NAMA :
NPM :
1
a. Inspeksi:
• Lihat ada luka atau tidak
• Karakteristik luka :
- Ada pus / gangren / ulkus
- Luas dan kedalaman luka
- Edema atau tidak
- Warna luka
- Ada nyeri atau tidak
b. Palpasi:
• Temperature kaki kanan dan kiri sama atau
tidak
• Sensori : ada nyeri atau tidak
• Pemeriksaan ABI (Angkle Brachialis Index)
• Monofilamen terdapat rangsangan atau tidak
c. Auskultasi:
• Auskultasi bunyi pernafasan (ronchi/
wheezing/ vesikuler)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes GDS, GDP, GD2PP (glukosa
darah 2 jam post prandial) dan
pemeriksaan sliding scale (terapi
insulin) Glukosa darah: meningkat
100 – 200 mg/dl, atau lebih
Normal prediabetes Diabetes
b. Pemeriksaan hemoglobin
glikosilase (HbA1c) yang diukur
dari 3 bulan sebelumnya (>6.5%)
c. Hematocrit meningkat (dehidrasi)
d. Urine : gula dan aseton positif, BJ
dan osmolalitas
2
e. Tes toleransi glukosa oral dapat
menegaskan diabetes dan pra
diabetes, bahkan ketika gula darah
puasa normal. 75 gram glukosa
diberikan peroral dan darah diambil
2 jam setelah itu. Hasil 140 sampai
199 mg/dL mengindikasikan
pradiabetes, sementara glukosa
plasma 2 jam sebesar 200 mg/dL
atau lebih mengindikasikan
diabetes.
3
INTERVENSI KEPERAWATAN
4
Ketidakseimbangan nutrisi: Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri:
kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x 24 jam diharapkan status nuttisi klien
b.d defisiensi insulin terpenuhi 1. Identifikasi status nutrisi (intake output,
BB dan IMT)
Rumus IMT :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
Kriteria Hasil : 𝑇𝑖𝑛𝑛𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑛𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
Kolaborasi :
Ketidakstabilan glukosa darah Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia:
selama 2x24 jam diharapkan Resiko Ketidakstabilan Mandiri
Glukosa Darah dapat teratasi.
1. Monitor kadar glukosa darah
5
2. Monitor tanda hiperglikemia (poliuria,
polidipsi, polifhagia, kelemahan,
Kriteria Hasil: malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
3. Tinjau program diet klien
• Glukosa darah dalam batas normal
4. Ajarkan pengelolaan diabetes (misalnya
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, pergantian karbonhidrat,
dan bantuan profesional kesehatan)
5. Edukasi tentang diet pasien DM
Kolaborasi
6
PATHWAY DM
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Idiopatik, usia,
Reaksi Auto Imun genetik
Gula darah tidak diserap oleh tubuh Otot & jaringan lemak memecahkan
cadangan energi sendiri glikogenelisis
Kadar gula ↑
Produksi energi ↓
RESIKO
KETIDAKSTABILAN Hiperglikemia
Menstimulasi rasa lapar
KADAR GULA DARAH
DIABETES MELLITUS
Poliphagia (sering makan)
Viskositas darah ↑
Glukosa masuk ke dalam urin Kerusakan saraf Tidak mendapat suplai darah
(Nutrisi, O2, Leukosit)
↓ Volume intrasel
Dehidrasi sel
Polidipsi
8
DATA TAMBAHAN
Diabetes Melitus
Definisi Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidra, lemak, dan protein, mengarah ke hiperglikemi
(kadar glukosa darah tinggi ).
Klasifikasi
Awitan mendadak biasanya muncul sebagai Awitan terjadi secara lambat dan progresif selama
ketoasidosis diabetic, yang merupakan kondisi beberapa tahun. DM tipe 2 biasanya ditemukan tidak
kedaruratan medis sengaja saat kunjungan ke dokter karena menderita
infeksi
Pankreas memproduksi sedikit atau tidak memproduksi Pankreas memproduksi sedikit insulin, tetapi tidak
insulin :90% sel beta yang memproduksi insulin rusak cukup mengimbangi jumlah glukosa yang dikonsumsi
secara permanen, sehingga memerlukan terapi insulin
seumur hidup
Pasien biasanya kurus karena tubuhnya tidak mampu Pasien biasanya obesitas karena sindrom metabolik
menggunakan atau menyimpan glukosa. Kelebihan memperlambat serkresi normal insulin yang diinduksi
glukosa ini dibuang melalui urine. Kelaparan yang terus glukosa. Lebih banyak remaja kini mengalami sindrom
menerus memicu metabolism lemak dan jaringan otot metabolic, menyebabkan insiden diabetes tipe 2
untuk mendapatkan energy meningkat di kelompok usia “kurang dari 30 tahun”
Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe 1 dikarenakan sel beta nonfungsional di pankreas. Sel beta
nonfungsional tersebut gagal memproduksi insulin, dan kekurangan insulin ini
menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan kadar gula darah yang
normal.
2. Diabetes Mellitus tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative.
Mekanisme resistensi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas
9
3. Diabetes Gestasional kondisi ini ada pada saat kehamilan, jika perubahan pola makan dan
gaya hidup tidak dijalankan setelah kehamilan maka sebagian besar (>75%) wanita dengan
diabetes gestasional akan menderita diabetes tipe 2 di masa depan.
Pemeriksaan Diagnostik
10
c. Tes toleransi glukosa oral dapat menegaskan diabetes dan pra diabetes, bahkan ketika gula
darah puasa normal. 75 gram glukosa diberikan peroral dan darah diambil 2 jam setelah
itu. Hasil 140 sampai 199 mg/dL mengindikasikan pradiabetes, sementara glukosa plasma
2 jam sebesar 200 mg/dL atau lebih mengindikasikan diabetes.
d. Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat.
e. Urinalis dapat menunjukkan aseton/glukosa.
Prosedur diagnostik
• Pemeriksaan oftalmik menunjukkan aseton atau glukosa
11
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce. M. 2015. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang
diharapkan Edisi 8 Buku 3 diterjemahkan oleh Joko Mulyanto, Nurhuda Hendra Setiawan dkk.
Singapura : ELSEVIER.
LeMone, Priscilla. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan Endokrin. Jakarta
: EGC
Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Diagnosis
Grenstein, Ben, Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.
12
13