى ِمثْ َل ذَ ِل َك‬ َ ‫ ث ُ َّم‬،ٍ‫ث َم َّرات‬
َ ‫غ‬ َ ‫ق ث َ َال‬ ِ َ‫ْال ِم ْرف‬
َ ‫س َل ِر ْجلَهُ ْالي ُْمنَى ِإلَى ْال َك ْعبَي ِْن ث َ َال‬
‫ ث ُ َّم‬،ٍ‫ث َم َّرات‬ َ ْ‫َرَأ‬
َ ‫ ث ُ َّم‬،ُ‫سه‬
َ ‫غ‬
‫ َرَأَيْتُ رسوهلل صلى للا عليه‬: ‫ ث ُ َّم قَا َل‬،‫س َل ْاليُس َْرى ِمثْ َل ذَ ِل َك‬ َ ‫غ‬ َ
‫ ث ُ َّم قَا َل رسوهلل صلى للا‬،‫ضوئِى َهذَا‬
ُ ‫َحْو ُو‬
َ ‫وسلم – ت ََوضَّأ ن‬
‫ضوئِى َهذَا ث ُ َّم قام فرُع‬ َ ‫ضأ َ ن‬
ُ ‫َحْو ُو‬ َّ ‫ َم ْن ت ََو‬- ‫عليه وسلم‬
57

‫َّللاُ لَهُ َما تَقَِ ََّم ِم ْن ذَ ْن ِب ِه‬


َّ ‫غفَ َر‬
َ ، ُ‫سه‬ َ ‫ث فِي ِه َما نَ ْف‬
ُ ِِ ‫ الَ يُ َح‬،‫َر ُْعَتَي ِْن‬
‫ضو ُء َأ َ ْسبَ ُغ َما‬ ُ ‫علَ َماؤُ نَا يَقُولُو نَ َهذَا ْال ُو‬ُ َ‫ َو َُا ن‬: ‫قَا َل إبن ْش َهاب‬
َّ ‫يَت ََوضَّأ ُ بِ ِه َأ َ َحٌِ ِلل‬
‫ص َالةِهع‬
Artinya:
Beliau ('Utsman bin 'Affan) minta diambilkan air lalu
digunakan untuk berwudhu. Beliau mencuci kedua
telapak tangannya sebanyak 3 (tiga) kali. Kemudian
berkumur dan menghirup air ke dalam hidung
sebanyak 3 (tiga) kali. Kemudian beliau mencuci
wajah sebanyak 3 (tiga) kali. Kemudian mencuci
tangan kanan sampai ke siku sebanyak 3 (tiga) kali,
lalu mencuci tangan kiri sampai ke siku, seperti itu
juga. Kemudian beliau mengusap kepala (sebanyak
satu kali). Kemudian beliau mencuci kaki kanan
sampai ke mata kaki sebanyak 3 (tiga) kali, lalu kaki
kiri seperti itu juga. Kemudian beliau mengatakan,
“Aku telah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi
Wassallam berwudhu dengan wudhu yang
semisal/seperti ini dan beliau Shallallahu ‘alaihi
Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu
dengan wudhu semisal ini kemudian salat 2 roka’at
dan ia tidak berbicara (menyibukan dirinya, pen)
dalam kedua rakaatnya itu, maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.Ibnu
Syihab (Ulama Tabi'in-Pen) berkata : "Ulama
dikalangan kami berkata : "Ini adalah tata cara
wudhu yang paling sempurna yang harus dilakukan
oleh seseorang ketika hendak mengerjakan salat".
(HR. Muslim,Bukhari, An-Nawawi).
58

Dari hadis diatas dapat diuraikan tentang tata cara


berwudhu sebagai berikut:

1. Berniat dalam hati menghilangkan hadas

2. Membaca Basmalah

3. Membasuh telapak tangan

GAMBAR 2.2. Membasuh tangan dan sela-sela jari


Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png

Membasuh telapak tangan dilakukan sebanyak 3


kali hingga ke sela-sela jari, dan berdoa :

‫اصي َْك ُُ ِل َها‬


ِ َ‫ِي ِم ْن َمع‬ ْ َ‫اللَّ ُه َّم ا ْحف‬
ْ َِ‫ظ ي‬
Artinya :"Ya Allah, jagalah kedua tanganku dari
semua perbuatan maksiat."

4. Berkumur - kumur
59

Saat berkumur, disunnahkan berdoa di dalam hati:

ِ ‫ش ْك ِر َك اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنِي ِم ْن َح ْو‬


‫ض نَبِيِ َك‬ َ ‫اللَّ ُه َّم َأ َ ِعنِ ْي‬
ُ ‫علَى ِذ ُْ ِر َك َو‬
‫ظ َمأ ُ بَعَِْهُ َأَبًَِا‬ ً ْ ‫سلَّ َم َُأ‬
ْ َ ‫سا َال َأ‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu)
mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah, beri
aku minuman dari telaga Kautsar Nabi
Muhammad, yang begitu menyegarkan hingga aku
tidak merasa haus selamanya”.

GAMBAR 2.3. Berkumur-kumur dan menghirup air ke


dalam hidung
Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png

5. Menghirup air ke hidung


Dan saat membersihkan lubang hidung, saat
menghirup air, dalam hati berdoa:

ِ ‫اللَّ ُه َّم َأ َ ِر ْحنِي َرائِ َحةَ ْال َجنَّ ِة اللَّ ُه َّم َال ت‬
‫َحْر ْمنِ ْي َرائِ َحةَ نِعَ ِم َك َو َجنَّاتِك‬

Artinya:“Ya Allah, (izinkan) aku mencium wewangian


surga. Ya Allah, jangan halangi aku mencium
60

wanginya nikmat-nikmatmu dan wanginya


surga".

Sedangkan ketika mengeluarkan air dari lubang


hidung, berdoa:

‫س ْو ِء الِ َِّار‬ ِ َّ‫ح الن‬


ُ ‫ار َو‬ ُ َ ‫اَلَّل ُه َّم ِإ ِن ْي َأ‬
ِ ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن َر َوا ِئ‬
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari
busuknya aroma neraka, dan dari buruknya
tempat kembali”.

6. Membasuh muka

Gambar 2.4.Batas muka yang harus dibasuh air wudhu

Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-content/uploads/2018/03/POSTER-
WUDHU-ANAK.png

Membasuh wajah secara keseluruhan dan


dilebihkan sedikit. Sambil berdoa:

ٌ‫ض ُو ُجوهٌ َوتَس َْو ُّ ُو ُجوه‬ ْ ِ‫اللَّ ُه َّم بَي‬


ُّ َ‫ض َوجْ ِه ْي يَ ْو َم ت َ ْبي‬

Artinya:“Ya Allah, putihkanlah wajahku di hari ketika


wajah-wajah memutih dan menghitam”.
61

Doa ini adalah doa agar di akhirat kelak Allah


menggolongkan kita sebagai orang baik, dimana saat
berkumpul di Padang Mahsyar, orang baik dicirikan
dengan berwajah putih, dan sebaliknya orang jelek
dicirikan dengan berwajah hitam kusam.

7. Membasuh kedua tangan sampai siku


Membasuh kedua tangan secara sempurna, yakni
dengan menggosok sela - sela jemari, membasuhnya
hingga siku dan dilebihkan sedikit hingga ke atasnya .

Gambar 2.5.Membasuh tangan sampai siku


Sumber https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png

Saat membasuh tangan kanan, berdoa:

‫ِيرا‬
ً ‫سابًا يَس‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم َأَع‬
َ ‫ْط ِن ْي ُِت َا ِب ْي ِبيَ ِمي ِن ْي َو َحا ِس ْب ِن ْي ِح‬
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah kitab amalku (kelak di
akhirat) pada tangan kananku, dan hisablah aku
dengan hisab yang ringan”
62

Sedangkan saat membasuh tangan kiri, berdoa:

‫ي‬ َ ‫اء‬
ْ ‫ظ ْه ِر‬ ْ ِ‫اللَّ ُه َّم َال ت ُ ْع ِطنِ ْي ُِت َاب‬
ِ ‫ي بِ ِْش َما ِل ْي َو َال ِم ْن َو َر‬
Artinya: “Ya Allah, jangan Kau berikan kitab
amalku (kelak di akhirat) pada tangan
kiriku, dan jangan pula diberikan dari
balik punggungku”.

Dengan do’a di atas agar kelak di akhirat nanti,


Allah memberikan catatan amal kita melalui tangan
kanan. Karena apabila manusia amalnya baik, maka ia
akan menerima kitab amalnya dengan tangan kanan dan
berhadapan muka, namun apabila amalnya jelek, maka
ia akan menerima kitab amalnya dengan tangan kiri dan
diberikan dari balik punggung.

8. Membasuh sebagian kepala


Cara paling sempurna dalam wudhu adalah
mengusap kepala dari depan ke belakang dan
dikembalikan lagi ke depan, demikian diulang
sebanyak 3 kali. Sambil berdoa:

‫ع ْر ِش َك‬ َ ْ‫ار َوَأ َ ِظلَّنِ ْي تَح‬


َ ‫ت‬ ِ َّ‫علَى الن‬
َ ‫ي‬
ْ ‫ي َوبَْش َِر‬ ْ ‫ش ْع ِر‬َ ‫اللَّ ُه َّم َح ِر ْم‬
‫يَ ْو َم َال ِظ َّل َّإال ِظلُّك‬
Artinya: “Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari
sentuhan api neraka, dan naungi aku dengan
63

naungan singgasana-Mu, pada hari ketika tak


ada naungan selain naungan dari-Mu”.

Gambar 2.6. Membasuh kepala


Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png

9. Mengusap kedua telinga

Mengusap telinga baik area dalam dan area luar


telinga dengan cara masukkan telunjuk pada lubang
telinga, gunakan jempol untuk mengusap area dalam
daun telinga, dilanjut mengusap area luar daun telinga.

Gambar 2.7. Membasuh kedua telinga

Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png
64

Saat mengusap telinga, dalam hati berdoa:

َ ْ‫اللَّ ُه َّم ا ْجعَ ْلنِي ِم ْن الَّذِينَ يَ ْست َِمعُو نَ ْالقَ ْو َل فَيَت َّ ِبعُو نَ َأَح‬
ُ‫سنَه‬

Artinya:“Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang


mampu mendengar ucapan dan mampu
mengikuti apa yang baik dari ucapan
tersebut”.

10. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

Membasuh kaki secara sempurna, yaitu dengan


menggosok sela-sela jari kaki. Caranya ialah menggosok
sela-sela jari kaki kanan dengan tangan kiri, dan
menggosok sela-sela jari kaki kiri dengan tangan kanan.
Disempurnakan juga dengan memanjangkan basuhan
hingga diatas mata kaki.

GAMBAR 2.8. Membasuh kaki sampai mata kaki

Sumber: https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-ANAK.png
65

Rasulullah sangat menganjurkan melebihkan


basuhan pada muka, kaki dan tangan. Saat membasuh
kaki kanan berdoa:

‫ اللَّ ُه َّم‬.‫ع َم ًال ُمتَقَب ًَّال‬ َ ُ‫الل ُه َّم اجْ عَ ْله‬


َ ‫س ْعيًا َم ْْش ُك ْو ًرا َوذَ ْنبًا َم ْغفُ ْو ًرا َو‬
‫اط يَ ْو َم ت َِز ُّل فِ ْي ِه ْاْل َ ْقَِا ُم‬ ِ ‫علَى‬
ِ ‫الص َر‬ َ ‫ي‬ْ ‫ت قََِ ِم‬ ْ ِ‫ثَب‬

Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah (segenap langkahku) sebagai
usaha yang disyukuri, sebagai penyebab terampuninya
dosa dan sebagai amal yang diterima. Ya Allah,
mantapkanlah telapak kakiku saat melintasi jembatan
shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak
kaki yang tergelincir”.

11. Membaca do’a setelah Berwudhu

Do’a setelah berwudhu

َ ‫َأ َ ْش َهُِ َأ َ ْ ن آلاِلَهَ ِإالَّللاُ َوحْ َِهُ الَش َِري َْك لَهُ َوَأ َ ْش َهُِ َأ َ َّ ن ُم َح َّمًِا‬
ُ‫ع ْبُِه‬
َ َ ‫س ْولُهُ الل ُه َّم اجْ عَ ْلنِ ْى ِمنَ الت َّ َّوا ِبيْنَ َواجْ عَ ْلنِ ْى ِمنَ ْال ُمت‬
َ‫ط ِه ِر ْين‬ ُ ‫َو َر‬

Artinya:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam
golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah
66

aku termasuk dalam golongan orang-orang yang


bersuci (shalih).

4 Yang membatalkan wudhu

Hal – hal yang bisa membatalkan wudhu adalah:


a. Keluar sesuatu dari dua lubang yaitu qubul dan
dubur;
b. tidur yaitu apabila tidur dengan posisi telentang
maka wudhunya batal, akan tetapi apabila tidur
dengan posisi
c. duduk dan tidak bergeser dari tempat duduknya
maka wudhunya dianggap tidak batal;
d. hilang akal karena gila atau mabuk;
e. bersentuhan kulit antara laki – laki dan perempuan
yang bukan muhrim;
f. memegang atau menyentuh kemaluan.

5. Keutamaan wudhu

a. Mengangkat derajat di syurga dan pancaran


cahaya di Padang Mahsyar

َ ‫َّللاُ بِ ِه ْال َخ‬


ِ ‫طايَا َويَ ْرفَ ُع بِ ِه الَِّ َر َجا‬
‫ت‬ َ ‫َأ َ َال َأ َ ُلُّ ُك ْم‬
َّ ‫علَى َما يَ ْم ُحو‬
ِ ‫علَى ْال َمك‬
‫َار ِه‬ َ ‫وء‬ ِ ‫ض‬ ُ ‫غ ْال ُو‬ُ ‫َّللا قَا َل إِ ْسبَا‬ ُ ‫قَالُوا بَلَى يَا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
ِ‫ص َالة‬
َّ ‫ص َالةِ بَ ْعَِ ال‬
َّ ‫ار ال‬ ُ ‫ظ‬َ ِ‫اج ِِ َوا ْنت‬
ِ ‫س‬َ ‫طا إِلَى ْال َم‬
َ ‫َوَُثْ َرة ُ ْال ُخ‬
ُ ‫الربَا‬
‫ط‬ ِ ‫فَذَ ِل ُك ْم‬
67

Artinya:
Maukah kalian aku tunjukkan pada hal-hal yang
dengannya Allah hapus dosa-dosa dan
mengangkat derajat. Para Sahabat berkata: Ya,
wahai Rasulullah. Rasul bersabda:
menyempurnakan wudhu pada saat kesulitan,
memperbanyak jalan menuju masjid, menunggu
salat setelah salat. Itu adalah ar-Ribaath
(bagaikan berjaga di perbatasan dalam perang di
jalan Allah. ( H.R. Muslim dari Abu Hurairah )

b. Keluar dosa (kecil) bersamaan dengan


mengalirnya air tetesan bekas wudhu pada
anggota tubuh

َ َ‫إِذَا ت ََوضَّأ َ ْالعَ ْبُِ ْال ُم ْس ِل ُم َأ َ ْو ْال ُمؤْ ِم ُن فَغ‬


‫س َل َوجْ َههُ خ ََر َج ِم ْن‬
‫آخ ِر‬ ِ ‫ظ َر إِلَ ْي َها بِعَ ْينَ ْي ِه َم َع ْال َم‬
ِ ‫اء َأ َ ْو َم َع‬ َ َ‫َطيئ َ ٍة ن‬
ِ ‫َوجْ ِه ِه ُُ ُّل خ‬
ِ ‫س َل يََِ ْي ِه خ ََر َج ِم ْن يََِ ْي ِه ُُ ُّل خ‬
َ‫َطيئ َ ٍة َُا ن‬ َ ‫غ‬ ِ ‫ط ِر ْال َم‬
َ ‫اء فَإِذَا‬ ْ َ‫ق‬
‫س َل‬
َ ‫غ‬َ ‫اء فَإِذَا‬ ْ َ‫آخ ِر ق‬
ِ ‫ط ِر ْال َم‬ ِ ‫ْشتْ َها يََِاهُ َم َع ْال َم‬
ِ ‫اء َأ َ ْو َم َع‬ َ ‫ط‬ َ َ‫ب‬
ِ ‫جْالهُ َم َع ْال َم‬
‫اء َأ َ ْو َم َع‬ َ ‫ْشتْ َها ِر‬ ِ ‫ت ُُ ُّل خ‬
َ ‫َطيئ َ ٍة َم‬ ْ ‫ِر ْجلَ ْي ِه خ ََر َج‬
ِ ‫اء َحتَّى يَ ْخ ُر َج نَ ِقيًّا ِم ْن الذُّنُو‬
‫ب‬ ْ َ‫آخ ِر ق‬
ِ ‫ط ِر ْال َم‬ ِ
Artinya:
Jika seorang hamba muslim atau mukmin
berwudhu kemudian ia mencuci wajahnya,
keluarlah dari wajahnya seluruh dosa karena
penglihatan kedua matanya bersamaan dengan
air atau akhir tetesan air. Jika ia mencuci kedua
68

tangannya, keluarlah dari kedua tangannya setiap


dosa yang dilakukan tangannya bersamaan
dengan air atau tetesan air terakhir. Jika ia
mencuci kedua tangannya keluarlah semua dosa
yang dilakukan langkah kakinya bersamaan
dengan air atau tetesan air terakhir, hingga ia
keluar (dari berwudhu) dalam keadaan bersih
dari dosa. (H.R Muslim dari Abu Hurairah)

c. Senantiasa menjaga wudhu salah satu tanda


kesempurnaan iman
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yaitu:

‫وء ِإالَّ ُمؤْ ِم ٌن‬


ِ ‫ض‬ُ ‫علَى ْال ُو‬ ُ ِ‫َوالَ يُ َحاف‬
َ ‫ظ‬

Artinya: Dan tidaklah menjaga wudhu kecuali


seorang mukmin (H.R Ahmad, Ibnu
Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan al-
Albany)

d. Jalan menuju syurga


Sebagaimana sabda Rasulullah Saw . yaitu:

‫ص ِلي‬ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يَت ََوضَّأ ُ فَيُحْ س ُِن ُو‬


َ ُ‫ضو َءهُ ث ُ َّم يَقُو ُم فَي‬
ُ‫ت لَهُ ْال َجنَّة‬
ْ َ‫علَ ْي ِه َما ِبقَ ْل ِب ِه َو َو ْج ِه ِه ِإ َّال َو َجب‬
َ ‫َر ُْعَتَي ِْن ُم ْق ِب ٌل‬

Artinya:
69

Tidaklah seorang muslim berwudhu kemudian


menyempurnakan wudhunya kemudian bangkit
melakukan salat dua rokaat menghadapkan wajah
dan hatinya (kepada Allah) kecuali wajib baginya
surga. (H.R. Muslim dari Uqbah bin Amir)

e. Berwudhu dan membiasakan salat sunnah


setelahnya
Berwudhu merupakan kebiasaan dari penduduk
syurga sebagaimana hadis Rasulullah Saw. yaitu:

‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع ْنهُ َأ َ َّ ن النَّب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن َأَبِي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ص َالةِ ْالفَج ِْر يَا بِ َال ُل َحِِثْنِي بِأ َ ْر َجى‬ َ َِ‫سلَّ َم قَا َل ِلبِ َال ٍل ِع ْن‬
َ ‫َو‬
‫ي‬َّ ََِ‫ف نَ ْعلَي َْك بَ ْينَ ي‬
َّ َ ُ‫س ِم ْعت‬َ ‫الس َْال ِم فَإِنِي‬ ِ ْ ‫ع ِم ْلتَهُ فِي‬
َ ‫ع َم ٍل‬
َ
َ ُ‫ع ِم ْلت‬
َ َ ‫ع َم ًال َأ َ ْر َجى ِع ْنِِي َأَنِي لَ ْم َأَت‬
‫ط َّه ْر‬ َ ‫فِي ْال َجنَّ ِة قَا َل َما‬
‫ور َما‬ ُّ ‫صلَّيْتُ بِذَ ِل َك‬
ِ ‫الط ُه‬ ٍ ‫ع ِة لَي ٍْل َأ َ ْو نَ َه‬
َ ‫ار إِ َّال‬ َ ‫سا‬
َ ‫ورا فِي‬ َ
ً ‫ط ُه‬
‫ي‬
َ ‫ص ِل‬َ ُ ‫ب ِلي َأ َ ْ ن َأ‬َ ِ‫ُُت‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa
Nabi Shollallahu alaihi wasallam berkata kepada
Bilal pada saat salat Subuh: Wahai Bilal
sampaikan kepadaku amalan yang paling kau
harapkan dalam Islam yang kau lakukan karena
aku mendengar suara sandalmu di depanku di
surga. Bilal berkata: Tidaklah aku melakukan
suatu amalan yang paling aku harapkan, (kecuali)
70

saat aku berwudhu pada siang atau malam


kecuali aku salat sesuai dengan yang mampu aku
lakukan dengan wudhu itu (H.R al-Bukhari dan
Muslim)

f. tidurnya dijaga malaikat


Hadis Rasulullah Saw. yaitu

َ‫ار ِه َملَكٌ ال‬ ِ َ‫ات َمعَهُ فِي ِشع‬ َ َ‫طاه ًِرا ِإالَّ ب‬ َ ُ‫ع ْب ِِ يَبِيْت‬ َ ‫ْس ِم ْن‬َ ‫لَي‬
‫ات‬ َ ِ‫عةً ِمنَ اللَّ ْي ِل ِإالَّ قَا َل اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلعَ ْب‬
َ َ‫ِك فَإِنَّهُ ب‬ َ ‫سا‬
َ ‫ب‬ ُ ‫يَ ْنقَ ِل‬
َ
‫طاه ًِرا‬
Artinya:
Tidaklah seorang hamba tidur malam dalam
keadaan suci kecuali akan bermalam pada
bajunya satu Malaikat, sehingga tidaklah ia
membalikkan tubuhnya di waktu malam kecuali
Malaikat itu berdoa: Ya Allah ampunilah hamba-
Mu ini karena sesungguhnya ia tidur malam
dalam keadaan suci (H.R at Thobarony dari Ibnu
Abbas dinyatakan sanadnya jayyid oleh al-
Mundziri, dinyatakan Hasan li Ghoirihi oleh al-
Albany).
71

TAYAMMUM

1. Pengertian Tayammum

Tayammum menurut bahasa adalah menyengaja


atau bermaksud. Tayammum menurut istilah syara’
adalah menyengaja mengusap wajah dan kedua
tangan menggunakan debu yang suci dengan niat agar
dapat mengerjakan salat.

2. Dasar Hukum Tayammum


Adapun dasar hukum tayammum terdapat dalam
Al Qur’an surah An Nisa ayat 34 dan hadis Rasulullah
Saw . yaitu:
 Surah An Nisa ayat 34
‫سفَ ٍر َأ َ ْو َجا َٰٓ َء َأ َ َحٌِ ِمنكُم ِم َن ْٱلغَا َٰٓ ِئ ِط َأ َ ْو‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰ َٰٓى َأ َ ْو‬
َ ‫و َو ِإ ن ُُنتُم َّم ْر‬
۟ ‫س ُح‬
‫وا‬ َ ‫ٱم‬ َ ‫ص ِعيًِا‬
ْ َ‫طيِبًا ف‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫ُوا َما َٰٓ ًء فَتَيَ َّم ُم‬ َ ِ‫ٰلَ َم ْست ُ ُم ٱلن‬
۟ ِ‫سا َٰٓ َء فَلَ ْم ت َِج‬

ً ُ‫غف‬
‫ورا‬ َ ‫عفُ ًّوا‬ َّ ‫بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ َ ْيِِي ُك ْم ۗ إِ َّ ن‬
َ َ‫ٱَّللَ َُا ن‬
Artinya:
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir
atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
72

tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi


Maha Pengampun. ( Q.S An – Nisa ayat 43 ).

 Hadis Rasulullah Saw.


Dari Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ورا ِإذَا لَ ْم ن َِج ِِ ْال َما َء‬ َ ‫ت ت ُ ْربَت ُ َها لَنَا‬


ً ‫ط ُه‬ ْ َ‫َو ُج ِعل‬
Artinya:
“Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad
shollallahu ‘alaihi was sallam ) permukaan
bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan
untuk besuci (tayammum) jika kami tidak
menjumpai air”. ( H.R Muttafaq ‘Alaihi )

3. Sebab – sebab Tayammum


Penyebab dibolehkannya tayammum yaitu:
a. karena tidak adanya air yang memenuhi syarat
kesucian dan telah berusaha mencarinya,tetapi
tidak menemukannya sebagaimana dalam Firman
Allah Swt. dalam surah An Nisa ayat 43:

ً ‫ط ِيبا‬ َ ْ‫فَلَ ْم ت َِجُِواْ َمآ ًء فَتَيَ َّم ُموا‬


َ ً ‫ص ِعيِا‬

Artinya: “kemudian kamu tidak mendapat air,


maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci) ”(Qs An-Nisa ’
ayat:34)
73

b. berhalangan menggunakan air, misalnya karena


sakit dan apabila menggunakan air akan
bertambah sakitnya
c. adanya air tetapi keperluan yang lebih penting
misalnya untuk minum
d. udara sangat dingin dan tidak ada api atau
pemanas untuk memanaskan air
Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw .
yaitu:

‫ احْ تَلَ ْمتُ فِي‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْم ٍرو اب ِْن العَاص َر‬ َ ‫ع ْن‬ َ
‫س ْلتُ َأ َ ْ ن‬
َ َ ‫سالَ ِس ِل فَأ َ ْشفَ ْقتُ ِإ ْ ن ا ْغت‬ ِ َ‫لَ ْيلَ ٍة ب‬
ِ ‫ار َةٍ ِفي غ َْز َو ِة ذَا‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫ص ْب َح فَذَُ َُروا ذَ ِل َك ِللنَّ ِبي‬
ُّ ‫ص َحا ِبي ال‬ْ َ ‫صلَّيْتُ ِبأ‬
َ ‫َأ َ ْه ِل َك فَتَيَ َّم ْمتُ ث ُ َّم‬
َ ‫ص َحا ِب َك َوَأ َ ْن‬
‫ت‬ ْ َ ‫ْت ِبأ‬
َ ‫صلَّي‬ َ ‫ع ْم ُرو‬ َ ‫سلَّ َم فَقَا َل يَا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
َ ‫ال َوقُ ْلتُ ِإ ِني‬
ُ‫س ِم ْعت‬ ِ ‫س‬ َ ‫ب فَأ َ ْخبَ ْرتُهُ ِبالَّذِي َمنَعَ ِني ِم ْن اال ْغ ِت‬ ٌ ُ‫ُجن‬
‫”َّللاَ يَقُو ُل‬
َّ ‫َّللاَ َُا نَ بِكُ ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫“وال ت َ ْقتُلُوا َأ َ ْنف‬
َّ ‫س ُك ْم إِ َّ ن‬ َ
َ ‫سلَّ َم َولَ ْم يَقُ ْل‬
‫ش ْيئًا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫ف‬
ُ ‫ض ِح َك َر‬
‫و والبيهقي او وَأبو الْشيخين شرط على صحيح‬
‫)الحاُم‬
Artinya:
Dari Amru bin al-Ash, ia berkata: ”Ketika kami
dalam peperangan Zatu al-Salasil (8H), aku telah
mimpi (berjunub) sedangkan ketika itu udara
sangat dingin. Aku kuatir jika aku mandi akan
74

binasa (sakit), lalu aku bertayammum dan


mengimamkan salat subuh bersama-sama kawan-
kawanku. Ketika kami sampai di sisi Rasulullah
Saw. , kawan-kawanku mengadu hal tersebut
kepada beliau. Lalu Rasulullah Saw . bersabda:
“Wahai Amru! Kamu salat dengan kawan-
kawanmu, sedangkan engkau berjunub?” Maka
aku beritahukan sebab tidak bisa mandi janabah,
aku berkata: “aku teringat firman Allah: (Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu). Lalu
akupun bertayammum dan salat”. Rasulullah
Saw. tertawa dan tidak berkata apa-apa.” (HR
Bukhari Muslim, Abu Daud, al-Baihaqi, al-
Hakim)

Syarat Syah Tayammum


a. Menggunakan debu yang suci, dan belum
digunakan untuk bersuci serta tidak bercampur
dengan sesuatu yang lain,
b. mengusap wajah dengan kedua tangan,
c. terlebih dahulu menghilangkan najis,
d. telah masuk waktu salat,
e. tayammum hanya untuk sekali salat fardhu.

5 Rukun Tayammum

a. Niat
Niat wudhu yaitu:
75

‫ضا ِهللِ تَعَالَى‬ َّ ‫ن ََويْتُ التَّيَ ُّم َم ِ ِال ْستِبَا َح ِة ال‬


ً ‫صالَةِ فَ ْر‬

Artinya: “Sengaja aku bertayamum untuk


kebolehan melakukan salat, wajib karena
Allah”
b. mengusap wajah dengan debu menggunakan,
kedua tangan dengan sekali usapan,
c. mengusap kedua tangan sampai siku,
d. berturut – turut atau tertib.

6 Sunnah – sunnah Tayammum


Yang termasuk sunnah tayammum yaitu:
a. Membaca Basmalah,
b. menghadap kiblat,
c. membaca do’a ketika selesai tayammum,
d. mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri,
e. menipiskan debu.

Hal – hal yang Membatalkan Tayammum


7
a. Semua yang membatalkan wudhu,
b. hilangnya udzur yang membolehkan tayammum,
c. menemukan air atau sanggup menggunakan air
yang mencukupi.

8. Tata Cara Tayammum


76

a. Membaca basmalah

b. renggangkan jari –
jemari, tempelkan ke
debu

c. membaca niat
Gambar 2.9. Meletakkan telapak
tangan pada debu yang suci
Sumber: Buku siswa Fikih,
Masyhuri, 2019

d. angkat kedua tangan


lalu tiup atau ditepuk –
tepuk untuk menipiskan
debu mengusap muka
dengan kedua telapak
tangan

Gambar 2.10. Mengusap wajah


dengan debu
Sumber: Buku siswa Fikih,
Masyhuri, 2019

e. letakkan lagi tangan


pada debu, kemudian
tipiskan debunya

Gambar 2. 11. Meletakkan


Meletakkan telapak tangan pada
debu yang suci

Sumber: Buku siswa Fikih,


77

Masyhuri, 2019

f. usapkan telapak tangan


kiri ke punggung tangan
kanan dari bagian jari
sampai siku, lalu
usapkan telapak tangan
kiri tersebut ke bagian
dalam tangan kanan
dari bagian siku sampai
ke ujung jari
usapkan telapak tangan
ke punggung tangan kiri
dari bagian jari sampai
ke siku, kemudian
usapkan telapak tangan Gambar 2.12. Mengusap
kanan tersebut ke tangan yng dimulai dari
bagian dalam tangan tangan kesiku kemudian
kembali lagi ujung tangan
kiri dari bagian siku
sampai ujung jari. Sumber: Buku siswa Fikih,
Masyhuri, 2019
g. lakukan hal yang sama pada tangan kiri
h. membaca do’a
78

MANDI WAJIB

1. Pengertian Mandi Wajib


Mandi menurut istilah syara’ adalah meratakan air
ke seluruh badan dimulai dari rambut sampai ujung jari
kaki disertai dengan niat . Mandi wajib yaitu mandi
dengan tujuan untuk bersuci dari hadas besar.

2 Dasar Hukum Mandi Wajib


Firman Allah Swt. dalam:

 Al – Qur’an surah Al – Maidah ayat 6 yaitu:

َّ َ‫َوإِ ْ ن ُُ ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬


‫اط َّه ُروا‬

Artinya: “Dan jika kamu junub maka mandilah..” (


Q.S. Al Maidah ayat 6 )

 Al – Qur’an surah An Nisa ayat 43 :

ْ‫ى ت َ ْعلَ ُموا‬


َ َّ ‫َارى َحت‬
َ ‫سك‬ُ ‫صالَة َ َوَأَنت ُ ْم‬
َّ ‫يَا َأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ الَ ت َ ْق َربُواْ ال‬
ْ‫ى ت َ ْغت َ ِسلُوا‬
َ َّ ‫يل َحت‬
ٍ ‫س ِب‬ َ َّ‫َما تَقُولُو نَ َوالَ ُجنُبا ً ِإال‬
َ ‫عا ِب ِري‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
79

terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (


Q.S. An Nisa ayat 43 )

3 Rukun Mandi Wajib


Rukun mandi wajib ada 3 yaitu:
a. Niat mandi wajib,
b. menyiramkan air keseluruh tubuh dari rambut
hingga ujung kaki,
c. menghilangkan najis.

4 Sunnah Mandi Wajib


Yang termasuk sunnah mandi yaitu:
a. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan
najis dari seluruh badan,
b. membaca basmalah,
c. menghadap kiblat sewaktu mandi,
d. mendahulukan bagian kanan dari pada kiri,
e. membasuh badan sampai tiga kali,
f. membaca do’a,
g. berwudhu.

5 Tata Cara Mandi Wajib

Tata cara mandi wajib sebagaimana yang telah


dijelaskan dalam hadis Rasulullah Saw. sebagai
berikut:

‫صلَّى‬ ِ َّ ‫ول‬
َ – ‫َّللا‬ ِ ‫س‬ َ ‫ت َم ْي ُمونَةُ َو‬
ُ ‫ض ْعتُ ِل َر‬ ْ َ‫َّاس قَا َل قَال‬
ٍ ‫عب‬َ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ
‫سلَ ُه َما‬
َ َ‫ فَغ‬، ‫علَى يََِيْ ِه‬ َ ‫ فَأ َ ْف َر‬، ‫سلَّ َم – َما ًء يَ ْغت َ ِس ُل ِب ِه‬
َ ‫غ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫للا‬
80

َ َ‫ فَغ‬، ‫علَى ِش َما ِل ِه‬


‫س َل‬ َ ‫ ث ُ َّم َأ َ ْف َر‬، ‫َم َّرتَي ِْن َم َّرتَي ِْن َأ َ ْو ثَالَثًا‬
َ ‫غ بِيَ ِمينِ ِه‬
‫ ث ُ َّم‬، َ‫ض َوا ْست َ ْنْشَق‬ ْ ‫ ث ُ َّم َم‬، ‫ض‬
َ ‫ض َم‬ ِ ‫ ث ُ َّم َلَ َك يََِهُ بِاْل َ ْر‬، ُ‫يره‬ َ ُِ ‫َمذَا‬
َ ‫علَى َج‬
، ‫س ِِ ِه‬ َ ‫غ‬ َ ْ‫س َل َرَأ‬
َ ‫ ث ُ َّم َأ َ ْف َر‬، ‫سهُ ثَالَثًا‬ َ ‫س َل َوجْ َههُ َويََِ ْي ِه ث ُ َّم‬
َ ‫غ‬ َ ‫غ‬
َ
‫س َل قََِ َم ْي ِه‬ ِ َ‫ث ُ َّم تَنَ َّحى ِم ْن َمق‬
َ َ‫ام ِه فَغ‬

Artinya:
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Maimunah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Aku pernah menyediakan air mandi untuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau
menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci
keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan
tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak
tangan kirinya, kemudian beliau mencuci
kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan
tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-
kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu
beliau membasuh muka dan kedua tangannya.
Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan
mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau
bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua
telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR.
Bukhari, dan Muslim)
Dari hadis tersebut diatas dapat dijelaskan
tentang tata cara mandi wajib yaitu:
81

a. Berniat mandi
 Niat dan Do’a secara umum
Niat dan do’a yang untuk menghilangkan hadas
besar bagi laki-laki dan perempuan:

ِ ‫سل ِلر ْف ِع ا ْلحد‬


‫ث اْالكْب ِر ف ْرضًا ِهللِ تَعالى‬ ْ ُ‫نويْتُ ا ْلغ‬

Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan


hadas besar fardhu karena Allah ta’ala.”

 Niat dan do’a mandi wajib setelah menstruasi

‫ض ِهللِ تَعالى‬ ِ ‫سل ِلر ْف ِع حد‬


ِ ‫ث ا ْلح ْي‬ ْ ُ‫نويْتُ ا ْلغ‬

Artinya:Saya niat mandi wajib untuk mensucikann


hadas besar dari haid karena Allah
Ta’ala.

 Niat dan Do’a mandi wajib setelah Nifas

‫اس ِهللِ تَعالى‬ ِ ‫سل ِلر ْف ِع حد‬


ِ ‫ث النِف‬ ْ ُ‫نويْتُ ا ْلغ‬
Artinya: “Aku niat mandi wajib untuk mensucikan
hadas besar dari nifas karena Allah
Ta’ala.”

 Niat dan do’a setelah berhubungan atau junub

ِ ‫سل ِلر ْف ِع اْلحد‬


ِ ِ ‫ث اْألكْب ِر ِمن اْ ِلجناب ِة ف ْرضًا‬
‫َّلل تَعالى‬ ْ ُ‫نويْتُ ا ْلغ‬
82

Artinya:"Aku niat mandi untuk menghilangkan


hadas besar dari janabah, fardhu karena
Allah ta'ala."

b. Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali


Sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana
atau sebelum mandi.

c. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada


dengan tangan kiri

d. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan


dengan menggosokkan ke tanah atau dengan
menggunakan sabun

e. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti


ketika hendak salat

f. Menyela-nyela rambut

Dari Aisyah ra. menyebutkan bahwa :

َ‫س َل ِمن‬ َ َ ‫َّللا – صلى للا عليه وسلم – إِذَا ا ْغت‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫َُا نَ َر‬
‫ ث ُ َّم‬، ‫س َل‬َ َ ‫صالَةِ ث ُ َّم ا ْغت‬ ُ ‫ َوت ََوضَّأ َ ُو‬، ‫س َل يََِ ْي ِه‬
َّ ‫ضو َءهُ ِلل‬ َ ‫ْال َجنَابَ ِة‬
َ ‫غ‬
َ َ‫ َأَف‬، ُ‫ظ َّن َأ َ ْ ن قَِْ َأ َ ْر َوى بَْش ََرتَه‬
‫اض‬ َ ‫ َحتَّى إِذَا‬، ُ‫شعَ َره‬ َ ‫يُ َخ ِل ُل بِيَ ِِ ِه‬
‫س ِِ ِه‬
َ ‫سائِ َر َج‬
َ ‫س َل‬ َ ‫غ‬ َ ‫ ث ُ َّم‬، ‫ت‬ َ َ‫علَ ْي ِه ْال َما َء ثَال‬
ٍ ‫ث َم َّرا‬ َ
Artinya:
83

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi


junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu
sebagaimana wudhu untuk salat. Kemudian beliau
mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke
rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata
mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan
air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan
lainnya.” (HR. Bukhari)

g. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali


hingga sampai ke pangkal rambut

h. Mengguyur air ke seluruh badan dengan


mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri,
setelah itu mandi seperti biasa sampai selesai.
Sebagaimana dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
berkata,

‫ى – صلى للا عليه وسلم – يُ ْع ِجبُهُ التَّيَ ُّم ُن فِى تَنَعُّ ِل ِه‬ ُّ ِ‫َُا نَ النَّب‬
‫ور ِه َوفِى شَأْنِ ِه ُُ ِل ِه‬ ُ ‫َوت ََر ُّج ِل ِه َو‬
ِ ‫ط ُه‬

Artinya:“Nabi Muhammad Saw. biasa


mendahulukan yang kanan ketika
memakai sendal, ketika bersisir, ketika
bersuci dan dalam setiap perkara (yang
baik-baik).” (HR. Bukhari dan Muslim)

i. mencuci kaki
84

j. berdo’a sebagaima do’a setelah berwudhu


85

BAB SHALAT LIMA WAKTU


3

Gambar 3.1. Mendirikan salat


Sumber https://news.detik.com/berita/d-4982210/tetap-khusyuk-salat-
lima-waktu-selama-di-rumah-ini-9-tipsnya

A. Ketentuan Shalat Lima Waktu

1. Pengertian Salat wajib

Secara bahasa salat berarti do’a. Secara istilah


salat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan, yang dimulai dari takbiratul ihram, dan
diakhiri dengan salam sesuai dengan ketentuan syari’at.
Salat wajib disebut juga dengan salat fardhu atau salat
maktubah yang berarti salat yang wajib dikerjakan
orang Islam yang telah memenuhi syarat. Berdasarkan
86

hukumnya, salat wajib dibagi menjadi dua macam, yaitu


fardu `ain yaitu seluruh umat Islam wajib
menjalankannya dan fardhu kifayah yaitu apabila salah
seorang dari umat muslim telah melaksanakannya, maka
gugurlah kewajiban bagi muslim yang lainnya.

2. Dasar Hukum Salat Wajib

Salat fardhu merupakan rukun Islam yang kedua


dan menjadi pembeda antara orang kafir dengan
muslim. Kedudukan salat bagi setiap muslim sangatlah
penting, hal itu dapat dilihat dari banyaknya ayat-ayat
dalam Al-Qur’an yang menegaskan perintah untuk
melaksanakannya. Salah satu diantaranya adalah:
Firman Allah Swt. dalam surah Al – Baqarah ayat
43:

ٰ ‫وا مع ه‬
‫ٱلر ِك َِعين‬ ۟ ُ‫ٱركَع‬
ْ ‫ٱلزك هوة و‬
ٰ ‫وا‬۟ ُ ‫صل هوة وءات‬ ۟ ‫وأقِي ُم‬
ٰ ‫وا ٱل‬

Artinya:“Dan dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat,


dan ruku`lah bersama orang-orang yang
ruku`” . (QS. al-Baqarah 2 : 43)

Selain itu, salat merupakan perbuatan yang


pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung
jawabannya kelak di hari kiamat. Sebagaimana hadis
Nabi Muhammad Saw . yaitu :
87

‫ ا َِّ ن‬:ُ‫س ْو َل للاِ ص يَقُ ْول‬ َ :‫ع ْن اَبِى ُه َري َْرة َ قَا َل‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ
‫صالَة ُ اْل َم ْكت ُ ْوبَةُ فَا ِْ ن‬
َّ ‫ب بِ ِه اْلعَ ْبُِ يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة ال‬ َ ‫ا َ َّو َل َما يُ َحا‬
ُ ‫س‬
ُ‫ع؟ فَا ِْ ن َُا نَ لَه‬ٍ ‫ط ُّو‬َ َ ‫ ه َْل لَهُ ِم ْن ت‬،‫ظ ُر ْوا‬ ُ ‫ ا ُ ْن‬.‫اَت َ َّم َها َو اِالَّ قِ ْي َل‬
‫سائِ ِر‬ َ َ ‫ضةُ ِم ْن ت‬
َ ِ‫ ث ُ َّم يُ ْفعَ ُل ب‬،‫ط ُّو ِع ِه‬ َ ‫ت اْلفَ ِر ْي‬ ِ َ‫ع ا ُ ُْ ِمل‬ َ َ‫ت‬
ٌ ‫ط ُّو‬
‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬.‫ض ِة ِمثْ ُل ذ ِل َك‬
َ ‫ال اْل َم ْف ُر ْو‬
ِ ‫اْالَ ْع َم‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW . bersabda, “Sesungguhnya pertama-
tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari
qiyamat, adalah salat wajib. Maka apabila ia telah
menyempurnakannya (maka selesailah persoalannya).
Tetapi apabila tidak sempurna salatnya, dikatakan
(kepada malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah
mengerjakan salat sunnah ! Jika ia mengerjakan salat
sunnah, maka kekurangan dalam salat wajib
disempurnakan dengan salat sunnahnya”. Kemudian
semua amal-amal yang wajib diperlakukan Seperti itu".
( H.R. Khamsah)

2. Syarat Salat

Adapun syarat salat itu terdiri dua jenis, yaitu


syarat wajib dan syarat syah salat.

1. Syarat Wajib Salat


Yang termasuk syarat wajib salat adalah:
a. Beragama Islam,
88

b. baligh,
c. berakal,
d. suci dari haid dan nifas,
e. telah sampai dakwah kepadanya,
f. terjaga.

2. Syarat Sah Salat

a. Suci badan dari hadas besar dan kecil


b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c. Menutup aurat (aurat laki-laki adalah antara pusar
sampai lutut, sedang aurat perempuan adalah
seluruh anggota badan kecuali kedua telapak
tangan dan wajah).
d. Telah masuk waktu salat. Salat tidak wajib
dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk
waktunya, dan tidak sah hukumnya salat yang
dilaksanakan sebelum masuk waktunya.
e. Menghadap kiblat, jika berada dalam masjid
Haram Mekah, maka harus menghadap langsung.
Dan jika jauh dari Baitullah Haram, maka cukup
menghadap ke arahnya.

4. Rukun Salat

Rukun salat ada 13 yaitu :


1. Niat yaitu menyengaja di dalam hati untuk
melakukan salat
89

2. Berdiri, bagi yang mampu (jika tidak dapat


berdiri, maka boleh dengan duduk, dan jika tidak
dapat duduk boleh dengan berbaring).

Nabi Muhammad Saw . bersabda,

ٍ ‫ فَإِ ْ ن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَعَلَى َج ْن‬، ‫ فَإِ ْ ن لَ ْم ت َ ْست َ ِط ْع فَقَا ِعًِا‬، ‫ص ِل قَائِ ًما‬
‫ب‬ َ

Artinya:“Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika


tidak mampu,maka kerjakanlah dalam
keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi,
maka kerjakanlah dengan keadaan tidur
menyamping.”( HR. Bukhari dari ‘Imron
bin Hushain)

3. Takbiratul ihram dengan membaca “Allahu


Akbar”
Nabi Muhammad Saw. bersabda

‫ير َوتَحْ ِليلُ َها الت َّ ْس ِلي ُم‬


ُ ‫ور َوتَح ِْري ُم َها الت َّ ْك ِب‬ ُّ ِ‫صالَة‬
ُ ‫الط ُه‬ َّ ‫ِم ْفت َا ُح ال‬
Artinya:“Pembuka salat adalah thoharoh
(bersuci). Yang mengharamkan dari hal-
hal di luar salat adalah ucapan takbir.
Sedangkan yang menghalalkannya kembali
adalah ucapan salam. ” (HR. Abu Daud
,Tirmidzi dan Ibnu Majah)

4. Membaca surah al- Fatihah


Nabi Muhammad Saw. bersabda:
90

ِ ‫ال صالة ِلم ْن ل ْم ي ْقرأْ بِفاتِح ِة ا ْل ِكتا‬


‫ب‬

Artinya: “Tidak ada salat (artinya tidak sah)


orang yang tidak membaca al- Fatihah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

5. rukuk dengan thuma’ninah


Nabi Muhammad Saw. pernah menegur
seseorang yang salatnya tidak bagus sampai ia disuruh
mengulangimya beberapa kali karena tidak memenuhi
rukun salat, sebagaiman sabda Rasulullah Saw.

‫ارك ْع حتٰى ت ْطمئِ ٰن را ِكَعًا‬


ْ ‫ث ُ ٰم‬
Artinya: “Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah
ketika ruku’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Posisi dalam ruku’ adalah membungkukkan badan


dan telapak tangan berada di lutut. Sedangkan yang
dimaksud dengan thuma’ninah adalah keadaan tenang
dimana setiap persendian juga ikut tenang.
Sebagaimana Nabi Muhammad Saw . pernah
mengatakan pada orang yang tidak bagus salatnya
sehingga ia pun disuruh untuk mengulangi salatnya,
beliau bersabda:

َ َ‫صالَة ُ َأ َ َح ِِ ُُ ْم َحتَّى يُ ْسبِ َغ … ث ُ َّم يُ َكبِ ُر فَيَ ْرَُ ُع فَي‬


‫ض ُع َُفَّ ْي ِه‬ َ ‫الَ تَتِ ُّم‬
َ ‫اصلُهُ َوت َ ْست َْر ِخ‬
‫ى‬ ِ َ‫علَى ُر ُْبَت َ ْي ِه َحتَّى ت َْط َمئِ َّن َمف‬ َ
91

Artinya: “Salat tidaklah sempurna sampai salah


seorang di antara kalian menyempurnakan
wudhu, … kemudian bertakbir, lalu
melakukan ruku’ dengan meletakkan telapak
tangan di lutut sampai persendian yang ada
dalam keadaan thuma’ninah dan tenang.” (
HR. Ad Darimi)

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa


thuma’ninah yaitu sekadar membaca zikir dan do’a
yang wajib dalam ruku’.

6. I’tidal dengan Thuma’ninah


Nabi Muhammad Saw. bersabda :

ْ ‫ث ُ ٰم‬
‫ارف ْع حتٰى ت َْعتدِل قائِ ًما‬
Artinya: “Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan
thuma’ninalah.”

7. Sujud dengan Thuma’ninah


Nabi Muhammad Saw. bersabda pada orang yang
tidak bagus salatnya,

ِ ‫س ُج ْد حتٰى ت ْطمئِ ٰن س‬
‫اجدًا‬ ْ ‫ث ُ ٰم ا‬
Artinya: “Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika
sujud.”

8. Duduk Diantara Dua Sujud dengan Thuma’ninah


Nabi Muhammad Saw. bersabda,
92

ً ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َْط َمئِ َّن َجا ِل‬


‫سا‬ ْ ‫ ث ُ َّم‬، ‫اجًِا‬
ِ ‫س‬َ ‫ث ُ َّم ا ْس ُجِْ َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬
‫اجًِا‬
ِ ‫س‬َ ‫ ث ُ َّم ا ْس ُجِْ َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬،

Artinya:“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah


ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan
thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian
sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika
sujud.”

9. Duduk Tasyahud Akhir


Nabi Muhammad Saw. bersabda,

ِ َّ ِ ُ‫صالَ ِة فَ ْليَقُ ِل التَّ ِحيَّات‬


‫َّلل‬ َّ ‫… فَإِذَا قَعََِ َأ َ َحُُُِ ْم ِفى ال‬
Artinya: “Jika salah seorang antara kalian duduk
(tasyahud) dalam salat, maka ucapkanlah “at
tahiyatu lillah …”.( HR. Bukhari dan, dari
Ibnu Mas’ud).

10. Membaca Do’a Duduk Tasyahud Akhir


11. Membaca Shalawat

Nabi Muhammad Saw . bersabda

‫َاء‬ َ ‫ فَ ْليَ ْبََِأْ ِبت َ ْم ِجي ِِ َر ِب ِه َج َّل َو‬،‫صلَّى َأ َ َحُِ ُُ ْم‬


ِ ‫ َوالثَّن‬،‫ع َّز‬ َ ‫ ِإذَا‬،‫ع ِج َل َهذَا‬ َ
ُ َِْ‫ ث ُ َّم ي‬،‫سلَّ َم‬
‫عو بَ ْعُِ بِ َما‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫علَى النَّ ِبي‬ َ ُ‫ ث ُ َّم ي‬،‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ص ِلي‬ َ
‫شَا َء‬
93

Artinya:“Jika salah seorang di antara kalian hendak


salat, maka mulailah dengan menyanjung dan
memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
berdo’a setelah itu sesuai yang diinginkkan.”
(H.R. Imam Tirmidzi dan Abu Daud)

12. Mengucapkan salam


Dalilnya yaitu:

‫ير َوتَحْ ِليلُ َها الت َّ ْس ِلي ُم‬


ُ ‫ور َوتَح ِْري ُم َها الت َّ ْك ِب‬ ُّ ‫صالَ ِة‬
ُ ‫الط ُه‬ َّ ‫ِم ْفت َا ُح ال‬
Artinya:“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
salat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. ” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan, Ibnu
Majah)

13. Tertib

5. Sunah Salat

1. Sunah Ab’adh adalah suatu gerakan atau bacaan


yang harus dikerjakan dalam salat. Dan apabila
tertinggal , maka harus diganti dengan melakukan
sujud sahwi. Yang termasuk sunah Ab’adh
menurut imam Syafii yaitu:
a. duduk tasyahud awal
b. membaca do’a tasyahud awal.
94

c. membaca shalawat untuk Nabi Muhammad


Saw .
d. bacaan shalawat untuk keluarga Nabi
e. membaca do’a qunut ketika I’tidal dirakaat
kedua pada salat subuh dan rakaaat ketiga pada
salat witir setelah pertengahan Ramadhan
f. Berdiri ketika qunut.

2. Sunah Haiat adalah suatu gerakan atau bacaan


yang disyariatkan untuk dikerjakan dalam salat,
dan jika ditinggalkan, tidak perlu melakukan
sujud sahwi. Yang termasuk sunah haiat yaitu:
a. mengangkat kedua tangan ketika takbiratul
ihram, ketika akan rukuk, ketika i’tidal, dan
ketika berdiri dari tahiyat awal
b. meletakkan telapak tangan kanan diatas
pergelangan tangan kiri ketika bersedekap
c. membaca do’a iftitah setelah takbiratul ihram
d. membaca ta’awwudz ketika hendak membaca
surah al Fatihah
e. membaca “aamiin” setelah membaca surah al
Fatihah
Sebagaimna hadis Rasulullah Saw. yaitu dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi Saw .
bersabda:

ُ ‫ال َما ُم فَأ َ ِمنُوا فَإِنَّهُ َم ْن َوافَقَ ت َأ ْ ِمينُهُ ت َأ ْ ِمينَ ْال َمالَ ِئ َك ِة‬
‫غ ِف َر‬ ِ َ‫ِإذَا َأ َ َّمن‬
‫لَهُ َما تَقَِ ََّم ِم ْن ذَ ْن ِبه‬
95

Artinya: Jika Imam mengucapkan aamiin maka


ucapkanlah aamiin. Sebab siapa yang
Ta’minnya berbarengan dengan Ta’minnya
Para Malaikat maka dosa-dosanya diampuni
oleh Allah Swt. (HR. Bukhari & Muslim).

f. Membaca surah setelah surah al - Fatihah


selain makmum , karena makmum
mendengarkan bacaan imam
g. Mengeraskan suara pada tempatnya dan
menyamarkan suara pada tempatnya
h. Membaca takbir keras dan pelan
i. Membaca tasbih di dalam ruku dan sujud
j. Membaca (“sami’allahu liman hamidah”) pada
saat I’tidal
k. Duduk iftirasy di semua duduk
l. Duduk tawarruk pada duduk terakhir (tahiyyat
akhir)
m. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha di
dalam duduk tasyahud, tangan kiri terbuka dan
tangan kanan menggenggam kecuali jari
telunjuk
n. Membaca salam yang kedua
o. Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri pada
saat mengucapkan salam.
96

Hal – hal Yang Membatalkan salat


6.
a. Berbicara dengan sengaja.
Hal ini berdasarkan hadis riwayat Muawiyah bin
Hakam As-Sulami r.a. bahwasanya Nabi Saw.
bersabda.

ِ َّ‫صلُ ُح فِي َها ش َْى ٌء ِم ْن َُالَ ِم الن‬


‫اس ِإنَّ َما ُه َو‬ ْ َ‫صالَة َ الَ ي‬ َّ ‫“ ِإ َّ ن َه ِذ ِه ال‬
).‫( رواه مسلم‬.”‫آ ن‬ ِ ‫ير َوقِ َرا َءة ُ ْالقُ ْر‬
ُ ‫الت َّ ْس ِبي ُح َوالت َّ ْك ِب‬
Artinya: “Sungguh salat ini tidak pantas di dalamnya
terdapat sesuatu dari perkataan manusia.
Perkataan yang pantas hanyalah tasbih,
takbir dan bacaan Al-Qur’an.” (HR.
Muslim).

b. Melakukan aktivitas berupa gerakan atau


perbuatan lebih dari tiga kali dan dilakukan secara
berturut-turut. Seperti berjalan tiga langkah
dengan sengaja atau karena lupa. Adapun jika
gerakan itu sedikit, maka tidak membatalkan salat.
c. Berhadas.
d. Terkena najis dan najis yang mengenainya bukan
tergolong najis yang dimaafkan /ditolerir.
Misalnya di tengah salat bajunya atau mukenanya
terkena najis yang basah misalnya kotoran cicak
yang masih basah, maka salatnya batal. Akan
tetapi jika najis itu kering, dan ia langsung
97

mengibaskan bajunya seketika sehingga hilang


najisnya, maka salatnya sah.
e. Terbukanya aurat dengan sengaja yaitu apabila
pada saat salat auratnya terlihat tapi tidak
langsung dibenahi. Tetapi jika terbukanya aurat
itu disebabkan karena angin, kemudian langsung
menutupinya maka salatnya sah.
f. Berubah niatnya yaitu apabila di tengah salat dia
merubah niatnya atau berniat keluar dari salat,
maka salatnya menjadi batal.
g. Membelakangi kiblat..
h. Makan dan minum. Meskipun hanya sedikit saja.
Kecuali jika ia tidak tahu akan keharamannya
seperti bagi orang yang baru masuk Islam
i. Tertawa terbahak-bahak atau tertawa biasa. Imam
Syafi’i menjelaskan bahwa tertawa dengan
mengeluarkan suara dua huruf secara jelas
meskipun tidak diketahui maksudnya maka
salatnya batal. Adapun jika tertawanya cuma
sedikit dan tidak terdengar maka salatnya
dianggap tidak batal. Begitu pula dengan
tersenyum tidak membatalkan salat
j. Murtad yaitu keluar dari agama Islam baik dari
ucapannya maupun tindakannya
k. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li
tertinggal dua rukun fi’li tanpa udzur.
98

B. Tata Cara Salat

Tata cara dalam pelaksanaan salat yaitu:

Rakaat Pertama

1. Berdiri tegak dan lurus menghadap kiblat serta


pandangan kearah tempat sujud

Gambar 3.2 Berdiri tegak menghadap kiblat


Sumber: https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-urutan-
bacaan-dan-gerakan-sholat

Niat salat wajib sebagai berikut!


a. Niat salat subuh

‫ َمأ ْ ُم ْو ًما‬/ ‫ح َر ُْعَت َ ْي ِن ُم ْست َقَ ِب َل ْال ِق َبلَ ِة َأ َ َا ًء‬


ِ ‫ص ْب‬ َ ُ ‫َأ‬
َ ‫ص ِلي فَ ْر‬
ُّ ‫ض ال‬
‫إ َما ًما هلل تَعَالَى‬/
99

Artinya: "Saya berniat salat fardu subuh dua rakaat


menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam
karena Allah Ta'ala".

b. Niat Salat Dzuhur

‫ت ُم ْستَقَ ِب َل ْال ِقبَلَ ِة َأ َ َا ًء‬ ُّ ‫ض‬


ٍ ‫الظ ْه ِر َأ َ ْربَ َع َر َُعَا‬ َ ‫ص ِلي فَ ْر‬ َ ُ ‫َأ‬
‫إ َما ًما هلل تَعَالَى‬/‫ َمأ ْ ُم ْو ًما‬/

Artinya: "Saya berniat salat fardu dzuhur empat


rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/ ma'mum karena Allah Ta'ala/ imam
karena Allah Ta'ala".

c. Niat Salat Ashar

‫ت ُم ْستَقَ ِب َل ْال ِق َبلَ ِة َأ َ َا ًء‬


ٍ ‫ص ِر َأ َ ْربَ َع َر َُعَا‬
ْ َ‫ض الع‬َ ‫ص ِلي فَ ْر‬ َ ُ ‫َأ‬
‫إ َما ًما هلل تَعَالَى‬/‫ َمأ ْ ُم ْو ًما‬/

Artinya: "Saya berniat salat fardu asar empat rakaat


menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/
ma'mum karena Allah Ta'ala/ imam karena
Allah Ta'ala".

d. Niat Salat Magrib

‫ت ُم ْستَقَ ِب َل ْال ِقبَلَ ِة َأ َ َا ًء‬ َ ‫ب ث َ َال‬


ٍ ‫ث َر َُعَا‬ ِ ‫ض ال َم ْغ ِر‬ َ ُ ‫َأ‬
َ ‫ص ِلي فَ ْر‬
100

‫إ َما ًما هلل تَعَالَى‬/‫ َمأ ْ ُم ْو ًما‬/

Artinya: "Saya berniat salat fardu magrib tiga rakaat


menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/
ma'mum karena Allah Ta'al/ imam karena
Allah Ta'ala".

e. Niat Salat Isya

‫ت ُم ْستَقَبِ َل ْال ِقبَلَ ِة َأ َ َا ًء‬


ٍ ‫ض ال ِعْش َِاء َأ َ ْربَ َع َرَُعَا‬
َ ‫ص ِلي فَ ْر‬ َ ُ ‫َأ‬
‫إ َما ًما هلل تَعَالَى‬/‫ َمأ ْ ُم ْو ًما‬/

Artinya: "Saya berniat salat fardu isya empat rakaat


menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/
ma'mum karena Allah Ta'ala/ imam karena
Allah Ta'ala".

2. Takbiratul ihram, niat dan mengangkat tangan


Setelah berdiri lurus maka yang harus kita
lakukan selanjutnya adalah bersiap-siap untuk
mengucapkan takbiratul ihram (Allahu Akbar). Ketika
mengucapkan takbiratul ihram (Allahu Akbar) kita
wajib menghadirkan niat salat di dalam hati kita.
Perlu diingat bahwa niat yang wajib adalah niat dalam
hati ketika berbarengan dengan takbiratul ihram.
Bukan yang kita lafadzkan sebelum takbiratul ihram.
101

Gambar 3.3 Posisi tangan ketika takbiratul ihram


Sumber: https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-
urutan-bacaan-dan-gerakan-sholat

Adapun niat dalam hati ini yang wajib disebutkan


menurut madzhab Syafi’i ada 4 hal yaitu:
1. Niat ta’yin mengerjakan salat (usholli )
2. Niat fardhu atau sunnah (fardho)
3. Niat ta’yin nama salat (subuh)
4. Bagi makmum wajib berniat sebagai makmum
(ma’muman) sedangkan mengucapkan lafadz
“imaaman” hukumnya sunnah.

Adapun selain 4 point diatas maka hukumnya


sunnah yaitu:
1. Menyebut jumlah rakaat (rak’ataini)
2. Menyebut arah kiblat (mustaqbilal qiblati)
3. Menyebut waktu salat (ada’an/qadha’an)
4. Menyebut al-idhofah ilallah (Lillahi ta’ala)
Ketika mengucapkan takbiratul ihram bersamaan
dengan niat dalam hati, disunnahkan juga mengangkat
102

kedua tangan sejajar dengan telinga, batasannya yaitu


sampai jempol menyentuh daun telinga. Usahakan
kedua telapak tangan menghadap ke kiblat bukan
menghadap ke arah telinga. Dalilnya sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

‫سلَّ َم ِإذَا‬ َ ُ َّ‫صلَّى َّللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن َأ َ ِبي ِه قَال َرَأَيْتُ َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫سا ِل ٍم‬ َ
‫ِي َم ْن ِكبَ ْي ِه َوقَ ْب َل َأ َ ْ ن يَ ْر َُ َع َو ِإذَا‬ َّ ‫ا ْفتَت َ َح ال‬
َ ‫ص َالة َ َرفَ َع يََِ ْي ِه َحتَّى يُ َحاذ‬
ِ ُُ ‫الر‬
⸨‫⸩ رواه مسلم‬.‫وع َو َال يَ ْرفَعُ ُه َما بَيْنَ السَّجْ َِتَي ِْن‬ ُّ ‫ َرفَ َع ِم ْن‬.

Artinya: Dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya


melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam apabila memulai salat, maka beliau
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar
dengan kedua pundak, dan mengangkat
tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri dari
rukuk, namun beliau tidak mengangkat kedua
tangannya antara dua sujud. (HR. Muslim)

Kemudian letakkan kedua tangan tersebut diatas


pusar dan dibawah dada. Bukan tepat di dada persis
apalagi dibawah pusar. Dalilnya adalah hadis shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah:
Artinya: Dari sahabat Wail bin Hujr Radhiyallahu
anhu berkata: saya salat bersama Nabi Saw .
dan beliau meletakkan kedua tangannya diatas
dadanya (dekat dada). (HR. Ibnu Khuzaimah)
103

Gambar 3.4 Posisi tangan ketika bersedekap


Sumber https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-
cara-urutan-bacaan-dan-gerakan-sholat

3. Membaca do’a iftithah


Kemudian selanjutnya disunnahkan membaca
do’a iftitah. Ada banyak versi bacaan do’a iftitah.
Semuanya boleh diamalkan dan dipilih salah satunya
atau digabung juga boleh.
a. Bacaan do'a Iftithah 1

. ‫صي ًْال‬
ِ َ ‫س ْب َحا نَ للاِ بُ ْك َرة ً َوا‬ ِ ِ ُِ‫للاُ ا َ ُْبَ ُر َُبِ ًرا َو ْال َح ْم‬
ُ ‫َّلل َُ ِْشي ًْرا َو‬
َ ‫ت َو ْاالا َ ْر‬
‫ض َحنِ ْيفًا ُم ْس ِل ًما‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫ط َرال‬ ْ ‫ي ِللَّذ‬
َ َ‫ِي ف‬ َ ‫اِنِى َو َّج ْهتُ َو ْج ِه‬
‫اي َو َم َماتِ ْي‬َ َ‫س ِك ْي َو َم ْحي‬ َ ‫ ا َِّ ن‬. َ‫َو َما اَنَا ِم َن ْال ُم ْْش ِر ُِيْن‬
ُ ُ‫ص َالتِ ْي َون‬
‫ الَ ش َِري َْك لَهُ َوبِذَ ِل َك ا ُ ِم ْرتُ َواَ نَ ِم َن‬. َ‫ب ْالعَا لَ ِميْن‬ ِ ‫َّلل َر‬ِ ِ
َ‫ْال ُم ْس ِل ِميْن‬

Artinya:
Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya,
segala puji hanya kepunyaan Allah, pujian yang
104

banyak, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan


petang. Kuhadapkan wajahku (hatiku) kepada Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi dengan kedaan
lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari
golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya salatku,
ibadahku, hidupku, hidupku, dan matiku hanya untuk
Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya
dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak
menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang
muslim.

b. Bacaan Do'a Iftithah 2


Nabi Muhammad Saw. juga membaca do'a iftitah
yang lain, yakni dalam hadis riwayat Bukhari, dan
Muslim

ِ ‫ت بَيْنَ ْال َم ْْش ِر‬


‫ق‬ َ َِْ‫اي َُ َما بَاع‬ َ ‫اللَّ ُه َّم بَا ِعِْ بَ ْينِي َوبَيْنَ َخ‬
َ َ‫طاي‬
ُ ‫اي َُ َما يُنَقَّى الث َّ ْو‬
ُ َ‫ب ْاْل َ ْبي‬
‫ض ِم ْن‬ َ َ‫طاي‬ ِ ‫َو ْال َم ْغ ِر‬
َ ‫ب اللَّ ُه َّم نَ ِقنِي ِم ْن َخ‬
ِ ‫ج َو ْالبَ َر‬
ِ ‫اء َوالث َّ ْل‬
ِ ‫اي ِب ْال َم‬ َ ‫الَِّن َِس اللَّ ُه َّم ا ْغس ِْلنِي ِم ْن َخ‬
َ َ‫طاي‬
Artinya:
Ya Allah, jauhkan lah antara aku dan kesalahan-
kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkan lah aku
dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cuci lah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.
105

c. Doa iftitah ketiga


Hadis Rasulullah Saw. riwayat Muslim, Abu
Daud dan Tirmidzi

َ‫ار َك ا ْس ُم َك َوتَعَالَى َجِ َُّك َوالَ إِلَه‬ َ ِ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َوبِ َح ْم‬
َ َ‫ِك َوتَب‬ ُ
‫غي ُْر َك‬ َ

Artinya: Mahasuci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu,


Maha berkah Nama-Mu. Mahatinggi
kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan
benar selain Engkau.

d. Doa iftitah keempat

Do’a ini dibaca oleh Rasulullah ketika salat


malam berdasarkan hadis riwayat Muslim.

‫ض عا ِلم‬ ِ ‫ت واأل ْر‬ ِ ‫سموا‬ ٰ ‫اطر ال‬


ِ ‫سرافِيل ف‬ ْ ‫اللٰ ُه ٰم ر ٰب ِج ْبرائِيل و ِميكائِيل و ِإ‬
ِ ‫ا ْلغ ْي‬
‫ب والشٰهاد ِة أ ْنت ت ْح ُك ُم ب ْين ِعبادِك ِفيما كانُوا ِفي ِه ي ْخت ِلفُون اِ ْْ ِد ِنى‬
‫يم‬ ْ ‫ق بِ ِإ ْذنِك إِ ٰنك ت ْهدِى م ْن تشا ُء إِلى ِصراطٍّ ُم‬
ٍّ ‫ست ِق‬ ِ ‫ِلما ا ْخت ُ ِلف فِي ِه ِمن ا ْلح‬

Artinya:
Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai
Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang
mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang
menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang
mereka pertentangkan. Tunjukkan lah aku pada
kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin
106

dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada


jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.

e. Do’a iftitah kelima


Hadis riwayat Abu Daud yang berbunyi:

ِ َّ ِ ُِ‫يرا َو ْال َح ْم‬


ً ‫َّلل َُ ِث‬
‫يرا‬ ً ‫َّللاُ َأ َ ُْبَ ُر َُ ِب‬ ً ‫َّللاُ َأ َ ُْبَ ُر َُ ِب‬
َّ ‫يرا‬ ً ‫َّللاُ َأ َ ُْبَ ُر َُ ِب‬
َّ ‫يرا‬ َّ
ً‫صيال‬ِ َ ‫َّللا بُ ْك َرة ً َوَأ‬
ِ َّ َ‫س ْب َحا ن‬ ِ َّ ِ ُِ‫يرا َو ْال َح ْم‬
ً ِ‫َّلل َُث‬
ُ ‫يرا َو‬ ِ َّ ِ ُِ‫َو ْال َح ْم‬
ً ِ‫َّلل َُث‬
‫اَّلل‬ ُ َ ‫صيالً َأ‬
ِ َّ ِ‫عوذُ ب‬ ِ َ ‫َّللا بُ ْك َرة ً َوَأ‬ ُ ‫صيالً َو‬
ِ َّ َ‫س ْب َحا ن‬ ِ َ ‫َّللا بُ ْك َرة ً َوَأ‬
ِ َّ َ‫س ْب َحا ن‬ ُ ‫َو‬
‫ا ن ِم ْن نَ ْف ِخ ِه َونَ ْفثِ ِه َوه َْم ِز ِه‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ْش ْي‬
َّ ‫ِمنَ ال‬
Artinya:
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha
Besar. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore.
Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore. Maha Suci
Allah di waktu pagi dan sore. Aku berlindung kepada
Allah dari tiupan, bisikan, dan godaan setan.

f. Do’a iftitah keenam


Dalam riwayat Anas bin Malik bahwa suatu ketika
ada seorang lelaki masuk shaf dengan nafas memburu,
kemudian membaca iftitah berikut ini :

‫ار ًُا فِي ِه‬ َ ‫يرا‬


َ َ‫طيِبًا ُمب‬ ِ َّ ِ ُِ‫ْال َح ْم‬
ً ِ‫َّلل َح ْمًِا َُث‬
107

Artinya: Segala puji bagi Allah dengan pujian yang


banyak, yang baik dan penuh berkah di
dalamnya.

Ketika usai salat, Rasul bertanya siapa yang


membaca kalimat tersebut, kemudian berkata,
“sungguh aku melihat ada dua belas malaikat berebut
mencatatnya.”(HR. Muslim & Nasai)

4. Membaca ta’awwudz
Setelah selesai membaca do’a iftitah kita
disunnahkan membaca ta’awudz, yaitu “Audzubillahi
Minasysyaitoonir Rajiim”. Dalilnya adalah ayat Al-
Qur’an surah An Nahl ayat 98:

‫ٱلر ِج ِيم‬ َ ٰ ‫ْش ْي‬


َّ ‫ط ِن‬ َّ ‫ٱَّلل ِمنَ ٱل‬ َ ْ‫فَإِذَا قَ َرَأ‬
ِ َّ ِ‫ت ْٱلقُ ْر َءا نَ فَٱ ْست َ ِعذْ ب‬

Artinya: Apabila kalian membaca al-Qur’an maka


berlindunglah kepada Allah (membaca
ta’awwudz) dari syaithon yang terkutuk. (QS.
An-Nahl: 98)
5. membaca surah al – Fatihah
Setelah membaca ta’awudz kemudian kita
sebagai imam maupun makmum diwajibkan membaca
Surah al - Fatihah. Akan tetapi makmum membaca
surah al - Fatihah ketika Imam telah menyelesaikan
bacaan surah al - Fatihahnya. Hal ini berdasarkan ayat
al-Quran surah Al-A’raf ayat 2014:
108

۟ ُ ‫نصت‬
َ‫وا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمو ن‬ ۟ ُ‫ا ن فَٱ ْست َِمع‬
ِ َ ‫وا لَ ۥهُ َوَأ‬ ُ ‫ئ ْٱلقُ ْر َء‬
َ ‫َوإِذَا قُ ِر‬

Artinya: Apabila dibacakan Al-Quran kepada kalian


maka dengarkanlah dan perhatikanlah.
Semoga kamu dirahmati. (QS. Al-A’raf : 204)

Dan bagi Imam disunnahkan menjahrkan


(mengeraskan) bacaan basmalah pada surat al -
Fatihah. Dalilnya dalam hadis Rasulullah Saw.

ُ ِ‫ع َم َر ا ْل َحاف‬
،‫ظ‬ ُ ‫ي ب ُْن‬ َ ‫ َأنبأ‬، ُ‫ث ْالفَ ِقيه‬
ُّ ‫ع ِل‬ ِ ‫َأ َ ْخبَ َرنَا َأَبُو بَ ْك ِر ب ُْن ْال َح‬
ِ ‫ار‬
ُ ‫عثْ َم‬
‫ا ن ْب ُن‬ ُ ‫ ثنا‬, ‫ي‬ ُّ ‫ار ِس‬ ِ َ‫َّللاِ ُم َح َّمِ ُ ب ُْن ِإ ْس َما ِعي َل ْالف‬ َ ‫ثنا َأَبُو‬
َّ ِِ ‫ع ْب‬
ِ َ‫ع ِن ْالع‬
‫الء‬ َ ، ‫ ثنا َأَبُو َأ ُ َوي ٍْس‬، ‫اح ٍم‬ ِ َ‫ور ب ُْن َأ َ ِبي ُمز‬ ُ ‫ص‬ ُ ‫ ثنا َم ْن‬، َ‫ُخ َّرزَ اذ‬
: َ ‫ع ْن َأ َ ِبي ُه َري َْرة‬
َ ، ‫ع ْن َأ َ ِبي ِه‬
َ ، ‫وب‬ َ ُ‫الرحْ َم ِن ب ِْن يَ ْعق‬ َ ‫َأ َ َّ ن ”ب ِْن‬
َّ ِِ ‫ع ْب‬
َّ ‫ ( ِبس ِْم‬: َ ‫اس قَ َرَأ‬
ِ‫َّللا‬ َ َّ‫سلَّ َم َُا َ ن ِإذَا َأ َ َّم الن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
) ‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ

Artinya:
Abu Bakr bin Al Harits Al Faqih mengabarkan
kepadaku, Ali bin Umar Al Hafidz mengabarkan
kepadaku, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al
Farisi menuturkan kepadaku, Utsman bin Khurazad
menuturkan kepadaku, Manshur bin Abi Muzahim
menuturkan kepadaku, Abu Uwais menuturkan
kepadaku, dari Al ‘Ala bin Abdirrahman bin Ya’qub,
dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa “Rasulullah
109

Shallallahu’alaihi Wasallam jika mengimami orang-


orang, beliau menjahrkan bacan ”Bismillahir
rahmanir rahim” (HR. Al Baihaqi ).

Surah al – Fatihah ayat 1- 7 yaitu

﴾٢﴿ َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬ ِ َّ ِ ُِ‫﴾ ْال َح ْم‬١﴿ ‫الر ِح ِيم‬


ِ ‫َّلل َر‬ َّ ‫الر ْح ٰ َم ِن‬ َّ ‫ِبس ِْم‬
َّ ِ‫َّللا‬
َ ‫َّاك نَعْبُُِ َو ِإي‬
‫َّاك‬ َ ‫﴾ ِإي‬٤﴿ ‫ين‬ ِ ِِ ‫﴾ َما ِل ِك يَ ْو ِم ال‬٣﴿ ‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫الرحْ ٰ َم ِن‬
َّ
َ ‫ط الَّذِينَ َأ َ ْنعَ ْم‬
‫ت‬ َ ‫ص َرا‬
ِ ﴾٦﴿ ‫يم‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬
َ ‫الص َرا‬
ِ ‫﴾ ا ْه ِِنَا‬٥﴿ ‫ين‬ ُ ‫نَ ْست َ ِع‬
﴾٧﴿ َ‫علَ ْي ِه ْم َو َال الضَّا ِلين‬
َ ‫ب‬ِ ‫ضو‬ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
َ
Artinya:
Dengan Menyebut nama Allah yang Maha pengasih
Lagi maha Penyayang (1) Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam (2) Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang,(3) Pemilik hari pembalasan (4) Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (5)
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (6) (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7). ( Q.S. Al –
Fatihah 1-7 )

6. Membaca Ta’min ( aamiin )


Setelah membaca surat al - Fatihah disunnahkan
membaca ta’min (aamiin) bagi imam dan makmum.
110

Disunnahkan bacaan ta’min makmum berbarengan


dengan ta’minnya imam.

7. Membaca ayat atau surah – surah dalam Al-


Qur’an
Setelah membaca surah al - Fatihah disunnahkan
bagi Imam atau orang yang salat sendirian untuk
membaca ayat atau surah dalam Al-Qur’an. Adapun
makmum jika salat jahriyah (maghrib,isya’, shubuh)
maka tidak perlu membaca ayat atau surat. Cukup bagi
makmum membaca surat al - Fatihah saja. Karena
makmum dianjurkan untuk mendengarkan bacaan
imam. Namun jika salat sirriyah (dzuhur & ashar)
maka makmum disunnahkan membaca ayat atau surat.
Dalilnya karena makmum tidak perlu mendengarkan
bacaan imam. Sebab imam membaca Al-Quran dengan
sirr (pelan).

8. Mengangkat tangan, takbir, dan ruku’

Kemudian disunnahkan mengucapkan takbir


sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan
telinga ketika hendak ruku’. Adapun gerakan ruku’
hukumnya wajib disertai dengan thuma’ninah.
111

Gambar 3.5 Posisi tangan ketika hendak ruku’ dan


pada saat ruku’
Sumber: https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-
cara-urutan-bacaan-dan-gerakan-sholat

Dalilnya adalah:

‫سلَّ َم َُا نَ يَ ْرفَ ُع يََِيْ ِه َحذْ َو َمنْ ِكبَ ْي ِه‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َأ َ َّ ن َر‬
َ ْ‫ َوإِذَا َرفَ َع َرَأ‬،‫وع‬
َ‫سهُ ِمن‬ ِ ُُ ‫لر‬ ُّ ‫ َوإِذَا َُب ََّر ِل‬،َ ‫صالَة‬ َّ ‫إِذَا ا ْفتَت َ َح ال‬
‫ َربَّنَا‬،ُ‫س ِم َع َّللاَّ ُ ِل َم ْن َح ِمَِه‬
َ :‫ال‬ َ َ‫ َوق‬،‫ضا‬ ً ‫ َرفَعَ ُه َما َُذَ ِل َك َأ َ ْي‬،‫وع‬ِ ُُ ‫الر‬ ُّ
ُّ ‫ َو َُا نَ الَ يَ ْفعَ ُل ذَ ِل َك فِي ال‬،ُِ‫َولَ َك ال َح ْم‬
ِ ‫س ُجو‬
Artinya:
Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dahulu mengangkat kedua tangannya sejajar
dengan kedua bahunya apabila memulai shalat dan
ketika bertakbir untuk ruku’ dan ketika mengangkat
kepala dari ruku’ Beliau juga mengangkat keduanya
dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman hamidah
112

rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau tidak melakukan


hal itu dalam sujudnya.(HR. Bukhari)

Disunnahkan membaca tasbih dalam ruku’ yaitu:

a. Bacaan pertama

Bacaan ruku’ Rasulullah Saw. sebagaimana


diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Ibnu
Majah, Ahmad, dan Thabrani yaitu:

‫س ْبحان ر ِبى ا ْلَع ِظ ِيم‬


ُ
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung
b. Bacaan kedua
Bacaan ruku’ Rasulullah Saw. sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi,
Thabrani, Daruquthi yaitu :

‫س ْبحان ربِى ا ْلَع ِظ ِيم وبِح ْم ِد ِه‬


ُ

Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung dan


segala puji bagi-Nya

c. Bacaan Ketiga
Bacaan ini yang sering dibaca oleh Rasulullah
Saw. pada saat ruku’ dan sujud sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
113

‫ِك اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلى‬


َ ِ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َربَّنَا َوبِ َح ْم‬
ُ
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah Tuhan kami dan
segala puji bagi-Mu. Ya Allah ampunilah
aku.

d. Bacaan yang keempat


Bacaan ruku’ Rasulullah Saw. sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Muslim.

‫وح‬ ُّ ‫ُّوس َربُّ ْال َمالَ ِئ َك ِة َو‬


ِ ‫الر‬ ٌ ُِ‫سبُّو ٌح ق‬
ُ
Artinya:Mahasuci Engkau dan Mahakuddus Tuhan
para malaikat dan ruh

e. Bacaan ruku’ kelima


Bacaan ruku’ kelima ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad.
Berikut ini lafazh dan artinya:

َ ‫اللَّ ُه َّم لَ َك َر َُ ْعتُ َو ِب َك آ َم ْنتُ َولَ َك َأ َ ْسلَ ْمتُ َخ َْش َع لَ َك َس ْم ِعى َو َب‬
‫ص ِرى َو ُم ِخى‬
‫صبِى‬َ ‫ظ ِمى َو َع‬ ْ ‫َو َع‬

Artinya:Ya Allah, hanya kepada-Mulah aku ruku’,


hanya kepada-Mulah aku beriman dan hanya
kepada-Mulah aku berserah diri. Hanya
kepada-Mulah pendengaranku,
penglihatanku, otakku, tulangku, dan
syarafku tunduk.
114

f. Bacaan ruku’ keenam


Bacaan ruku’ Rasulullah Saw. sebagaimana
diriwayatkan oleh An Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad yaitu:

‫ت‬َ ‫علَي َْك ت ََو َُّ ْلتُ َأ َ ْن‬


َ ‫اللَّ ُه َّم لَ َك َر َُ ْعتُ َو ِب َك آ َم ْنتُ َولَ َك َأ َ ْسلَ ْمتُ َو‬
‫ص ِبي‬
َ ‫ع‬ َ ‫ظ ِمي َو‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ص ِري َو َ ِمي َولَ ْح ِمي َو‬ َ َ‫س ْم ِعي َوب‬ َ ‫ْش َع‬
َ ‫َر ِبي َخ‬
َ‫ب ْالعَا ِل ِمين‬ ِ َّ ِ
ِ ‫َّلل َر‬

Artinya: Ya Allah, hanya kepada-Mu aku ruku’, hanya


kepada-Mu aku beriman dan hanya kepada-
Mu aku berserah diri. Pendengaranku,
penglihatanku, otakku, tulangku, dan
syarafku tunduk kepada Allah, Tuhan semesta
alam.

g. Bacaan ruku’ ketujuh


Bacaan ruku’ ketujuh ini dibaca Rasulullah ketika
salat malam sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan An Nasa’i.

َ ‫اء َو ْال َع‬


‫ظ َم ِة‬ ِ َ‫ت َو ْال ِكب ِْري‬
ِ ‫ت َو ْال َملَ ُكو‬
ِ ‫س ْب َحا نَ ذِى ْال َجبَ ُرو‬
ُ
Artinya: Mahasuci zat yang memiliki kekuasaan,
kerajaan, kebesaran dan keagungan

9. Mengangkat tangan, tasmi, dan i’tidal


Disunnahkan mengangkat kedua tangan sejajar
telinga sambil membaca tasmi’. Posisi i’tidal disertai
115

dengan thuma’ninah hukumnya adalah wajib. Dan


disunnahkan posisi tangan diluruskan atau tidak
sedekap lagi.

Gambar 3.6 Posisi tangan dan pandangan ketika


I’tidal

Sumber https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-urutan-
bacaan-dan-gerakan-sholat

Ketika mengangkat punggung dari ruku’,


Rasulullah Saw. tidak membaca takbir namun
membaca:

a. Bacaan I'tidal 1

ُ‫َّللاُ ِل َم ْن َح ِمَِه‬
َّ ‫س ِم َع‬
َ
Artinya: Allah Maha Mendengar orang yang memuji-
Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)
116

Setelah tegak berdiri, beliau melanjutkan dengan


membaca:

ُِ‫َربَّنَا َولَ َك ْال َح ْم‬

Artinya: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala


puji. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika menjadi makmum, cukup membaca yang


kedua tanpa mengulangi “sami’allahu liman
hamidah”. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw.,
“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti, jika
imam mengucapkan sami’allaahu limanhamidah,
maka ucapkanlah Robbanaa walakal hamdu…”
(HR. Muslim)

b. Bacaan I’tidal 2
Bacaan ini diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ِ ‫ت َواْل َ ْر‬
َ ْ‫ض َو ِم ْل َء َما ِشئ‬
‫ت ِم ْن‬ َّ ‫َربَّنَا لَ َك ْال َح ْمُِ ِم ْل َء ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
ُ ِ‫ش ْىءٍ بَ ْع‬
َ

Artinya: Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu,


sepenuh langit dan sepenuh bumi dan
sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki
setelah itu.

c. Bacaan I’tidal 3:
Bacaan i’tidal ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim:
117

ِ ‫ت َو ِم ْل َء اْل َ ْر‬
‫ض َو ِم ْل َء َما‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم َربَّنَا لَ َك ْال َح ْمُِ ِم ْل َء ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
َ‫ْت َوال‬ َ ‫َاء َو ْال َمجْ ِِ الَ َمانِ َع ِل َما َأ َ ْع‬
َ ‫طي‬ ِ ‫ش ْى ٍء بَ ْعِ ُ َأ َ ْه َل الثَّن‬ َ ْ‫ِشئ‬
َ ‫ت ِم ْن‬
ُِّ‫ت َوالَ يَ ْنفَ ُع ذَا ْال َج ِِ ِم ْن َك ْال َج‬
َ ‫ى ِل َما َمنَ ْع‬
َ ‫ُم ْع ِط‬

Artinya:
Wahai Allah Tuhan kami, segala puji bagi-Mu,
sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa-
apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Engkau yang
layak menerima sanjungan dan kemuliaan. Engkaulah
yang berhak atas apa yang diucapkan oleh hamba-
Mu. Kami semua adalah hamba-Mu. Tiada yang bisa
menghalangi apa saja yang Engkau berikan dan tiada
yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan.
Kemuliaan seseorang tidaklah menghalangi tindakan-
Mu.

d. Bacaan I’tidal 4
Bacaan i’tidal ini kadang dibaca oleh Rasulullah
ketika salat malam sebagaimana diriwayatkan oleh An
Nasa’i dan Abu Dawud

ُِ‫ي ْال َح ْم‬


َ ِ‫ي ْال َح ْمُِ ِل َرب‬
َ ِ‫ِل َرب‬
Artinya: Segala puji hanyalah bagi Tuhanku, Segala
puji hanyalah bagi Tuhanku
118

e. Bacaan I’tidal 5
Bacaan i’tidal ini dibaca oleh salah sahabat, dan
setelah selesai salat Rasulullah bersabda bahwa bacaan
ini mengundang 30 malaikat ikut mencatatnya. Bacaan
ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

‫ار ًُا فِي ِه‬


َ َ‫ط ِيبًا ُمب‬ ً ِ‫ َح ْمًِا َُث‬، ُِ‫َربَّنَا َولَ َك ْال َح ْم‬
َ ‫يرا‬

Artinya: Ya Tuhan kami, segala puji hanyalah bagimu,


aku memujiMu dengan pujian yang banyak,
yang baik dan penuh berkah

10. Sujud
Disunnahkan bertakbir untuk sujud dan
mendahulukan bagian kedua lutut, kaki, baru
kemudian kedua tangan. Adapun sujud disertai
thuma’ninah hukumnya adalah wajib.

Gambar 3.7 Posisi kaki, lutut, tangan dan muka ketika sedang
sujud
Sumber: Buku siswa Fikih, Masyhuri, 2019
119

a. Bacaan sujud 1
Bacaan sujud berikut ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Thabrani.

‫ى ْاْل َ ْعلَى‬
َ ‫س ْب َحا نَ َر ِب‬
ُ
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi
( dibaca 3 kali )
b. Bacaan sujud 2
Bacaan sujud berikut ini diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Ahmad, Baihaqi, Thabrani, Daruquthi.

‫ى ْاْل َ ْعلَى َوبِ َح ْم ِِ ِه‬


َ ِ‫س ْب َحا نَ َرب‬
ُ
Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi dan
segala puji bagi-Nya. (dibaca 3 kali)

c. Bacaan sujud 3
Bacaan sujud berikut ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim. Rasulullah banyak
membaca doa ini dalam ruku’ dan sujud beliau di
Surat An Nashr ayat 3.

‫ِك اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلى‬


َ ِ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْم‬
ُ
Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah Tuhan kami dan
segala puji bagiMu. Ya Allah ampunilah aku.
120

d. Bacaan sujud 4
Bacaan sujud keempat ini diriwayatkan oleh
Imam Muslim.

‫وح‬ ُّ ‫ُّوس َربُّ ْال َمالَئِ َك ِة َو‬


ِ ‫الر‬ ٌ ُِ‫سبُّو ٌح ق‬
ُ
Artinya: Mahasuci Engkau dan Mahakuddus Tuhan
para malaikat dan ruh

e. Bacaan sujud 5
Bacaan sujud kelima ini diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i, Tirmidzi, Ahmad.

َ ‫س َجِْتُ َو ِب َك آ َم ْنتُ َولَ َك َأ َ ْسلَ ْمتُ َخ‬


َ ‫ْش َع لَ َك‬
‫س ْم ِعى‬ َ ‫اللَّ ُه َّم لَ َك‬
‫ص ِبى‬َ ‫ع‬َ ‫ظ ِمى َو‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ص ِرى َو ُم ِخى َو‬ َ َ‫َوب‬

Artinya: Ya Allah, hanya kepada-Mu aku sujud, hanya


kepada-Mu aku beriman dan hanya kepada-
Mu aku berserah diri. Hanya kepada-Mulah
pendengaranku, penglihatanku, otakku,
tulangku, dan syarafku tunduk.

11. Takbir dan duduk diantara dua sujud


Disunnahkan bertakbir untuk duduk diantara 2
sujud. Adapun duduk diantara 2 sujud disertai
thuma’ninah hukumnya wajib. Duduk diantara 2 sujud
caranya dengan posisi iftirosy. Iftirosy yaitu posisi kaki
kiri dijadikan sebagai alas untuk duduk dan telapak
kaki kanan berdiri lurus.
121

Gambar 3.8 Posisi kaki dan tangan pada saat duduk


diantara dua sujud
Sumber https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-urutan-bacaan-
dan-gerakan-sholat

Dari sujud kemudian duduk, Rasulullah juga


membaca takbir. Adapun sewaktu duduk ini,
bacaannya adalah sebagai berikut:
Bacaan 1

‫ار ُز ْق ِنى‬
ْ ‫عافِنِى َوا ْه ِِنِى َو‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلى َو‬
َ ‫ار َح ْمنِى َو‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
lindungilah aku, berilah aku petunjuk dan
berilah aku rezeki (Abu Dawud).

Bacaan 2

‫ار ُز ْق ِنى‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلى َو‬


ْ ‫ار َح ْمنِى َواجْ ب ُْر ِنى َوا ْه ِِنِى َو‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
penuhilahkebutuhanku, berilah aku petunjuk
dan berilah aku rezeki (Abu Dawud).
122

Bacaan 3

ْ ‫ار ُز ْقنِى َو‬


‫ارفَ ْعنِى‬ ْ ‫ب ا ْغ ِف ْر ِلى َو‬
ْ ‫ار َح ْمنِى َواجْ ب ُْرنِى َو‬ ِ ‫َر‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
penuhilah kebutuhanku, berilah aku petunjuk
dan tingikanlah aku (Abu Dawud).

Bacaan 4

Bacaan ini yang sering digunakan:

، ‫ارفَ ْعنِي‬ ْ ‫ َو‬، ‫ب ا ْغ ِف ْر ِلي‬


ْ ‫ َو‬، ‫ َواجْ ب ُْر ِني‬، ‫ار َح ْمنِي‬ ِ ‫َر‬
‫ع ِن ْي‬ ُ ‫ َوا ْه ِِنِي وعافني وا ْع‬، ‫ار ُز ْقنِي‬
َ ‫ف‬ ْ ‫َو‬

Artinya:
”Ya Tuhanku ampunilah aku dan sayangi aku dan
tutuplah aib-aibku dan angkatlah derajatku dan
berilah aku rezeki dan berilah aku petunjuk dan
sehatkanlah aku dan maafkanlah aku”

12. takbir dan sujud kedua

13. takbir dan duduk istirahat


Disunnahkan bertakbir untuk berdiri ke rakaat
kedua. Namun disunnahkan terlebih dahulu untuk
duduk istirahat yaitu duduk sejenak. Posisinya seperti
duduk iftirosy.
123

14. Tidak mengepalkan tangan


Ketika berdiri rakaat selanjutnya disunnahkan
bertumpu dengan kedua tangan namun tidak perlu
mengepalkan kedua tangan. Cukup dengan
membentangkan kedua telapak tangan.

َ ْ‫يﷺ ِإذَا َرفَ َع َرَأ‬


َ ُ‫سه‬
‫ع ِن‬ ُّ ‫ع ْن النَ ِب‬
َ :‫ث‬ ْ ‫ع ْن َما ِل ْك ِب ْن ال ُح َلو ْي ِر‬
َ
َ َ‫ ث ُ َّم ق‬،‫ض‬
‫ام‬ ِ ‫علَى اْل َ ْر‬ َ َِ‫س َوا ْعت َ َم‬ َ َ‫السَّجْ َِةِ الثَّانِيَ ِة َجل‬.
Artinya: Dari Malik bin al-Huwairits, dari Nabi
Shallahu alaihi wasallam ketika beliau
mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua
beliaupun duduk, lalu bertumpu ke tanah,
lalu bangkit. (HR. Bukhari)

Rakaat Kedua

1. Tidak mengangkat tangan


Ketika berdiri ke rakaat kedua tidak disunnahkan
mengangkat kedua tangan. Bahkan makruh hukumnya
mengangkat kedua tangan saat berdiri ke rakaat kedua.
2. Membaca ta’awwudz
3. Membaca surah al – Fatihah dan ta’min
4. Membaca ayat atau surah
5. Mengangkat kedua tangan, takbir, dan ruku’
6. Mengangkat tangan, tasmi dan i’tidal
124

Jika yang anda lakukan adalah salat shubuh maka


disunnahkan setelah membaca tahmid pada i’tidal
dirakaat kedua untuk mengangkat kedua tangan dan
membaca do’a qunut. Setelah selesai tidak perlu
mengusapkan tangan ke wajah. Dalil mengenai
kesunnahan do’a qunut adalah

ِ‫سو ُل للا‬ َ ‫ع ْن ُم َح َّم ٍِ ب ِْن ِسي ِْريْن قَا َل قُ ْلتُ ْلَن ٍَس ه َْل قَن‬
ُ ‫َت َر‬ َ
.‫ِيرا‬ ِ ُُ ‫الر‬
ً ‫وع يَس‬ ُّ َِْ‫ْح قَا َل نَعَ ْم بَع‬ ُّ ‫صالَةِ ال‬
ِ ‫صب‬ َ ‫فِى‬
Artinya: “Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku
bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam
membaca qunut dalam salat shubuh?” Beliau
menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.”
(HR. Muslim)
Do'a qunut yaitu

‫ْت َوت ََولَّنِ ْى فِ ْي َم ْن‬ َ ‫عافِنِى فِ ْي َم ْن‬


َ ‫عافَي‬ َ ‫اَلل ُه َّم ا ْه ِِنِ ْى فِ ْي َم ْن هََِي‬
َ ‫ْت َو‬
‫ْت فَ ِا نَّ َك‬ َ َ‫ْت َوقِنِ ْي ش ََّر َما ق‬
َ ‫ضي‬ َ ‫ار ْك ِل ْى فِ ْي َما ا َ ْع‬
َ ‫طي‬ َ ‫ت ََولَّي‬
ِ َ‫ْت َوب‬
َ ‫علَي َْك َواِ نَّهُ الَ يَ ِذ ُّل َم ْن َوالَي‬
‫ْت َوالَ يَ ِع ُّز َم ْن‬ َ ‫ض ْى َوالَ يُ ْق‬
َ ‫ضى‬ ِ ‫ت َ ْق‬
‫ت‬َ ‫ض ْي‬َ َ‫علَى َما ق‬ َ ُِ‫ْت فَلَ َك ْال َح ْم‬
َ ‫ت َربَّنَا َوتَعَالَي‬َ ُْ ‫ار‬ َ َ‫ْت تَب‬
َ ‫عا َي‬ َ
َ ‫علَى‬
ِ ‫سيَِِنَا ُم َح َّم ٍِ النَّبِي‬ َ ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫ب اِلَي َْك َو‬ ُ ‫َوا َ ْست َ ْغ ِف ُر َك َواَت ُ ْو‬
‫سلَّ َم‬ َ ‫اْالُ ِمي ِ َو‬
َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ ‫صحْ ِب ِه َو‬
Artinya:
125

"Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman


mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah
kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang
Engkau telah berikan kesihatan. Dan peliharalah daku
sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan.
Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang
telah Engkau kurniakan. Dan selamatkan aku dari
bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka
sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan
kena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang
yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang
Engkau memusuhinya. Mahasuci Engkau wahai Tuhan
kami dan Mahatinggi Engkau. Maha bagi Engkau
segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Ku
memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat
kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan
rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi
Muhammad, keluarga dan sahabatnya."

7. Takbir, mendahulukan lutut dan sujud


8. Takbir, dan duduk diantara dua sujud
9. Takbir dan sujud.

10. Takbir dan duduk tasyahud awal


Disunnahkan bertakbir dan duduk tasyahud awal.
Duduk tasyahud awal di rakaat yang kedua ini
hukumnya adalah sunnah dengan posisi duduk iftirosy.
Jika tertinggal maka salat kita tetap sah. Namun
126

disunnahkan sujud sahwi karena duduk tasyahud awal


termasuk sunnah ab’adh.

Gambar 3.9 Posisi tangan,pandangan dan kaki saat


duduk tasyahud awal
Sumber https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-urutan-
bacaan-dan-gerakan-sholat

Adapun sewaktu duduk tasyahud, bacaannya


adalah sebagai berikut:

‫علَ ْي َك َأَيُّ َها‬ َ ‫سالَ ُم‬ َّ ُ‫صلَ َوات‬


ِ َّ ِ ُ‫الطيِبَات‬
َّ ‫َّلل ال‬ َّ ‫ارَُاتُ ال‬ َ َ‫الت َّ ِحيَّاتُ ْال ُمب‬
ِ َّ‫علَى ِعبَا ِ َّللا‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬ ِ َّ ُ‫ى َو َر ْح َمة‬
َّ ‫َّللا َوبَ َرَُاتُهُ ال‬
َ ‫سالَ ُم‬ ُّ ِ‫النَّب‬
ُ ‫َّللاُ َوَأ َ ْش َهِ ُ َأ َ َّ ن ُم َح َّمِ ًا َر‬
َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َّللا‬ َّ َّ‫صا ِل ِحينَ َأ َ ْش َهُِ َأ َ ْ ن الَ إِلَهَ إِال‬
َّ ‫ال‬

Artinya:
Segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan
kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera
selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian
pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam
sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-
127

hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada


ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah (HR. Muslim)

Dalam riwayat An Nasa’i, kalimat terakhirnya:


“Muhammadan ‘abduhu warosuuluh”.

ُّ ‫علَي َْك َأَيُّ َها النَّ ِب‬


‫ى‬ َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫الط ِيبَات‬ َّ ‫صلَ َواتُ َو‬ ِ َّ ِ ُ‫الت َّ ِحيَّات‬
َّ ‫َّلل َوال‬
، َ‫صا ِل ِحين‬ ِ َّ ِ ‫علَى ِعبَا‬
َّ ‫َّللا ال‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬ ِ َّ ُ‫َو َر ْح َمة‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫َّللا َوبَ َرَُاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
ُ‫سولُه‬ َ ‫َّللاُ َوَأ َ ْش َهِ ُ َأ َ َّ ن ُم َح َّمًِا‬
ُ ‫عبُِْهُ َو َر‬ َّ َّ‫َأ َ ْش َهُِ َأ َ ْ ن الَ إِلَهَ إِال‬

Artinya:
Segala penghormatan, shalawat dan kebaikan-
kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera
selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian
pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam
sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada
ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan rasul-Nya. (HR. Bukhari dan
Muslim)
11. Takbir dan tidak mengepalkan tangan

Rakaat Ketiga

1. Mengangkat tangan
128

Ketika berdiri untuk rakaat ketiga disunnahkan


mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga
kita.
2. Membaca ta’awwudz dan surah al – Fatihah
3. Tidak membaca ayat atau surah
Khusus dirakaat ketiga tidak disunnahkan
membaca ayat atau surat. Cukup membaca surat al
Fatihah saja. Dalilnya adalah hadis riwayat
Bukhari dan Muslim:

‫س ْو ُل للاِ ﷺ َُا نَ يَ ْق َرَأ ُ فِى‬


ُ ‫ َأ َ ْ ن َر‬:ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ُ َ ‫ع ْن َأ‬
ِ ‫يب قَت َا َة ٌ َر‬ َ
‫الر ُْعَت َي ِْن‬
َّ ‫ َوفِى‬، ‫ورتَي ِْن‬َ ‫س‬ُ ‫ب َو‬ ِ ‫الظ ْه ِر فِى اْلُولَيَي ِْن ِبأ ُ ِم ْال ِكت َا‬
ُّ
‫الر ُْعَ ِة اْلُولَى‬
َّ ‫ط ِو ُل فِى‬ َ ُ‫ َوي‬، َ‫ َويُس ِْمعُنَا اآليَة‬، ‫ب‬ ِ ‫اْل ُ ْخ َريَي ِْن ِبأ ُ ِم ْال ِكت َا‬
ْ َ‫ َو َه َكذَا فِى ْالع‬، ‫الر ُْعَ ِة الثَّانِيَ ِة‬
‫ص ِر َو َه َكذَا فِى‬ َّ ‫ط ِو ُل فِى‬ َ ُ‫َما الَ ي‬
⸨‫ ⸩رواه البخاري ومسلم‬.‫ص ْبح‬
ُّ ‫ال‬.

Artinya:
Dari sahabat Abu Qatadah Radhiyallahu anhu
bahwa Nabi Saw . ketika salat dzuhur dirakaat
pertama & kedua membaca surat al - Fatihah dan
surat lainnya. Adapun pada rakaat ketiga dan
keempat Nabi Saw . hanya membaca surat al -
Fatihah saja. Beliau membacanya hingga kami
terdengar ayat. Beliau baca lebih panjang di rakaat
pertama, tidak sepanjang di rakaat kedua. Demikian
pula ketika shalat asar dan subuh. (HR. Bukhari &
Muslim)
129

4. mengangkat tangan takbir dan ruku’,


5. mengangkat tangan, tasmi’ dan i’tidal,
6. takbir, mendahulukan lutut, dan sujud,
7. takbir dan duduk diantara dua sujud,
8. takbir dan sujud,
9. takbir dan duduk istirahat,
10. tidak mengepalkan tangan.

Rakaat keempat

1. Tidak mengangkat tangan


2. membaca ta’awwudz dan surah al-Fatihah
3. tidak membaca ayat atau surah pendek
4. mengangkat tangan , takbir , dan ruku’
5. mengangkat tangan, tasmi’, dan i’tidal
6. takbir, mendahulukan lutut, dan sujud
7. takbir, dan duduk diantara dua sujud
8. takbir dan sujud
9. Takbir dan duduk Tasyahud akhir
Disunnahkan bertakbir dan duduk tasyahud akhir.
Duduk tasyahud akhir ini hukumnya adalah wajib.
Disunnahkan posisi duduk pada rakaat terakhir
dengan posisi duduk tawarruk. Disunnahkan juga
ketika membaca tasyahud akhir untuk memberi
isyarat dengan jari telunjuk. Jari telunjuk ini diangkat
ketika mengucapkan kalimat “Illallah” dan tidak
digerak-gerakkan hingga akhir.
130

Gambar 3.10 Posisi duduk tasyahud akhir


Sumber Sumber
https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-urutan-
bacaan-dan-gerakan-sholat

Adapun bacaan yang dibaca sama dengan bacaan


tasyahud awal kemudian ditambah dengan bacaan
sholawat nabi

ُّ ‫علَي َْك َأَيُّ َها النَّ ِب‬


‫ى‬ َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫الط ِيبَات‬ َّ ‫صلَ َواتُ َو‬ ِ َّ ِ ُ‫الت َّ ِحيَّات‬
َّ ‫َّلل َوال‬
، َ‫صا ِل ِحين‬ ِ َّ ِ ‫علَى ِعبَا‬
َّ ‫َّللا ال‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬ ِ َّ ُ‫َو َر ْح َمة‬
َّ ‫ ال‬، ُ‫َّللا َوبَ َرَُاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
ُ‫سولُه‬ َ ‫َّللاُ َوَأ َ ْش َهِ ُ َأ َ َّ ن ُم َح َّمًِا‬
ُ ‫عبُِْهُ َو َر‬ َّ َّ‫َأ َ ْش َهُِ َأ َ ْ ن الَ ِإلَهَ ِإال‬

Artinya:
Segala penghormatan, shalawat dan kebaikan-
kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera
selalu tercurahkan kepadamu wahai Nabi, demikian
131

pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam


sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada
ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan rasul-Nya. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Kemudian dilanjutkan dengan:

‫لى ِإب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫ع‬ َ ‫ْت‬َ ‫صلَّي‬


َ َ ‫آل ُم َح َّم ٍِ َُما‬ ِ ‫لى‬ َ ‫ع‬ َ ‫لى ُم َح َّم ٍِ َو‬ َ ‫ع‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ٍِ ‫لى ُم َح َّم‬
َ ‫ع‬ َ ‫آل ِإب َْرا ِهي َْم ِإنـ َّ َك َح ِم ْيٌِ َم ِج ْيِ ٌ اَللَّ ُه َّم با َ ِر ْك‬
ِ ‫لى‬
َ ‫ع‬ َ ‫َو‬
‫لى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‬
َ ‫ع‬َ ‫لى ِإب َْرا ِهي َْم َو‬
َ ‫ع‬ َ ُْ ‫آل ُم َح َّم ٍِ َُما َ با َ َر‬
َ ‫ت‬ ِ ‫لى‬ َ ‫ع‬َ ‫َو‬
ٌ ِ‫ِإنـ َّ َك َح ِم ْيٌِ َم ِج ْي‬
Artinya:
Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad
dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau
telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, berilah keberkahan
kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan
keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Mahamulia. (HR. Bukhari)
132

Setelah membaca do'a tasyahud, maka boleh


disambung dengan membaca do'a sebagaimana yang
sering dibaca oleh Rasulullah Saw. yaitu Dari ‘Aisyah
-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Aisyah
mengabarkan bahwa Rasulullah Saw . biasa berdoa
didalam salatnya,

ِ ‫عوذُ ِب َك ِم ْن فِتْنَ ِة ْال َمس‬


‫ِيح‬ ُ َ ‫ب ْالقَب ِْر َوَأ‬ ُ َ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِى َأ‬
ِ ‫عوذُ ِب َك ِم ْن عَذَا‬
ِ ‫عوذُ ِب َك ِم ْن فِتْنَ ِة ْال َم ْحيَا َوفِتْنَ ِة ْال َم َما‬
‫ اللَّ ُه َّم ِإنِى‬، ‫ت‬ ُ َ ‫ َوَأ‬، ‫الَِّ َّجا ِل‬
‫عوذُ ِب َك ِمنَ ْال َمأْث َ ِم َو ْال َم ْغ َر ِم‬
ُ َ ‫َأ‬
Artinya:
Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari
siksa kubur, aku meminta perlindungan pada-Mu dari
cobaan Al Masih Ad Dajjal, aku meminta
perlindungan pada-Mu dari musibah ketika hidup dan
mati. Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu
dari perbuatan dosa dan sulitnya berutang).” (HR.
Bukhari, dan Muslim).

10. Salam
Ucapan salam ketika menoleh kekanan
hukumnya adalah wajib. Adapun salam yang
diucapkan ketika menoleh kekiri hukumnya adalah
sunnah.
133

Gambar 3.11M emalingkan muka ke kanan dan ke kiri ketika


salam
Sumber: Buku siswa Fikih, Masyhuri, 2019

Ketika menoleh ke kanan, Rasulullah terkadang


mengucapkan salam:

َّ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬


ِ‫َّللا‬ َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ال‬

Artinya: Semoga keselamatan dan rahmat Allah


limpahkan kepada kalian (HR. Muslim)

Terkadang mengucapkan:

َّ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬


ُ‫َّللاِ َو بَ َرَُاتُه‬ َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ال‬
134

Artinya: Semoga keselamatan rahmat Allah dan


berkahNya limpahkan kepada kalian (HR.
Abu Dawud)

Sedangkan ketika menoleh ke kiri, beliau


terkadang hanya mengucapkan “Assalamu’alaikum”
BAB SHALAT BERJAMAAH
4

Gambar 4.1 Pelaksanaan salat berjamaah


Sumber http://harakatuna.com/wp-content/uploads/2017/11/salat-
berjamaah-e1507109696283.jpg

A. Ketentuan Salat Berjamaah

1. Pengertian Salat Berjamaah

Jamaah secara bahasa kumpulan atau bersama-


sama. Menurut istilah salat berjamaah adalah salat
yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang
atau lebih secara bersama sama, dan salah satu
136

diataranya menjadi imam, sedangkan lainnya


menjadi makmum.

2. Hukum dan Dalil Salat Berjamaah

a. Fardhu Kifayah
Pendapat ini dikemukakan oleh Al-Imam Asy
Syafi'i dan Abu Hanifah. Termasuk juga kebanyakan
ulama dari kalangan mazhab Al Hanafiyah dan Al-
Malikiyah berpendapat bahwa salat berjamaah
hukumnya fardhu kifayah maksudnya adalah bila
sudah ada yang menjalankannya, maka gugurlah
kewajiban yang lain untuk melakukannya. Sebaliknya,
apabila tidak ada yang menjalankan salat jamaah
dalam suatu daerah, maka berdosalah seluruh umat
muslim yang ada di daerah tersebut karena salat
berjamaah merupakan bagian dari syiar agama Islam.

Adapun dalil mereka ketika berpendapat seperti di


atas adalah :

ِِ َ‫ص َالة ُ إِ َّال ق‬


َّ ‫َما ِم ْن ث َ َالث َ ٍة فِي قَ ْريَ ٍة َو َال بَِْ ٍو َال تُقَا ُم فِي ِه ُم ال‬
ُ ْ‫ع ِة فَإِنَّ َما يَأ ْ ُُ ُل ا ِلذئ‬
‫ب‬ َ ‫ فَعَلَي َْك بِ ْال َج َما‬،‫ا ن‬
ُ ‫ط‬ َ ‫ْش ْي‬
َّ ‫علَ ْي ِه ُم ال‬
َ َ‫ا ْستَح َْوذ‬
ِ َ‫ْالق‬
َ‫اصيَة‬
Artinya:
”Tidaklah ada tiga orang yang berada di suatu
kampung atau pedalaman yang salat berjamaah tidak
137

ditegakkan di dalamnya, kecuali setan akan


menguasai mereka. Maka hendaklah kalian senantiasa
melaksanakan salat berjamaah karena serigala itu
hanya memakan kambing yang sendirian.” (HR. Abu
Dawud dan An-Nasa’i, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Selain itu salat berjamaah memiliki keutamaan


dibanding dengan salat sendirian sebagaimana sabda
Rasulullah Saw . yaitu :

َ ِ‫صالَةِ ْالفَ ِذ ب‬
ً‫سبْعٍ َو ِع ْْش ِرينَ َ َر َجة‬ َ ‫صالَة ُ ْال َج َما‬
َ ‫ع ِة َأ َ ْف‬
َ ‫ض ُل ِم ْن‬ َ
Artinya: “Salat jamaah lebih baik 27 derajat
dibanding salat sendirian.” (HR. Bukhari, dan
Muslim)

b. Fardhu 'Ain
Yang berpendapat bahwa salat berjamaah
hukumnya fardhu 'ain adalah imam Hanafi. Hal ini
didasarkan pada hadis Rasulullah Saw.

،‫اس‬ َ ‫ فَيُ ِق‬، َ‫ث ُ َّم لَقَِْ َه َم ْمتُ َأ َ ْ ن آ ُم َر ال ُم َؤذِ ن‬


َ َّ‫ ث ُ َّم آ ُم َر َر ُج ًال يَ ُؤ ُّم الن‬،‫يم‬
َّ ‫علَى َم ْن الَ يَ ْخ ُر ُج إِلَى ال‬
ُ ِ‫صالَةِ بَ ْع‬ َ َ‫ فَأ ُ َح ِرق‬،‫شعَ ًال ِم ْن ن ٍَار‬ ُ َ‫آ ُخذ‬
Artinya:
”Sungguh aku ingin memerintahkan muazin untuk
mengumandangkan iqamah. Setelah iqamah aku
perintahkan seseorang untuk menjadi imam. Setelah
itu aku akan mengambil api untuk membakar orang-
138

orang yang tidak mengerjakan salat (jamaah).” (HR.


Bukhari)
Allah Swt. berfirman dalam surah Al Baqarah
ayat 43,
َّ ‫ار َُعُوا َم َع‬
َ‫الرا ُِعِين‬ ْ ‫الزَُاة َ َو‬ َّ ‫َوَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص َالة َ َوآتُوا‬
Artinya: ”Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat,
dan ruku’lah bersama orang-orang yang
ruku’.” (QS. Al-Baqarah : 43)

Menurut Ibnul Jauzi rahimahullah bahwa yang


dimaksud dengan ”ruku’lah bersama orang-orang
yang ruku’” adalah “salatlah bersama-sama dengan
orang-orang yang salat” yaitu dengan salat berjamaah.

c. Sunnah Muakkad
Yang berpendapat bahwa salat berjamaah
hukumnya sunnah muakkad yaitu Imam Maliki.
Sebagaimana hadis Rasulullah Saw. yaitu:

َ ِ‫صالَةِ ْالفَ ِذ ب‬
ً‫سبْعٍ َو ِع ْْش ِرينَ َ َر َجة‬ َ ‫صالَة ُ ْال َج َما‬
َ ‫ع ِة َأ َ ْف‬
َ ‫ض ُل ِم ْن‬ َ
Artinya: “Salat jamaah lebih baik 27 derajat
dibanding salat sendirian.” (HR. Bukhari,
dan Muslim).
139

3. Syarat Menjadi Imam dan Makmum

a. Syarat – syarat salat jamaah

1. Ada seorang imam yang memimpin salat tersebut.


2. Ada makmum sebagai orang yang mengikuti
imam tersebut.
3. Gerakan makmum menyesuaikan gerakan imam.
Contoh: ketika imam sujud, makmum juga harus
sujud.
4. Salat dilakukan pada satu tempat yang disetujui
bersama-sama antara imam ataupun makmum
yang bisa menampung jamaah yang akan ikut
salat.

b. Syarat Menjadi Imam

Imam dalam salat adalah seseorang yang diangkat


untuk memimpin pelaksanaan salat berjamaah. Jika
kamu melaksanakan salat berjamaah, paling sedikit
dua orang atau lebih, dimana salah satu diantara
mereka bertindak sebagai imam, sedang yang lain
menjadi makmum.

Syarat menjadi Imam yaitu:


1. Islam.
2. berakal
140

3. Mumayyiz atau anak yang sudah mampu


membedakan dua hal yang bertolak belakang,
seperti baik buruk, dan seterusnya.
4. Jika terdapat makmum laki-laki, maka imam harus
berjenis laki-laki. Tidak sah makmum laki-laki
mengikuti imam waria atau perempuan.
5. Tidak berhadas kecil maupun besar.
6. Memiliki bacaan yang bagus dan mengetahui
rukun-rukun salat.

Rasulullah Saw. bersabda tentang siapa yang


paling berhak menjadi imam dalam hadis riwayat
Imam Muslim dari sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari:

َ ُ‫صلَّى للا‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫للا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ِ‫اري‬ َ ‫ع ْن َأ َ ِبي َم ْسعُو ٍ ْاْل َ ْن‬
ِ ‫ص‬ َ
‫ فَإِ ْ ن َُانُوا فِي ْال ِق َرا َء ِة‬،‫للا‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫ « َي ُؤ ُّم ْالقَ ْو َم َأ َ ْق َرؤُ ُه ْم ِل ِكت َا‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫َو‬
‫ فَأ َ ْقِ َ ُم ُه ْم‬،‫س َوا ًء‬
َ ‫سنَّ ِة‬ ُّ ‫ فَأ َ ْعلَ ُم ُه ْم ِبال‬،‫س َوا ًء‬
ُّ ‫ فَإِ ْ ن َُانُوا ِفي ال‬،‫سنَّ ِة‬ َ
‫ َو َال يَ ُؤ َّم َّن‬،‫ فَأ َ ْقِ َ ُم ُه ْم ِس ْل ًما‬،‫س َوا ًء‬
َ ‫ فَإِ ْ ن َُانُوا ِفي ْال ِهج َْر ِة‬،ً‫ِجْرة‬ َ ‫ه‬
‫علَى ت َ ْك ِر َم ِت ِه ِإ َّال‬
َ ‫ َو َال يَ ْقعُِْ ِفي بَ ْي ِت ِه‬،‫طا ِن ِه‬َ ‫س ْل‬
ُ ‫الر ُج َل ِفي‬َّ ‫الر ُج ُل‬ َّ
‫ َم َكا نَ ِس ْل ًما ِسنًّا‬:‫ش ُّج ِفي ِر َوايَ ِت ِه‬
َ َ ‫ِبإِ ْذ ِن ِه» قَا َل ْاْل‬

Artinya:
“Dari Abu Mas’ud Al-Anshari rhadiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur :
Yang paling berhak untuk menjadi imam adalah orang
yang paling pintar dan paling banyak hafalan Al-
141

Qur’annya, jika dalam hal itu sama, maka dahulukan


yang paling faham dengan sunnah, jika pengetahuan
sunnah (dari para kandidat imam) sama, maka
dahulukan orang yang lebih dahulu berhijrah, jika
dalam waktu hijrah juga sama, dahulukan orang yang
paling dahulu Islamnya, dan janganlah seorang
mengimami seorang yang memiliki kekuasaan, dan
jangan seorang duduk dibangku kemulian milik
seseorang kecuali dengan izinnya.” Berkata Al-
Asyaj dalam suatu riwayat : kata “lebih dahulu
Islamnya” diganti dengan “lebih tua umurnya”.

Pada hadis tersebut disebutkan dengan sangat


jelas, urutan siapa saja yang paling berhak untuk
menjadi imam dalam salat yaitu:

1. Kesempurnaan bacaan Al-Qur’an dan banyaknya


hafalan
Hadis Rasulullah Saw.
‫هللا‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫أ ْقر ُؤ ُْ ْم ِل ِكتا‬
Para ulama menjelaskan maknanya yaitu

a. Seorang yang paling banyak hafalannya.


Sebagaimana dalam hadis .

‫ض ٌع بِقُبَ ٍا ـ قَبَ َل َم ْقَِ ِم‬ ْ ُ‫اج ُرو نَ اْل َ َّولُو نَ الع‬


ِ ‫صبَةَ ـ َم ْو‬ ِ ‫لَ َّما قَِ َِم ال ُم َه‬
‫سا ِل ٌم َم ْولَى َأ َ ِبى ُحذَ ْيفَةَ׳ َو َُا نَ َأ َ ُْث َ َر ُه ْم‬
َ ‫َّللا ﷺ َُا َ ن يَ ْو ُّم ُه ْم‬ِ ٰ ٰ ‫س ْو ِل‬
ُ ‫َر‬
‫قَ ْراَنًا‬
142

Artinya:
“Diawal kedatangan kaum muhajirin di daerah usbah
(sebuah daerah di Quba) sebelum kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang menjadi
imam salat adalah Salim Maula abu Hudzaifah, dan
ketika itu, dialah yang paling banyak hafalan Al-
Qur’annya ”. (Al-Bukhari)

b. kata ((ُ ‫ ))أ ْقرأ‬memiliki makna, yang paling bagus


bacaan dan tajwidnya.

2. Pengetahuan terhadap sunnah (hadis)


Jika kriteria pertama dimiliki oleh beberapa orang,
dan harus memilih salah satu diantaranya, maka kita
memilih orang yang paling banyak mengetahui tentang
sunnah. Maksudnya adalah orang yang paling faham
dengan hukum-hukum agama, baik salat, puasa, zakat,
haji dan lainnya.

3. Waktu hijrah
Maksudnya adalah orang yang lebih dahulu
berpindah dari negeri kafir menuju negeri Islam. Pada
masa Rasulullah Saw. yang dimaksud disini adalah
seorang yang lebih awal berhijrah menuju ajaran Nabi
Muhammad Saw. lebih berhak menjadi imam jika
mereka sama dalam dua kriteria tersebut diatas.
143

4. Waktu masuk Islam


Jika dalam suatu daerah ada seorang yang hafalan
dan bacaan Al-Qur’annya sama, begitu juga dengan
ilmu fiqihnya serta waktu hijrahnya, maka
didahulukan orang yang paling dahulu masuk Islam
untuk menjadi imam.

5. Umur
Jika empat kriteria diatas dimiliki oleh semua
kandidat, maka didahulukan orang yang paling tua
umurnya. Setelah mengetahui siapa yang berhak
menjadi imam, ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan oleh seorang imam sebagimana tercantum
dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah rhadiyallahu
‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan
Imam Muslim:

َ ‫ير َو ْال َك ِب‬


‫ير‬ ْ ‫اس فَ ْليُخ َِف‬
َّ ‫ فَإِ َّ ن فِي ِه ْم ال‬,‫ف‬
َ ‫ص ِغ‬ َ َّ‫ِإذَا َأ َ َّم َأ َ َحُِ ُُ ْم الن‬
‫شا َء‬
َ ‫ْف‬َ ‫ص ِل َُي‬ َ ُ‫صلَّى َو ْحَِهُ فَ ْلي‬ َ ‫ فَإِذَا‬,‫يف َوذَا ْال َحا َج ِة‬ َ ‫ض ِع‬ َّ ‫َوال‬
Artinya:
“Jika kalian menjadi imam, ringankanlah salat mu,
karena diantara makmu ada anak kecil, orang tua /
jompo, orang lemah/sakit atau orang yang sedang
dikejar waktu. Adapun jika ia salat sendiri, silahkan
memperpanjang salatnya sesuai keinginannya.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
144

Para ulama mengatakan bahwa perintah dalam


hadis tersebut diatas adalah sunnah. Maksudnya
adalah seorang imam melihat keadaan kemudian
memutuskan dengan bijak. Sehingga salat berjamaah
tidak rusak karena meninggalkan thuma’ninah, jangan
terlalu panjang sehingga para makmum menjadi bosan,
dan malas salat berjamaah.

c. Syarat menjadi makmum

Makmum dalam salat berjamaah adalah orang


yang dipimpin oleh seorang imam dan yang menjadi
pengikut di dalam salat atau orang yang ikut salat
dibelakang imam.
1. Berniat menjadi makmum kepada imam yang
ditujunya bersamaan dengan pelaksanaan
takbiratul ihram.
2. Islam.
3. Tidak hilang akalnya karena gila atau sebab
lainnya.
4. Mumayyiz.
5. Makmum tidak meyakini bahwa, imam yang
dipilih sedang dalam keadaan melakukan salat
qadha’ (membayar hutang atas salat yang batal
atau tertunda karena sebab-sebab tertentu).
6. Posisi makmum tidak lebih maju dibanding
imamnya. Jika barisan makmum lebih maju, maka
salatnya menjadi batal.
145

7. Makmum dapat memperhatikan bacaan, gerakan,


dan perbuatan imamnya. Namun, jika jama’ah
cukup banyak jumlahnya, makmum cukup melalui
penyampai (muballigh) saja, seperti dari makmum
yang ada di depannya atau disampingnya.
8. Mengikuti imam dalam setiap gerakan dari awal
hingga akhir pelaksanaan salat berjamaah. Kecuali
berkenaan dengan bacaan salat, makmum wajib
juga membacanya, seperti membaca surah al -
Fatihah pada dua rakaat pertama.

d. Posisi Imam dan Makmum dalam salat berjamaah

Jumlah makmum baik laki-laki maupun


perempuan selalu berbeda dalam pelaksanaan salat
berjama’ah. Oeh karena itu berikut akan dibahas posisi
imam dengan jumlah makmum yang berbeda.
1. Hukum asal salat berjamaah adalah mam berada
di depan dan para makmum baik laki-laki dan
perempuan berdiri di belakangnya.
Rasulullah Saw . bersabda:

‫سُِّوا ْال َخلَ َل‬


ُ ‫ َو‬، ‫ام‬
َ ‫ال َم‬ ُ ‫َو‬
ِ ‫سطوا‬
Artinya:
“Jadikanlah imam berada di tengah-tengah
barisan, dan tutuplah celah yang kosong” (HR.
Abu Dawud).
2. Jika makmumnya satu orang laki-laki yang sudah
baligh, maka disunnahkan berdiri di sebelah kanan
146

sejajar dengan imam atau sedikit lebih mundur


tetapi bahunya masih bersentuhandengan imam
Ibnu Abbas mengatakan:

ُ ‫ت ِع ْنِ َ خَالَتِي َم ْي ُمونَةَ فَقُ ْلتُ َْل َ ْن‬


‫ظ َر َّ ن‬ ُّ ِ‫َّاس قَا َل ب‬
ٍ ‫عب‬َ ‫ع ْن اب ِْن‬
َ
ٌ ‫سا َة‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا ﷺ ِو‬ ُ َ‫َّللا ﷺ ف‬
ْ ‫ط ِر َح‬
ُ ‫ت ِل َر‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ َ ‫إِلَى‬
ُ ‫ص َالةِ َر‬
‫ع ْن َوجْ ِه ِه‬ َ ‫س ُح النَّ ْو َم‬ ُ ‫َّللا ﷺ فِي‬
َ ‫طو ِل َها فَ َجعَ َل يَ ْم‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َام َر‬ َ ‫فَن‬
‫آل ِع ْم َرا نَ َحتَّى َخت ََم ث ُ َّم‬ ِ ‫اخ َر ِم ْن‬ ِ ‫ت ْالعَ ْْش َر ْاْل َ َو‬ ِ ‫ث ُ َّم قَ َرَأ َ ْاآليَا‬
َ َ‫ص ِلي فَقُ ْمتُ ف‬
ُ‫صنَ ْعت‬ َ َ‫شنًّا ُمعَلَّقًا فَأ َ َخذَهُ فَت ََوضَّأ َ ث ُ َّم ق‬
َ ُ‫ام ي‬ َ ‫َأَت َى‬
‫علَى‬ َ ُ‫ض َع يََِه‬ َ ‫صنَ َع ث ُ َّم ِجئْتُ فَقُ ْمتُ إِلَى َج ْنبِ ِه فَ َو‬ َ ‫ِمثْ َل َما‬
‫صلَّى َر ُْعَت َي ِْن ث ُ َّم‬ َ ‫َرَأْ ِسي ث ُ َّم َأ َ َخذَ بِأُذُنِي فَ َجعَ َل يَ ْفتِلُ َها ث ُ َّم‬
‫صلَّى َر ُْعَت َي ِْن ث ُ َّم‬
َ ‫صلَّى َر ُْعَتَي ِْن ث ُ َّم‬ َ ‫صلَّى َر ُْعَتَي ِْن ث ُ َّم‬ َ
‫صلَّى َر ُْعَتَي ِْن ث ُ َّم َأ َ ْوت ََر‬َ ‫صلَّى َر ُْعَتَي ِْن ث ُ َّم‬
َ

Artinya:
“Dari Ibn ‘Abbas ra, ia berkata: “Aku sengaja
bermalam di rumah bibiku, Maimunah, untuk
melihat salat Rasulullah Saw . Sebuah bantal
disediakan untuk Rasulullah, lalu beliau tidur di
sepanjang malamnya. Selepas itu beliau
mengusap tidur dari wajahnya, kemudian
membaca 10 ayat terakhir dari surat Ali ‘Imran
sampai tamat. Kemudian beliau menuju wadah air
yang digantungkan, lalu mengambilnya, dan
147

berwudlu, kemudian salat. Aku pun bangun dan


melakukan seperti yang beliau lakukan (dzikir dan
wudlu), kemudian datang dan berdiri di samping
(kiri)-nya. Kemudian tangan beliau diletakkan ke
kepalaku dan menarik pada telingaku lalu
memindahkanku (ke sebelah kanannya). Beliau
salat dua raka’at, lalu dua raka’at, dua raka’at,
dua raka’at, dua raka’at, dua raka’at, kemudian
beliau witir.” (Shahih al-Bukhari).

Gambar 4.2. Salat berjamaah dengan 1 imam dan 1


makmum

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM

3. Jika makmumnya adalah laki-laki dan perempuan,


maka makmum laki-laki berdiri di sebelah kanan
imam, sedangkan makmum perempuan berdiri di
belakang makmum laki-laki.
148

Gambar 4.3. Salat berjamaah dengan 1 makmum laki-laki dan


makmum perempuan
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM

4. Jika makmumnya terdiri dari dua orang laki-laki


atau seorang laki-laki dan seorang anak kecil,
maka keduanya membuat satu barisan di belakang
imam.

Gambar 4.4. Posisi imam dengan 2 makmum laki-laki


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM
149

5. Jika makmumnya perempuan atau jama’ah


perempuan, mereka berdiri di belakang imam dan
jaraknya tidak lebih dari tiga hasta.

Gambar 4.5. Posisi imam dengan makmum perempuan


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM

Hadis dari Jabir menjelaskan:

‫ام‬ َ ُ‫سو ِل اللا ﷺ فَقُ ْمت َع ْن يَ ِمينِ ِه ث ُ َّم َج ا َء َجابِ ُر بْن‬


َ َ‫ص ْخ ٍر فَق‬ ُ ‫ف َر‬ َ ‫صلَّيْت خ َْل‬َ
‫ار ِه فَأ َ َخذَ بِأ َ ْيِِينَا َج ِميعًا َحتَّى َأَقَا َمنَا خ َْلفَه‬ َ َ‫َع ْن ي‬
ِ ‫س‬
Artinya:
“Aku sedang salat di belakang Rasulullah Saw . lalu
aku berdiri di sebelah kanan beliau. Kemudian Jabir
bin Shakhar datang dan langsung berdiri di sebelah
kiri beliau, maka beliau pun menarik tangan kami
berdua sehingga kami berada di belakangnya” (HR.
Muslim dan Abu Dawud).
150

7. Jika makmumnya terdiri dari seorang laki-laki,


anak kecil, perempuan, dan jama’ah perempuan,
maka caranya makmum dewasa berdiri di sebelah
kanan imam, sedangkan anak kecil berdiri di
sebelah kanan atau kiri makmum bukan di
belakangnya.

Hadis dari Anas bin Malik menyebutkan yang


artinya: “Suatu ketika, Rasulullah Saw .
berkunjung ke rumah kami, kemudian aku berdiri
bersama seorang anak yatim di belakang beliau,
sementara Ummu Salim berdiri di belakang
kami” (HR. Bukhari dan Muslim).

Gambar 4.6. Posisi imam dengan makmum terdiri dari laki-


laki dan perempuan serta anak-anak
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM

Hadis dari Anas bin Malik menyebutkan

‫ وصلَّت َأ ُّم‬،ُ‫ فصلَّيتُ َأنا ويتي ٌم لَنا خلفَه‬،‫َأتانا رسو ُلللا في بي ِتنا‬
‫سلَي ٍْم خلفَنا‬
ُ
Artinya:
“Hendaklah salat di belakangku orang-orang yang
baligh dan berakal dari kalian, lalu orang-orang
151

setelahnya dan setelahnya” (HR. Muslim, Abu


Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

8. Jika seorang wanita mengimami para wanita,


maka imam berada di tengah.

Gambar 4.7. Posisi jika jamaah dan imam adalah perempuan


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=1nze-oTSoUM

Dari Rabthah Al Hanafiyah, ia berkata :

‫صالَةٍ َم ْكت ُ ْوبَ ِة‬ ْ ‫ْشةَ َأ َ َّمتْ ُه َّن َو قَا َم‬


َ ‫ت بَ ْينَ ُه َّن فِ ْي‬ َ ‫َأ َ َّ ن‬
َ ِ‫عائ‬

Artinya:”Aisyah pernah mengimami para wanita dan ia


berdiri diantara mereka dalam salat wajib”.
(HR. Abdurrazaq dalam Al Mushannaf , Al
Baihaqi)

9. Dalam kondisi tempat yang sempit sehingga tidak


bisa memposisikan imam dan makmum dalam
posisi yang ideal, maka posisinya menyesuaikan
keadaan.
152

Sebagaimana hadis dari Al Aswad bin Yazid,


yang artinya: “Aku bersama Alqamah masuk ke
rumah Ibnu Mas’ud. Lalu beliau berkata kepada
kami: apakah kalian sudah salat? Kami berkata:
belum. Beliau mengatakan: kalau begitu
bangunlah dan salat. Maka kami pergi untuk salat
bermakmum kepada beliau. Beliau memposisikan
salah satu dari kami di sebelah kanan beliau dan
yang lain di kiri beliau … beliau lalu berkata:
demikianlah yang aku lihat dari perbuatan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” (HR.
Muslim, An Nasa-i ).

B. Ketentuan Makmum Masbuq

Dalam salat berjamaah terdiri atas imam dan


makmum. Makmum terdiri atas dua yaitu makmum
muwafiq dan makmum masbuq. Makmum muwafiq
secara istilah adalah sesuatu yang selaras atau sepadan.
Sedangkan makmum masbuq bermakna dasar sesuatu
yang tertinggal.

Dalam istilah fikih, makmum muwafiq berarti


makmum yang mengikuti gerakan salat imam sejak
takbiratul ihram atau rakaat pertama hingga rakaat
terakhir. Sedangkan makmum masbuq adalah orang
yang tertinggal atau datang terlambat untuk mengikuti
salat berjamaah, yaitu ketika imamnya telah melakukan
ruku’.
153

Contoh: seseorang yang hendak salat maghrib


berjamaah, namun ia terlambat dan hanya mendapatkan
rakaat terakhirnya bersama imam, sehingga tersisa dua
rakaat lagi yang harus dikerjakannya sendiri. Dalam hal
ini terdapat perbedaan pendapat antara para Imam
Mazhab tentang rakaat terakhir yang dikerjakan
makmum bersama imam tersebut menjadi rakaat
pertama bagi si makmum masbuq sehingga ia harus
melanjutkan dengan rakaat kedua dan ketiga, ataukah
rakaat ketiga bagi si makmum masbuq tersebut sehingga
harus melanjutkan dengan rakaat pertama dan kedua.
Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali mengatakan
bahwa rakaat yang didapatkan makmum bersama imam
itu menjadi akhir rakaat bagi makmum yang masbuk
tersebut, maka Setelah itu ia harus melanjutkan dengan
satu rakaat yang di dalamnya ia baca al - Fatihah, surat
dan tasyahud, kemudian satu rakaat lagi yang di
dalamnya ia membaca al - Fatihah dan surah. Orang
yang melakukannya salat seperti itu, yaitu
mendahulukan rakaat ketiga dari rakaat pertama dan
kedua. Apa yang dikerjakannya bersama imam adalah
akhir salatnya, dan yang dikerjakan sesudah imam
adalah permulaan salatnya.

Sedangkan menurut pandangan Imam al-Syafi’i


beliau mengatakan bahwa rakaat yang didapatkan
makmum masbuq tersebut bersama imam dianggap
awal salatnya, bukan akhirnya. Jadi kalau ia
154

mendapatkan satu rakaat pada salat maghribnya


bersama imam, maka dianggap sebagai rakaat pertama
baginya. Lalu makmum tersebut harus meneruskannya
dengan rakaat kedua dan membaca tasyahhud
sesudahnya, kemudian diteruskan dengan rakaat ketiga
yang menjadi rakaat terakhir baginya.

Ada beberapa ketentuan yang berlaku bagi


makmum masbuq yaitu sebagai berikut:

1. Harus mengikuti imam pada keadaan yang ia


dapati yaitu dia langsung berniat dan
mengucapkan takbiratul ihram, lalu mengikuti
gerakan imam
2. Jika pada saat ia tiba, imam sedang ruku, dan ia
masih sempat ruku bersama imam, maka berarti
ia sudah mendapat rakaat tersebut, walaupun
belum sempat membaca surah al - Fatihah.
3. Jika ia tidak sempat ruku bersama imam, atau ia
memulai salat setelah imam ruku, maka ia harus
mengulangi rakaat tersebut, karena belum
sempurna. Jadi setelah imam memberi salam ke
kanan dan ke kiri, ia harus bangun untuk
menyempurnakan rakaat yang masih kurang tadi.
4. Jika pada saat ia tiba imam sedang tasyahud
akhir, maka ia, setelah takbiratul ihram, langsung
duduk untuk ikut ta-syahud bersama imam. Jika
imam telah memberi salam ke kanan dan ke kiri,
maka ia langsung berdiri untuk menyempurnakan
155

salatnya sesuai dengan jumlah rakaat dari salat


yang sedang ia kerjakan, karena rakaat yang tadi
ia ikuti belum dianggap sah. Akan tetapi ia sudah
dianggap ikut berjamaah, dan akan memperoleh
keutamaan salat berjamaah.
5. Bagi makmum yang masbuk, jika masih harus
menyempurnakan rakaatyang kurang, pada
saatimam duduk tasyahud akhir, sebaiknya ia
duduk iftirasy (duduk tasyahud awal) dan hanya
membaca tasyahud awal.
6. Bagi makmum yang masbuk, jika pada saat ia tiba
shaf (barisan) telah penuh, maka ia tidak boleh
membuat barisan seorang diri. Dalam keadaan
seperti itu ia harus memilih, masuk ke dalam
barisan itu atau memberi isyarat kepada salah
seorang yang berdiri sebelah kanan dalam barisan
itu untuk mundur. Orang yang diberi isyarat harus
mundur dengan langkah yang ringan dan
tidak berturut-turut sampai shafnya sejajar
dengan makmum masbuq.
7. Bagi makmum yang masbuk, jika pada saat ia tiba
imam sedang membaca surah, atau menurut
perkiraannya sebentar lagi imam akan ruku, maka
setelah niat dan takbiratul ihram, ia sebaiknya
langsung membaca al - Fatihah tanpa membaca
doa iftitah, karena membaca doa iftitah
hukumnya sunah, sedangkan membaca al –
Fatihah termasuk rukun salat.
156

Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw .


yaitu:

َّ ‫ع فَقَِْ َأ َ ْ َر َك‬
( ‫الر ُْعَةَ) َأبو او‬ ُّ ‫َم ْن َأ َ ْ َر َك‬
َ ‫الر ُُ ْو‬

Artinya: “Siapa yang mendapatkan ruku’, maka ia


mendapatkan satu raka’at”. (HR. Abu Dawud)

Hadis lain yang diriwatkan oleh Abu dawud:

ُ ‫ قَا َل َر‬،‫ع ْن َأَبِ ْي ُه َري َْرة َ رضي للا عنه قَا َل‬
‫س ْو ُل للاِ صلى‬ َ
ٌ ‫س ُج ْو‬ َّ ‫للا عليه و سلم إِذَا ِجئْت ُ ْم إِلَى ال‬
ُ ‫صالَةِ َو نَ ْح ُن‬
‫الر ُْعَةَ فَقَِْ َأ َ ْ َر َك‬
َّ ‫شيْئا ً َو َم ْن َأ َ ْ َر َك‬
َ َ ‫فَا ْس ُجِ ُْوا َو الَ تَعُِ ُّْوها‬
َ‫صالَة‬
َّ ‫ال‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: “ Apabila kamu datang untuk
salat, padahal kami sedang sujud, maka bersujudlah,
dan jangan kamu hitung sesuatu (satu raka’at) dan
siapa yang mendapatkan ruku’, bererti ia mendapat
satu rak’at dalam salat (nya)”.( H.R Abu Dawud).

C. Cara Mengingatkan Imam yang Lupa

Para ulama sepakat tentang cara mengingatkan


imam yang lupa dalam salat berjamaah bagi makmum
157

laki-laki adalah dengan mengucapkan “Subhanallah”.


Hal ini berdasarkan hadis dari Rasulullah Saw.:

َ ُ‫ص َالتِهَ فَ ْلي‬


ُ‫س ِب ُح فِ َٰٓإنه‬ َ ‫ش ْي ٌء فِ ْي‬َ ُ‫ق َو َم ْن َٰٓنا َٰٓبه‬
ِ ‫ص ِف ْي‬ْ َٰٓ‫َٰٓما ِلي َأ َ َرا ُُ ْم ِمنَٰٓ الت‬
‫اء‬
ِ ‫س‬ ْ َّ‫ت ِإلَ ْي ِه َو ِإنَّ َما الت‬
َ ‫ص ِف ْي ُق لل ِن‬ َ ‫ِإذَٰٓا‬
ْ َ‫سبَّ َح ا ِلت َف‬

Artinya:
“Mengapa aku melihat kalian sering bertepuk tangan?
Barang siapa mengingatkan Imam yang lupa dalam
salatnya, hendaklah ia mengucakan kalimat tasbih,
karena dengan hal itu imam menjadi teringat.
Sesungguhnya bertepuk tangan itu untuk perempuan.
(HR. Bukhari & Muslim)

Hal ini juga dijelaskan oleh Ibnu Rusyd dalam


Bidayatul Mujtahid bahwa para ulama berbeda
pendapat tentang cara mengingatkan imam bagi
perempuan. Menurut Imam Malik dan beberapa ulama
lainnya, cara mengingatkan imam oleh makmum
perempuan sama dengan makmum laki-laki yaitu
dengan mengucapkan kalimat tasbih. Tapi menurut
Imam Syafi’i dan beberapa ulama lainnya, untuk laki-
laki dengan kalimat tasbih dan untuk perempuan
dengan tepuk tangan.

D. Cara Mengganti Imam Yang Batal

Apabila seorang imam batal salatnya karena suatu


sebab, maka dia harus digantikkan oleh makmum yang
lain yang dibelakangnya. Penunjukkan pengganti imam
158

dengan imam lain, yang karena satu sebab imam


pertama tidak bisa menyempurnakan salatnya disebut
istikhlaf. Penggantian imam ini dapat dilakukan dengan
cara:
1. Imam dapat diganti melalui isyarat yang mudah
dipahami oleh makmum yang berada
dibelakngnya Imam mundur membungkuk sambil
menaruh tangannya di depan pinggul, seraya
menggambarkan ia telah berhadas. Kemudian
imam menunjukkan dengan jarinya jumlah rekaat
yang tersisa atau seorang makmum dengan
inisiatif sendiri maju menjadi imam sterlah
melihat imam meninggalikan posisinya .

2. Seorang makmum berinisiatif sendiri mengganti


imam yang batal setelah imam tersebut
meninggalkan tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ajib ,Muhammad. (2019). Praktik Shalat Praktis Versi


Madzhab Syafi'iy (Dari Takbir Hingga Salam) (1
ed., Vol. 78). (Fatih, Ed.) Jakarta Selatan: Rumah
Fiqih Publishing.

Al-Muttakim, Adab Shalat Berjamaah. (n.d.). Retrieved


from
http://almuttaqintegal.blogspot.com/2014/04/ada
b-shalat-berjamaah.html

Alam, M. R. (2018, November 15). Tata Cara Wudhu


Mazhab Syafi’i. Retrieved from
https://civitas.uns.ac.id/alamatika/2018/11/15/tata
-cara-wudhu-mazhab-syafii/

Anonymous. (2013, Oktober 1). Pengertian Hadats,


Macam - macam Hadats, dan Cara
Menghilangkannya. Retrieved from
http://pengertianhadats.blogspot.com/2013/09/pe
ngertian-hadats-macam-macam-hadats.html

Assagaf, H. H. (n.d.). Istinja’ (Cebok). Retrieved from


https://hasansaggaf.wordpress.com/2011/12/08/is
tinja-cebok/

Awlia, T. (2019, Desember 12). Begini Tata Cara


Wudhu Beserta Doanya. Retrieved from
160

https://news.detik.com/berita/d-4819184/begini-tata-
cara-wudhu-beserta-doanya/3

Budiman, Aditya. (2020, Januari 27). Panduan Tata


Cara Tayammum. Retrieved from
https://muslim.or.id/1918-panduan-tata-cara-
tayammum.html

Baits, A. N. (2014, November 14). Mengenal Sunah


Ab’adh dan Sunah Haiat. Retrieved from
https://konsultasisyariah.com/23833-mengenal-
sunah-abadh-dan-sunah-haiat.html

Choironi, M. A. (2020, Februari 6). 10 Syarat Sah


Wudhu yang Harus Dipenuhi. Retrieved from
https://islami.co/10-syarat-sah-wudhu-yang-
harus-dipenuhi/

DalamIslam, R. (n.d.). Shalat Wajib – Rukun Shalat,


Tata Cara dan Bacaan Shalat, dan Do’a Setelah
Shalat. Retrieved from dalamislam.com:
https://dalamislam.com/shalat/shalat-wajib

Effani, A. M. (2020, September 25). Jumlah Rukun


Sholat Fardhu, Hukum dan Penjelasannya
Berdasarkan Hadist Rasulullah SAW. Retrieved
from Tribunsumsel.com:
https://sumsel.tribunnews.com/2020/02/22/jumla
h-rukun-sholat-fardhu-hukum-dan-
penjelasannya-berdasarkan-hadist-rasulullah-saw
161

Hakim, M. S. (2018, oktober 27). Keutamaan dan


Kewajiban Shalat Berjamaah (Bag. 4). Retrieved
from muslim.or.id: https://muslim.or.id/43229-
keutamaan-dan-kewajiban-shalat-berjamaah-bag-
4.html

Hasana. (n.d.). Apa Dasar Hukum Mandi Wajib?


Retrieved from
https://umma.id/channel/answer/post/apa-dasar-
hukum-mandi-wajib-378287

Hasanah, A. N. (2018, oktober 15). Lima Belas Sunah


Haiat Salat. Retrieved from
BincangSyariah.Com:
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/lima-belas-
sunah-haiat-salat/

Hasanah, A. N. (2019, Juni 24). Hadis-hadis Keutamaan


Wudhu. Retrieved from
https://bincangsyariah.com/khazanah/hadis-
hadis-keutamaan-wudhu/

Indonesia, R. F. (n.d.). Air Suci Mensucikan dan Air


Mutlaq. Retrieved from umma.id:
https://umma.id/article/share/id/1002/282784

Inspiratif, S. M. (n.d.). Cara Urutan, Bacaan Dan


Gerakan Sholat. Retrieved from
www.sajadalife.com:
164

https://www.sajadalife.com/index.php/belajar/184-cara-
urutan-bacaan-dan-gerakan-sholat

Islam Kingdom.Tayammum. (n.d.). Retrieved from


https://www.al-feqh.com/id/tayammum#ix0

Jauhari, M. A. (2018, Desember 12). Posisi Imam dan


Makmum Saat Shalat Berjama'ah - Muslim Wajib
Tahu. Retrieved from
https://www.youtube.com/watch?v=1nze-
oTSoUM

Jo, B. (2020, April 24). Bacaan Doa Qunut Saat Sholat


Subuh Lengkap: Latin dan Arab. Retrieved from
tirto.id: https://tirto.id/eUlt

Juriyanto, M. (2018, Mei 2). Syarat dan Rukun


Tayamum. Retrieved from
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/syarat-dan-
rukun-tayamum/

Kholis, A. N. (2019, Februari 12). Thaharah Adab


Buang Air Menurut Imam Al-Ghazali. Retrieved
from https://islam.nu.or.id/post/read/65827/adab-
buang-air-menurut-imam-al-ghazali

Maghfiro, N. (2020, Agustus 4). Cara Makmum


Perempuan Mengingatkan Imam yang Lupa
dalam Shalatnya. Retrieved from
https://bincangmuslimah.com/ibadah/cara-
165

makmum-perempuan-mengingatkan-imam-yang-lupa-
dalam-shalatnya-30765/

Mahfudh, S. (2019, Juni 17). Jika Imam Batal,


Bagaimana Nasib Makmum? Retrieved from
https://islam.nu.or.id/post/read/35202/jika-imam-
batal-bagaimana-nasib-makmum

Mahrizal. (2013, Februari 22). Sunnah sebelum Shalat


dan Sunnah saat Shalat. Retrieved from
https://madzhabsyafii.wordpress.com/tag/sunnah-
haiat/

Marfuah ,Maharati. (2020). Antara suci dan Bersih (Vol.


52 halaman). (L. M. Hanif Luthfi, Ed.) Jakarta:
Rumah Fiqih Publishing.

Masyhuri, M. (2019). Buku Siswa Fikih. (M. Aris Adi


Leksono, Ed.) Jakarta: Kementerian Agama
Repoblik Indonesia.

Muslim, P. (2015, Mei 18). Pengertian, Macam, Dan


Cara Thaharah. Retrieved Agustus 2020, from
www.pengacaramuslim.com:
https://pengacaramuslim.com/pengertian-macam-
dan-cara-thaharah/

Mustaja, A. (2014, Februari 21). Pembahasan Hadits-


Hadits tentang Junub (2) : Tata Cara Mandi
Junub. Retrieved from
https://muslimah.or.id/5349-pembahasan-hadits-
hadits-tentang-junub-2-tata-cara-mandi-
junub.html

Mustinda, L. (2020, April 17). Niat dan Tata Cara


Wudhu sesuai Tuntunan Rasul. Retrieved from
https://news.detik.com/berita/d-4980030/niat-
dan-tata-cara-wudhu-sesuai-tuntunan-rasul

Muttaqin, Y. (2017, Oktober 2019). Empat Macam Air


dan Hukumnya untuk Bersuci.

Nadlir, M. A. (2020, Juni 17). Fiqih Thaharah:


Pengertian Najis dan Jenisnya. Retrieved from
https://baladena.id/fiqih-thaharah-pengertian-
najis-dan-jenisnya/

Pendidikan, Dosen. (2020, Juli 17). Tayamum. Retrieved


from
https://www.dosenpendidikan.co.id/tayammum/

Pesantren, A. (2020, Januari 15). Pengertian Tayamum,


Hukum, Syarat, Rukun, dan Tata Caranya.
Retrieved from
https://duniapesantren.com/pengertian-tayamum/

Purnama, Yulian.(2016, November 15). Tata Cara


Rukuk Dalam Shalat (2). Retrieved from
muslim.or.id: https://muslim.or.id/28953-tata-
cara-rukuk-dalam-shalat-2.html
_______. (2019, November). Posisi Imam dan Makmum
dalam Shalat Jama’ah. Retrieved from
Muslim.or.id: https://muslim.or.id/52861-posisi-
imam-dan-makmum-dalam-shalat-jamaah.html

_______. (2019, Februari 29). Tata Cara Tasyahud


Akhir Dalam Salat. Retrieved from
https://muslim.or.id/44930-tata-cara-tasyahud-
akhir-dalam-shalat.html

Rafi. (2019, Januari 28). Tata Cara Melaksanakan


Sholat Dalam Keadaan Masbuk. Retrieved from
https://darunnajah.com/tata-cara-melaksanakan-
sholat-dalam-keadaan-masbuk/

Ratno. (2018, September 12). Syarat Menjadi Imam


Shalat Berjamaah. Retrieved from
BimbinganIslam.com:
https://bimbinganislam.com/syarat-menjadi-
imam-shalat-berjamaah/

RI, T. R. (n.d.). Quran Surat Al-Anfal Ayat 11. Retrieved


from tafsirweb.com: https://tafsirweb.com/2877-
quran-surat-al-anfal-ayat-11.html

_________. (n.d.). Quran Surat Al-Hajj Ayat 32.


Retrieved from tafsirweb.com:
https://tafsirweb.com/5768-quran-surat-al-hajj-
ayat-32.html
_________. (n.d.). Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 6.
Retrieved from https://tafsirweb.com:
https://tafsirweb.com/1890-quran-surat-al-
maidah-ayat-6.html

_________. (n.d.). Quran Surat An-Nisa Ayat 43.


Retrieved from https://tafsirweb.com/1575-
quran-surat-an-nisa-ayat-43.html

_________. (n.d.). Quran Surat At-Taubah Ayat 108.


Retrieved from tafsirweb.com:
https://tafsirweb.com/3124-quran-surat-at-
taubah-ayat-108.html

Sahroji, M. I. (2019, Juni 4). Tata Cara Wudhu Lengkap


Beserta Doanya. Retrieved from
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/tata-cara-
wudhu-lengkap-beserta-doanya/

Salafy. (2019, November 14). Keutamaan-Keutamaan


Berwudhu. Retrieved from
https://salafy.or.id/keutamaan-keutamaan-
berwudhu/ | Salafy.or.id

Siregar, R. (2020, Februari 18). Sunnah-sunnah Wudhu


dan Dalilnya. Retrieved from
kalam.sindonews.com:
https://kalam.sindonews.com/berita/1530643/70/s
unnah-sunnah-wudhu-dan-dalilnya
syahidan, A. (2020, Agustus 6). Wajib Tahu Bagi Umat
Muslim, Rukun dan Syarat-Syarat Sah
Berwudhu. Retrieved from
https://mantrasukabumi.pikiran-
rakyat.com/khazanah/pr-20652154/wajib-tahu-
bagi-umat-muslim-rukun-dan-syarat-syarat-sah-
berwudhu?page=2

Syariah, B. (2018, April 28). Ilmu Fikih Perbandingan


Mazhab. Retrieved from
https://baitsyariah.blogspot.com/2019/08/daftar-
isi-bab-fikih.html

Syarief, N. (2020, Februari 20). Seorang Anak Yang


Ingin Shalat Malam seperti Rasulullah ‫ﷺ‬.
Retrieved from https://www.attaubah-
institute.com/seorang-anak-yang-ingin-shalat-
malam-seperti-rasulullah-%EF%B7%BA/

TafsirWeb, T. T. (n.d.). Quran Surat Al-Baqarah Ayat


222. Retrieved from https://tafsirweb.com/857-
quran-surat-al-baqarah-ayat-222.html

_________. Quran Surat Al-Baqarah Ayat 43. Retrieved


from https://tafsirweb.com/336-quran-surat-al-
baqarah-ayat-43.html

Tuasikal, M. A. (2017, Mei 9). 27 Derajat dalam Shalat


Berjamaah. Retrieved from rumaysho.com:
https://rumaysho.com/15780-27-derajat-dalam-
shalat-berjamaah.html

__________. (2010, Juni 25). 5 Hal yang Menyebabkan


Mandi Wajib. Retrieved from
https://rumaysho.com/1101-5-hal-yang-
menyebabkan-mandi-wajib.html

__________. (2010, Mei 20). Tata Cara Mandi Wajib.


Retrieved from https://muslim.or.id/3313-tata-
cara-mandi-wajib.html

__________ (2011, Juni 16). Rukun-Rukun Shalat.


Retrieved from https://muslim.or.id/6361-rukun-
rukun-shalat.html

___________. (2019, November 7). Manhajus Salikin:


Berbagai Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum
Salam. Retrieved from rumaysho.com:
https://rumaysho.com/22442-manhajus-salikin-
berbagai-doa-setelah-tasyahud-akhir-sebelum-
salam.html

__________. (2019, maret 3). Safinatun Najah: Rukun


Mandi dan Cara Mandi Junub Secara Lengkap.
Retrieved from https://rumaysho.com/19726-
safinatun-najah-rukun-mandi-dan-cara-mandi-
junub-secara-lengkap.html
'umar, P. I. (n.d.). Tata Cara Wudhu Sesuai Sunnah Nabi
Saw. Retrieved from
https://www.almanshurohagency.com/wp-
content/uploads/2018/03/POSTER-WUDHU-
ANAK.png

Wahdah.or.id.(2020, September 23). Syarat -Syarat Sah


Dan Rukun Wudhu . Retrieved from
wahdah.or.id: https://wahdah.or.id/syarat-syarat-
sah-dan-rukun-wudhu/

Wakidyusuf. (2017, Maret 3). Fiqh Thaharah 5 | Istinja’.


Retrieved from
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/03/fi
qh-thaharah-5-istinja/

ya2blog. (2016, maret 17). Hukum dan Cara Istinja’


Menurut Syariat Islam. Retrieved from
https://ya2blog.wordpress.com/2016/03/17/huku
m-dan-cara-istinja-menurut-syariat-islam/

Zakiya ,Rizka.Bacaan Sholat Lengkap (Arab, Latin


Beserta Artinya). (n.d.). Retrieved from
https://saintif.com/bacaan-sholat-dan-artinya/
FIKIH DASAR
TUNTUNAN THAHARAH DAN SALAT

Buku ini berisi tentang tata cara thaharah (bersuci)


baik dengan menggunakan air ataupun menggunakan
selain air seperti batu dan benda padat lainnya, ketentuan
salat dan tata cara salat baik secara munfariq (sendiri)
maupun secara berjamaah yang lengkap dengan bacaan
dan do’anya, gambar-gambar sebagai penjelas yang
dapat memudahkan pembaca dalam mempelajarinya dan
disertai dengan dalil-dalil yang shahih.

Dengan buku ini diharapkan dapat menambah


wawasan pembaca tentang tata cara pelaksanaan
thaharah dah salat sebagai dasar pokok umat muslim
untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan dapat
dijadikan pedoman pelaksanaan thaharah dan salat
sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Buku ini penulis susun untuk dijadikan sebagai


bahan referensi bagi guru agama khususnya bidang studi
fikih dan semua pihak yang ingin belajar dan
mengajarkan tentang tata cara bersuci dan tata cara
pelaksanaan salat yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah Saw. Oleh karena itu besar harapan penulis
agar buku ini bisa memberi manfaat bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai