Anda di halaman 1dari 15

CATATAN KAKI DAN CONTOHNYA

Catatan kaki merupakan salah satu ciri dari sebuah karya tulis ilmiah.
Ia memberikan bukti bahwa karya tulis tersebut dibangun bukan dari
khayalan dan perkiraan, melainkan di atas sebuah dasar atau dalil.
Penulisan catatan kaki dalam sebuah karya tulis ilmiah harus
menggunakan kaidah tertentu. Kaidah ini bersifat universal dalam
lingkungan ilmiah sehingga orang dari negara manapun dan latar
budaya apapun akan memahaminya dengan mudah.
1. Pengertian Catatan Kaki
Istilah catatan kaki diambil dari terjemahan bahasa Inggris,
yaitu footnote. Menurut Wikipedia, pengertian catatan kaki adalah
daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah halaman atau
akhir bab/sub-bab karya ilmiah. Istilah dari wikipedia ini masih masih
sangat umum dan agak beririsan dengan catatan akhir (endnote).
Pengertian catatan kaki menurut KBBI lebih spesifik lagi. Definisi
catatan kaki adalah keterangan yang dicantumkan di margin bawah
halaman buku untuk menambah rujukan uraian dari naskah pokok.
Keterangan ini umumnya ditulis dalam huruf yang lebih kecil dibanding
dengan huruf pada naskah utama/pokok.
Dalam buku “Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”
oleh Siti Mutmainnah, M.Pd., pengertian catatan kaki adalah sebagai
berikut.
Catatan pada bagian bawah halaman teks yang menyatakan sumber
kutipan, pendapat, atau keterangan penyusunan mengenai hal yang
diuraikan dalam teks.

Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa cataan kaki tidak


harus selalu dalam bentuk buku rujukan, tapi juga berbentuk
keterangan tambahan.
2. Tujuan Penulisan Catatan Kaki
Penulisan catatan kaki dalam sebuah karya tulis ilmiah memiliki
beberapa tujuan. Adapun tujuan penulisan catatan kaki adalah untuk:

1. Menunjukkan dasar alasan dan dalil pembuktian dari mana


argumen dalam karya ilmiah tersebut disusun.
2. Membantu pembaca menelusuri sumber-sumber yang dijadikan
rujukan dengan lebih cepat dan mudah.
3. Menghindari plagiasi dalam bentuk apapun.
4. Menyatakan utang budi dan memberikan apresiasi kepada
pengarang yang pendapatnya dikutip dalam karya ilmiah.
5. Menyampaikan keterangan tambahan dan memperkuat
penjelasan. Keterangan tambahan ini dapat berupa intisari,
keterangan penjelas yang bersifat insidental, perbaikan, atau
pandangan yang bertentangan dengan teks utama.
6. Menunjukkan keterkaitan bagian tersebut dengan bagian lain
dalam teks yang sama, baik di halaman sebelum atau
sesudahnya.

3. Fungsi Catatan Kaki


Dari tujuan-tujuan catatan kaki yang telah diuraikan di atas, kita
dapat menarik kesimpulan tentang fungsi catatan kaki, yaitu sebagai:

1. Bukti otentik keilmiahan sebuah karya tulis.


2. Daftar rujukan yang dapat ditelusuri dengan mudah dan cepat.
3. Bentuk apresiasi dan penghargaan kepada para pengarang yang
menjadi rujukan.
4. Salah satu alat mencegah atau menghindari plagiasi dalam dunia
keilmuan.
5. Daftar keterangan tambahan atau penjelas agar pembaca lebih
memahami sebuah gagasan, tapi tidak keluar dari bahasan utama
teks tersebut.
6. Pengingat dan petunjuk untuk mengorganisasikan informasi ke
dalam pikiran pembaca.
4. Perbedaan Footnote, Endnote, dan Bodynote
Dalam penulisan karya ilmiah, baik berupa makalah, skripsi, tesis,
atau disertasi, ada 3 cara untuk mencantumkan rujukan. Cara-cara
tersebut adalah dengan catatan kaki (footnote), catatan akhir
(endnote), dan catatan tubuh (bodynote).
Perbedaan ketiga cara pencantuman rujukan tersebut sebagai berikut.

1. Footnote atau catatan kaki diletakkan di margin halaman bawah


karya ilmiah. Penulisan rujukan mengikuti kaidah yang akan
dicontohkan di dalam bab selanjutnya artikel ini.
2. Endnote atau catatan akhir diletakkan di bagian akhir karya
ilmiah. Teknik penulisan rujukan sama dengan penulisan catatan
kaki (footnote).
3. Bodynote atau catatan tubuh diletakkan di dalam teks utama
karya ilmiah tersebut. Teknik penulisan yaitu ditulis dengan urutan
“Nama penulis (Tahun terbit: Halaman)”

Dalam beberapa rujukan ketiga cara tersebut dimasukkan ke dalam


kategori jenis catatan kaki. Namun, pada artikel ini, mereka
dikategorikan secara terpisah. Lebih lanjut, artikel ini akan berfokus
pada penulisan footnote atau catatan kaki.
5. Perbedaan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka
Banyak penulis yang melakukan kesalahan dalam penulisan
catatan kaki dan daftar pustaka. Seringkali dalam berbagai
kesempatan, kedua hal tersebut dilakukan secara terbalik.
Kedua hal tersebut memang memiliki kesamaan. Persamaan catatan
kaki dan daftar pustaka adalah sama-sama memberikan rujukan dan
sebagai bukti bahwa teks tersebut bernilai ilmiah. Namun, keduanya
tentu memiliki perbedaan.
Untuk lebih memahami, berikut ini perbedaan antara catatan kaki dan
daftar pustaka.
1. Daftar Pustaka atau Kepustakaan merupakan daftar bacaan yang
menjadi sumber rujukan. Sedangkan catatan kaki tidak hanya
berisi daftar bacaan, tapi juga dapat berupa keterangan
tambahan.
2. Catatan kaki menampilkan data yang lebih lengkap sampai ke
nomor halaman. Sedangkan daftar pustaka hanya
mencantumkan sampai ke judul kepustakaan saja, baik dalam
bentuk buku atau makalah.
3. Pemisahan poin utama dalam catatan kaki menggunakan tanda
koma, sedangkan dalam daftar pustaka menggunakan tanda titik.
4. Nama pengarang dalam daftar pustaka ditempatkan secara
terbalik, nama belakang (marga), baru nama depan. Sedangkan
dalam catatan kaki, nama marga diletakkan di belakang seperti
biasa.
5. Daftar pustaka diletakkan di akhir makalah dan disusun dalam
bentuk bullet berdasarkan abjad. Sedangkan catatan kaki disusun
sesuai kebutuhan pemberian penjelasan.

Untuk lebih memahami perbedaan catatan kaki dan daftar pustaka,


perhatikan 2 contoh sederhana berikut.
Contoh penulisan catatan kaki.
1)
Anwar Sani, Manajemen Zakat Berbasis Masjid, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hlm. 123.
2)
Ahmad Tafsir, Tasawuf: Jalan Menuju Tuhan, (Tasikmalaya: Latifah
Press, 1995), hlm. 75 – 78.

Dua contoh catatan kaki tersebut jika diubah menjadi contoh penulisan
daftar pustaka akan menjadi seperti berikut.

1. Sani, Anwar. 2010. Manajemen Zakat Berbasis Masjid.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Tafsir, Ahmad, Dr. 1995. Tasawuf: Jalan Menuju Tuhan.
Tasikmalaya: Latifah Press.
6. Cara Menulis Catatan Kaki yang Baik dan Benar
Cara penulisan catatan kaki dapat dibagi ke dalam 2 bagian
besar. Bagian pertama adalah cara penulisan catatan kaki yang benar
sesuai dengan kaidah ilmiah. Sedangkan bagian kedua adalah cara
penulisan catatan kaki yang baik menggunakan aplikasi pengolah kata.
Cara menulis catatan kaki yang benar berfokus pada
penulisan footnote tersebut agar sesuai dengan kaidah ilmiah yang
berlaku universal. Tujuannya agar siapapun, dari manapun, berlatar
budaya apapun, tetap dapat memahami maksudnya.
Untuk itu, penulisan footnote tersebut harus mengikuti ketentuan
berikut.

1. Penulisan catatan kaki mencantumkan unsur: nama pengarang,


judul buku/makalah, identitas penerbitan (kota, penerbit, tahun
terbit), dan halaman rujukan.
2. Nama pengarang ditulis sesuai aslinya tanpa menggunakan gelar
(akademik ataupun non-akademik).
3. Pengarang dengan jumlah 1 – 3 orang, ditulis semua nama
mereka dengan lengkap. Sedangkan pengarang dengan jumlah 4
orang atau lebih, cukup ditulis nama pertama dan ditambahkan
dengan dkk (dan kawan-kawan).
4. Judul buku ditulis dengan huruf italic atau cetak miring. Jika
menggunakan mesin ketik biasa (bukan komputer), maka diberi
garis bawah.
5. Jika rujukan bukan berbentuk buku tetapi makalah, maka judul
ditulis dalam tanda petik dua (“ … “) dan tanpa cetak miring atau
garis bawah.
6. Identitas penerbitan ditulis dalam tanda kurung “( … )” dengan
urutan kota terbit, penerbit, dan tahun terbit. Antara kota terbit dan
penerbit dipisahkan oleh tanda titik dua (:). Sedangkan antara
penerbit dan tahun terbit dipisahkan oleh tanda koma (,).
7. Penulisan halaman diawali dengan akronim “hlm.” Atau “h.” lalu
dikuti dengan nomor halaman. Jika halaman rujukan memiliki
interval, maka diikuti dengan tanda pisah atau garis sambung ( –
).
8. Setiap unsur catatan kaki dipisahkan oleh tanda koma lalu
penulisannya diakhiri dengan tanda titik.

Contoh penulisan catatan kaki untuk 2 – 3 orang.

1. Andi Ahmad, Ahmad Suhandi, Media Pembelajaran Interaktif,


(Jakarta: Kompas Media, 2012), hlm. 7.
2. Lega Siarnagama, Rizki Ramadan, dan Khairul
Amri, Pembelajaran Bahasa Arab Terpadu, (Indramayu: IAI
Press, 2019), hlm. 192.

Contoh penulisan catatan kaki untuk 4 orang atau lebih.

1. Wiwin Indarti, dkk, Buku Ajar Geografi, (Jakarta: Airlangga,


2015), hlm. 57 – 59.

Cara Penulisan Catatan Kaki yang Baik


Cara menulis catatan kaki yang baik berfokus pada
penulisan footnote tersebut agar lebih enak dilihat dan lebih mudah
dibaca. Tujuannya agar pembaca lebih mudah mencari dan
menemukan letak rujukan atau keterangan. Oleh karena itu,
penerapannya lebih bersifat teknis dan berhubungan dengan aplikasi
pengolah kata.
Berikut ini adalah cara penulisan catatan kaki yang baik yang dapat
diterapkan ke berbagai macam aplikasi pengolah kata.

1. Catatan kaki ditulis di bagian bawah, berjarak 14 karakter dari


margin kiri, dan 4 spasi dari teks utama.
2. Penomoran wajib digunakan dalam catatan kaki agar
memudahkan penelusuran.
3. Penulisan catatan kaki menggunakan font yang lebih kecil dari
teks utama (biasanya ukuran 10 px).
4. Jika catatan kaki lebih dari 1, maka jarak satu dengan lainnya
sama dengan besar spasi teks utama.
5. Catatan kaki yang panjang lebih sampai ke halaman selanjutnya,
lebih baik disatukan. Caranya dengan memindahkan sebagian
teks utama yang mengandung catatan kaki tersebut. Lebih baik
memotong teks utama daripada memotong catatan kaki.
6. Jika catatan kaki tersebut banyak merujuk pada sumber yang
sama, maka digunakan penulisan singkat berupa ibid, op.cit, dan
loc.cit. (Akan dibahas dalam bab selanjutnya.)

7. Maksud Penulisan Ibid, Loc. Cit., dan Op. Cit. dalam


Catatan Kaki
Dalam penulisan catatan kaki, dikenal bentuk ibid, op. Cit., dan
loc. Cit. Bentuk-bentuk tersebut dibuat untuk mempersingkat penulisan
catatan kaki, terutama jika harus diketik secara manual.
Sejak ditemukannya komputer dan mudahnya melakukan salin-tempel
(copy-paste), beberapa universitas mulai meninggalkan bentuk ini.
Terutama bagi mahasiswa tingkat sarjana dengan tujuan agar terbiasa
menulis catatan kaki.
Meski begitu, bukan berarti ini tidak perlu dipahami, karena masih
banyak universitas yang menggunakan bentuk tersebut, terutama
tingkat pasca sarjana. Berikut ini adalah maksud dari penulisan ibid, op.
Cit., dan loc. Cit. tersebut dalam catatan kaki.

a. Ibid
Merupakan kependekan dari Ibidum yang berarti tempat yang sama
dengan di atas. Ibid digunakan jika rujukan yang sama digunakan
secara berurutan.
Ketentuan penggunaan Ibid sebagai berikut.

1. Digunakan jika catatan kaki tersebut mengambil rujukan yang


tepat sama dengan di atasnya, dan tidak diselingi rujukan lain.
2. Ditulis menggunakan italic (cetak miring), diawali huruf kapital,
dan diakhiri tanda titik ( . ).
3. Jika sumber rujukan sama, tapi berada pada bab atau halaman
yang berbeda, maka urutan penulisan: ibid, koma, halaman, titik.

Contoh catatan kaki menggunakan ibid.


1)
Vikram Rasyid, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pustaka
Presindo, 2010), hlm. 10.
2)
Ibid.
3)
Ibid, hlm. 35 – 37.

Ibid pada catatan kaki di atas berarti menggunakan buku yang sama
dari Vikram Rasyid yang berjudul “Pengantar Ilmu Manajemen”.

b. Loc. Cit.
Merupakan kependekan dari Loco Citato, yang berarti lokasi yang
sama dengan yang telah dikutip atau disebutkan. Penggunaan loc. Cit.
dalam catatan kaki memiliki ketentuan sebagai berikut.

1. Digunakan jika sumber rujukan sudah pernah disebutkan, tetapi


telah diselingi dengan rujukan lain sebelumnya.
2. Cit. digunakan hanya jika halaman yang dirujuk adalah sama,
sehingga tidak perlu menuliskan nomor halaman saat
menggunakannya.
3. Ditulis menggunakan italic (cetak miring), diawali huruf kapital,
dan setiap suku katanya diakhiri tanda titik ( . ).
4. Teknis penulisannya: “Nama marga/keluarga, Loc. Cit.”.
5. Jika pengarang memiliki beberapa buku yang juga pernah dirujuk,
maka teknis penulisan: “Nama marga, Judul Buku, Loc. Cit.”

Contoh penggunaan Loc. Cit. dalam catatan kaki sebagai berikut.


1)
Abdul Muis, Perang Siasat Matematika Praktis, (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2012), hlm. 46.
2)
Abdul Muis, Matematika itu Mudah, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2015), hlm. 66.
3)
Marthen Langitan, Logika Matematika, (Jakarta: Edukasi Press,
2014), hlm 37 – 40.
4)
Muis, Perang Siasat Matematika Praktis, Loc. Cit.
5)
Langitan, Loc. Cit.
Maksud penggunaan Loc. Cit. pada nomor 4 di atas berarti merujuk
pada buku Abdul Muis berjudul Perang Siasat Matematika
Praktis halaman 46. Sedangkan contoh Loc. Cit. dalam catatan kaki
nomor 5 berarti memiliki rujukan yang sama dengan catatan kaki nomor
3.

c. Op. Cit.
Merupakan kependekan dari Opere Citato, yang berarti pada karya
yang sama dengan yang telah dikutip atau disebutkan. Penggunaan
op. Cit. pada catatan kaki mengikuti ketentuan sebagai berikut.

1. Digunakan jika sumber rujukan sudah pernah disebutkan, telah


diselingi dengan rujukan lain sebelumnya, namun pada halaman
yang berbeda.
2. Cit. digunakan jika halaman yang dirujuk adalah berbeda,
sehingga perlu menuliskan nomor halaman saat
menggunakannya.
3. Ditulis menggunakan italic (cetak miring), diawali huruf kapital,
dan setiap suku katanya diakhiri tanda titik ( . ).
4. Teknis penulisannya: “Nama marga/keluarga, Cit.”.
5. Jika pengarang memiliki beberapa buku yang juga pernah dirujuk,
maka teknis penulisan: “Nama marga, Judul Buku, Op. Cit.”

Contoh penulisan op. Cit. dalam catatan kaki sebagai berikut.


1)
Abdul Muis, Perang Siasat Matematika Praktis, (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2012), hlm. 64.
2)
Abdul Muis, Matematika itu Mudah, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2015), hlm. 99.
3)
Marthen Langitan, Logika Matematika, (Jakarta: Edukasi Press,
2014), hlm 88 – 89.
4)
Muis, Logika Matematika, Op. Cit., hlm. 134.
5)
Langitan, Op. Cit., hlm. 112.
Contoh Catatan Kaki
Di era informasi yang berkembang cepat sekarang ini, sumber rujukan
atau kutipan dapat berasal dari mana saja, baik cetak atau digital.
Sumber cetak dapat berasal dari jurnal cetak, karya ilmiah akademis
(skripsi, tesis, disertasi, seminar), buku, berita (koran/surat kabar,
majalah, tabloid). Sumber digital dapat berasal dari jurnal online, e-
book, dan website. Pastikan merujuk pada sumber yang terpercaya.
Urutan kekuatan sumber rujukan dalam karya ilmiah mengikuti urutan
berikut.

1. Jurnal (online – offline)


2. Seminar dan lokakarya
3. Karya ilmiah akademis (skripsi, disertasi, tesis).
4. Buku (cetak – digital)
5. Surat kabar dan majalah (online – offline)
6. Website

Untuk lebih jelasnya memahami penulisan catatan kaki dari masing-


masing sumber, berikut disajikan contoh catatan kaki dari semuanya.

Contoh Catatan Kaki Dari Buku


Kaidah penulisan catatan kaki dari buku banyak dibahas di bab-bab
sebelumnya (silakan dibaca ulang bila perlu). Berikut ini akan disajikan
contoh praktis yang dapat langsung diikuti.

1. Siti Mutmainah, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,


(Malang: Literasi Nusantara Abdai, 2019), hlm. 94.
2. Tamim Ansary, Sejarah Dunia versi Islam, Yuliani Liputo,
(Jakarta: Penerbit Liputo, 2015), hlm. 506. (Buku terjemahan
asing.)
3. Wisnu Santoso dan Heru Sriandi, Bahasa dan Sastra
Indonesia, (Jakarta: Airlangga, 2013), hlm. 87 – 88.
4. Lega Siarnagama, Rizki Ramadan, dan Khairul
Amri, Pembelajaran Bahasa Arab Terpadu, (Indramayu: IAI
Press, 2019), hlm. 192.
5. Wiwin Indarti, dkk, Buku Ajar Geografi, (Jakarta: Airlangga,
2015), hlm. 57 – 59.
6. Richard R Bootzin, dkk, Psychology Today: An Introduction,
Seventh Edition, (New York: McGraw Hill Inc, 1991), hlm. 497.

Contoh Catatan Kaki Dari Jurnal Online dan Offline


Jurnal memiliki nilai kekuatan rujukan tertinggi berdasarkan skor
keilmiahan maupun waktu kebaruannya. Karena itu, ia lebih disukai
dalam dunia akademis sebagai bahan rujukan.
Berbeda dengan jurnal cetak, jurnal online memiliki catatan khusus
atau ketentuan tambahan. Ketentuannya yaitu perlu mencantumkan
alamat tautan tempat jurnal tersebut dibaca atau diunduh.
Format penulisan jurnal mengikuti ketentuan berikut:
Nama, “Judul Makalah/Artikel”, Nama Jurnal, Edisi dan Volume, Tahun
Terbit, halaman.
Contoh catatan kaki dari jurnal dapat dilihat di bawah ini.

1. Ahmad Arifin, “Peran Perempuan dalam Konstruksi Sosial”,


Journal of Indonesian Islam, Edisi 21, Februari 2018, hlm. 33.
2. Gunawan Wicaksana, “Peran Keluarga dalam Pendidikan
Anak”, Studia Islamika, Edisi 44, Juni 2019, hlm. 15 – 16.
3. Candra Guna, “Penerapan Sains dalam Permainan Anak
Masyarakat Jawa”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Edisi 25,
Maret 2018, hlm. 44.
4. Refrinaldi, “Penggemukan Sapi Lokal dengan Silase”, Tropical
Animal Science Journal, Volume 112, Januari 2018, hlm. 30.
(Diunduh dari laman http://journal.ipb.ac.id/index.php/tasj pada
14 Januari 2018.)
5. Niken Larasati, “Einstein’s Relativity at Photovoltaic
Effect”, Journal of Mathematical and Fundamental Sciences,
Volume 66, September 2019, p. 55. (Visited on
http://journals.itb.ac.id/index.php/jmfs at 10 November 2019.)
6. Febriyansyah, “Efek Terapi Air terhadap Fisiologi Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II”, Acta Medica Indonesiana, Edisi 135,
Juni 2009, hlm 77. (Dikunjungi pada 30 Agustus 2009 di laman
http://www.actamedindones.org/)

Contoh Catatan Kaki Dari Seminar dan Lokakarya


Seminar dan lokakarya memiliki keunggulan dalam tingkat kebaruan.
Perbedaannya, seminar lebih bersifat teoritis, sedangkan lokakarya
cenderung menekankan pada keunggulan praktis.
Keterangan tambahan dalam menulis catatan kaki dari seminar atau
lokakarya harus mencantumkan waktu pelaksanaan acara tersebut.
Adapan format penulisannya mengikuti struktur berikut.
Nama penyusun, “Judul Makalah/Artikel”, (lokasi dan waktu
seminar/lokakarya), halaman.
Contoh Catatan Kaki dari Seminar dan Lokakarya dapat dilihat di
contoh berikut.

1. Mulyadi, “Menggagas Pendidikan Islam dalam Perspektif Sirah


Nabi”, (dipresentasikan dalam Seminar: Pendidikan Se*s
untuk Remaja, Indramayu, 10 Oktober 2014), hlm. 18.
2. Sigid Setyo, “Applied Hypnotism for Learning and Education”,
(paper presented at Workshop: Smart Teacher for Excellent
Student 2020, Jakarta, Juli 2018), page 7 – 10.
3. Gugun Gunawan, “Peran Keluarga dan Lingkungan Tetangga
dalam Pencegahan Kekerasan Se*sual: Studi Kasus 10
Pelecehan Se*sual Terberat 2017”, (makalah dipresentasikan
dalam Seminar: Indonesia Kuat dari Rumah, Jakarta, Januari
2018), hlm. 5 – 6.

Contoh Catatan Kaki Dari Skripsi, Tesis, Disertasi


Skripsi, Tesis dan Disertasi merupakan karya yang terjamin 99%
keilmiahannya karena telah melalui proses dan pengujian yang
sistematis. Meski dalam skor kebaruan kalah oleh jurnal, tapi karya
akhir mahasiswa sarjana atau pasca sarjana tersebut tetap memiliki
nilai lebih.
Keterangan tambahan dalam menulis catatan kaki dari karya ilmiah
akademis tersebut harus mencantumkan jenis karyanya. Selain itu, jika
karya tersebut dapat diakses secara online, harus mencantumkan
alamat laman akses tersebut.
Adapun format penulisan catatan kaki dari skripsi, tesis, atau disertasi
mengikuti struktur berikut.
Nama penyusun, jenis karya ilmiah: “Judul karya ilmiah”, (kota terbit:
perguruan tinggi tempat terbit, tahun terbit), halaman.
Contoh catatan kaki dari skripsi, tesis, atau disertasi dapat dilihat pada
contoh di bawah ini.

1. Ita Rosita, Skripsi: “Kajian Pustaka: Analisis Tingkat


Keterbacaan pada Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas VI dari
Penerbit Erlangga”, (Indramayu: IAI Alazis, 2018), hlm. 30.
2. Mohammad Thoriq, Skripsi: “Penerapan Sistem Informasi
untuk UMKM bidang Food and Beverages di Karawang dan
Sekitarnya”, (Karawang: Universitas Singa Perbangsa, 2014),
hlm. 4 – 5.
3. Dian Sastrowardoyo, Skripsi: “Kompleks Industri Kecantikan:
Sebuah Kritik Sosio Filosofis”, (Depok: Universitas Indonesia,
2007), hlm. 25.
4. Gamal Tamrin, Tesis: “Penerapan Metode Diskusi dan Bedah
Film dalam Pembelajaran IPS kelas 11 SMA Tunjungan”,
(Bandung: UPI, 2014), hlm. 67.
5. Susilo Bambang Yudhoyono, Disertasi: “Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan Sebagai Upaya Mengatasi
Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Kebijakan Ekonomi
dan Fiskal”, (Bogor: IPB, 2004), hlm. 44 – 45.

Contoh Catatan Kaki Dari Koran, Surat Kabar, Majalah,


Dan Tabloid
Meski sama-sama sebagai sumber berita, perujukan dari koran/surat
kabar dengan majalah/tabloid agak berbeda. Ini karena surat kabar
terbit secara harian, sedangkan majalah/tabloid memiliki rentang waktu
tertentu.
Catatan kaki dari koran harian perlu mencantumkan nama harian dan
waktu terbitnya. Sedangkan catatan kaki dari majalah atau tabloid
mengikuti struktur yang sama dengan penulisan jurnal. (Karena jurnal
juga merupakan majalah yang memiliki interval terbit, hanya saja
tingkat keilmiahannya relatif lebih tinggi.)
Adapun struktur penulisan catatan kaki dari surat kabar atau koran
mengikuti format berikut.
Nama penulis, “Judul tulisan”, (Nama koran/harian, tanggal terbit),
halaman.
Contoh catatan kaki dari koran atau surat kabar dapat dilihat di bawah
ini.

1. Setyo Waluyo, “Bank Syariah dan Konvensional, Apa


Bedanya?”, (Media Islam Indonesia, 1 April 2019), hlm. 12.
2. Siswoko, “Tebang Pilih Pemberantasan Kasus Korupsi”, (Pos
Desa, 2 Juni 2019), hlm. 14.

Contoh catatan kaki dari majalah atau tabloid dapat dilihat di bawah ini.

1. Erna Prayoga, “Presiden dalam Pusaran Hoax”, Times


Indonesia, Vol. 4 No. 3, 2019, hlm. 5.
2. Rizal Rusdi, “Benarkah Utang Indonesia Aman? Analisis Profil
Utang Indonesia”, Tunai, Edisi 25, April 2019, hlm. 6 – 7.

Contoh Catatan Kaki dari Internet

Saat ini sumber berita, baik surat kabar dan majalah, tidak hanya dalam
bentuk cetak. Justru mereka lebih banyak yang berbentuk digital atau
online. Sumber berita dalam bentuk online membutuhkan tambahan
keterangan tautan dan waktu akses agar lebih absah.
Berikut ini contoh catatan kaki yang diambil dari sumber
berita/informasi di internet.
1. I Wayan Purnomo, “Anjing Diteliti, Manusia Disebut”, Tempo,
30 November 2019. (Diakses pada 7 Desember 2019 di laman
https://majalah.tempo.co/read/158905/anjing-diteliti-manusia-
disebut/)
2. Wanti Mutiara, Maria Komariah, dan Karwati, “Gambaran
Perilaku Se*sual dengan Orientasi Heterose*sual Mahasiswa
Kos Jatinangor-Sumedang”, (Bandung: UNPAD, 2009), hlm. 5
– 6. (Diakses pada 14 November 2019 di tautan
http://pustaka.unpad.ac.id/wp_content/uploads/
2010/05/gambaran_perilaku_se*sual_pada_
mahasiswa_kos_di_kec_jatinangor.pdf)

Anda mungkin juga menyukai