Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Eksistensi
2.1.1 Pengertian eksistensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 378) eksistensi  adalah
keberadaan. Eksistensi dalam bentuk kata benda berarti hal berada. Berdasarkan
penjelasan tersebut, eksistensi memaksudkan suatu keberadaan atau keadaan..
Definisi makna sebenarnya yang terkandung memang sulit untuk dipahami. Hal
ini disebabkan kata-kata dan bahasa sesungguhnya tidak sempurna, sehingga
gagasannya tidak dapat dinyatakan secara persis. Terlebih lagi, kata eksistensi itu
mencakup hal yang luas. Namun, bukan berarti kata tersebut tidak dapat
dijabarkan (Bagoes, 2013).
Menurut Wikipedia Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang
artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere disusun dari ex
yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat
beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4 pengertian.
Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi adalah apa yang
memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan
menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan menurut Abidin Zaenal
(2007:16) eksistensi adalah: “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu,
menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni
exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi
tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami
perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam
mengaktualisasikan potensi-potensinya”.
Menurut Nadia Juli Indrani, eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata
yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh
atas ada atau tidak adanya kita. Istilah “hukuman” merupakan istilah umum dan

4
konvensional yang mempunyai arti yang luas dan dapat berubah-ubah karena
istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak
hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari
seperti di bidang moral, agama dan lain sebagainya.
Jean Paul Sartre sebagai seorang filosof dan penulis Prancis mendefinisikan:
“Eksistensi kita mendahului esensi kita”, kita memiliki pilihan bagaimana kita
ingin menjalani hidup kita dan membentuk serta menentukan siapa diri kita.
Esensi manusia adalah kebebasan manusia, di mana hal yang ada pada tiap diri
manusia membedakan kita dari apapun yang ada di alam semesta ini. Kita sebagai
manusia masing-masing telah memiliki “modal” yang beraneka ragam, namun
tetap memiliki kesamaan tugas untuk membentuk diri kita sendiri.
Berbeda dengan Binswanger, lebih menekankan kepada sifat-sifat yang
melekat pada eksistensi manusia itu sendiri. Selain itu hal lain yang dibicarakan
oleh Boss adalah spasialitas eksistensi (keterbukaan dan kejelasan merupakan
spasialitas (tidak diartikan dalam jarak) yang sejati dalam dunia manusia),
temporalitas eksistensi (waktu bukan jam) yang digunakan atau dihabiskan, badan
(ruang lingkup badaniah dalam pemenuhan eksistensi manusia), eksistensi dalam
manusia milik bersama (manusia selalu berkoeksistensi atau tinggal bersama
orang lain dalam dunia yang sama), dan suasana hati atau penyesuaian (apa yang
diamati dan direspon seseorang tergantung pada suasana hati saat itu).
Menurut Sukamto Satoto sampai saat kini tidak ada satupun tulisan ilmiah
bidang hukum, baik berupa buku, disertasi maupun karya ilmiah lainnya yang
membahas secara khusus pengertian eksistensi. Pengertian eksistensi selalu
dihubungkan dengan kedudukan dan fungsi hukum atau fungsi suatu lembaga
hukum tertentu. Sjachran Basah mengemukakan penegrtian eksistensi
dihubungkan dengan kedudukan, fungsi, kekuasaan atau wewenang pengadilan
dalam lingkungan badaperadilan administrasi di Indonesia.
Eksistensi bukanlah suatu yang sudah selesai, tapi suatu proses terus menerus
melalui tiga tahap, yaitu: dari tahap eksistensi estetis kemudian ke tahap etis, dan
selanjutnya melakukan lompatan ke tahap eksistensi religius sebagai tujuan akhir.
(https://saputraatjeh.wordpress.com/)

2
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah keberadaan
atau keadaan suatu tempat dimana tempat tersebut berguna bagi orang disekitar
kita baik yang formal maupun informal.

2.2 Prestasi
2.2.1 Pengertian prestasi
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) adalah:
1) Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkanoleh mata
pembelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan guru.
2) Kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability)
dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu.
Menurut Sumadi Suryabrata (2006:297), prestasi dapat pula didefinisikan
sebagai berikut:’’nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh
guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu’’. Jadi,
prestasi adalah hasil usaha siswaselama masa tertentu melakukan kegiatan.
(https://forumbatasa.wordpress.com)
Sedangkan menurut Para Ahli prestasi berasal dari bahasa Belanda, yang
berarti bisnis. Prestasi yang diperoleh dari upaya yang telas dilakukan. Memahami
pencapaian tersebut, rasa prestasi diri adalah hasil dari bisnis seseorang. Prestasi
dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan
spiritual, serta ketahanan dalam menghadapi semua aspek situasi kehidupan.
Menurut WS.Winkel prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran yang
ditampilkan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai
dengan tujuan instruksional. (http://www.gurupendidikan.co.id)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
usaha siswa yang dapat dicapai berupa pengusaan pengetahuan, kemampuan
kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran
yang dapat dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang
dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu
kegiatan yang disebut belajar.

3
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Syaiful Buhri Djamarah (2006:68) faktor-faktor yng
mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah:
1.) Faktor yang berasal dari siswa
1) faktor fisiologis terdiri dari:
a. kondisi fisiologis
b. kondisi panca indera
2) faktor psikologis
a. minat
b. kecerdasan
c. bakat
d. motivasi
e. kemampuan kognitif
2.) Faktor yang berasal dari luar diri siswa
1) faktor lingkungan terdiri dari:
a. lingkungan alami
b. lingkungan sosial budaya
2) faktor instrumental
a. kurikulum
b. program
c. sarana dan fasilitas
d. guru

2.2.3 Macam-macam prestasi


Ada beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh setiap orang, diantaranya:
1) Prestasi belajar
Hasil yang diperoleh untuk usaha untuk belajar. Prestasi siswa
misalnya di sekolah, menjadi juara umum setiap tahun.

4
2) Prestasi kerja
Hasil yang diproleh dari usaha kerja yang telah dilakukan. Misalnya
promosi kerja keras mereka selama bertahun tahun. Contoh
penghargaan untuk pencapain artistik.
3) Prestasi seni
Hasil yang diperoleh dari bisnis seni, misalnya pencapaian penyanyi
atau bentuk lain dari seniman upeti.
4) Prestasi olahraga
Hasil yang diperoleh untuk usaha dan kerja keras di bidang olahraga.
Sebagai contoh,seorang atlet mendapatkan medali emas di tempat
pertama diraih saat menghadiri Pekan Olahraga Nasional (PON).
5) Prestasi lingkungan hidup
Kinerja lingkungan adalah sebuah prestasi yang diproleh oleh upaya
untuk menyelamatkan lingkungan. Misalnya individu atau kelompok
mendapatkan penghargaan untuk upaya konservasi lingkungan seperti
penanaman pohon atau penghijauan.
(http://www.gurupendidikan.co.id)

2.3 Anak Yatim


2.3.1 Pengertian Anak Yatim

Anak yatim ialah seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu
berdiri sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua, mereka anak yang menderita,
lema, dan menjadi korban kehilangan kasih dan sayang orang tua baik di bidang
pendidikan ataupun di bidang yang lain, mereka yang menanggung biaya
penghidupannya sendiri, anak yang hidup penuh dengan penderitaan dan serba
kekurangan. Sedangkan yatim berasal dari bahasa arab artinya yang telah
ditinggal mati ayahnya dan belom baligh (dewasa), baik kaya atau miskin, laki-
laki maupun perempuan, dan apabila dia telah baligh maka status keyatimannya
hilang, sedangkan bagi anak perempuan, status yatim akan hilang apabila telah

5
baligh atau menikah, apabila belom baligh tetapi sudah menikah maka status
keyatimannya akan hilang. (https://konsultasisyariah.com/)

Anak yatim (fatherless Child) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
anak yang sudah tidak memiliki bapak lagi. Menurut Osmond (2010), istilah
Fatherless (tanpa ayah) biasa digunakan untuk menjelaskan kondisi individu tanpa
ayah dalam hidupnya, baik secara fisik maupun emosional. Variasi derajat
ketiadaan ayah atau figur ayah secara fisik maupun emosional dalam hidup
seorang individu disebut sebagai father absence (ketidakhadiran ayah). Deskripsi
pengalaman individu berada dalam situasi tanpa ayah disebut sebagai fatherless
experience (pengalaman tanpa ayah). Di sisi lain, krampe (2009) menggunakan
istilah father presence (keberadaan ayah) untuk menjelaskan mengenai hubungan
atau relasi anak dengan figur paternal atau figur ayah, yang mungkin dapat
berkontribusi pada tempat dan makna seorang ayah dalam kehidupan seorang
individu.( https://repository.usd.ac.id/)

2.3.2 Jenis-jenis anak yatim


1) Anak yatim fakir
Anak yatim fakir adalah seseorang anak yang ditinggalkan ayahnya
(meninggal) dalam keadaan ekonomi yang rendah. Dia tidak banyak
memiliki warisan dari ayahnya atau bahkan tidak sepeserpun. Jika Anda
menemukan anak fakir jenis ini dan
Anda mampu, maka alangkah baiknya Anda membantu membiayai
kehidupan mereka. Didik dia dengan baik, jika dia sudah bertumbuh
remaja atau dewasa. Ajarkan untuk melakukan usaha dan mencari
rezeki sendiri
2) Anak yatim kaya
Anak yatim kaya ditinggalkan harta yang banyak oleh ayahnya. Dalam
kasus ini, peran ibu atau keluarga adalah mengurus atau menjaga
hartanya sesuai kebutuhannya.
(http://nuqtoh.com)

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Metode Penelitian

Secara garis besar, jenis penelitian dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu, data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data
informasiyang berupa simbol angka atau bilangan. Berdasarkan simbol – simbol
angka tersebut perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan
suatu kesimpulan yang berlaku umum di dalam suatu parameter. Data kualitatif
adalah data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol angka
atau bilangan. Data kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik
analisi mendalam dan tidak bisa diperoleh secara langsung.

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti ini tergolong jenis penelitian


kuantitatif. Artinya penelitian ini berupa angka, tabel, grafik atau data numeric.
Proses pengumpulan datanya menggunakan sistem angket dan melalui pemetaan
tabel.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Dalam menentukan daerah yang akan diteliti, peneliti mempertimbangkan


waktu, biaya, dan pendukung kerja penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti menempatkan di yayasan berkarya Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton.

3.2.2 Waktu Penelitian

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti membuat jadwal


penelitian. Jadwal penyebaran dilakukan angket dan observasi dilakukan satu kali
dalam penelitian. Adapun jadwal penelitian tersebut di uraikan sebagai berikut :

7
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan

NO Hari dan Tanggal Kegiatan

1 Senin, 21 November 2017 Pembuatan Angket

2 Minggu, 28 Januari 2018 Observasi dan Penyebaran angket

3 Minggu, 4 Februari 2018 Melakukan penelitian dan analisa data


tentang pengaruh eksistensi yayasan
berkarya terhadap peningkatan prestasi anak
yatim di Desa Sumberanyar Kecamapatan
Paiton

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Dalam sebuah karya ilmiah pasti membutuhkan populasi dan sampel.


Pupulasi adalah himpuan semua objek yang menjadi bahan pengamatan. Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia, benda –benda, hewan,
tumbuh–tumbuhan, gejala–gejala, atau peristiwa–peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141).
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 117).

Dari pendapat diatas, penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi


merupakan jumlah keseluruhan dari sampel. Dalam penelitian ini populasi yang
diambil oleh peneliti adalah 92 anak yayasan berkarya di Desa Sumberanyar.

8
3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal
seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,
maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif
atau dapat mewakili.

Besarnya sampel tergantung pada :

1) Waktu, tenaga, dan dana


2) Sempit luasnya wilayah penelitian
3) Besar kecilnya resiko. (Arikuntoro, 1993 : 107)
Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka peneliti mengambil sampel
dari penelitian ini adalah 30 anak yatim (SD,SMP,SMA) yayasan berkarya di
Desa Sumberanyar.

3.4 Instrument Penelitian


Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan penelitian memilika arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan
objektif. Dengan masing-masing pengertian diatas maka instrumen penelitian
adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki,
Suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan
data-data secara sistematis seta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis.

9
Alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
memadai instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak
akan bisa digunakan pada penelitian lain, jadi instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi dan angket.

3.4.1 Observasi Penelitian


Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan
secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Sedangkan menurut Kamus
Ilmiah Populer (dalam Suardeyasasri, 2010:9) kata observasi berarti suatu
pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-ulang. Metode
observasi seperti yang dikatakan Hadi dan Nurkancana (dalam Suardeyasasri,
(2010:9) adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung
maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati.
Dan observasi dipenelitian ini hanya sebagai penguat saja karena penelitian
ini dominan kepada angket.

3.4.2 Angket
Menurut para ahli, quosioner atau angket adalah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang dikirimkan kepada responden, baik dilakukan secara langsung
atau tidak langsung (melalui pos atau perantara). Angket juga memiliki dua jenis,
yaitu angket terbuka dan angket tertutup. (www.informasiahli.com)
Pengertian angket tertutupadalah angket yang mempunyai bentuk-bentuk
pertanyaan, seperti ya, tidak, pilihan ganda, skala penilaian dan daftar cek.
1) Pengertian Angket Terbuka adalah angket yang mempunyai bentuk
pertanyaan berupa jawaban singkat atau uraian singkat berbentuk isian.
Dari jenis quosioner di atas, peneliti menggunakan jenis quosioner tertutup.
Berikut pertanyaan yang akan diberikan kepada anak yatim di Desa Sumberanyar
Kecamatan Paiton :

10
1. Apakah pembelajaran di yayasan berkarya menyenangkan?
a. Ya b. Tidak
2. Sebelum ada kegiatan berkarya apakah anda mengikuti bimbel di tempat
lain?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda lebih senang belajar di yayasan berkaya dibanding di
sekolah?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah dengan belajar di yayasan berkarya mampu mendorong
kreatifitasmu?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah setelah belajar di yayasan berkarya nilai rata-rata anda diatas 80
dan atau minimal 80?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah materi di yayasan berkarya sesuai dengan materi yang ada
disekolah?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah nilai rata –rata rapot anda dibawah 80 sebelum belajar di yayasan
berkarya?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan belajar di yayasan berkarya?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah anda akan mengikuti pembelajaran di yayasan berkarya sampai
lulus ?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah anda bisa memahami dengan mudah materi yang diberikan oleh
guru di yayasan berkarya?
a. Ya b. Tidak

11
11. Berapa nilai rata-rata rapot anda sebelum mengikuti kegiatan di yayasan
berkarya ....
12. Berapa nilai rata-rata rapot anda setelah mengikuti kegiatan di yayasan
berkarya .....

3.5 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah yang sengaja diubah untuk dimanipulasi oleh
peneliti dengan tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap objek yang
diteliti. Sedangkan Variabel terikat adalah variabel yang memiliki nilai berubah-
ubah sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas. Kedua variabel tersebut
adalah :
a. Eksistensi yayasan berkarya sebagai variabel bebas
b. Prestasi anak yatim di Desa Sumberanyar Kecamatan Paiton sebagai
variabel terikat.

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam menyiapkan pertanyaan,
langkah-langkahnya yaitu:

Menyiapkan bahan-bahan untuk observasi

Menyiapkan daftar pertanyaan kemudian disusun menjadi angket

Mengetik angket

12
Mengopi angket sebanyak sampel penelitian

3.6.2 Tahap Pelaksanaan


Dalam tahap pelaksanaan ini penelitian mulai menentukan objek yang akan
menjawab pertanyaan yag sudah disediakan sebelumnya, adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:

Mendatangi Yayasan Berkarya

Mengambil foto observasi

Menyebarkan angket kepada sampel penelitian yang telah ditentukan

Angket yang telah disebarkan kemudian dijawab oleh sampel pengamat

Angket yang telah disebarkan diambil kembali kemudian diamati

13
3.6.3 Tahap Pengumpulan Data
Dari hasil persebaran angket yang diperoleh

Peneliti menganalisis

Hasil penelitian disusun

3.6.4 Perhitungan Angket

Tabel 3.5 Perhitungan Angket


Jumlah yang diperoleh
Hasil Presentase = x 100
Jumlah maksimal

Contoh : 30

Hasil Presentase = x 100

30

3.7 Analisis Data


Setelah semua data yang diperoleh dari hasil observasi penelitian, akan di
pertimbangkan oleh peneliti. Data yang bersifat kuantitatif tersebut akan di
analisis oleh peneliti sebagai hasil dari penelitian yang di lakukan peneliti.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyajian Data

Sebuah data angket terkumpul maka peneliti bisa menyajikan data


penelitian dari penyebaran angket. Data angket yang telah disebarkan peneliti
yaitu 30 orang anak yatim di Desa Sumberanyar. Angket tersebut diberikan pada
tanggal Minggu, 28 Januari 2018. Kegiatan belajar di yayasan berlangsung 3 kali
dalam seminggu, yaitu hari rabu, sabtu, minggu. Dalam menghitung data yang
terkumpul, peneliti menggunakan penghitungan deskriptif, yaitu dengan rumus
sebagai berikut :

Tabel 4.1Rumus

Jumlah yang diperoleh


Hasil Presentase = x 100
Jumlah maksimal

Contoh : 30

Hasil Presentase = x 100

30

15
4.2 Analisis Data dan Pembahasan

Tabel 4.2.1 Data Hasil Penelitian

Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah pembelajaran di yayasan berkarya 100% 0%


menyenangkan ?

Dari data responden di atas diketahui bahwa semua anak yatim di yayasan
berkarya (100%) mengatakan pembelajaran di yayasan berkarya menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa anak yatim mengatakan pembelajaran di yayasan
berkarya menyenangkan.

Pertanyaan Ya Tidak

2. Sebelum ada kegiatan berkarya apakah anda 7% 93%


mengikuti bimbel di tempat lain?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 2 anak yatim (7%) mengikuti
bimbel di tempat lain sebelum ada kegiatan berkarya dan setelah adanya yayasan
berkarya. Dan 28 anak yatim (93%) tidak mengikuti bimbel di tempat lain. Dapat
diartikan bahwa 2 dari 30 anak yatim mengikuti bimbel di tempat lain sebelum
adanya kegiatan berkarya.

Pertanyaan Ya Tidak

3. Apakah anda lebih senang belajar di yayasan 100% 0%


berkaya dibanding di sekolah?

16
Dari data responden di atas diketahui bahwa semua anak yatim (100%) di
yayasan berkarya lebih senang berlajar di yayasan berkarya dibanding sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa anak yatim lebih senang belajar di yayasan dari pada di
sekolah.

Pertanyaan Ya Tidak

4. Apakah dengan belajar di yayasan berkarya 97% 3%


mampu mendorong kreatifitasmu?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 29 anak yatim (97%) merasa
bahwa belajar di yayasan berkarya mampu mendorong kreatifitas mereka.
Sedangkan 1 anak yatim (3%) tidak mempunyai motivasi untuk berkreatifitas.
Dapat di artikan bahwa 29 dari 30 anak yatim di yayasan berkarya merasa
bahawa belajar di yayasan berkarya mandorong kreatifitas mereka.

Pertanyaan Ya Tidak

5. Apakah setelah belajar di yayasan berkarya nilai 100% 0%


rata - rata anda diatas 80 dan atau minimal 80?

Dari data responden di atas diketahui bahwa semua anak yatim (100%) nilai
rata –rata rapot mereka diatas 80 setelah belajar diyayasan berkarya.. Dapat
disimpulkan bahwa nilai rata – rata rapot mereka diatas 80 setelah belajar di
yayasan berkarya.

17
Pertanyaan Ya Tidak

6. Apakah materi di yayasan berkarya sesuai dengan 93% 7%


materi yang ada disekolah?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 28 anak yatim (93%)


mengatakan bahwa materi di yayasan berkarya sesuai dengan materi disekolah.
Dan 2 anak yatim (7%) mengatakan bahwa materi diyayasan berkarya tidak sama
dengan materi yang ada disekolah. Dapat diartikan bahwa 28 dari 30 anak yatim
mengatakan bahwa materi diyayasan berkarya sama dengan materi yang ada di
sekolah .

Pertanyaan Ya Tidak

7. Apakah nilai rata - rata rapot anda dibawah 80 73% 27%


sebelum belajar di yayasan berkarya?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 22 anak yatim (73%)


mengatakan bahwa nilai rata – rata rapot mereka dibawah 80 sebelum belajar di
yayasan berkarya. Dan 8 anak yatim (27%) menjawab bahwa nilai rata – rata
rapot mereka tidak dibawah 80 sebelum belajar di yayasan berkarya. Dapat
diartikan bahwa 22 dari 30 anak yatim nilai rata – rata rapot mereka dibawah 80
sebelum belajar diyayasan berkarya.

18
Pertanyaan Ya Tidak

8. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan belajar 77% 23%


di yayasan berkarya?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 23 anak yatim (77%)


mengatakan bahwa mereka selalu mengikuti kegiatan belajar di yayasan berkarya.
Dan 7 anak yatim (23%) mengatakan tidak selalu mengikuti kegiatan belajar di
yayasan berkarya. Dapat diartikan bahwa 23 dari 30 anak yatim selalu mengikuti
kegiatan belajar di yayasan berkarya .

Pertanyaan Ya Tidak

9. Apakah Kamu akan mengikuti pembelajaran 83% 17%


di yayasan berkarya sampai lulus ?

Dari data responden di atas diketahui bahwa 25 anak yatim (83%)


mengatakan akan mengikuti pembelajaran di yayasan berkarya sampai lulus. Dan
5 anak yatim (17%) menjawab tidak akan mengikuti pembelajaran di yayasan
berkarya sampai lulus. Dapat diartikan bahwa 25 dari 30 anak yatim akan
mengikuti pembelajaran di yayasan berkarya sampai lulus.

Pertanyaan Ya Tidak

10. . Apakah anda bisa memahami dengan mudah materi 100% 0%


yang diberikan oleh guru di yayasan berkarya?

19
Dari data responden di atas diketahui bahwa semua anak yatim (100%)
mengatakan bisa memahami dengan mudah materi yang diberikan oleh guru di
yayasan berkarya. Dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan guru
diyayasan berkarya bisa mereka pahami dengan mudah.

4.2.2 Diagram Perbandinagn Data Hasil Penelitian Nilai Rata – Rata


sebelum dan Setelah Mengikuti Kegiatan Belajar di Yayasan Berkarya

20
Dari pembandingan nilai rata – rata rapot di atas dapat diketahui bahwa
sebelum mengikuti kegiatan belajar di yayasan berkarya nilai rata – rata rapot 9
anak yatim masih di bawah 70, 15 anak yatim di atas 70, dan 6 anak yatim diatas
80. Sedangkan setelah mengikuti kegiatan belajar di yayasan berkarya nilai rata –
rata rapot anak yatim tidak ada yang di bawah 70, bahkan 4 anak yatim di atas 70,
10 anak yatim diatas 80, dan 16 anak yatim diatas 90. Maka dapat diketahui
bahwa yayasan berkarya dapat membantu dan memotivasi anak yatim dalam
mendorong semangat untuk berprestasi dan mendorong kreatifitas yang mereka
miliki.

21

Anda mungkin juga menyukai